PEMBERDAYAAN PETANI MELALUI RANCANG BANGUN MESIN PEMBUAT PELLET KOMPOS KOTORAN SAPI

dokumen-dokumen yang mirip
TINJAUAN PUSTAKA. komponen pada beberapa wadah yang berbeda sehingga masih tetap terpisah satu

BAHAN DAN METODE. Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tulang

MAKALAH MESIN PERALATAN PENGOLAHAN PANGAN (Ekstruder)

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai dengan Maret 2013

BAB III METODOLOGI Diagram Alur Produksi Mesin. Gambar 3.1 Alur Kerja Produksi Mesin

METODE PENELITIAN. 1. Perancangan dilakukan pada bulan Oktober 2016 sampai januari 2017

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB IV PROSES PEMBUATAN MESIN

BAB III PROSES MANUFAKTUR. yang dilakukan dalam proses manufaktur mesin pembuat tepung ini adalah : Mulai. Pengumpulan data.

PERANCANGAN MESIN PEMERAS SANTAN DENGAN SISTEM ROTARI KAPASITAS 281,448 LITER/JAM

PENGARUH VARIASI KADAR amba AIR PADA ADONAN PELET PUPUK TERHADAP KONSUMSI DAYA LISTRIK

LAMPIRAN I DATA PENGAMATAN. 1. Data Uji Kinerja Alat Penepung dengan Sampel Ubi Jalar Ungu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV HASIL YANG DICAPAI DAN MANFAAT BAGI MITRA

BAB III METODE PERANCANGAN DAN PABRIKASI PROTOTIPE PENGUPAS KULIT SINGKONG BERPENGGERAK MOTOR LISTRIK

III. METODE PEMBUATAN. Tempat pembuatan mesin pengaduk adonan kerupuk ini di bengkel las dan bubut

Laporan Tugas Akhir BAB IV MODIFIKASI

RANCANG BANGUN MESIN PEMECAH BIJI KEMIRI DENGAN SISTEM BENTUR

BAB IV PROSES PRODUKSI DAN PENGUJIAN

DESAIN MESIN KOMPOSTER SKALA INDUSTRI KECIL

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB I PENDAHULUAN. sampah yang dihasilkan tiap harinya. Sampah berdasarkan kandungan zat kimia

PENGUJIAN PROSEDUR PENGARANGAN DAN RANCANG BANGUN MESIN PENCETAK BRIKET ARANG TEMPURUNG KELAPA

RANCANG BANGUN MESIN PEMBUAT ES PUTER DENGAN PENGADUK DAN PENGGERAK MOTOR LISTRIK

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

RANCANG BANGUN MESIN PEMECAH BIJI KEMIRI DENGAN SISTEM BENTUR

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

Pengolahan lada putih secara tradisional yang biasa

PERANCANGAN MESIN PENCACAH BOTOL PLASTIK DENGAN MENGGUNAKAN METODE VDI Oleh TRIYA NANDA SATYAWAN

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

TINJAUAN PUSTAKA. tergolong dalam kelompok pupuk organik alami benar benar langsung diambil

3.1. Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Bahan Pembuatan Pakan Bahan Pembuatan Mesin Pencetak Pakan HI.

BAB II TEORI DASAR. dicampur dengan bahan pencampur seperti daging udang atau ikan yang

PENGERING PELLET IKAN DALAM PENGUATAN PANGAN NASIONAL

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

TEKNOLOGI PEMASAKAN EKSTRUSI

BAB IV PROSES PEMBUATAN

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Konsep Perencanaan Sistem Transmisi Motor

PENINGKATAN EFISIENSI PADA PRODUKSI SAMBAL MELALUI SCALE-UP ALAT PENGGILING BAHAN BAKU

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. proses pertumbuhannya yaitu berkisar antara ºc dan baik di tanam pada

BAB II PEMBAHASAN MATERI. industri, tempat penyimpanan dan pembongkaran muatan dan sebagainya. Jumlah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Kentang yang seragam dikupas dan dicuci. Ditimbang kentang sebanyak 1 kg. Alat pemotong kentang bentuk french fries dinyalakan

METODOLOGI PENELITIAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN

BAB III. Metode Rancang Bangun

HASIL DAN PEMBAHASAN

RANCANG BANGUN MESIN PERAJANG TEMBAKAU

Presentasi Tugas Akhir

PERANCANGAN PISAU MESIN PEMIPIL DAN PENGHANCUR BONGGOL JAGUNG HADIYATULLAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan Digester adalah suatu mesin yang digunakan untuk mengaduk atau

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. harus mempunyai sebuah perencanaan yang matang. Perencanaan tersebut

MATERIAL PLASTIK DAN PROSESNYA

BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN

TUGAS MATA KULIAH PERANCANGAN ELEMEN MESIN

TEORI SAMBUNGAN SUSUT

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

MESIN PENGGILING JAGUNG TIPE HAMMER MILL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODOLOGI Diagram Alir Tugas Akhir. Diagram alir Tugas Akhir Rancang Bangun Tungku Pengecoran Alumunium. Skala Laboratorium.

PERENCANAAN MESIN PENGADUK UDANG NAGET OTOMATIS

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN MESIN PENGADUK ADONAN ROTI TAWAR (BAGIAN STATIS) LAPORAN PROYEK AKHIR. Oleh :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV PROSES, HASIL, DAN PEMBAHASAN. panjang 750x lebar 750x tinggi 800 mm. mempermudah proses perbaikan mesin.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. guna. Alat/mesin pengerol pipa adalah alat/mesin yang digunakan untuk

BAB III PERAWATAN MESIN PELLET BIJI PLASTIK

III. METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE. Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, mulai pada bulan

RANCANG BANGUN MESIN PENCAMPUR (MIXER) BRIKET ARANG SEKAM PADI

IV. ANALISA PERANCANGAN

Rancang Bangun Mesin Pelet Ikan Untuk Kelompok Usaha Tambak Ikan

11.1 Pemrosesan Material Plastik

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

ALAT DAN MESIN PEMUPUKAN TANAMAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

1. Pendahuluan PENGABDIAN BAGI PETANI IKAN BANDENG DESA JAMBO TIMU PEMKOT LHOKSEUMAWE YANG MENGHADAPI MASALAH TINGGINYA HARGA PAKAN IKAN

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. A. Kajian singkat dari Mesin Pencacah Rumput Pakan Ternak 1. Rumput gajah ( Pennisctum purpureum)

PEMBUATAN MESIN PARUT NANGKA MUDA UNTUK PRODUKSI MEGONO

MESIN PERAJANG SINGKONG

BAB 3 REVERSE ENGINEERING GEARBOX

MESIN DWI FUNGSI PENCETAK PELET IKAN DENGAN MENGGUNAKAN MOTOR TUNGGAL

RANCANG BANGUN MESIN PENGGILING GABAH DAN PEMUTIH UNTUK SKALA RUMAH TANGGA DENGAN KAPASITAS 30 KG/JAM

BAB II PEMBAHASAN MATERI

Perancangan dan Pembuatan Mesin Penggiling Daging dan Pengaduk Adonan Bakso

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MITRA BALAI INDUSTRI PUSAT TEKNOLOGI SARANA PERTANIAN mitrabalaiindustri.wordpress.com / mitrabalaiindustri.webs.com

BAB IV HASIL PEMBUATAN DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan proses pembuatan rangka pada incinerator terlebih

BAB II LANDASAN TIORI

BAB IV PROSES PRODUKSI DAN PENGUJIAN

RANCANG BANGUN ALAT MESIN HAMMER MILL UNTUK PENGOLAHAN JAGUNG PAKAN

BAB III PERANCANGAN DAN PERHITUNGAN

BAB IV PROSES PRODUKSI

Transkripsi:

Abstrak PEMBERDAYAAN PETANI MELALUI RANCANG BANGUN MESIN PEMBUAT PELLET KOMPOS KOTORAN SAPI Suharto Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Semarang Jl.Prof.H. Sudarto, S.H. Tembalang, kotak Pos 6199/SMS, Semarang 50329 Telp 7473417,7499585,7499586 (Hunting), Fax. 7472396 Peternakan sapi selain dapat menghasilkan susu sapi, bio gas, juga dapat menghasilkan pupuk organik yang baik bagi pertumbuhan tanaman. Pemanfaatan kotoran ternak sapi menjadi pupuk organik menjadi salah satu alternatif yang tepat untuk mengatasi kelangkaan dan naiknya harga pupuk. Permasalahan pupuk organik dalam bentuk curah seringkali tertiup angin, terbawa arus air saat digunakan. Tujuan peneitian ini adalah membuat mesin pellet kompos kotoran sapi yang harganya relatief murah, hemat tenaga, ukuran butiran yang sesuai dan mengkaji kinerja mesin. Melalui teknologi ekstrusi kotoran sapi dengan bahan tambahnya dapat dibentuk pellet dengan ukuran ± 5 m m yang mempunyai keuntungan yaitu supaya tidak tertiup angin dan terbawa air, hemat biaya dan tenaga, meningkatkan microba tanah, tidak berbau dan mudah menggunakannya.metode penelitian dimulai dengan studi literatur, observasi, perancangan, pembuatan, perakitan, serta dilanjutkan dengan pengujian mesin. Hasil rancang bangun mewujudkan mesin pellet dengan dimensi 1000x500x700, motor penggerak 1 HP pada putaran 60 rpm dengan kapasitas produksi sebesar 50 kg/jam. Kata kunci: teknologi ekstrusi, pellet kompos, kotoran sapi 1. Pendahuluan Sudah menjadi hal yang rutin terjadi, di masa petani sangat membutuhkan pupuk selalu terjadi kelangkaan pupuk. Ini merupakan fenomena yang sering di alami oleh kaum yang sangat besar jasanya terhadap pemenuhan kebutuhan pangan di Indonesia. Penggunaan pupuk an organik (urea, pestisida) dapat menimbulkan penurunan kualitas tanah, penurunan kesuburan tanah, matinya microorganisme tanah, unsur hara yang ada dalam tanah, dan terakumulasinya residu pupuk maupun bahan kimia dari pestisida sehingga muncul penyakit-penyakit yang sulit dikendalikan. Penggunaan pupuk bahan organik (kotoran sapi) dapat menambahkan unsur hara baik makro maupun mikro yang dibutuhkan oleh tumbuhan. Sumbangan bahan organik atau pupuk organik terhadap pertumbuhan tanaman berpengaruh terhadap sifat - sifat fisik, kimia dan biologis dari tanah. Bahan organik tanah mempengaruhi sebagian besar proses fisika, biologi dan kimia dalam tanah. Penggunaan pupuk anorganik tetap diperlukan tetapi dosisnya dikurangi, yang dulunya 100% anorganik, berikutnya menjadi 70% anorganik dan 30% organik, selanjutnya 50% anorganik dan 50% organik dan yang paling berwawasan lingkungan dan menurunkan biaya pengadaan pupuk anorganik adalah 30% anorganik dan 70% organik. (sumber: www.metrotvnews.com/). Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk membuat mesin pembuat pellet pupuk organik (kotoran sapi) dengan teknologi ekstrusi penggerak motor listrik daya 1 HP. Mesin Ekstrusi (Ekstruder) Ekstruder yang biasanya tersedia di pasaran adalah dari jenis ekstruder ulir tunggal (single screw extruder/sse) dan ekstruder ulir ganda (twin screw extruder/tse) yang dapat digunakan secara luas pada produksi komersial. (Baianu, 1992). Ekstruder tipe ulir biasanya dikelompokkan berdasarkan seberapa banyak energi mekanis yang dapat dihasilkan. Sebagai contoh, ekstruder dengan energi mekanis yang rendah dirancang untuk 45

mencegah proses pemasakan pada adonan bahan. Ekstruder tipe ini biasanya digunakan pada pembuatan pretzel, pasta dan beberapa jenis makanan ringan dan sereal. Ekstruder dengan energi mekanis tinggi dirancang untuk memberikan energi yang besar agar dapat diubah menjadi panas untuk mematangkan adonan bahan dan biasa digunakan dalam produksi makanan hewan, makanan ringan dengan bentuk mengembang dan sereal (Frame,1994). SSE memiliki ulir yang berputar di dalam sebuah barrel. Jika bahan yang diolah menempel pada ulir dan tergelincir dari permukaan barrel, maka tidak akan ada produk yang dihasilkan dari ekstruder karena bahan ikut berputar bersama ulir tanpa terdorong ke depan. Untuk menghasilkan output produksi yang maksimal,maka bahan harus dapat bergerak dengan bebas pada permukaan ulir danmmenempel sebanyak mungkin pada dinding. Pada umumnya zona operasi pada SSE (tergantung spesifikasi mesin) terbagi menjadi tiga bagian yaitu: a. Solid transport zone yang terletak di bawah hopper/feeder. Pada zona ini bahan digerakkan dalam bentuk bubuk atau granula. Berhubung output produk yang dihasilkan harus sama dengan input bahan yang dimasukkan maka perencanaan yang buruk pada zona ini akan membatasi output yang dihasilkan. b. Melting zone. Pada zona ini bahan padat akan dipanaskan c. Pump zone. Pada bagian pertama zona ini, tinggi saluran berkurang disebabkan oleh peningkatan diameter dari ulir. Pada zona ini bahan mengalami tekanan untuk mengurangi jumlah ruang-ruang kosong pada bahan. Pada bagian kedua zona ini yang disebut juga sebagai metering zone, bahan digerakkan dan dihomogenisasi lebih lanjut. Pada beberapa ekstruder peningkatan tekanan terjadi di zona ini. Kadang-kadang diperlukan beberapa zona tambahan selain tiga zona di atas, tetapi hal ini dilakukan sesuai dengan kebutuhan. Zona tambahan diperlukan untuk menyediakan daya tekan tambahan untuk pengadonan, homogenisasi bahan dan daerah dengan tekanan rendah untuk mengeluarkan udara dari bahan-bahan yang dipanaskan. Tahap-Tahap dalam Proses Ekstrusi Proses pengolahan ekstrusi dibagi menjadi tiga tahap yaitu pra-ekstrusi, ekstrusi dan tahap setelah ekstrusi (post-extrusion). (Sumber: http://www.schaaftechnologie.de/machines.html) a. Tahap pra-ekstrusi, terdiri dari dua langkah utama yaitu: (a) Pencampuran (Blending); dan (b) penambahan air (Moisturizing) b. Tahap ekstrusi, mesin yang digunakan ialah berbagai jenis ekstruder dan beragam aksesorisnya sesuai kebutuhan pengolah. Produk yang keluar dari tahap ini disebut ekstrudat dan tergantung dari kebutuhan kita atau jenis ekstruder yang digunakan, ekstrudat ini dapat merupakan produk akhir ekstrusi ataupun juga produk yang harus diolah lagi lebih lanjut. c. Tahap setelah ekstrusi (post-extrusion). Mesin yang tersedia untuk proses ini ialah mesin pengering, flavouring, pemanggang, pelapis dan pendingin yang semuanya disesuaikan dengan kebutuhan pengolah. Sebagai akibat dari perkembangan teknologi di bidang ekstrusi yang pesat akhir-akhir ini, maka selain dapat berfungsi sendiri terpisah dari ekstruder, mesin-mesin tersebut juga dapat dipasangkan pada ekstruder. Prosedur pengolahan setelah ekstrusi (postextrusion) yang benar merupakan hal yang perlu diperhatikan dalam menghasilkan produk yang menarik, baik dari segi rasa maupun daya tarik visual. Karakteristik produk akhir ini akan berpengaruh pada daya terima oleh konsumen saat produk ini dipasarkan. 46

2. Metode Penelitian Metode penelitian meliputi serangkaian kegiatan : Studi Literatur Pada studi ini dimaksudkan untuk menggali informasi dan referensi tentang teknologi ekstrusi pada mesin pembuat pellet kopos kotoran sapi. Observasi Observasi di lapangan dalam upaya untuk mengidentifikasi permasalahan mesin pembuat pellet kompos kotoran sapi berikut solusi-solusi alternatif di Kota Semarang. Perancangan Dari hasil identifikasi masalah pada studi literatur dan observasi di lapangan selanjutnya dilakukan perancangan untuk menghasilkan rancangan dan gambar konstruksi mesin pembuat pellet kompos kotoran sapi dengan teknologi ekstrusi. Pembuatan Berdasarkan hasil rancangan terbaik yang telah dilakukan maka selanjutnya dilakukan proses pembuatan komponen-komponen yang melibatkan bebagai macam proses permesinan, kerja bangku dan pengelasan untuk selanjutnya ketahap parakitan komponen. Pengujian Pengujian dilakukan untuk mengetahui keberhasilan perancangan dan pembuatan mesin, apakah layak secara fungsional maupun operasional. 3. Hasil dan Pembahasan Rancangan penelitian yang digunakan untuk menentukan: (1) kapasitas produksi, dan (2) kualitas/ukuran produk yang berhasil dan cacat/gagal. Kapasits produksi ditentukan berdasarkan jumlah/bobot pupuk pellet yang dihasilkan tiap satuan waktu (kg/jam). Kualitas/ukuran produk pupuk pellet yang baik dan cacat ditentukan berdasarkan standar besar butiran sesuai keseragaman. Data Spesifikasi Mesin Dimensi mesin : 1000 x 500 x 700 Berat mesin : 60 kg Tenaga Penggerak : Motor Listrik 1 HP/ 1450 Rpm Putaran kerja mesin : 60 rpm Kapasitas kerja : 50 kg / jam Operator : 1 Orang Bahan : Besi plat, Besi siku, pulley, sprocket, dll (b) (c) (a) (d) Gambar 1: Mesin Pellet Kompos Kotoran Sapi (e) 47

Hasil rancang bangun mesin pellet seperti ditunjukkan pada gambar 1 (a) mesin pellet, (b) plat berlobang (die); (c) pencampuran bahan kompos; (d) kegiatan mencoba mesin; (e) hasil pellet. Bahan penelitian untuk pembuatan mesin pellet kompos kotoran sapi adalah baja profil siku 50x50x5, lembaran plat baja tebal 3 milimeter, poros baja diameter 30 milimeter, dan material tambahan seperti baut & mur baja, dengan konstruksi las. Komponen standar yang dibeli seperti motor listrik, reducer gear, roda gigi sprocket, roda puli, dan ditambah dengan transmisi belt V, dan rantai. Setelah hasil rancangan diwujudkan menjadi komponen-komponen yang siap dirakit, kemuadian diuji kapasitas produksi dan kualitas hasil produksinya. Penyiapan bahan baku pellet: a) Kotoran sapi setelah ditiriskan b) Abu sekam (10% dari kotoran sapi) c) Dedak padi (5% dari kotoran sapi) d) Bahan perekat/tepung tapioca (5% dari kotoran sapi) (sumber: Yovita,2001) Langkah pembuatan pellet kompos: a) Campur kotoran sapi + abu sekam + dedak padi sesuai takaran + perekat diaduk sampai rata b) Hidupkan mesin pellet c) Masukkan campuran/adonan di atas kedalam hopper mesin d) Ulir pengepres ini mendorong bahan adonan ke arah ujung silinder dan menekan plat berlubang sebagai pencetak pellet. e) Lubang plat menggerakkan poros pencetak sesuai dengan ukuran pelletl yang dikehendaki. f) Granul/pelet keluar dari lubang cetakan akan dipotong oleh pisau yang berbentuk kawat baja. Parameter yang diamati adalah kapasitas material (kg/jam). Kapasitas material dilakukan dengan membagi berat kompos awal terhadap waktu yang dibutuhkan untuk mencetak kompos. BA KM = T... (Setiawan, 2002) Dimana : KM = Kapasitas material (Kg/jam) BA = Berat awal (kg) T = Waktu (jam) Kapasitas hasil dilakukan dengan membagi berat kompos yang dicetak terhadap waktu yang dibutuhkan untuk mencetak kompos. BC KH =... (Setiawan, 2002) T Dimana : KH = Kapasitas hasil (Kg/jam) BC = Berat hasil cetakan (kg) T = Waktu (jam) Perlakuan variasi putaran kerja mesin memberikan pengaruh terhadap kapasitas material, dan kapasitas hasil. Hal ini dapat dilihat pada tabel 1 berikut ini. Tabel 1. Pengaruh variasi putaran kerja mesin terhadap parameter yang diamati Putaran mesin (n) rpm Kapasitas Material (kg/jam) Kapasitas hasil (kg/jam) Keterangan 30 42 35 hasil baik 60 60 50 hasil baik 75 74 48 Motor panas/slip Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa kapasitas material tertinggi pada mesin dengan putaran kerja 75 rpm, sedangkan terendah pada putaran kerja 30 rpm. Kapasitas hasil tertinggi terdapat pada putaran kerja mesin dengan putaran kerja 60 rpm dengan hasil 50 kg/jam. Sedangkan mesin dengan putaran kerja 75 rpm tidak mampu memberikan kapasitas hasil tertinggi yaitu sebesar 48 kg/jam, hal ini disebabkan motor listrik 1 HP mengalami panas dan terkadang terjadi slip. Data dalam tabel 1 diambil pada suhu awal motor listrik yang 48

relatif sama karena uji coba mesin extruder dilakukan secara berurutan melalui jeda waktu penggantian roda puli. Proses pendorongan melalui screw extruder di dalam barrel/tabung mesin memerlukan tenaga besar. Hal ini dikarenakan di dalam tabung terdapat proses pemampatan, dan pencampuran adonan yang lebih. Mesin hasil rancang bangun dibuat dua transmisi yaitu belt dan rantai. Keuntungan digunakan dua transmisi ini yaitu memberikan kemudahan pengaturan variasi putaran. Selain itu konstruksi mesin lebih ringkas bila dibandingkan pengaturan variasi putaran dengan multi gear ataupun multi roda puli. Material kompos kotoran sapi yang digunakan yang sudah ditiriskan selama kurang-lebih 7 minggu. Setelah itu dilakukan pengayakan agar butiran menjadi kecil dan terbebas dari sampah seperti tali raffia, daun-daun kering yang ikut tercampur. Material tambahan seperti abu sekam, zat perekat, dan air dilakukan dengan takaran yang benar sehingga hasilnya menjadi baik. Zat perekat dapat dipilih beberapa macam seperti tepung tapioca, tanah liat, yang tidak memberikan dampak buruk terhadap tanaman. Perawatan Mesin Perawatan adalah suatu usaha yang dilakukan dengan pertimbangan ke masa depan, yaitu perawatan secara terkontrol dan tercatat sehingga jika ada kerusakan dapat segera diketahui dan diatasi. Perawatan khusus mesin pembuat pellet dengan teknologi ekstrusi, terutama untuk elemen-elemen mesin yang memerlukan pelumasan. Pelumasan dilakukan untuk mengurangi gesekan pada bagian yang bersinggungan, mengurangi keausan akibat panas yang timbul serta mencegah korosi. Manfaatnya adalah membuat keausan menjadi lebih kecil terhadap komponen tersebut, sehingga menghemat biaya perawatan mesin dan membuat elemen mesin tersebut berumur lebih panjang. Komponen yang perlu diberi pelumasan adalah komponen roda gigi sprocket dan rantainya, reducer gear yang dalam kerjanya selalu bergesekan. 4. Kesimpulan Hasil Rancang Bangun Mesin Pellet kotoran sapi dengan teknologi ekstrusi dapat disimpulkan sebagai berikut: a. Mesin pembuat pellet kompos kotoran sapi sudah dapat dibuat sesuai dengan hasil rancangan ukuran (1000x500x700) mm; bobot mesin 60 kg; dan kapasitas produksi 60 kg/jam. b. Kapasitas material tertinggi pada mesin dengan putaran kerja 75 rpm, sedangkan terendah pada putaran kerja 30 rpm. Kapasitas hasil tertinggi terdapat pada putaran kerja mesin dengan putaran kerja 60 rpm dengan hasil 50 kg/jam. Sedangkan mesin dengan putaran kerja 75 rpm tidak mampu memberikan kapasitas hasil tertinggi yaitu sebesar 48 kg/jam, hal ini disebabkan motor listrik 1 HP mengalami panas dan terkadang terjadi slip. Saran: a. Perlu dilakukan pembuatan corong pemasukan (hopper) yang dilengkapi pendorong otomatis agar gaya dorong ekstrusi maksimal menuju ke pelat berlubang (die). b. Perlu pembuatan die tempat keluarnya pellet perlu dibuat tirus, bagian dalam Ø10 mm dan bagian luar Ø 5 mm. Bahan die dibuat dari high carbon steel dan tebal ± 10 mm, agar keluarnya pellet semakin mudah c. Perlu dilakukan penelitian lanjut dengan teknologi ekstrusi TSE (twin screw extruder) agar sisa kompos di dalam barrel dapat terkuras lebih bersih. Ucapan Terimaksih Kepada Politeknik Negeri Semarang yang telah membiayai penelitian ini melalui surat keputusan No. 502/PL4/PPK/LK/2011 dari awal hingga selesai. 49

5. Daftar Pustaka Baianu, I.C. 1992. Basic Aspect of Food Extrusion, Physical Chemistry of Food Process: Principle, Techniques and Application. Textbook, VNR Vol. 1. New York, USA. Frame, N.D. 1994. The Technology of Extrusion Cooking. Springer Publisher, dari http://books.google.com/books?hl=en &lr=&id diunduh pada 10 Desember 2012 Schaaf Technologie GmbH. 2007. Machine/Systems, Pre-Extrusion Systems, Extrusion Systems, Post Extrusion Systems, Special Accesories and Machines, Drying/Roasting Systems, Flavouring Systems diunduh dari http://www.schaaf-technologie. de/machines.html, pada hari Minggu 20 Mei 2007 Setiawan, A.I. 2002. Memanfaatkan Kotoran Ternak. Cetakan ke tiga Penebar Swadaya. Jakarta. Yovita. 2001. Membuat Kompos Secara Kilat. Penebar Swadaya. Jakarta. http://www.metrotvnews.com/, Penggunaan Pupuk Anorganik. diunduh pada hari Rabu, 20 Maret 2013 50