Faktor yang Berhubungan dengan Terjadinya Unmet Need KB pada Pasangan Usia Subur (PUS) di Kota Yogyakarta

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk merupakan perubahan populasi sewaktu-waktu, dan

BAB I PENDAHULUAN. Tingginya laju pertumbuhan penduduk merupakan salah satu masalah yang

Universitas Alma Ata Yogyakarta Jalan Ring Road Barat Daya No 1 Tamantirto, Kasihan, Bantul Yogyakarta

ABSTRACT PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN USIA KAWIN PERTAMA PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI TERHADAP JUMLAH ANAK

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2014 mencapai 231,4 juta

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI DENGAN JUMLAH ANAK YANG DILAHIRKAN WANITA PUS. (Jurnal) Oleh AYU FITRI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI PADA PASANGAN USIA SUBUR (PUS) DI DESA KARANGJATI KABUPATEN SEMARANG

HUBUNGAN PENDIDIKAN, PENGETAHUAN, USIA DAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN PEMILIHAN KONTRASEPSI IUD DI DESA TANGGAN GESI SRAGEN NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. Delapan tujuan Millenium Development Goals (MDG s) telah disepakati

Tingkat Pengetahuan Wanita Usia Subur Tentang Alat Kontrasepsi IUD di BPRB Bina Sehat Kasihan Bantul

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEIKUTSERTAAN SUAMI PADA PROGRAM KB VASEKTOMI DI WILAYAH KECAMATAN BANJARMASIN TIMUR

Dukungan Keluarga dalam Keikutsertaan KB pada Pasangan Usia Subur di Desa Argomulyo Sedayu Bantul Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. pendekatan pengendalian populasi dan penurunan fertilitas menjadi kearah

Associated Factors With Contraceptive Type Selection In Bidan Praktek Swasta Midwife Norma Gunung Sugih Village

BAB I PENDAHULUAN. maka 10 tahun lagi Indonesia akan mengalami ledakan penduduk. wilayah terpadat ke dua se-diy setelah Sleman (BPS, 2010).

PENGARUH FAKTOR SOSIAL EKONOMI DAN DEMOGRAFI TERHADAP KEIKUTSERTAAN PASANGAN USIA SUBUR (PUS) DI KECAMATAN GENENG KABUPATEN NGAWI

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PARTISIPASI PRIA DALAM KELUARGA BERENCANA DI LINGKUNGAN IV KELURAHAN TELING ATAS KOTA MANADO

BAB I PENDAHULUAN. masalah besar di negara ini. Diketahui, pada 2012, Angka Kematian Ibu (AKI)

ABSTRACT HUBUNGAN PERSEPSI MAHASISWA TENTANG NILAI ANAK PROGRAM KELUARGA BERENCANA DENGAN JUMLAH ANAK

Kemandirian Keluarga Berencana (KB) pada Pasangan Usia Subur di Kota Yogyakarta

Eva Dyah Pratiwi 1, Susiana Sariyati 2

BAB I PENDAHULUAN. Negara dengan jumlah penduduk terbesar keempat di dunia setelah Cina,

BAB I PENDAHULUAN. terbesar di dunia setelah Cina, India, dan Amerika Serikat. Hasil penelitian UN-

BAB 1 PENDAHULUAN. telah disepakati dalam Dokument Millennium Declaration yang dituangkan sebagai

PENGETAHUAN DAN SIKAP SUAMI PASANGAN USIA SUBUR DENGAN KEIKUTSERTAAN MENJADI AKSEPTOR KB PRIA. Darwel, Popi Triningsih (Poltekkes Kemenkes Padang )

32 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes. Volume VII Nomor 1, Januari 2016 ISSN: PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan berbangsa dan bernegara. Sesuai Undang undang No.17 Tahun 2007

GAMBARAN KARAKTERISTIK IBU DENGAN PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM (AKDR) DI RUMAH BERSALIN RACHMI PALEMBANG TAHUN 2014

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh : AHMAD NASRULLOH J

*Fakultas Kesehatan Masyarakat

FAKTOR IBU YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAN IMPLANT (Studi pada akseptor KB Desa Arjasari, Kecamatan Leuwisari, Kabupaten Tasikmalaya 2014)

BAB I PENDAHULUAN. 2010) dan laju pertumbuhan penduduk antara tahun sebesar 1,49% yang

BAB 1 PENDAHULUAN. jiwa. Menurut data Badan Pusat Statistik sosial didapatkan laju pertumbuhan

Tingkat Ekonomi Keluarga Berhubungan dengan Pemilihan Alat Kontrasepsi di Dukuh Manukan Sendangsari Pajangan Bantul

I. PENDAHULUAN. di Indonesia tersebut, pada hakekatnya digolongkan menjadi dua yaitu laju

BAB 1 PENDAHULUAN. dirasakan mengalami kemunduruan. Setelah program KB digalakkan pada tahun

BAB I. termasuk individu anggota keluarga untuk merencanakan kehidupan berkeluarga yang baik

PARTISIPASI PRIA DALAM PROGRAM KELUARGA BERENCANA (KB) DI DESA KEDEN KECAMATAN PEDAN KABUPATEN KLATEN

HUBUNGAN INFORMASI DENGAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI METODE OPERASI PRIA (MOP) PADA PRIA PASANGAN USIA SUBUR DI KECAMATAN PAKUALAMAN YOGYAKARTA ABSTRAK

I. PENDAHULUAN. dengan jumlah penduduk sebanyak juta jiwa penduduk (BPS, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. cara operasional dan dampaknya terhadap pencegahan kelahiran.tahap

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2013 yaitu sebanyak 248 juta jiwa. akan terjadinya ledakan penduduk (Kemenkes RI, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pusat Statistik (BPS) tahun 2010 menjelaskan bahwa sejak tahun laju

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ledakan penduduk merupakan masalah yang belum terselesaikan sampai

FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RENDAHNYA PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM (AKDR) DI PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. mulai dari penyediaan fasilitas pendidikan, kesehatan, lapangan kerja, dan

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SUAMI DAN PENGETAHUAN IBU DENGAN PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI INTRA UTERINE DEVICE (IUD)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan Negara yang dilihat dari jumlah penduduknya ada

BAB 1 PENDAHULUAN. Penduduk sebagai determinan pembangunan harus mendapat perhatian yang

BAB 1 PENDAHULUAN. ataupun pengelolaannya, tetapi juga karena sebab-sebab bukan maternal kelahiran hidup pada SDKI 2012 (BKKBN, 2013).

BAB 1 PENDAHULUAN. kependudukan, termasuk juga di Indonesia. Salah satu masalah yang di hadapi

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu negara berkembang yang memiliki beban jumlah penduduk yaitu

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI KONDOM DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS KASOKANDEL KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN

Beberapa Faktor yang Berhubungan dengan Pemilihan Alat Kontrasepsi IUD pada Wanita PUS di Desa Pasekan Kecamatan Ambarawa Kabupaten Semarang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Correlation Between Mother s Knowledge and Education On Use Of Contraceptive In Yukum Jaya Village Central Lampung In 2013

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga Berencana (KB). Progam KB yang baru didalam paradigma ini

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penduduk merupakan modal dasar dalam mewujudkan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 5 PENUTUP. Determinan unmet..., Muhammad Isa, FE UI, Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Tingginya angka kelahiran di Indonesia masih menjadi masalah utama dalam

I. PENDAHULUAN. tinggi. Berdasarkan hasil Sensus Penduduk pada bulan Agustus 2010 jumlah

BAB I PENDAHULUAN. berkembang, termasuk Indonesia. Salah satu masalah kependudukan yang dihadapi

ABSTRAK. Referensi : 16 buku ( ) + 7 kutipan dari internet Kata Kunci : Pengetahuan, tingkat ekonomi, pemilihan alat kontrasepsi..

PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI PADA PASANGAN USIA SUBUR USE OF CONTRACEPTION BY COUPLES OF CHILDBEARING AGE

Volume 3 / Nomor 1 / April 2016 ISSN :

Ulfa Miftachur Rochmah. Mahasiswa S1 Pendidikan Geografi, Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum, Universitas Negeri Surabaya

Faktor yang Memengaruhi Unmet Need Keluarga Berencana

FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETIDAKIKUTSERTAAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI PADA PASANGAN USIA SUBUR

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung dari hasil Sensus Penduduk tahun 2010 mencatat jumlah

SINOPSIS RENCANA TESIS ANALISIS FAKTOR PENYEBAB PASANGAN USIA SUBUR TIDAK MENGGUNAKAN KONTRASEPSI DI DESA CERME KECAMATAN GROGOL KABUPATEN KEDIRI

HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU DENGAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI IUD DI PUSKESMAS MERGANGSAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan penduduk melalui program Keluarga Berencana (KB). sejahtera. Sejalan dengan arah kebijakan Rencana Pembangunan Jangka

BAB 1 PENDAHULUAN. kependudukan. Sejak 2004, program keluarga berencana (KB) dinilai berjalan

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PASANGAN USIA SUBUR MENJADI AKSEPTOR KB DI KELURAHAN BABURA KECAMATAN MEDAN SUNGGAL KOTA MEDAN TAHUN 2012

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN KB VASEKTOMI TERHADAP PENGETAHUAN SUAMI DI DESA SOCOKANGSI KECAMATAN JATINOM KABUPATEN KLATEN

Tingkat Pengetahuan PUS Tidak Berhubungan dengan Keikutsertaan KB di Desa Argomulyo, Sedayu, Bantul Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. Masalah utama yang sedang dihadapi negara-negara yang sedang berkembang termasuk

BAB I PENDAHULUAN. kualitas penduduk dan pengarahan mobilitas penduduk kedepan. Berdasarkan hasil

I. PENDAHULUAN. tidak segera mendapatkan pemecahannya. Jumlah penduduk yang besar dapat. menimbulkan dampak terhadap kesejahteraan setiap keluarga.

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk serta meningkatkan kesehatan ibu dan anak.

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan penduduk maka semakin besar usaha yang dilakukan untuk. mempertahankan kesejahteraan rakyat. Ancaman terjadinya ledakan


BAB I PENDAHULUAN. berencana secara komprehensif (Saifuddin, 2006). mencapai kesejahteraan keluarga. Program KB merupakan bagian terpadu

Desi Andriani * Kaca Kunci : Pengetahuan, Pendidikan, AKDR. Daftar pustaka : 16 ( )

BAB I PENDAHULUAN. Program Keluarga Berencana (KB) yang dimulai tahun 1970 telah

HUBUNGAN FAKTOR RISIKO KEJADIAN UNMET NEED KB (KELUARGA BERENCANA) DI DESA ADIWERNA, KECAMATAN ADIWERNA, KABUPATEN TEGAL, TRIWULAN III TAHUN 2016

BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM KELUARGA BERENCANA PADA KELOMPOK IBU DI WILAYAH PUSKESMAS I SUKOHARJO SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. 1970, kemudian dikukuhkan dan diatur di dalam Undang-Undang Nomor 10 tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. (1969) yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak dalam

ANALISIS PARTISIPASI PRIA DALAM PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI DI KELURAHAN INDRALAYA MULYA KECAMATAN INDRALAYA KABUPATEN OGAN ILIR TAHUN 2011

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI SUNTIK DI PUSKESMAS PAAL X KOTA

Kata Kunci: Pasangan Usia Subur,Non Metode Kontrasepsi Jangka Panjang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organisation) expert Committe 1970 :

Peran Bidan dalam Konseling Awal Kontrasepsi Suntik DMPA

Skripsi ini Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh : AHMAD NASRULLOH J

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Keluarga berencana telah menjadi salah satu sejarah keberhasilan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. (bkkbn.go.id 20 Agustus 2016 di akses jam WIB). besar pada jumlah penduduk dunia secara keseluruhan. Padahal, jumlah penduduk

Transkripsi:

ISSN2354-7642 Jurnal Ners dan Kebidanan Indonesia JOURNAL NERS AND MIDWIFERY INDONESIA Faktor yang Berhubungan dengan Terjadinya Unmet Need KB pada Pasangan Usia Subur (PUS) di Kota Yogyakarta Susiana Sariyati 1, Sundari Mulyaningsih 2, Sri Sugiharti 3 1,2,3 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Alma Ata Yogyakarta Jalan Ringroad Barat Daya No 1 Tamantirto, Kasihan, Bantul, Yogyakarta Abstrak Masalah kependudukan tetap menjadi isu yang sangat penting dan mendesak, utamanya yang berkaitan dengan aspek pengendalian kualitas penduduk, peningkatan kualitas penduduk dan pengarahan mobilitas penduduk, jika dikaitkan dengan potensi ancaman ledakan penduduk kedepan. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui faktor-faktor berhubungan dengan terjadinya unmet need KB pada pasangan usia subur (PUS) di Kota Yogyakarta. Jenis penelitian menggunakan metode deskriptif. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasangan usia subur (PUS) di Kota Yogyakarta. Cara atau teknik pengambilan sampel dilakukan dengan teknik Probability Proportional to Size (PPS). Sampel dalam penelitian ini adalah pasangan usia subur di Kota Yogyakarta yang diambil dari 30 RW dalam 30 kelurahan, yaitu sejumlah 779 responden. Hasil penelitian tidak ada hubungan yang signifikan antara umur istri dengan kejadian unmet need, tidak ada hubungan yang signifikan antara pendidikan istri dengan kejadian unmet need, dan tidak ada hubungan yang signifikan antara jumlah anak masih hidup dengan kejadian unmet need KB. Kata Kunci: unmet need, pasangan usia subur Factors Associated with Unmet Need Family Planning among Reproductive Age Couples in Yogyakarta Abstract The problem of population is important big issues and urgent, primarily related with aspects of the quality of population control, improving the quality of population and mobility of population, if its associated with the potential threat of explosion of population. The purpose of this study was to know factors associated with unmet need family planning among reproductive age couples in Yogyakarta. This study used descriptive method. The populations of this study were all of reproductive age couples in Yogyakarta. The sampling technique was done by probability proportional to size resulted on 779 respondents of reproductive age couples from 30 sub village in 30 village in Yogyakarta. The results of study showed that there was no significant relationship between respondent ages and unmet need, no significant relationship between wife education and unmet need, and no significant relationship between the number of children still live and unmet need. Keywords: unmet need, reproductive age couples Info Artikel: Artikel dikirim pada 28 Oktober 2015 Artikel diterima pada 30 Oktober 2015 Faktor yang Berhubungan dengan Terjadinya Unmet Need KB pada Pasangan Usia Subur (PUS) di Kota Yogyakarta 123

PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara yang dilihat yang dilihat dari jumlah penduduknya ada pada posisi keempat didunia, dengan laju pertumbuhan yang masih relatif tinggi. Esensi tugas program Keluarga Berencana (KB) dalam hal ini telah jelas yaitu menurunkan fertilitas agar dapat mengurangi beban pembangunan demi terwujudnya kebahagiaan dan kesejahteraan bagi rakyat dan bangsa Indonesia. Seperti yang disebutkan dalam UU No. 10 tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga sejahtera(1). Masalah kependudukan tetap menjadi isu yang sangat penting dan mendesak, utamanya yang berkaitan dengan aspek pengendalian kualitas penduduk, peningkatan kualitas penduduk dan pengarahan mobilitas penduduk, jika dikaitkan dengan potensi ancaman ledakan penduduk kedepan. Saat ini penduduk dunia telah mencapai 7 miliyar jiwa atau bertambah 1 milyar jiwa hanya dalam waktu 10 tahun. Berdasarkan hasil sensus tahun 2010, penduduk Indonesia bertambah 32,5 juta jiwa, dan rata-rata pertumbuhan 1,49%. Apabila laju pertambahan penduduk masih 1,49% seperti sekarang, maka jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2045 menjadi 450 juta jiwa(2). KB merupakan upaya untuk meningkatkan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, dan peningkatan kesejahteran keluarga guna mewujudkan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera(1). Program KB di Indonesia telah diakui secara Nasional dan Internasional sebagai salah satu program yang telah berhasil menurunkan angka fertilitas secara nyata. Hal ini dapat dilihat dari TFR Indonesia hasil survei SDKI 2003 sebesar 2,4 dan menurun menjadi 2,3 pada SDKI 2007. Namun program keluarga berencana di Indonesia ini masih tetap menghadapi beberapa masalah penting dalam upaya mempertahankan program yang selama ini telah berhasil dilaksanakan. Salah satu masalah dalam pengelolaan program KB yaitu masih tingginya angka unmet need KB. Jumlah pasangan usia subur (PUS) yang ingin menunda kehamilan atau tidak menginginkan tambahan anak tetapi tidak ber-kb (Unmet Need KB), meningkat dari 8,6% (SDKI, 2002 2003) menjadi 9,1% (SDKI, 2007), dimana diharapkan pada akhir tahun 2014 dapat diturunkan menjadi sebesar 5%(3). Dalam program KB di Indonesia, jika diperhatikan terjadi peningkatan jumlah PUS yang ingin menunda kehamilan atau tidak menginginkan tambahan anak tetapi tidak menggunakan alat kontrasepsi (unmet need KB), yaitu meningkat dari 8,6% menjadi 9,1%(4). Hal ini sangat memprihatinkan karena diharapkan pada akhir tahun 2014 prevalensi unmeet need ini dapat diturunkan menjadi sebesar 5%(5). Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang mempunyai unmet need yang tinggi, pada tahun 2012 di Provinsi DIY peserta KB aktif mencapai 73,29% dari 34.737 PUS, dan untuk unmet need mencapai 13,69% dari 5.729 PUS dengan rincian: Ingin Anak Tunda (IAT) 5,29% dari 2.507 PUS, Tidak Ingin Anak Lagi (TIAL) 6,80 dari 3.222 PUS(5). Berdasarkan penelitian Handrina, alasan istri yang ingin mengontrol kelahiran tetapi tidak menggunakan alat kontrasepsi (unmet need) disebabkan dua alasan yaitu pertama, sumber daya manusia (SDM) yang masih rendah dengan pola pikir yang tradisional dilatar belakangi oleh faktor keagamaan dan kultur budaya sehingga kesalahan dalam menentukan pilihan pemakaian alat kontrasepsi dapat menimbulkan efek samping terutama gangguan kesehatan bagi perempuan/ istri. Kedua, adanya larangan dari suami. Kedua alasan tersebut berkaitan dengan faktor penyebab yaitu keterjangkauan program KB terkait dengan berkurangnya jumlah penyuluh KB dan kurangnya pengetahuan PUS tentang alat kontrasepsi, serta lemahnya pelaksanaan program KB terkait dengan menentukan pilihan terhadap pemakaian alat kontrasepsi(6). Tujuan penelitian ini adalah mengetahui faktor-faktor berhubungan dengan terjadinya unmet need KB pada pasangan usia subur (PUS) di Kota Yogyakarta tahun 2013. BAHAN DAN METODE Jenis Penelitian yang akan digunakan adalah metode deskriptif. Populasi dalam penelitian ini seluruh pasangan usia subur (PUS) di Kota Yogyakarta yang berjumlah 47.399 responden. Cara atau teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik probability proportional to size (PPS). Sampel dalam penelitian ini adalah pasangan usia subur di kota Yogyakarta yang diambil dari 30 RW dalam 30 kelurahan, yaitu 124 Susiana Sariyati, Sundari Mulyaningsih, Sri Sugiharti, 2015. JNKI, Vol. 3, No. 3, Tahun 2015, 123-128

sejumlah 750 orang dan terdapat sampel tambahan sebanyak 29 orang sehingga total sampel menjadi 779. Sampel untuk pendekatan kualitatif diambil secara purposive sampling sebanyak 5 responden (PPKBD dan penyuluh KB). Data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara dengan responden berdasarkan kuesioner. Analisa data adalah analisis univarat yaitu untuk mendeskripsikan masing-masing variabel penelitian menggunakan distribusi frekuensi dan rata-rata. HASIL DAN BAHASAN Hubungan antara Unmet Need dengan Umur Jumlah responden yang menjadi subjek penelitian dalam penelitian ini adalah 779 responden. Responden kemudian dikelompokkan berdasarkan umur yang disajikan dalam Tabel 1. Berdasarkan Tabel 1 diketahui bahwa responden menurut umur istri sebagian besar yang unmet need KB berusia >35 tahun yaitu sebanyak 85orang (58,22%), sedangkan untuk responden yang berusia <20 yaitu 2 orang (1,37%). Hasil perhitungan uji statistik menggunakan chi-square seperti disajikan pada tabel dapat diperoleh p-value 0,291>α (0,05) sehingga dapat disimpulkan tidak ada hubungan yang signifikan antara umur istri dengan kejadian unmet need. Terjadinya unmet need berdasarkan penelitian ini dapat terjadi pada berbagai umur baik pada umur reproduksi muda maupun reproduksi tua. Dalam penelitian ini kejadian unmet need paling banyak adalah responden yang berusia >35 tahun. Berdasarkan hasil wawancara mereka beranggapan bahwa pada usia tersebut sudah bukan masa reproduktif lagi dan menganggap dirinya sudah tua sehingga kemungkinan untuk terjadi kehamilan sangat kecil. Anggapan responden tersebut tidak benar jika pada usia >35 tahun adalah masa berhentinya reproduksi seorang wanita tetapi usia tersebut masih dapat terjadi kehamilan, masa seorang wanita dapat bereproduksi adalah jika seorang wanita berumur 15 49 tahun. Hasil penelitian ini didukung dengan penelitian Odumosu dalam Fitriyah, yang menemukan bahwa peluang tertinggi kejadian unmet need KB justru pada kelompok umur yang lebih tua. Penelitian tersebut menjelaskan bahwa tidak ada rumusan umur yang spesifik terhadap kejadian unmet need KB, namun, pada kelompok umur yang lebih tua, semakin berkembang asumsi yang salah mengenai fertilitas, yaitu semakin tua umur seseorang maka akan semakin kecil atau menurun risiko seseorang tersebut sejalan dengan argumen yang menyebutkan bahwa terjadinya unmet need KB dikarenakan adanya persepsi yang salah terhadap kemampuan untuk hamil(7). Penelitian ini sama dengan penelitian Fitriyah yang menyatakan bahwa bila suami dan istri yang berada dikelompok usia tua (46 tahun ke atas) semakin berpeluang menyebabkan unmet need KB(7). Penelitian Isa berdasarkan hasil SDKI 2007 menunjukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara umur responden dan status unmet need atau kebutuhan KB yang tidak terpenuhi karena hal ini disebabkan oleh semakin tua umur wanita maka dia akan semakin memiliki pengalaman lebih dalam meggunakan KB sehingga dia bisa memilih alat atau metode KB yang cocok dan memperkecil untuk mengalami kebutuhan KB yang tidak terpenuhi. Umur wanita akan memepengaruhi aspek pengalaman secara psikologis dan fisiologis dalam menggunakan KB dan tidak hanya mempengaruhi motivasi wanita untuk mengontrol fertilitasnya(8). Tabel 1. Hubungan antara Unmet Need dengan Umur di Kota Yogyakarta Umur Istri <20 20-35 >35 Status Unmet Need Unmet Need Met Need n % n % 2 59 85 1,37 40,41 58,22 11 299 323 1,74 47,24 51,02 Total 146 18,74 633 81,26 Sumber: Data Primer Tahun 2013 p-value 0,291 Faktor yang Berhubungan dengan Terjadinya Unmet Need KB pada Pasangan Usia Subur (PUS) di Kota Yogyakarta 125

Hubungan antara Unmet Need dengan Pendidikan Responden dikelompokkan berdasarkan pendidikan yaitu: tidak tamat/tamat SD, tamat SMP/ sederajat, dan tamat >SMA/sederajat yang disajikan dalam Tabel 2. Tabel 2 menunjukan sebagian besar responden yang unmet need KB berpendidikan tamat >SMA/ sederajat yaitu sebanyak 93 orang (63,7%), sedangkan yang paling sedikit yang berpendidikan tidak tamat/tamat SD yaitu 17 orang (11,64%). Hasil perhitungan uji statistik menggunakan chi-square seperti disajikan pada tabel dapat diperoleh p-value 0,057>α (0,05) sehingga dapat disimpulkan tidak ada hubungan yang signifikan antara pendidikan istri dengan kejadian unmet need. Penelitian ini menunjukkan semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin besar kejadian unmet need. Semakin mengetahui tentang kontrasepsi maka semakin tinggi seseorang untuk tidak menggunakan kontrasepsi. Hal ini dikarenakan seseorang sudah mengetahui pengetahuan bagaimana cara mencegah kehamilan secara alami sehingga mereka tidak bersedia menggunakan kontrasepsi secara modern atau kontrasepsi yang menggunakan alat. Selain itu juga seseorang tidak menggunakan kontrasepsi disebabkan karena pengalaman negatif dari orang lain seperti efek sampingnya jika menggunakan kontrasepsi dan pengalaman pernah mengalami kegagalan menggunakan kontrasepsi, sehingga meskipun pendidikan seseorang tinggi tetap terjadi unmet need. Hasil penelitian ini didukung dengan penelitian Aryal, et al dalam Isa terhadap data survei demografi dan kesehatan di Nepal yang menemukan bahwa kejadian unmet need ditemukan pada responden wanita yang memiliki pendidikan tinggi. Sejalan dengan penelitian Isa yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara status unmet need dengan tingkat pendidikan tertinggi yang pernah diperoleh responden(8). Berbeda dengan penelitian Westoff dan Bankole dalam Isa yang menemukan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan ibu, maka semakin rendah persentasi terjadinya unmet need. Pendidikan bisa mempengaruhi kondisi unmet need karena orang berpendidikan akan memiliki pengetahuan yang lebih tentang permasalahan kesehatan, termasuk kesehatan reproduksi, sehingga mereka bisa lebih mengerti mengenai alat atau cara KB tertentu beserta pengaruhnya pada kesehatan. Dengan demikian, mereka bisa menentukan alat atau cara yang ingin digunakan dalan ber-kb, sehingga dapat lebih menghindari kemungkinan terjadinya unmet need(8). Hubungan antara Unmet Need dengan Jumlah Anak Masih Hidup Responden dikelompokkan berdasarkan jumlah anak masih hidup yaitu: tidak memiliki anak, 1-2 anak, dan >2 anak yang disajikan dalam Tabel 3. Tabel 3 menunjukan bahwa menurut jumlah anak hidup sebagian besar responden unmet need KB yang memiliki anak 1-2 anak yaitu sebanyak 110 orang (75,34%), sedangkan paling sedikit responden yang tidak memiliki anak yaitu 4 orang (2,74%). Hasil perhitungan uji statistik menggunakan chi-square diperoleh p-value 0,061 >α (0,05) sehingga dapat disimpulkan tidak ada hubungan yang signifikan antara jumlah anak masih hidup dengan kejadian unmet need KB. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa unmet need KB dapat terjadi pada paritas rendah maupun paritas tinggi. Ada sebagian pasangan usia subur ingin menunda kehamilan, menjarangkan atau mengakhiri kehamilan tetapi tidak menggunakan kontrasepsi dengan alasan takut efek samping jika menggunakan kontrasepsi dan jika menggunakan kontrasepsi takut jika kembali kesuburan tidak segera. Penelitian Sahoo dan Palacio dalam Santy berpendapat bahwa pola penggunaan kontrasepsi berbeda antara perempuan dengan paritas tinggi Tabel 2. Hubungan antara Unmet Need dengan Pendidikan di Kota Yogyakarta Pendidikan Istri Tidak Tamat/Tamat SD Tamat SMP/Sederajat Tamat >SMA/Sederajat Status Unmet need Unmet need met need n % n % 17 11,64 37 5,84 36 24,66 134 21,17 93 63,7 462 72,99 Total 146 18,74 633 81,26 Sumber: Data Primer Tahun 2013 p-value 0,057 126 Susiana Sariyati, Sundari Mulyaningsih, Sri Sugiharti, 2015. JNKI, Vol. 3, No. 3, Tahun 2015, 123-128

Tabel 3. Hubungan antara Unmet Need dengan Jumlah Anak Masih Hidup di Kota Yogyakarta Jumlah Anak Masih Hidup 0=tidak memiliki anak 1-2 anak >2 anak Status Unmet Need Unmet Need Met Need n % n % 4 2,74 53 8,38 110 75,34 454 71,72 32 21,92 126 19,90 Total 146 18,74 633 81,26 Sumber: Data Primer Tahun 2013 p-value 0,061 dan paritas rendah. Penggunaan kontrasepsi meningkat pada perempuan dengan paritas tinggi. Jumlah dan jenis kelamin anak yang hidup memiliki pengaruh besar terhadap penerimaan metode Keluarga Berencana. Semakin banyak jumlah anak masih hidup maka akan meningkatkan penggunaan kontrasepsi. Perempuan yang memiliki satu orang anak hidup penggunaan kontrasepsi lebih rendah dibandingkan yang memiliki dua atau lebih dari tiga orang anak. Perempuan dengan jumlah anak yang sedikit memliki keinginan untuk medapatkan anak dengan jenis kelamin yang berbeda(9). Jumlah anak ideal dalam keluarga di Nepal menurut Karki dalam Triana adalah 3 orang. Pada saat jumlah anak masih sedikit, keinginan suami untuk menambah anak mendominasi pilihan pasangan(10). Menurut Taluro dalam Triana di Ethopia sebanyak 60,3% suami menginginkan anak dalam jumlah banyak, meski rata-rata jumlah anak hidup mencapai 3 alasannya karena anak merupakan aset baik secara ekonomi maupun sosial(10). Menghendaki anak dalam jumlah banyak dengan alasan ekonomi berlaku di masyarakat tradisional. Jumlah anak ideal di masyarakat tradisional menurut Wilopo sekitar 4-8 anak(10). Menurut laporan SDKI tahun 2007, di Indonesia ada 41% wanita kawin dan 48% pria kawin berkeinginan mempunyai anak lagi. Keinginan menghentikan kelahiran pada wanita tersebut meningkat setelah mempunyai 2 anak atau lebih(11). SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa responden menurut umur istri sebagian besar yang unmet need KB berusia >35 tahun yaitu sebanyak 85 orang (58,22%), sedangkan untuk responden yang berusia <20 yaitu 2 orang (1,37%), tidak ada hubungan yang signifikan antara umur istri dengan kejadian unmet need. Responden yang unmet need KB berpendidikan tamat >SMA/sederajat yaitu sebanyak 93 orang (63,7%), sedangkan yang paling sedikit yang berpendidikan tidak tamat/tamat SD yaitu 17 orang (11,64%), tidak ada hubungan yang signifikan antara pendidikan istri dengan kejadian unmet need. Jumlah anak masih hidup sebagian besar responden unmet need KB yang memiliki anak 1-2 anak yaitu sebanyak 110 orang (75,34%), sedangkan paling sedikit yaitu responden yang tidak memiliki anak yaitu 4 orang (2,74%), tidak ada hubungan yang signifikan antara jumlah anak masih hidup dengan kejadian unmet need KB. Saran perlunya sosialisasi Keluarga Berencana (KB) bagi unmeet need khususnya tentang efek samping kontrasepsi untuk menurunkan kebutuhan KB yang tidak terpenuhi dan meningkatkan kualitas pelayanan KB dengan meningkatkan pemahaman tentang alat kontrasepsi dan keterampilan berkomunikasi yang baik bagi provider dalam memberikan pelayanan KB. RUJUKAN 1. Handayani S. PelayananKeluargaBerencana. Yogyakarta: Pustaka Rihama; 2010. 2. Badan Pusat Statistik (BPS), Badan Koordinasi Keluarga Berencana (BKKBN), Departemen Kesehatan, dan Makro Internasional Inc. 2003. Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2006-2009. Calverton, Maryland: BPS. 3. Sudarianto.Kepedulian Terhadap Unmet Need Suatu Studi di Kelurahan Kayou Kubu Kecamatan Guguk Pajang Kota Bukit Tinggi [internet]. 2010 [cited 2013 Jun 14]. Available from: http://pasca. unand.ac.id. 4. Ismail, Fitria. Faktor yang Berhubungan dengan Terjadinya Unmet Need KB pada Pasangan Usia Subur (PUS) di Kelurahan Sempaja Selatan Kecamatan Samarinda Utara. 2010. Faktor yang Berhubungan dengan Terjadinya Unmet Need KB pada Pasangan Usia Subur (PUS) di Kota Yogyakarta 127

5. BKKBN. Profil Hasil Pendataan Keluarga 2011. Jakarta: Direktorat Pelaporan dan Statistik; 2012. 6. Handrina E. Faktor Penyebab Unmet Need Suatu Studi di Kelurahan Kayu Kubu Kecamatan Guguk Panjang Kota Bukittinggi. Sumatera Barat: Universitas Andalas; 2011. 7. Fitriyah N. Hubungan Kesenjangan Pilihan Fertilitas dan Relasi Kuasa Suami Istri dengan Unmet Need Keluarga Berencana (KB): Analisa Data SDKI 2007. Yogyakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada; 2011. 8. Isa. Determinan Unmet Need Keluarga Berencana di Indonesia Analisis Data SDKI 2007. Jakarta: Universitas Indonesia; 2009. 9. Santy P. KekerasanTerhadap Istri dalam Rumah Tangga dan unmet need Pelayanan Keluarga Berencana di Kota Banda Aceh [Tesis]. Yogyakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada; 2011. 10. Triana V. Hambatan Psikososial dan Niat Keluarga Berencana Pada Wanita dengan Kebutuhan Pelayanan Kontrasepsi yang Tidak Terpenuhi (unmet need). Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada; 2010. 11. Badan Pusat Statistik (BPS), Badan Koordinasi Keluarga Berencana (BKKBN), Departemen Kesehatan, dan Makro Internasional Inc. 2003. Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2006-2009. Calverton, Maryland: BPS; 2007. 128 Susiana Sariyati, Sundari Mulyaningsih, Sri Sugiharti, 2015. JNKI, Vol. 3, No. 3, Tahun 2015, 123-128