PEMAHAMAN PANCASILA SEBAGAI PANDANGAN HIDUP DAN INTENSITAS BIMBINGAN MORAL OLEH ORANG TUA PENGARUHNYA TERHADAP KESADARAN BAHAYA

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH KEAKTIFAN SISWA DALAM PROSES PEMBELAJARAN DAN PEMAHAMAN PANCASILA SEBAGAI PANDANGAN HIDUP TERHADAP PRESTASI BELAJAR PADA SISWA KELAS VII

TUGAS AKHIR PENDIDIKAN PANCASILA

PENGARUH AKTIVITAS BELAJAR SISWA DAN PARTISIPASI DALAM. KEGIATAN OSIS TERHADAP PRESTASI BELAJAR PKn PADA SISWA

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan

SISWA KELAS VIII SMP NEGERI I WONOSARI

SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Kewarganegaraan. diajukan oleh:

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan. Disusun oleh: DEWI WIJAYANTI A.

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan. Diajukan Oleh:

INTENSITAS BIMBINGAN ORANG TUA DAN PEMAHAMAN TENTANG KEDISIPLINAN PENGARUHNYA TERHADAP KETAATAN SISWA

Untuk memenuhi sebagai persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Disusun oleh: MULYONO A

PENGARUH KEDISIPLINAN MENGGUNAKAN WAKTU BELAJAR DAN PERILAKU SISWA DALAM MENERIMA PELAJARAN TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN

PENGARUH TATA TERTIB DAN BIMBINGAN WALI KELAS TERHADAP PENEGAKAN KEDISIPLINAN SISWA SMK MUHAMMADIYAH 1 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2009/2010

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengembangkan diri untuk dapat hidup di tengah-tengah masyarakat, apalagi

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan. Disusun oleh:

PENGARUH PERHATIAN ORANG TUA DAN MOTIVASI BELAJAR. SISWA TERHADAP PRESTASI BELAJAR Pkn SISWA KELAS VII SMP MUHAMMADIYAH 4 SURAKARTA

SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Kewarganegaraan. Diajukan Oleh: ERMAWATIK A

SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak-anak merupakan buah kasih sayang bagi orang tua, sumber

BAB I. A. Latar Belakang Masalah. mengenai konsep dan perkembangan politik serta bagaimana cara berpolitik

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan

SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat sarjana S-1 Pendidikan Kewarganegaraan. disusun oleh: FEBRI ARIFIN A

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

BAMBANG SUPAGI A

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan AGUS PRASETYO A

PELAKSANAAN PENGAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DALAM UPAYA PEMBENTUKAN WAWASAN KEBANGSAAN PADA SISWA KELAS VIII SMP MUHAMMADIYAH 4 DELANGGU

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pada tantangan baru dan berkembang cepat, karenanya perlu kesiapan

PERAN ORGANISASI BRAJA JATI DALAM PENGEMBANGAN DEMOKRASI DAN DEMOKRASI DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan kebudayaan masyarakat yang telah berabad-abad lamanya suatu kebudayaan

PEMBINAAN DISIPLIN ANAK TUNA GRAHITA DI SEKOLAH. (Studi Kasus di SLB Pelita Bangsa Kesamben Jombang) SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pembangunan nasional. Menurut Samani dan Harianto (2011:1) paling tidak ada

PENGARUH KEHARMONISAN KELUARGA DAN RASA PERCAYA DIRI TERHADAP PRESTASI BELAJAR

KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN Laporan Penelitian Skripsi S-1 Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan

SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian prasyarat Guna mencapai derajat Sarjana S- 1. Pendidikan Kewarganegaraan ROSY HANDAYANI A.

IMPLEMENTASI TUGAS DAN FUNGSI KEPALA URUSAN PEMBANGUNAN DESA DALAM MEWUJUDKAN PEMBERDAYAAN MASYAKARAT DESA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyebabnya bukan saja anggaran pemerintah yang relatif rendah tetapi juga

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN BERMAIN JAWABAN SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA DALAM PROSES PEMBELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merugikan baik untuk diri sendiri maupun orang lain yang berada di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. motivasi pokok penanaman pendidikan karakter negara ini. Pendidikan karakter perlu

BAB I PENDAHULUAN. dan dasar negara membawa konsekuensi logis bahwa nilai-nilai Pancasila harus selalu

PERGESERAN PERAN WANITA KETURUNAN ARAB DARI SEKTOR DOMESTIK KE SEKTOR PUBLIK

LEARNING OUTCOMES PENDIDIKAN PANCASILA IPB 111 INSTITUT PERTANIAN BOGOR UNIT MATA KULIAH DASAR UMUM

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu sendi kehidupan. Melalui pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. fundamental bagi pengaturan serta penyelenggaraan Negara. Sejarah telah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menjadi orang yang bermanfaat bagi bangsa dan negara. Setiap manusia harus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pertumbuhan budi pekerti tiap-tiap manusia. Orang tua dapat menanamkan benih

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia merupakan suatu bangsa yang majemuk, yang terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. telah berupaya meningkatkan mutu pendidikan. Peningkatan pendidikan diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan usaha yang dilakukan dengan sengaja dan sistematis

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya melalui proses pembelajaran atau cara lain yang dikenal dan diakui

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Saat ini globalisasi berkembang begitu pesat, globalisasi mempengaruhi

PENGARUH AKTIVITAS SISWA DALAM MENGIKUTI KEGIATAN EKSTRA KURIKULER DAN KEDISIPLINAN MENGIKUTI KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR TERHADAP KEMANDIRIAN BELAJAR

PERAN DAN CITRA PERPOLISIAN MASYARAKAT STUDI KASUS DI MASYARAKAT DESA SENTONO KECAMATAN KARANGDOWO KABUPATEN KLATEN 2010

BAB I PENDAHULUAN. dijangkau dengan sangat mudah. Adanya media-media elektronik sebagai alat

PENANAMAN NILAI PATRIOTISME (Analisis Isi Film Merdeka atau Mati Soerabaia 45 Sebagai Media Pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan)

BAB I PENDAHULUAN. agama. Hal tersebut sangat berkaitan dengan jiwa Nasionalisme bangsa Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sejarah mengungkapkan Pancasila sebagai jiwa seluruh rakyat Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Adicita itu pulalah yang merupakan dorongan para pemuda Indonesia

26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas sumber daya manusia maka perlu dikembangkan

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan dinamika perubahan sosial budaya masyarakat. mengembangkan dan menitikberatkan kepada kemampuan pengetahuan,

: Pendidikan Kewarganegaraan (PKN)

Mata Pelajaran : Pendidikan Kewarganegaraan (PKN) Satuan Pendidikan : SMP/MTs. Kelas/Semester : VII /1

PEMETAAN STANDAR KOMPETENSI, KOMPETENSI DASAR MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bagian penting bagi kehidupan bangsa dan negara. Secara detail, penyebab

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah gerbang yang utama dan pertama dalam usaha

Berkomitmen terhadap Pokok Kaidah Negara Fundamental

KATA PENGANTAR. Penulis. iii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai Negara yang berkembang dengan jumlah penduduk besar, wilayah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ini banyak membawa pengaruh positif maupun negatif bagi penggunanya. Apabila

Laporan Penelitian Skripsi S-1 Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan. Disusun Oleh: SUPRIYANTO A

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang penting bagi kehidupan manusia. Pendidikan

KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP)

PEMETAAN SK KD. Indikator Pencapaian Kompetensi. Menjelaskan pengertian norma, kebiasaan dan adat istiadat. Menjelaskan manfaat norma

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tersebut sebenarnya dapat menjadi modal yang kuat apabila diolah dengan

26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh:

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi yang dimiliki demi kemajuan suatu bangsa. Salah

BAB I PENDAHULUAN. teknologi dan seni (Ipteks) yang berlandaskan nilai-nilai keagamaan, nilai-nilai

LATIHAN PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan adalah suatu yang berharga yang dapat diwariskan kepada

KISI-KISI MATERI PLPG MATA PELAJARAN PPKn

STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR TINGKAT SMP, MTs, DAN SMPLB

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam rangka memenuhi kebutuhannya. Dalam menjalani kehidupan sosial dalam

BAB I PENDAHULUAN. mengalami gejolak dalam dirinya untuk dapat menentukan tindakanya.

MATA KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA

BAB 1 PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi mempercepat modernisasi dalam segala bidang,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. cepat dari proses pematangan psikologis. Dalam hal ini terkadang menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia, mitos dan ritual saling berkaitan. Penghadiran kembali pengalaman

PANCASILA SEBAGAI PANDANGAN HIDUP RAKYAT DALAM BERBANGSA DAN BERNEGARA

MATERI UUD NRI TAHUN 1945

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila tidak terbentuk begitu saja dan bukan hanya diciptakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. masyarakat, bangsa, dan negara sesuai dengan pasal 1 UU Nomor 20 Tahun 2003.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap anak mempunyai hak yang sama untuk mendapatkan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dibandingkan dengan makhluk hidup yang lain, manusia mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Baden Powell, seorang letnan jendral angkatan bersenjata Britania Raya, dan

Transkripsi:

PEMAHAMAN PANCASILA SEBAGAI PANDANGAN HIDUP DAN INTENSITAS BIMBINGAN MORAL OLEH ORANG TUA PENGARUHNYA TERHADAP KESADARAN BAHAYA PERILAKU MENYIMPANG PADA REMAJA DI KABAYANAN II DESA MULUR KECAMATAN BENDOSARI KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2008 SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan Oleh: DANANG TUNJUNG LAKSONO A.220040020 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2008

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara kebangsaan Indonesia terbentuk atas perjuangan rakyat Indonesia dan upaya besar founding fathers, tanpa kenal lelah keluar masuk penjara memantapkan rasa kebangsaan Indonesia dan berjuang demi terwujudnya negara yang merdeka. Tanggal 17 Agustus 1945 atas berkat rahmat Allah Yang Maha Esa, rakyat Indonesia menyatakan kemerdekaan. Menurut pendapat Soehino (2001:7) syarat terbentuknya negara antara lain: adanya daerah, ada rakyatnya dan adanya pemerintah yang berdaulat. Melalui momentum proklamasi kemerdekaan syarat tersebut sudah dapat terpenuhi. Dapat dikatakan, Indonesia menjadi negara yang merdeka dan selanjutnya untuk mewujudkan pemerintah yang formal, Indonesia memerlukan suatu konstitusi. Menurut pendapat Chairul Anwar sebagaimana dikutip Azra (2003:90) konstitusi adalah fundamental laws tentang pemerintahan suatu negara dan nilainilai fundamentalnya. Sementara itu Sri Soemantri sebagaimana dikutip Azra (2003:90) berpendapat bahwa konstitusi adalah suatu naskah yang memuat suatu bangunan negara dan sendi-sendi sistem pemerintahan negara. Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan, bahwa konstitusi memuat aturan-aturan pokok mengenai sendi-sendi yang diperlukan untuk berdirinya sebuah negara. Tepat pada tanggal 18 Agustus 1945 UUD 1945 ditetapkan sebagai konstitusi tertulis Indonesia. UUD 1945 memuat mengenai prinsip dasar negara 1

2 Indonesia, salah satunya mengenai Pancasila sebagai dasar negara yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945. Pancasila merupakan sublimasi nilai-nilai budaya yang menyatukan masyarakat Indonesia yang beragam suku, ras, bahasa, agama, pulau, menjadi bangsa yang satu. Nilai-nilai yang terkandung di dalam Pancasila merupakan jiwa kepribadian, dan pandangan hidup masyarakat di wilayah nusantara sejak dahulu. Sejarah telah membuktikan bahwa nilai materiil Pancasila merupakan sumber kekuatan bagi perjuangan bangsa Indonesia. Nilai-nilai Pancasila merupakan pengikat sekaligus pendorong dalam usaha menegakkan dan memperjuangkan kemerdekaan. Uraian tersebut memberikan bukti bahwa nilai-nilai materiil Pancasila sesuai dengan kepribadian dan keinginan Bangsa Indonesia. Pesatnya pembangunan dan masuknya era globlalisasi membawa dampak yang harus dihadapi Bangsa Indonesia, baik dampak positif maupun yang bersifat negatif. Salah satu dampak negatif globlalisasi adalah memberikan konsekuensi masuknya dan meleburannya budaya asing pada budaya Indonesia, padahal budaya tersebut belum tentu sesuai dengan jati diri Bangsa Indonesia. Dampak negatif globlalisasi tersebut di atas tampak menghiasi berita di media massa. Diantaranya, seorang remaja warga Banguntapan, Bantul, Yogyakarta dengan inisial AK (27) ditangkap Polisi bersama adiknya karena terlibat perkara narkoba (Merapi, 28 Juni 2007:1 dan 7) Contoh pemberitaan media massa tersebut, dapat dikategorikan sebagai perilaku menyimpang remaja.

3 Hal ini sesuai dengan pendapat Poerwanti dan Nur (2002:139) bahwa perilaku menyimpang remaja dapat diartikan: Sebagai kenakalan, penyimpangan, atau pelanggaran pada norma yang berlaku. Dari segi konsepsi hukum, kenakalan diartikan merupakan pelanggaran terhadap hukum yang belum bisa dikenai hukum pidana sehubungan dengan usianya. Terjadinya perilaku menyimpang remaja serta lunturnya rasa hormat generasi muda terhadap generasi tua, merupakan indikasi menurunnya pemahaman dan pengalaman nilai-nilai budaya yang terumuskan menjadi Pancasila. Menyimak kondisi demikian, tidaklah bijaksana menumpukan kesalahan pada pemerintah ataupun pihak-pihak terkait. Lebih bijaksana jika terlebih dahulu mengkaji kondisi remaja dan problematika di dalamnya. Remaja sebetulnya dapat dikatakan tidak memiliki tempat yang jelas, mereka tidak termasuk dalam golongan anak-anak dan belum dapat diterima ke dalam golongan orang dewasa. Remaja berada di antara anak dan orang dewasa. Piaget sebagaimana dikutip oleh Ali dan Mohammad (2004:9) menjelaskan bahwa remaja adalah: Suatu usia dimana individu menjadi terintegrasi kedalam masyarakat dewasa, suatu usia dimana anak tidak merasa bahwa dirinya berada dibawah tingkat orang yang lebih tua melainkan merasa sama, atau paling tidak sejajar. Masa remaja ini merupakan masa pencarian jati diri. Dalam proses pencarian jati dirinya memerlukan bimbingan dari lingkungan sekitar. Menurut Horrock sebagaimana dikutip oleh Ali dan Mohammad (2004:146) lingkungan merupakan faktor yang besar pengaruhnya bagi perkembangan nilai, moral, dan sikap individu.

4 Ruang lingkup lingkungan terkecil dalam kegiatan bimbingan dan pendidikan adalah keluarga. Menurut Ihsan (2003:57) keluarga merupakan: Lembaga pendidikan yang pertama dan utama dalam masyarakat, karena dalam keluargalah manusia dilahirkan, berkembang menjadi dewasa bentuk dan isi serta cara-cara pendidikan di dalam keluarga akan selalu mempengaruhi tumbuh dan berkembangnya watak, budi pekerti dan kepribadian tiap- tiap manusia. Kenyataan yang terjadi sekarang ini peran keluarga dalam hal ini orang tua dalam memberikan pendidikan dan bimbingan moral bagi anak-anaknya sering terlupakan. Orang tua kurang memperhatikan anak-anaknya dengan dalih sibuk bekerja memenuhi kebutuhan ekonominya. Anak hanya disuapi dengan kebutuhan fisik saja, sementara aspek batin, mental dan spritual pada diri anak kurang diperhati-kan oleh orang tuanya. Peranan keluarga sebagai lembaga pendidikan pertama memiliki fungsi yang penting terutama dalam penanaman sikap, nilai hidup serta berfungsi menumbuhkan kesadaran bahaya perilaku menyimpang pada remaja. Penanaman kesadaran perilaku menyimpang pada hakekatnya merupakan penanaman nilai-nilai Pancasila, karenanya perlu diberikan pada remaja sebagai warga negara. Menurut Willis (1981:83) pembinaan mental ideologi Pancasila dimaksudkan agar anak -anak nakal atau menyimpang itu memahami sila-sila dari idiologi negara kita yakni Pancasila. Dan mengusahakan agar dapat melatih kebiasaan hidup berpancasila di lingkungan mereka. Berdasarkan uraian latar belakang masalah dan identifikasi masalah di atas, maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian tentang pemahaman Pancasila

5 sebagai pandangan hidup dan intensitas bimbingan moral oleh orang tua pengaruhnya terhadap kesadaran bahaya perilaku menyimpang pada remaja. B. Identifikasi Masalah Kesadaran bahaya perilaku menyimpang remaja pada dasarnya dipengaruhi oleh banyak faktor yang saling terkait, baik yang berasal dari dalam diri remaja sendiri maupun berasal dari luar. Faktor dari dalam remaja antara lain struktur intelektualnya, kondisi fisik dan psikis, serta karekterisik individual (Poerwanti dan Widodo, 2002:140), sedangkan faktor dari luar individu remaja antara lain teman bermain, lingkungan pendidikan, lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat, kegiatan keorganisasian yang diikuti, pemahaman terhadap Pancasila sebagai pandangan hidup, dan bimbingan moral orang tua. Namun jika dikaji lebih dalam masih banyak lagi faktor luar yang mempengaruhinya. Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi permasalahan di atas, maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian tentang pemahaman Pancasila sebagai pandangan hidup dan intensitas bimbingan moral orang tua pengaruhnya terhadap kesadaran bahaya perilaku menyimpang pada remaja di Kabayanan II Desa Mulur Kecamatan Bendosari Kabupaten Sukoharjo Tahun 2008. C. Pembatasan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah serta identifikasi masalah di atas selanjutnya akan dilakukan pembatasan masalah agar lebih terfokus sehingga apa

6 yang diteliti lebih jelas dan kesalahpahaman dapat dihindari. Pembatasan lingkup dan fokus masalah yang dimaksud adalah sebagai berikut: 1. Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah aspek-aspek dari subjek penelitian yang menjadi sasaran penelitian, meliputi: a. Pemahaman Pancasila sebagai pandangan hidup b. Intensitas bimbingan moral oleh orang tua. c. Kesadaran bahaya perilaku menyimpang pada remaja. 2. Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah remaja yang berusia 13 sampai 21 tahun yang bertempat tinggal di Kabayanan II Desa Mulur Kecamatan Bendosari Kabupaten Sukoharjo Tahun 2008. D. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang, identifikasi dan pembatasan masalah maka dapat dirumuskan permasalahan penelitian ini sebagai berikut: Adakah pengaruh positif yang berarti (signifikan) dari pemahaman Pancasila sebagai pandangan hidup dan intensitas bimbingan moral oleh orang tua terhadap kesadaran bahaya perilaku menyimpang pada remaja di Kabayanan II Desa Mulur Kecamatan Bendosari Kabupaten Sukoharjo Tahun 2008?.

7 E. Tujuan Penelitian Tujuan yang berfungsi sebagai acuan pokok mengkaji masalah yang akan diteliti sehingga dapat dikerjakan secara terpusat dan terarah, baik dalam mencari data sampai pada langkah pemecahan masalahnya. Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui tingkat pemahaman mengenai Pancasila sebagai pandangan hidup pada remaja di Kabayanan II Desa Mulur Kecamatan Bendosari Kabupaten Sukoharjo Tahun 2008. 2. Untuk mengetahui intensitas bimbingan moral yang dilakukan orang tua pada remaja di Kabayanan II Desa Mulur Kecamatan Bendosari Kabupaten Sukoharjo Tahun 2008. 3. Untuk mengetahui kesadaran bahaya perilaku menyimpang pada remaja di Kabayanan II Desa Mulur Kecamatan Bendosari Kabupaten Sukoharjo Tahun 2008. 4. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh positif dari pemahaman Pancasila sebagai pandangan hidup dan intensitas bimbingan moral oleh orang tua terhadap kesadaran bahaya perilaku menyimpang pada remaja di Kabayanan II Desa Mulur, Kecamatan Bendosari, Kabupaten Sukoharjo Tahun 2008. F. Manfaat atau Kegunaan Penelitian 1. Manfaat atau Kegunaan Teoritis a. Sebagai suatu karya ilmiah, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi perkembangan konsep keilmuan mengenai

8 pemahaman Pancasila sebagai pandangan hidup dan intensitas bimbingan moral oleh orang tua pengaruhnya terhadap kesadaran bahaya perilaku menyimpang pada remaja. b. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pedoman untuk kegiatan penelitian yang sejenis pada waktu mendatang. 2. Manfaat atau Kegunaan Praktis a. Menyebarluaskan informasi mengenai pentingnya pemahaman Pancasila sebagai pandangan hidup dan intensitas bimbingan moral oleh orang tua pengaruhnya terhadap kesadaran bahaya perilaku menyimpang pada remaja secara optimal. b. Sebagai calon pendidik, pengalaman selama mengadakan penelitian ini dapat ditrasformasikan pada peserta didik pada khususnya, serta bagi masyarakat luas pada umumnya. G. Sistematika Penulisan Untuk mempermudah para pembaca dalam memahami isi skripsi ini, peneliti perlu mengemukakan sistematika penulisannya. Adapun sistematika penulisan skripsi ini sebagaimana uraian berikut. Bagian awal meliputi: halaman judul, halaman persetujuan, halaman pengesahan, halaman motto, halaman persembahan, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel, daftar lampiran, dan abstrak. Bagian pokok skripsi ini terperinci dalam lima bab. bab I pendahuluan mencakup latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembataan masalah,

9 perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat atau kegunaan penelitian, serta sistematika penulisan. Bab II landasan teori berisi: tinjauan pustaka yang mengemukakan hasilhasil penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini. Selanjutnya kerangka teoritik yang dimulai dengan tinjauan teoritis mengenai Pancasila yang meliputi: pengertian Pancasila, kedudukan Pancasila, Pancasila sebagai pandangan hidup Bangsa Indonesia, landasan Pancasila sebagai pandangan hidup, cakupan Pancasila sebagai pandangan hidup, dan pemahaman Pancasila sebagai pandangan hidup. Kemudian uraian mengenai moral yang mencakup: pengertian moral, cakupan moral/ruang lingkup moral, bimbingan moral, pihak-pihak yang berperan dalam bimbingan moral, peran orang tua dalam bimbingan moral dan pengertian intensitas bimbingan moral oleh orang tua. Terahkir adalah uraian tentang tinjauan tentang perilaku menyimpang yang berisi mengenai: pengertian perilaku menyimpang, cakupan perilaku menyimpang pada remaja, faktor penyebab terjadinya perilaku menyimpang pada remaja, bahaya perilaku menyimpang pada remaja, kesadaran bahaya perilaku menyimpang pada remaja, cakupan kesadaran bahaya perilaku menyimpang pada remaja, kemudian uraian tentang kaitan pemahaman Pancasila sebagai pandangan hidup dengan kesadaran bahaya perilaku menyimpang pada remaja, selanjutnya uraian tentang kaitan intensitas bimbingan moral oleh orang tua dengan kesadaran bahaya perilaku menyimpang pada remaja dan kerangka teoritik terakhir adalah pengaruh pemahaman Pancasila sebagai pandangan hidup dan intensitas bimbingan moral oleh orang tua kaitannya

10 dengan kesadaran bahaya perilaku menyimpang pada remaja, yang kemudian dilanjutkan penyusunan kerangka pemikiran serta hipotesis. Bab III metode penelitian berisi: tempat dan waktu penelitian; populasi, sampel, sampling, dan prosedur pengambilan sampel; variabel-variabel penelitian; metode dan teknik pengumpulan data; teknik uji validitas dan reliabilitas instrumen; teknik uji persyaratan analisis; serta teknik analisis data. Bab IV hasil penelitian berisi: deskripsi data yang mencakup data hasil uji coba (try out) validitas dan reliabilitas instrumen berserta analisisnya maupun data hasil penelitian, pengujian persyaratan analisis, analisis data dan penguji hipotisis, serta pembahasan hasil analisis data. Bab V berisi: kesimpulan, implikasi serta saran-saran, kemudian bagian akhir dari skripsi ini berisi uraian-uraian daftar pustaka, lampiran-lampiran dan daftar ralat.