PEMAMFAATAN LIMBAH PERTANIAN UNTUK PEMBUATAN ARANG DENGAN PROSES PIROLISA

dokumen-dokumen yang mirip
Cara Membuat Alat Untuk Membakar Sekam Padi (Cerobong)

PEMANFAATAN KOTORAN AYAM DENGAN CAMPURAN CANGKANG KARET SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF

BAB I PENDAHULUAN. energi untuk melakukan berbagai macam kegiatan seperti kegiatan

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Desember 2009 sampai Februari

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TEKNOLOGI PEMBUATAN BIOBRIKET DARI LIMBAH BAGLOG

PEMANFATAN LIMBAH SERBUK GERGAJI ULIN DAN KAYU BIASA SEBAGAI ENERGI ALTERNATIF PENGGANTI BAHAN BAKAR MINYAK

PEMANFAATAN BIOMASSA LIMBAH JAMUR TIRAM SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF UNTUK PROSES STERILISASI JAMUR TIRAM

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

PEMANFAATAN LIMBAH SEKAM PADI MENJADI BRIKET SEBAGAI SUMBER ENERGI ALTERNATIF DENGAN PROSES KARBONISASI DAN NON-KARBONISASI

BAB IV METODE PENELITIAN. Laboratorium Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik, Universitas Udayana kampus

PENGARUH PERSENTASE PEREKAT TERHADAP KARAKTERISTIK PELLET KAYU DARI KAYU SISA GERGAJIAN

Pemanfaatan Limbah Sekam Padi Menjadi Briket Sebagai Sumber Energi Alternatif dengan Proses Karbonisasi dan Non-Karbonisasi

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. diperbaharui (non renewable ). Jumlah konsumsi bahan bakar fosil baik

RANCANG BANGUN MESIN PENYULING MINYAK ATSIRI DENGAN SISTEM UAP BERTINGKAT DIKENDALIKAN DENGAN MIKROKONTROLLER DALAM UPAYA PENINGKATAN MUTU PRODUK

PERBANDINGAN PEMBAKARAN PIROLISIS DAN KARBONISASI PADA BIOMASSA KULIT DURIAN TERHADAP NILAI KALORI

Deskripsi METODE PEMBUATAN BAHAN BAKAR PADAT BERBASIS ECENG GONDOK (Eichhornia crassipes)

NASKAH PUBLIKASI INOVASI TEKNOLOGI TUNGKU PEMBAKARAN DENGAN VARIASI KETINGGIAN CEROBONG

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaa sampah dan penyediaan sumber daya alam adalah dua. membuat peningkatan konsumsi bahan bakar fosil dan membuat volume

EFFEKTIFITAS BRIKET BIOMASSA. Jl Raya Solo Baki km 2 Kwarasan Grogol Solobaru Sukoharjo. *

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sehari-hari. Hampir setiap manusia memerlukan bahan. Sekarang ini masih banyak digunakan bakan bakar fosil atau bahan

PENGEMBANGAN TEKNOLOGI TUNGKU PEMBAKARAN MENGGUNAKAN AIR HEATER BERSIRIP

Pembuatan Briket Hasil Pemanfaatan Eceng Gondok dan Sampah Plastik HDPE Sebagai Energi Alternatif

III. METODE PENELITIAN. Desember 2011 di bengkel Mekanisasi Pertanian Jurusan Teknik Pertanian

Karakteristik Pembakaran Briket Arang Tongkol Jagung

RANCANG BANGUN ALAT PENCETAK BRIKET ARANG PADA PEMANFAATAN LIMBAH CANGKANG BIJI BUAH KARET

BAB I PENDAHULUAN. yang ada dibumi ini, hanya ada beberapa energi saja yang dapat digunakan. seperti energi surya dan energi angin.

STUDI MUTU BRIKET ARANG DENGAN BAHAN BAKU LIMBAH BIOMASSA

III. METODOLOGI PENELITIAN

RANCANG BANGUN TUNGKU PORTABLE BAHAN BAKAR BATUBARA YANG AMAN UNTUK KESEHATAN PEMAKAINYA 1

BAB I PENDAHULUAN. terus menerus akan mengakibatkan menipisnya ketersediaan bahan. konsumsi energi 7 % per tahun. Konsumsi energi Indonesia tersebut

Pembuatan Briket Batubara

PENGEMBANGAN TEKNOLOGI TUNGKU PEMBAKARAN DENGAN AIR HEATER TANPA SIRIP

Karakterisasi Biobriket Campuran Kulit Kemiri Dan Cangkang Kemiri

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup dimasa mendatang. Jumlah penduduk yang. sangat tinggi membuat kebutuhan bahan bakar fosil semakin

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Lampiran 1 Data Hasil Pengujian Tabel 1. Hasil Uji Proksimat Bahan Baku

Laporan Tugas Akhir Pembuatan Alat Pirolisis Limbah Plastik LDPE untuk Menghasilkan Bahan Bakar Cair dengan Kapasitas 3 Kg/Batch BAB III METODOLOGI

Pengembangan Desain dan Pengoperasian Alat Produksi Gas Metana Dari pembakaran Sampah Organik

BAB I PENDAHULUAN. terkecuali Indonesia. Selain terbentuk dari jutaan tahun yang lalu dan. penting bagi kelangsungan hidup manusia, seiring dalam

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

LAPORAN HASIL PENELITIAN PEMBUATAN BRIKET ARANG DARI LIMBAH BLOTONG PABRIK GULA DENGAN PROSES KARBONISASI SKRIPSI

ANALISIS PENGARUH PEMBAKARAN BRIKET CAMPURAN AMPAS TEBU DAN SEKAM PADI DENGAN MEMBANDINGKAN PEMBAKARAN BRIKET MASING-MASING BIOMASS

III. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Ketika konsumsi domestik bahan bakar minyak terus meningkat. sehingga membawa Indonesia sebagai net oil importet, dimana kita

Gambar 3.1 Arang tempurung kelapa dan briket silinder pejal

KARAKTERISTIK PEMBAKARAN BIOBRIKET CAMPURAN AMPAS AREN, SEKAM PADI, DAN BATUBARA SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF

Studi Kualitas Briket dari Tandan Kosong Kelapa Sawit dengan Perekat Limbah Nasi

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH Pengembangan Desain Alat Produksi Gas Metana Dari Pembakaran Sekam Padi Menggunakan Filter Tunggal

KARAKTERISTIK BRIKET BIOARANG LIMBAH PISANG DENGAN PEREKAT TEPUNG SAGU

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini, mesin uji yang digunakan adalah motor bensin 4-langkah

BAB I PENDAHULUAN. Sampah menjadi masalah bagi sebagian besar masyarakat. indonesia, di daerah perdesaan banyak sekali sampah organik kebun

BAB I PENDAHULUAN. bahan bakar, hal ini didasari oleh banyaknya industri kecil menengah yang

SEMINAR TUGAS AKHIR. Oleh : Wahyu Kusuma A Pembimbing : Ir. Sarwono, MM Ir. Ronny Dwi Noriyati, M.Kes

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk yang terus bertambah di Indonesia. menyebabkan konsumsi bahan bakar yang tidak terbarukan seperti

TATA LAKSANA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu. Penelitian ini dilakukan di daerah Minggir, Sleman, Yogyakarta dan di

PENGEMBANGAN TEKNOLOGI TUNGKU PEMBAKARAN MENGGUNAKAN AIR HEATER YANG DIPASANG DIDINDING BELAKANG TUNGKU

LAPORAN PENELITIAN BRIKET ARANG KULIT KACANG TANAH DENGAN PROSES KARBONISASI. Oleh : REZY PUTRI RAGILIA ( )

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PENGARUH VARIASI KOMPOSISI BIOBRIKET CAMPURAN ARANG KAYU DAN SEKAM PADI TERHADAP LAJU PEMBAKARAN, TEMPERATUR PEMBAKARAN DAN LAJU PENGURANGAN MASA

BAB I PENDAHULUAN. alternatif penghasil energi yang bisa didaur ulang secara terus menerus

Jurnal Einstein 4 (1) (2016): Jurnal Einstein. Available online

BAB III METODE PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN

UNIVERSITAS GADJAH MADA PUSAT INOVASI AGROTEKNOLOGI

BAB I PENDAHULUAN. Tidak dapat dipungkiri bahwa minyak bumi merupakan salah satu. sumber energi utama di muka bumi salah. Konsumsi masyarakat akan

METODOLOGI PENELITIAN. 1. Spesifikasi motor bensin 4-langkah 135 cc. mesin uji yang digunakan adalah sebagai berikut. : 4 langkah, SOHC, 4 klep

PENGARUH DISTRIBUSI UDARA TERHADAP KINERJA TUNGKU GASIFIKASI SEKAM PADI TIPE DOWNDRAFT CONTINUE

PEMANFAATAN BUNGKIL JARAK PAGAR

Pemanfaatan Limbah Tongkol Jagung dan Tempurung Kelapa Menjadi Briket Sebagai Sumber Energi Alternatif dengan Proses Karbonisasi dan Non Karbonisasi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

KARAKTERISTIK CAMPURAN BATUBARA DAN VARIASI ARANG SERBUK GERGAJI DENGAN PENAMBAHAN ARANG TEMPURUNG KELAPA DALAM PEMBUATAN BRIKET

NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH

OPTIMASI BENTUK DAN UKURAN ARANG DARI KULIT BUAH KARET UNTUK MENGHASILKAN BIOBRIKET. Panggung, kec. Pelaihari, kab Tanah Laut, Kalimantan Selatan

Jurnal Penelitian Teknologi Industri Vol. 6 No. 2 Desember 2014 Hal :

OPTIMASI PRODUKSI BIOBRIKET DARI KULIT BUAH KARET

Lampiran 1. Perbandingan nilai kalor beberapa jenis bahan bakar

RANCANG BANGUN TUNGKU PIROLISA UNTUK MEMBUAT KARBON AKTIF DENGAN BAHAN BAKU CANGKANG KELAPA SAWIT KAPASITAS 10 KG

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. penjemuran. Tujuan dari penjemuran adalah untuk mengurangi kadar air.

Company Profile. Profil Perusahaan

STUDI BANDING PENGGUNAAN PELARUT AIR DAN ASAP CAIR TERHADAP MUTU BRIKET ARANG TONGKOL JAGUNG

UJI KARAKTERISTIK PEMBAKARAN BRIKET BIO-COAL CAMPURAN BATUBARA DENGAN SERBUK GERGAJI DENGAN KOMPOSISI 100%, 70%, 50%, 30%

TEKNOLOGI PEMANFAATAN KOTORAN TERNAK MENJADI BIOGAS SKALA RUMAH TANGGA (Oleh: ERVAN TYAS WIDYANTO, SST.)

BAB I PENDAHULUAN. adanya energi, manusia dapat menjalankan aktivitasnya dengan lancar. Saat

PEMBUATAN BRIKET BIOARANG DARI ARANG SERBUK GERGAJI KAYU JATI

TINJAUAN PUSTAKA. Suprihatin (1999) dan Nisandi (2007) dalam Juhansa (2010), menyatakan

PENGARUH TOREFAKSI TERHADAP SIFAT FISIK PELLET BIOMASSA YANG DIBUAT DARI BAHAN BAKU TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT

Pengembangan Desain dan Konstruksi Alat Produksi Gas Metana Dari Pembakaran Sampah Organik Sekam Padi

Ratna Srisatya Anggraini ( )

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sumber energi alternatif dapat menjadi solusi ketergantungan

PENGOLAHAN DAN PEMANFAATAN SAMPAH ORGANIK MENJADI BRIKET ARANG DAN ASAP CAIR

PROSES PEMBUATAN BRIKET ARANG SEKAM SEBAGAI SUMBER ENERGI ALTERNATIF DENGAN MEMANFAATKAN LIMBAH PERTANIAN

Arang Tempurung Kelapa

Transkripsi:

PEMAMFAATAN LIMBAH PERTANIAN UNTUK PEMBUATAN ARANG DENGAN PROSES PIROLISA Untung Surya Dharma Jurusan Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Metro Jl. Ki Hajar Dewantara No. 116 Kota Metro (0725) 42445-42454 Email : untungsdh@yahoo.com ABSTRAK Sumber energi yang berasal dari fosil ( migas ) merupakan sumber bahan bakar yang tidak dapat diperbaharui. Dimasa sekarang kebutuhan energi sangat meningkat dikarenakan jumlah penduduk semakin banyak dan revolusi Industri yang menuntut sumber energi semakin tinggi. Hal tersebut merupakan permasalahan yang sangat komplek dikarenakan bahan bakar migas semakin menipis. Pemecahan masalah diatas dapat diatasi dengan cara mencari sumber energi alternatif yang dapat diperbaharui. Salah satunya dengan memanfaatkan limbah pertanian yang diubah menjadi arang dengan proses pirolisa kemudian dijadikan briket. Pada pengujian ini penulis hanya menggunakan daun mahoni dan sekam padi sebagai bahan baku briket. yang didapat menunjukkan penggunaan briket sekam padi lebih optimal dibandingkan daun mahoni. Pada pemakaian sekam padi membutuhkan waktu 15 menit untuk mendidihkan air sedangkan daun mahoni membutukkan waktu 20 menit. Hal ini disebabkan suhu yang dihasilkan sekam padi lebih tinggi sehingga air cepat mendidih. Sekam padi mengandung selulosa yang lebih tinggi dibanding daun mahoni sehingga proses pembakaran lebih cepat. Kata Kunci : Retort, Sistem pirolisa, PENDAHULUAN Naiknya harga bahan bakar minyak (BBM) dipastikan memberatkan rakyat, khususnya rakyat miskin dalam mencari sumber energi untuk memenuhi kebutuhan hidup. Harga yang mahal dan semakin sedikitnya cadangan minyak merupakan persoalan yang perlu diperhatikan. Penggunaan energi yang dapat diperbaharui menjadi alternative yang harus diperhatikan untuk mengganti energi fosil tersebut. Beberapa jenis limbah biomassa dari limbah pertanian dan perkebunan dapat digunakan sebaga sumber energi melalui proses pirolisa pada suatu retrot dengan pemanasan sampai 300 0 C dari ( oven ). Limbah pertanian tersebut dapat diubah menjadi arang. Arang yang di hasilkan dihancurkan menjadi serbuk kemudian dicampur dengan bahan perekat kemudian dicetak menjadi bricket. Limbah pertanian ini sekaligus merupakan sumber bahan baku yang tak terbatas dan selalu tergantikan (renewable), merupakan bahan berserat dengan komposisi utama 33-44 % selulosa, 19-47 % lignin dan 17-26 % hemisellulosa, jika dibakar dengan oksigen cukup tinggi menghasilkan 13-29 % abu yang mengandung silica cukup tinggi (87-97 %), jika dibakar dalam kondisi kedap udara akan mengalami pirolisa yang menghasilkan arang sekam dengan kandungan karbon dan silica dalam perbandingan tertentu. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah memamfaatkan limbah pertanian dan perkebunan yaitu sekam padi dan daun mahoni dengan cara dibuat arang dengan proses pirolisa untuk bahan bakar alternative. TINJUAN PUSTAKA Teknik Pembuatan Arang Teknik Pembuatan arang bukanlah sebuah pekerjaan yang terlalu sulit. Akan tetapi untuk menghasilkan arang yang berkwalitas dan sesuai dengan tujuan penggunaannya, maka pembuatan arang tidak lagi sesederhana hanya membakar bahan baku menjadi arang. Sebuah teknik pembakaran untuk bahan baku tertentu tidak begitu saja diterapkan pada bahan baku yang lainnya. Tahapan-tahapan pembuatan arang secara umum : a. Persiapan : mempersiapkan bahan baku, peralatan kerja yang diperlukan dana memasukkan bahan baku. TURBO ISSN 2301-6663 Vol. 2 N0. 1 32

b. Pembakaran : - Penyalaan : membakar kayu umpan untuk memulai proses pengeringan - Pengeringan : pelepasan kandungan air pada bahan baku sebelum dimulainya proses karbonisasi. Temperatur berkisar antara 70 s/d 80 0 C. - Karbonisasi : merupakan tahap yang sangat penting dalam proses pembuatan arang. Selama proses karbonisasi akan terjadi 3 tahapan yaitu karbonisasi selulosa, karbonisasi hemi selulosa dan karbonisasi ligma. Selama proses karbonisasi temparatur didalam kiln ( oven) terus meningkat secara perlahan dari 80 0 C hingga 200 0 C. - Penyempurnaan : dilakukan setelah proses karbonisasi, tujuannya untuk mengeluarkan gas-gas dan tar dengan mematangkan bagian-bagian arang yang belum sempurna. - Pendinginan : setelah tahap penyempurnaaqn klin ( oven) dapat dimatikan, sehingga temperaturnya akan menurun. Gambar 1. Pemanfaatan briket sebagai sumber energi alternatif Tahapan yang paling penting dan sulit adalah tahapan pembakaran. Bagaimana caranya membakar bahan baku supaya tidak menjadi Proses pembakaran dilakukan sedemikian rupa, sehingga bahan baku tidak mengalami kontak dengan oksigen. Pembakaran arang secara tradisional banyak menggunakan kiln (tobong) terbuat dari bata atau tanah liat yang berbentuk kubah. Pda proses ini bahan baku dalam klin dan dibakar dengan cara mengontrol atau membatasi udara yang masuk sehingga hanya sebagian dari kayu yang ada dalam klin tersebut menjadi Panas yang dihasilkan dari pembakaran tadi diserap oleh sisa-sisa kayu yang ada untuk prose pirolisa. Proses Pirolisa Proses pirolisa ialah proses pemanasan dengan suhu sekitar 300 0 C, sehingga biomassa ( kayu, ranting, daun, dsb ) akan terpecah menjadi dua komponen pokok yaitu gas bakar ( volatile dan non volatile ) Dari berat biomassa keseluruhan, sekitar 70% adalah komponen volatile disebut sebagai tar, sedangkan komponen non volatile disebut arang. untuk membuat arang secara tradisional ini sekitar 3 hari dan dibutuhkan seorang operator yang selalu mengontrol proses pembakaran dengan membuka atau menutup lubang udara sesuai dengan tahapan waktu yang dibutuhkan. Proses tradisional ini kurang efisien, karena kemungkinan kontak udara (oksigen) dengan bahan baku sangat tergantung keahlian operator, sehingga banyak bahan baku terbakar menjadi Proses dengan menggunakan oven dan retort merupakan proses yang lebih modern dan efisien tinggi untuk pembakaran arang. Proses ini dapat dipakai untuk mengarangkan semua jenis biomassa dengan cara memasukannya ke dalam retort yang terbuat dari logam dan kemudian ditutup. Bahan baku yang sudah ada didalam retort dibakar didalam oven. Pada bagian tutup retort dibuat beberapa lubang yang berfungsi untuk mengalirkan gas pirolisa (tar) yang terbentuk. Sistem Oven Retort Klin (oven) untuk membakar retort mempunyai dua bagian utama yaitu bagian atas untuk tempat menyusun retort dan bagian bawah TURBO ISSN 2301-6663 Vol. 2 N0. 1 33

adalah ruang bakar. Kedua bagian tersebut dipisahkan oleh sarngan (grate), sedangkan bagian atas klin diberi tutup cerobang. Pada waktu klin dinyalakan, panas yang dihasilkan akan membuat biomassa yang ada di dalam retort ter-pirolisa. Gas volatile hasil proses pirolisa di dalam retort akan keluar melalui celah-celah lubang. Biomassa yang sedang diproses terlindungi didalam retort dan tidak mengalami kontak langsung dengan oksigen. Dengan cara ini resiko arang yang terbakar dalam retort tidak akan terjadi, sehingga tidak perlu dilakukan kontrol terhadap udara yang masuk ke dalam klin, tidak diperlukan keahlian khusus sebagaioperator. Kwalitas arang yang dihasilkan dengan metode ini lebih tinggi dibandingkan dengan cara tradisional, sebab distribusi panas didalam klin lebih merata. Gas volatile hasil proses pirolisa akan ikut terbakar sehingga tidak menimbulkan polusi udara. yang diperlukan untuk proses pembuatan arang dengan metode oven dan retort ini lebih singkat dibandingkan dengan cara tradisional, sehingga produktifitas menjadi lebih tinggi. Apabila proses pembuatan arang dengan oven dan retort menggunakan bahan baku limbah pertanian ( dedaunan, jerami, dan sebagainya ) diusahakan dapat dibuat suatu sistem oven- retort yang dapat dibawa (dipindah-pindahkan) ketempat keberadaan bahan limbah pertanian tersebut. Arang hasil pembakaran yang ada di dalam retort, stelah dikeluarkan digiling sampai menjadi serbuk. Dengan bahan perekat tertentu serbuk-serbuk arang di cetak menjadibriket arang yang dapat digunakan sebagai sumber energi. Suatu sistem prosesing oven- retort yang portable biasanya membutuhkan sekitar 20 buah retort untuk menjalankan proses simultan. Sebuah retort dapat menampung 3 kg daun kering untuk menghasilkan 1 kg arang. Lama waktu yang diperlukan untuk proses ini sekitar 50 menit dengan menggunakan bahan bakar berasal dari ranting dan dedaunan. METODELOGI PENELITIAN Bahan yang digunakan Bahan yang dibutuhkan untuk melaksanakan penelitian ini dapat dibagi menjadi beberapa bagian sebagai berikut : A. Bahan baku arang briket yang digunakan adalah sekam padi dan daun mahoni. B. Bahan untuk membuat oven dan retort Oven yang akan digunakan sebagai pembakaran menggunakan plat, sedangkan retort sebagai tempat proses pirolisa terjadi digunakan tabung pipa yang dibuat sedemikian rupa. Sekam Padi Daun Mahoni Gambar 2. Bahan Baku Arang Peralatan yang digunakan A. Peralatan untuk pembuatan oven dan retrot 1. 1 unit mesin las karbit 2. Tang 3. Kikir 4. Palu 5. Gergaji besi 6. Meteran rol 7. Kaca mata 8. Sarung tangan C. Peralatan pengujian 1. Thermokopel 2. Kabel suply 3. Timbangan Proses pembuatan alat uji retrot 1. Siapkan alat dan mesin las karbit 2. Buat 6 buah kepingan plat tebal 2mm deng diameter 204 mm 3. Buat 3 buah pipa diameter 5 inc dengan panjang 30 cm 4. Las 1 pipa dengan 1 kepingan plat yang sudah di lubangi secara teratur, begitu juga dengan 2 pipa lainnya. 5. Sebagai tutup pipa las 1 kepingan plat dengan besi strip dengan lebar 1 cm yang atasnya diberi pengait untuk membuka tutup. TURBO ISSN 2301-6663 Vol. 2 N0. 1 34

Gambar 3. Retort Proses pembuatan arang dari daun dan sekam padi 1. Siapkan oven dengan 3 buah retort 2. Masukan daun / sekam ke dalam 3 retrot secara merata dan padat 3. Masukan 3 retrot ke dalam oven dengan posisi 2 di bawah dan 1 diatas. 4. Masukan daun/sekam sedikit dulu sebagai sumber pembakaran awal. 5. Setelah daun/sekam terbakar masukkan seluruh daun/sekam kedalam oven kemudian oven ditutup. 6. Setelah daun/sekam terbakar semua dan oven telah relatif dingin keluarkan retrot dari dalam. 7. Buka retrot dan keluarkan daun/sekam yang arang lalu dinginkan. Proses Pembuatan Oven 1. Siapkan 1 buah plat dengan tebal 2mm untuk membuat oven dengan panjang 179 cm dan lebari 85 cm. Buat plat tersebut menjadi sebuah tabung dengan diameter 57 cm di rol searah dengan panjangnya. 2. Siapkan 2 kepingan plat dengan tebal 2 mm berdiameter 57 cm. 3. Las kepingan plat tersebut dengan tabung diatas. 4. Sebagai tutup tabung las kepingan plat dengan besi strip lebar 2 cm. Sebagai cerobong asap las pipa berdiameter 5 inc dan panjang 2 m diatas tutup tabung yang sudah dilubangi. Gambar 5. Arang hasil proses pirolisa Proses Pembuatan 1. Siapkan arang daun/sekam 2. Hancurkan arang daun/sekam hingga halus 3. Campurkan lem aci ke dalam bubuk arang /sekam dan aduk hingga merata dan menyatu. 4. Masukkan adukan arang kedalam cetakan secara merata dan padat. 5. Keluarkan arang dari cetakan lalu jemur 6. Arang briket siap dipakai Gambar 4. Oven TURBO ISSN 2301-6663 Vol. 2 N0. 1 35

Gambar 6. setelah jadi Proses Pengujian 1. Siapkan briket 2. Siapkan panci dengan air 1 liter didalamnya 3. Letakkan briket didalam 4. Hidupkan api briket untuk memasak air 5. Hitung waktu pendidihan dan ukur temperatur bara briket 6. Lakukan hal yang sama untuk semua jenis briket. 7. Bandingkan hasil dari kedua briket HASIL DAN PEMBAHASAN Pengujian dengan Daun Mahoni A. Pengujian 1 Tabel 1. Pengujian 20 Daun Mahoni Air 15 114 36 20 20 148 61 Sebagian menjadi abu 25 183 75 30 218 81 Air belum mendidih. Pada percobaan ini, pengujian dihentikan karena dinilai tidak efektif dari segi waktu. Dapat disimpulkan percobaan ketiga ini belum berhasil. B. Pengujian 2 Tabel 2. Pengujian 25 Daun Mahoni Air 6 100 36 12 150 50 Sebagian menjadi abu Lebih dari 25 18 251 89 habis terbakar 23 90 70 menyebabkan temperatur api dan air menurun Pada pengujian ini dibongkar dikarenakan suhu yang terus menurun dan dinyatakan pengujian belum berhasil. C. Pengujian 3 Tabel 3. Pengujian 30 Daun Mahoni Air 6 126 36 terbakar, Panci yang berisi air letakkan diatas 30 12 160 65 Sebagian menjadi abu 18 253 90 separuh 20 261 115 menjadi Air mendidih, jumlah abu 15 20 % Pada pengujian ini air dapat mendidih dengan sempurna. Dapat dikatakan pada pengujian ini berhasil. TURBO ISSN 2301-6663 Vol. 2 N0. 1 36

Pengujian Dengan Sekam Padi A. Pengujian 1 Tabel 1. Pengujian 20 Sekam Padi Air 10 115 36 Sebagian briket 20 15 152 67 abu 20 188 85 25 206 104 Air mendidih, dengan briket terbakar habis. Pada percobaan ketiga ini, pengujian belum optimal dikarenakan waktu yang diperlukan untuk mendidihkan air lebih panjang. B. Pengujian 2 Tabel 2. Pengujian 25 Sekam Padi Air 5 100 36 10 168 70 Sebagian briket abu 25 Lebih dari 15 262 98 20 281 127 Air mendidih dengan sempurna, briket habis terbakar. Pengujian ini dikatakan berhasil dan dapat mendidhkan air pada menit ke-20, sedangkan briket belum seluruhnya menjadi C. Pengujian 3 Tabel 3. Pengujian 30 Sekam Padi 25 Suhu ( o C) Suhu Air ( 0 C) 5 130 36 10 175 78 15 250 132 Sebagian briket abu Air mendidih dan briket masih tersisa 30 % Pengujian ini dinyatakan berhasil dengan suhu yang lebih tinggi dengan waktu 15 menit. PEMBAHASAN Dari penelitian ini dapat diketahui pengaruh bahan baku briket, jumlah, dan cara penggunaan briket terhadap hasil pembakaran. Penelitian ini juga menunjukkan masih adanya ketergantungan bahan bakar fosil sebagai pembakaran awal walaupun jumlahnya relatuif sedikit. Untuk bahan bakar briket daun mahoni pada pengujian 1 hasil yang didapatkan belum optimal, pada menit ke 23 habis terbakar sedangkan air belum mendidih. Hal ini disebabkan pembakaran briket dilakukan secara bersamaan yang menyebabkan bara terbakar seluruhnya dan mati pada saat yang bersamaan. Pengujian ke-dua didapatkan air mendidih sempurna pada menit ke-20. Hal ini disebabkan pembakaran briket dilakukan secara bertahap dan menghasilkan panas yang tinggi dan jumlah briket yang dipakai lebih banyak. Pada pengujian ke-tiga dilakukan percobaan menggunakan kipas manual, ternyata setelah 30 menit air belum mendidih. Karena dinilai tidak efektif pengujian dihentikan. Hal ini disebabkan pasokan udara yang diterima tidak optimal dibandingkan dengan kipas angin. Pada pengujian menggunakan briket sekam padi dihasilkan seluruh air yang dimasak mendidih. Perbedaannya terletak pada lamanya TURBO ISSN 2301-6663 Vol. 2 N0. 1 37

waktu pendidihan dan suhu yang dihasilkan. Pada pengujian pertama air mendidih pada menit 20, pengujian ke-dua air mendidih pada menit ke 15, dan pengujian ketiga air mendidih pada menit ke- 25. Hal ini disebabkan ternyata briket sekam padi lebih mudah terbakar dan suhu yang dihasilkan lebih tinggi dibandingkan dengan briket daun mahoni. Perbedaan hasil yang didapat antara briket daun mahoni dan briket sekam padi disebabkan oleh beberapa hal antara lain kandungan selulosa yang terkandung didalam sekam padi lebih tinggi dibandingkan daun mahoni. Hal ini menyebabkan sekam padi lebih mudah terbakar dan menghasilkan suhu yang lebih tinggi. Pengaruh bahan perekat dalam pembuatan briket juga berpengaruh dalam kwalitas briket itu sendiri, karena apabila bahan perekat yang digunakan masih mengandung air maka pembakaran yang terjadi tidak sempurna. KESIMPULAN Berdasarkan hasil dari pengujian yang dilakukan, maka dapat diambil beberapa kesimpulan, yaitu : 1. Limbah pertanian dan perkebunan dapat diolah menjadi sumber bahan bakar alternatif dengan terlebih dahulu diolah menjadi briket melalui proses pirolisa. 2. Pada penggunaan briket daun mahoni dihasilkan pembakaran yang kurang optimal, air mendidih hanya pada pengujian ke-dua yang menggunakan jumlah briket yang banyak dan membutuhkan waktu 20 menit. ini diperoleh dengan memasukkan briket secara bertahap. 3. Pada penggunaan briket sekam padi semua air yang dimasak ternyata mendidih pada setiap pengujian. Akan tetapi waktu yang diperlukan berbedabeda dan suhu yang berbeda pula. 4. yang diperlukan sekam lebih sedikit dibandingkan daun mahoni dalam proses pendidihan air. Hal ini ternyata disebabkan suhu yang dihasilkan sekam padi lebih tinggi dibandingkan daun mahoni. 5. Perbedaan hasil antara sekam padi dan daun mahoni disebabkan kandungan selulosa sekam padi lebih tinggi dari daun mahoni. Sehingga sekam padi lebih mudah terbakar dan menghasilkan suhu yang lebih tinggi. DAFTAR PUSTAKA 1. Aznar,P.,J.Delgado, J.Collera, J.Lahoz and J.l. Aragues, (1991), Biomass Energy,Ind,Environ, 6 th Ec Conf, 707-713, London 2. Bambang Sucahyo, 2003, Development of Carbonization Technology, for Community Based Pead Charcoal Industry, International Seminar on Appropriate Tecnology For Biomass Derived Fuel Production, Yokyakarta, Indonesia. 3. Broun, M.D., E.G. Baker and L.K. Mudge, (1986), Deactivation of Catalysts in Biomass Gasification, Pacific Nortwest Laboratory 4. Mukunda, 2003, Teknologi Bersih Energi Biomasa, Seminar Internasional Teknologi Tepat Guna untuk Produksi Bahan Bakar dari Biomassa, Yokyakarta, Indonesia 5. Yusnitati, Pemanfaatan Limbah Kayu Untuk Energi di Daerah Transmigrasi, Direktorat Teknologi Energi, BPPT 6. Ymv. Hartono, Widad Baraba, A.R.Suparta, Jumadi & Supomo, 2006, Pembuatan SiC Dari Sekam Padi, Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Industri Keramik. TURBO ISSN 2301-6663 Vol. 2 N0. 1 38