I. PENDAHULUAN. mengisi waktu luang, atau berolahraga ringan. Permainan biasanya. dilakukan sendiri atau bersama-sama (kelompok).

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dijual kembali (Godam, 2008). Produk Konsumen menjadi kebutuhan sehari hari bagi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Anak usia dini pada hakikatnya merupakan anak yang berusia 0-6 tahun

Polyvinyl chloride (PVC) merupakan termasuk salah jenis plastik yang paling

BAB I PENDAHULUAN. beli makanan dan minuman yang melintasi batas-batas wilayah suatu Negara,

TINJAUAN PUSTAKA. (Hans Daeng, 2009 :17). Andang Ismail menuturkan bahwa permainan memiliki

BAB I PENDAHULUAN. perkembangannya anak usia dini merupakan masa-masa keemasan yang harus

BAB I PENDAHULUAN. semua aspek, baik kognitif, efektif maupun fisik motorik. besar, sebagian atau seluruh anggota tubuh. Contohnya berjalan, berlari,

2015 PENGARUH LATIHAN ANGKLUNG TERHADAP PENGETAHUAN TANGGA NADA DIATONIS ANAK TUNAGRAHITA RINGAN DI SPLB-C YPLB CIPAGANTI KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. Tubuh manusia merupakan hal yang bisa dipelajari, baik bentuk maupun

adalah 70-80% angkatan kerja bergerak disektor informal. Sektor informal memiliki

PERANAN PERMAINAN TRADISIONAL GOBAG SODOR DALAM PENGEMBANGAN ASPEK MOTORIK DAN KOGNITIF ANAK TK PILANGSARI I GESI SRAGEN

I. PENDAHULUAN. Pendidikan sebagai sebuah upaya sadar yang dikerjakan oleh manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Pesatnya pembangunan Indonesia di bidang ekonomi telah memicu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang melindungi kepentingan konsumen 1. Adapun hukum konsumen diartikan

I. PENDAHULUAN. Izin sebagai bukti legalitas untuk menjalankan usaha khususnya perdagangan

BAB I PENDAHULUAN. masa keemasan karena pada masa itu keadaan fisik maupun segala. kemampuan anak sedang berkembang cepat.

BAB I PENDAHULUAN. gembira dapat memotivasi anak untuk belajar. Lingkungan harus diciptakan

BAB I PENDAHULUAN. berpengaruh terhadap keberadaan dan ketahanan hidup manusia. Mengingat kadar

BAB I PENDAHULUAN. adalah pasar yang sangat besar dan potensial untuk kegiatan ekonomi dan bisnis.

BAB I PENDAHULUAN. bagi seorang anak bermain sambil belajar adalah suatu kegiatan di mana

PERTOLONGAN PERTAMA GAWAT DARURAT. Klinik Pratama 24 Jam Firdaus

I. PENDAHULUAN. dalam memasuki jenjang pendidikan selanjutnya. kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan

STIMULASI TUMBUH KEMBANG ANAK UNTUK MENCAPAI TUMBUH KEMBANG YANG OPTIMAL

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kulitas hidup. Kemampuan gerak dasar di bagi menjadi 3, yaitu. gerak lokomotor, nonlokomotor, dan manipulatif.

TINJAUAN PUSTAKA. ini, belajar adalah merupakan salah satu proses suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau hasil

BAB 2 DATA DAN ANALISA. Untuk mempelajari perkembangan anak dari usia 2 tahun, ada baiknya

I. PENDAHULUAN. pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum 1. Pada

2016 MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR ANAK MELALUI PEMBELAJARAN TARI KREASI BALI

2015 PENGARUH LATIHAN LOMPAT D ENGAN MENGGUANAKAN BOLA YANG D IGANTUNG TERHAD AP KETERAMPILAN SMASH D ALAM PERMAINAN BOLA VOLI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah UPI Kampus Serang Yeni, 2016

BAB I PENDAHULUAN. secara material maupun spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang

UPAYA PENINGKATAN KREATIVITAS ANAK MELALUI ALAT PERMAINAN EDUKATIF DARI KARDUS BEKAS DI TK GESI I, SRAGEN SKRIPSI

STANDAR KEAMANAN. Mainan Anak

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan anak selanjutnya. Perkembangan motorik pada usia 1-5 tahun

BAB I PENDAHULUAN. dan pertumbuhan anak karena merupakan masa peka dalam kehidupan anak. Masa

I. PENDAHULUAN. Saat ini, plastik banyak digunakan sebagai kemasan makanan dan minuman.

BAB 1 PENDAHULUAN. utama di daerah perkotaan ( Media Aeculapius, 2007 ). Menurut American Hospital Association (AHA) dalam Herkutanto (2007),

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dengan spontanitas dan menyenangkan.sesuatu yang dilakukan anak. orang dewasa (Utami& Sulistyaningrum, 2014, h.59).

BAB II KAJIAN PUSTAKA. kognitif, emosional dan lingkungan pengaruh dan pengalaman untuk memperoleh,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hampir para ahli telah mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang

BAB I PENDAHULUAN. menentukan perkembangan anak selanjutnya. Pada masa balita ini

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan kognitif saja tetapi juga tidak mengesampingkan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia akan melalui tahap perkembangan dari masa bayi hingga

BAB I PENDAHULUAN. yang hendak dikonsumsi oleh semua masyarakat Indonesia. Keamanan pangan bukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari sistem pendidikan

BAB 1 PENDAHULUAN. terhadap fasilitas-fasilitas umum dan timbulnya korban yang meninggal dunia.

BAB I PENDAHULUAN. kompetitif. Pendidikan bagi anak usia dini bukan sekedar meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. untuk menunjang penampilan seseorang, bahkan bagi masyarakat dengan gaya

merupakan campuran dari beragam senyawa kimia, beberapa terbuat dari sumbersumber alami dan kebanyakan dari bahan sintetis (BPOM RI, 2003).

I. PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha di Indonesia pada saat ini kian pesat, terutama di

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia dini pada hakikatnya adalah anak yang berusia 0-6 tahun yang

BERMAIN SEBAGAI SARANA PENGEMBANGAN KREATIVITAS ANAK USIA DINI

BAB 1 : PENDAHULUAN. merupakan kondisi yang menunjukkan Indonesia tidak dapat menghindarkan diri dari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan

RechtsVinding Online

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar),

BAB I PENDAHULUAN. mandiri ilmu yang dipelajarinya. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. manusia sepanjang hidupnya dan dapat terjadi kapan di mana saja, proses

BAB I PENDAHULUAN. beragam jenis dan variasi barang dan jasa. Konsumen pada akhirnya

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia 4-6 tahun merupakan bagian dari anak usia dini yang berada

BAB I PENDAHULUAN. terhadap apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan. Anak seolah-olah tidak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. rohani. Kebutuhan manusia tidak terbatas, faktor yang menyebabkan kebutuhan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berhubungan dengan tingkat kecerdasan (inteligensi) yang menandai seseorang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik

2014 MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK USIA DINI MELALUI KEGIATAN MENGANYAM

ISNANIAR BP PEMBIMBING I:

PEMBAHASAN DAN PENYELESAIAN MASALAH. II.1 Mainan Anak Edukatif II.1.1 Definisi Mainan Anak Edukatif

BAB I PENDAHULUAN. penting karena Pendidikan Anak Usia Dini merupakan fondasi dasar. Pendidikan Nasional, Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya

BAB III ANALISA HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Perwujudan kualitas lingkungan yang sehat merupakan bagian pokok di

BAB I PENDAHULUAN. Banyak makanan import yang telah masuk ke Indonesia tanpa disertai

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan, dan keturunan. Berdasarkan ke empat faktor tersebut, di negara yang

BAB I PENDAHULUAN. kandungan hingga usia 8 tahun. Pendidikan bagi anak usia dini dilakukan melalui

I. PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang RI No.20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan. Nasional, yang dimaksud dengan Pendidikan adalah usaha sadar dan

BAB I PENDAHULUAN. banyak dirasakan orang tentang manfaatnya. Oleh karena itu kita perlu

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan karya insan yang terbentuk dari bagian yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sepeda motor saat ini menjadi super booming, dan menjadi alat angkut

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terciptanya struktur ekonomi yang seimbang dan kokoh yang meliputi aspek

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. pemberi bola kepada si pemukul. Namun pada permaianan kippers si pemukul

BAB 1 PENDAHULUAN. mempunyai peranan yang penting dalam peningkatan produksi pertanian.

BAB I PENDAHULUAN. melarang keras para penjual bahan makanan yang menentukan harga,

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah seseorang yang akan menjadi penerus bagi orang tua,

BAB II KAJIAN PUSTAKA Pengertian Keterampilan Motorik

BAB I PENDAHULUAN. mancanegara. Dapat dikatakan sebagai kerajinan tradisional. Baik sebagai bentuk

BAB I PENDAHULUAN. bersifat kuantitatif. Sedangkan pengertian tumbuh itu sendiri yaitu proses

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pendidikan anak usia dini (PAUD) menurut Hasan (2011: 15), adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan

BAB 1 PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi di era globalisasi terus berkembang, khususnya

BAB I PENDAHULUAN. Bermain berasal dari kata dasar main, yakni merupakan sebuah hiburan atau

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung dengan sangat cepat, hal ini terlihat dari sikap anak yang terlihat jarang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. jasmani juga mencakup aspek mental, emosional, sosial dan spiritual.

Transkripsi:

1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permainan (games) merupakan aktivitas rekreasi dengan tujuan bersenangsenang, mengisi waktu luang, atau berolahraga ringan. Permainan biasanya dilakukan sendiri atau bersama-sama (kelompok). Di lingkungan yang masih terlihat keakraban antar anggota masyarakat, banyak permainan yang dilakukan oleh anak-anak secara beramai-ramai dengan teman-teman mereka di halaman atau di teras rumah. Mereka berkelompok, berlarian, atau duduk melingkar memainkan salah satu permainan dan terciptalah keakraban, misalnya main kelereng ( gundu), mobil-mobilan dari bambu, pistol-pistolan dari kayu, kapalkapalan dari sterofoam, congklak dari batu kerikil dan tanah yang dilobangi sedemikian rupa, petak umpet, gerobak selodor, dan lain-lain. Beberapa permainan ini sudah ada sejak lama yang disebut dengan permainan tradisional. Sedangkan pada masa kini beberapa permainan telah menggunakan peralatan modern/canggih yang disebut permainan modern. Modernisasi telah membuat permainan berkembang pesat dengan jenis-jenis yang semakin variatif, hingga permainan tradisional kini telah tersingkir. Permainan moderen yang saat ini menjadi idola baru anak-anak memang kurang mendidik, cenderung individual, materialistis, ingin menang sendiri, dan masih banyak efek

2 negatif lainnya. Namun, dengan semakin canggihnya permainan tersebut tidak menutup kemungkinan memiliki potensi bahaya bagi keselamatan dan kesehatan anak-anak. Magnet kecil, baterai kuat dan lampu laser adalah beberapa fitur pada mainan moderen yang memiliki tingkat bahaya sama dengan bagian-bagian kecil dan tajam pada permainan konvensional. Dalam beberapa tahun terakhir, mainan yang dinaiki atau dikendarai terbukti sebagai jenis mainan yang paling berbahaya dari semua jenis mainan. Angka kecelakaan atau cedera akibat mainan cukup tinggi di Amerika, yang meliputi lebih dari 235.000 anak-anak harus dirawat di unit gawat darurat di sejumlah rumah sakit di Amerika pada tahun 2008, menurut US Consumer Product Safety Comission. Sementara 19 anak lainnya meninggal sebagai akibat dari kecelakaan yang disebabkan oleh mainan. 1 Memilih mainan anak perlu didasari banyak pertimbangan. Jika asal pilih mainan, risikonya pun makin tinggi. Seperti anak tersedak mainan, terluka tubuhnya, iritasi, hingga menimbulkan risiko penyakit dalam jangka panjang akibat paparan zat kimia berbahaya yang terkandung dalam mainan. 2 Misalnya pistol mainan yang dapat membahayakan kesehatan dan keselamatan anak-anak yang masih dapat dijumpai terjual bebas dipasar. Apalagi menjelang hari raya/lebaran. Meskipun hanya berupa mainan, namun dapat mengancam kebutaan pada mata anak akibat peluru yang menyasar tepat pada bola mata. Seperti yang terjadi padatahun 2013 silam. Ada enam orang anak di kota Padang yang menjadi korban dan terancam buta akibat dari pistol mainan tersebut. 3 1 Redaksi Go4Healthylife.com, Hati-hati Mainan Anak Modern Berpotensi Bahaya, https://www.go4healtylife.com/hati-hati-mainan-anak-modern-berpotensi-bahaya/diunduh pada tanggal 25 Februari 2015 pukul 11.54 WIB 2 Wardah Fajri. 2013. Waspadai Zat Berbahaya Pada Mainan Anak. Kompas.Com. 27 November 2013 3 Azhar Safar. 2013. 6 Korban Pistol Mainan Terancam Buta. Padang Ekspres, 13 Agustus 2013.

3 Mainan anak-anak bukanlah sekedar mainan belaka. Mainan anak-anak merupakan media pendidikan anak yang penting dalam melatih daya pikir (kognitif), imajinasi, rasa seni, kontrol emosional, dan kepekaan atau tanggung jawab sosial. 4 Mainan merupakan bagian penting dalam proses pembelajaran bagi tumbuh kembang setiap anak, karena mainan dapat merangsang kreativitas dan juga mengembangkan kemampuan fisik dan mental yang pastinya diperlukan di kemudian hari oleh anak. Bermain bermanfaat untuk menstimulasi kemampuan sensor-motorik, kognitif, sosial-emosional dan bahasa anak. Bermain juga memberikan kesempatan pada anak untuk belajar, terutama dalam hal penguasaan tubuh, pemecahan masalah dan kreativitas. Perkembangan sensor-motorik sangat penting untuk perkembangan fungsi otot. Pada usia bayi, sebagian besar waktu terjaga bayi diserap dalam permainan sensor-motorik. Pada usia 6 (enam) bulan sampai 1 (satu) tahun, permainan keterampilan sensor-motorik seperti cilukba, tepuk tangan, dan pengulangan verbal. Pada usia toddler 5, anak mulai belajar bagaimana berjalan sendiri, memahami bahasa dan merespon disiplin, seperti berbicara dengan mainan, menguji kekuatan dan ketahanannya. Sedangkan pada anak prasekolah, aktivitas pertumbuhan fisik dan penghalusan keterampilan motorik mencakup melompat, berlari, memanjat, dan berenang. Meningkatnya peredaran produk mainan China yang mengandung zat berbahaya, dapat menimbulkan dampak yang negatif bagi kesehatan dan keselamatan anak. 4 Admin, Pengertian Mainan Anak, https://informasiberitaonline.wordpress.com/tag/pengertianmainan-anak/di unduh pada tanggal 18 Januari 2015 pukul 15.23 WIB 5 Toddle(r):bertatih-tatih. Meindar FM dan Soepandi MJ, Kamus Penolong Praktis INGGRIS- INDONESIA, INDONESIA-INGGRIS 80.000,Cet. Pertama, (Surabaya: TIGA DUA Surabaya, 1992), hlm. 206

4 Penggunaan zat berbahaya dalam memproduksi mainan anak-anak melanggar hak-hak konsumen dalam Pasal 4 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen. Kita mungkin merasa heran atau merasa aneh, bila suatu produk mainan anak-anak dikatakan bisa menimbulkan keracunan pada anak. Padahal produk tersebut ditujukan untuk memberikan kegembiraan, kebahagiaan bahkan untuk pendidikan anak dan bukan sebaliknya. Pada hakekatnya banyak anak-anak yang mengalami kecelakaan keracunan dikarenakan ketidak sengajaan akibat produk mainan yang digunakan. Salah satu penyebab terjadinya keracunan pada anak-anak adalah produk mainan yang digunakan mengandung bahan beracun yang dapat mengganggu kesehatan anak bahkan pada orang dewasa. Produk mainan yang membahayakan contohnya adalah produk yang mengandung timbal (plumbum). Timbal biasanya ditambahkan pada produk yang mengandung PVC ( Polyvinyl Chloride) sebagai stabilizer. PVC tidak hanya digunakan pada produk mainan anak-anak saja, tetapi juga digunakan pada produk-produk rumah tangga yang terbuat dari plastik. Penggunaan cat (pewarna) yang mengandung timbal juga digunakan pada produk mainan anak yang tujuannya untuk mewarnai mainan tersebut sehingga menarik perhatian anak-anak. Secara alami PVC merupakan bahan yang keras, karena itu bahan kimia berbahaya seperti timbal biasanya ditambahkan untuk merubah karakteristik alami ini. Zat aditif dapat sebagai stabilizer atau plasticizer. Stabilizer digunakan untuk mempertahankan kekakuan plastik agar tetap tahan lama, sedangkan plasticizer dibutuhkan agar plastik lentur dan lembut sehingga mudah dibentuk.

5 Konsumen setiap saat dapat mengalami musibah. Apalagi, jika mengkonsumsi produk yang sama. Oleh karena itu, perlindungan terhadap kepentingan dan hakhak konsumen semakin penting untuk diketahui, khususnya berkenaan dengan keadaan atau posisi konsumen dihadapan pelaku usaha. Permasalahan ini membuat konsumen belum dapat secara nyata merasakan perlindungan sepenuhnya. Sebab dalam permasalahan ini yang bertanggungjawab bukan hanya pelaku usaha, tetapi pemerintah juga mempunyai peranan penting yang berkaitan dengan fungsinya memberikan standar baku dan pengawasan terhadap upaya pertanggungjawaban produk mainan yang beredar dipasaran, khususnya pengawasan terhadap produk impor, apakah sudah sesuai dengan SNI atau standar mutu dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) atau lembaga penilai mutu produk lainnya. Berdasarkan hal tersebut diatas maka akan dilakukan penelitian dengan judul : Perlindungan Hukum Terhadap Anak Dari Bahaya Mainan Anak-Anak Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen. B. Permasalahan Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka permasalahan yang akan diteliti adalah sebaga iberikut: 1. Bagaimanakah pengawasan terhadap peredaran mainan anak-anak yang membahayakan? 2. Bagaimanakah tanggungjawab pelaku usaha/produsen mainan anak-anak terhadap kerugian yang dialami oleh konsumen?

6 3. Upaya hukum apa yang dapat dilakukan atas kerugian yang ditimbulkan akibat dari mainan anak-anak yang membahayakan? C. Ruang Lingkup Ruang lingkup bidang ilmu dalam penelitian ini adalah hukum keperdataan khususnya hukum perlindungan konsumen, yaitu perlindungan hukum terhadap anak dari bahaya mainan anak-anak ditinjau dari UUPK. D. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis perlindungan konsumen, yang meliputi: 1. Pengawasan terhadap peredaran mainan anak-anak yang membahayakan; 2. Tanggungjawab hukum pelaku usaha/produsen mainan anak-anak terhadap kerugian yang dialami oleh konsumen;dan 3. Upaya apa yang dapat dilakukan apabila konsumen dirugikan karena bahaya mainan anak-anak. E. Kegunaan Penelitian Adapun kegunaan yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Kegunaan Teoritis a. Secara teoritis penelitian ini berguna untuk perkembangan ilmu hukum perdata khususnya hukum perlindungan konsumen;

7 b. Sebagai sumber informasi dan bahan bacaan agar masyarakat mengetahui tentang perlindungan hukum konsumen terhadap mainan anak-anak yang membahayakan. 2. Kegunaan Praktis a. Penelitian ini untuk menambah informasi, pengetahuan dan pengembangan wawasan peneliti tentang perlindungan hukum terhadap anak dari bahaya mainan anak-anak ditinjau dari Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen; b. Sebagai sumber bacaan, referensi, dan sumber informasi bagi masyarakat tentang perlindungan konsumen terhadap mainan anak-anak yang membahayakan.