PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE INDEX CARD MATCH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN INSTRUMENTAL DAN RELASIONAL SISWA SMP Oleh: Rizki (1) Darhim (2) ABSTRAK Upaya untuk meningkatkan kemampuan matematika termasuk kemampuan pemahaman instrumental dan relasional perlu terus dilakukan. Penelitian ini dirancang untuk meningkatkan kemampuan pemahaman instrumental dan relasional. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuasi eksperimen menggunakan desain kelompok kontrol pretes-postes (pretes-postes control group design). Subyek dari penelitian ini adalah kelas VII-H sebagai kelas eksperimen menggunakan pembelajaran matematika dengan Index Card Match dan VII-G sebagai kelas kontrol menggunakan pembelajaran matematika biasa. Instrumen dalam penelitian ini, yaitu soal-soal pretes dan postes mengenai kemampuan pemahaman instrumental dan relasional siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa yang mendapatkan pembelajaran matematika dengan Index Card Match peningkatan kemampuan pemahaman matematis dan relasionalnya lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran matematika biasa, sedangkan peningkatan kemampuan pemahaman instrumental tidak lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran matematika biasa. Kata kunci: kemampuan pemahaman instrumental dan relasional, pemahaman matematis, index card match. ABSTRACT Efforts to improve math ability including the ability to instrumental and relational understanding is needed. This study is designed to improve the ability of instrumental and relational understanding. The method used is the method of quasi-experimental design using a control group pretest-posttest (pretest-posttest control group design). The subjects of this study were class VII-H as an experimental class using Index Card Match and class VII-G as a control using ordinary mathematics learning. Instrument in this study, namely questions about the pretest and posttest instrumental and relational understanding of the capabilities of students. The results showed that the students who get the learning of mathematics with Index Card Match improved understanding of mathematical and relational abilities better than students who received regular mathematics learning, while increasing understanding of instrumental ability is not better than students who received regular math learning.
Keywords: instrumental and relational s understanding, mathematical understanding, index card match. PENDAHULUAN Era globalisasi sekarang ini menuntut setiap negara untuk mempersiapkan diri agar dapat bersaing dengan negara lain. Salah satunya pemerintah perlu meningkatkan pembangunan di bidang pendidikan baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Peningkatan kualitas ini dilakukan dengan peningkatan sarana dan prasarana serta peningkatan mutu para pendidik dan peserta didik. Pemerintahpun terus menerus melakukan berbagai upaya peningkatan kualitas pendidikan baik secara biasa maupun melalui berbagai inovasi, antara lain wajib belajar 9 tahun, revisi kurikulum yang terus menerus, peningkatan standar kelulusan Ujian Nasional (UN), pemberian otonomi yang luas kepada sekolah, dan lain-lain. Kualitas pendidikan berkaitan erat dengan kualitas pembelajaran, karena kegiatan pembelajaran merupakan salah satu bentuk implementasi dari pendidikan di sekolah. Proses pembelajaran matematika sebagai salah satu bagian dari keseluruhan proses pendidikan di sekolah memiliki peranan penting dalam upaya meningkatkan kemampuan matematika siswa. Suherman, dkk. (2001: 29) mengatakan bahwa matematika tumbuh dan berkembang untuk dirinya sendiri sebagai suatu ilmu, juga untuk melayani kebutuhan ilmu pengetahuan dalam pengembangan dan operasionalnya. Departemen Pendidikan Nasional (2007) menyatakan ada beberapa aspek yang perlu dikembangkan dalam pembelajaran matematika, diantaranya adalah pemahaman matematis, pemecahan masalah, serta penalaran dan komunikasi. Pemahaman matematis dapat dikatakan sebagai fondasi dalam mengembangkan pembelajaran matematika. Pernyataan
tersebut sesuai dengan pendapat O Connell, 2007 (dalam Sari, 2012) yang menyatakan bahwa dengan pemahaman matematis, siswa akan lebih mudah dalam memecahkan permasalahan karena siswa akan mampu mengaitkan serta memecahkan permasalahan tersebut dengan berbekal konsep yang sudah dipahaminya. Salah satu tujuan pembelajaran matematika dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yaitu agar peserta didik memiliki kemampuan untuk memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep, mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat dan efisien (Lestari, 2012). Sedangkan dalam National Council of Teachers of Matematics (NCTM) (2000) merumuskan secara umum bahwa pembelajaran matematika menggariskan peserta didik harus mempelajari matematika melalui pemahaman dan aktif membangun pengetahuan baru dari (Puspitasari, 2011 dalam Lestari, 2012). Selain itu pula kemampuan matematis yang pertama menurut Sumarmo (2006) yaitu kemampuan pemahaman matematis (mathematical understanding) (Lestari, 2012). Dari tiga hal tersebut menujukan bahwa kemampuan pemahaman matematis begitu penting. Seorang siswa yang telah mencapai kemampuan pemahaman matematis dapat mencapai kemampuan matematis lainnya dengan mudah. Pemahaman matematis siswa dapat ditingkatkan melalui berbagai cara, salah satunya dengan menerapkan strategi pembelajaran yang dinilai efektif dalam menunjang pembelajaran. Suherman, dkk. (2001: 6) berpendapat bahwa strategi dalam kaitannya dengan pembelajaran (matematika) adalah siasat atau kiat yang sengaja direncanakan oleh guru, berkenaan dengan segala persiapan pembelajaran agar pelaksanaan pembelajaran berjalan dengan lancar dan tujuannya yang berupa hasil belajar bisa tercapai secara optimal. pengalaman dan pengetahuan sebelumnya
Pembelajaran biasa menjadikan peserta didik pasif, dalam pembelajaran matematika seharusnya siswa aktif belajar, sehingga mampu untuk mengembangkan kreatifitas dan dapat lebih memahami pelajaran serta terampil dalam menyelesaikan permasalahan matematika. Guru hendaknya mampu memilih dan menerapkan strategi pembelajaran yang mampu merangsang siswa untuk lebih aktif dalam belajar serta dapat meningkatkan kemampuan siswa dalan memahami pelajaran. Kegiatan pembelajaran aktif salah satunya terdapat dalam strategi pembelajaran Index Card Match. Index Card Match adalah sebuah metode permainan mencari pasangan kartu. Dengan demikian strategi pembelajaran Index Card Match yaitu sebuah strategi pembelajaran aktif dengan menggunakan metode permainan mencari pasangan kartu. Pembelajaran dengan Index Card Match diharapkan siswa siswa lain bila dibandingkan bertanya kepada guru, karena bahasa yang digunakan siswa lebih mudah dipahami dan dapat belajar menghargai pendapat siswa lain. Pembelajaran menjadi tidak searah sebab ada transfer ilmu dari guru ke siswa dan ada transfer ilmu antarsiswa itu sendiri. Siswa juga merasa tidak bosan karena pembelajaran yang diterapkan membuat mereka tidak selalu duduk di tempat duduknya. Pembelajaran seperti ini perlu intervensi guru untuk membimbing siswa agar kegiatan pembelajaran menjadi terarah. Berdasarkan pemaparan di atas, peneliti tertarik untuk mengkaji peningkatan kemampuan pemahaman instrumental dan relasional siswa dalam pembelajaran matematika dengan Index Card Match yang dituangkan dalam judul Pengaruh Strategi Pembelajaran Aktif Tipe Index Card Match untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Instrumental dan Relasional Siswa SMP. merasa nyaman untuk bertanya kepada
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka permasalahan yang dikaji dalam penelitian dirumuskan sebagai berikut: (1) Apakah peningkatan kemampuan pemahaman matematis siswa yang memperoleh pembelajaran matematika dengan pembelajaran aktif tipe Index Card Match lebih baik dibandingkan dengan siswa yang memperoleh pembelajaran matematika biasa? (2) Apakah peningkatan kemampuan pemahaman instrumental siswa yang memperoleh pembelajaran matematika dengan pembelajaran aktif tipe Index Card Match lebih baik dibandingkan dengan siswa yang memperoleh pembelajaran matematika biasa? (3) Apakah peningkatan kemampuan pemahaman relasional siswa yang memperoleh pembelajaran matematika dengan pembelajaran aktif tipe Index Card Match lebih baik dibandingkan dengan siswa yang memperoleh pembelajaran matematika biasa? Sesuai dengan rumusan masalah maka yang menjadi tujuan dari penelitian untuk mengetahui peningkatan: (1) Kemampuan pemahaman matematis siswa yang memperoleh pembelajaran matematika melalui pembelajaran aktif tipe Index Card Match dengan pembelajaran matematika biasa. (2) Kemampuan pemahaman instrumental siswa yang memperoleh pembelajaran matematika melalui pembelajaran aktif tipe Index Card Match dengan pembelajaran matematika biasa. (3) Kemampuan pemahaman relasional siswa yang memperoleh pembelajaran matematika melalui pembelajaran aktif tipe Index Card Match dengan pembelajaran matematika biasa. METODE Dalam penelitian ini metode yang akan digunakan adalah metode eksperimen, yaitu metode yang menuntut peneliti memanipulasi dan mengendalikan satu atau lebih variabel bebas serta mengamati variabel terikat, untuk melihat
perbedaan yang sesuai dengan manipulasi variabel-variabel bebas tersebut, dengan tujuan utama eksperimen ialah untuk menetapkan apa yang mungkin terjadi. Penelitian ini dilakukan untuk melihat pengaruh pembelajaran matematika dengan Index Card Match untuk meningkatkan kemampuan pemahaman instrumental dan relasional siswa SMP. Penelitian ini menggunakan dua kelompok siswa yang berbeda dan ada manipulasi perlakuan, serta kedua kelompok tersebut dipilih secara acak. Gambaran eksperimennya adalah sebagai berikut: O X O yaitu kelas VII-A, VII-B, VII-C, VII-D, VII-E, VII-F, VII-G, VII-H. Dasar pertimbangan pengambilan populasi siswa kelas VII adalah sebagian besar siswa SMP kelas VII masih dalam tahap peralihan operasi kongkrit ke operasi formal, sehingga sesuai untuk diterapkannya strategi pembelajaran aktif tipe Index Card Match. Populasi tersebut diambil dua kelas sebagai sampel penelitian yaitu kelas VII- G dan kelas VII-H, untuk kelas VII-H dijadikan sebagai kelas eksperimen yang akan diberikan Pembelajaran Matematika dengan Index Card Match (PMICM), sedangkan kelas VII-G dijadikan sebagai O Keterangan: O kelas kontrol yang akan diberikan Pembelajaran Matematika Biasa (PMB). O X : Pretes/Postes : Pembelajaran Matematika dengan Jumlah siswa pada kelas PMICM dan kelas PMB yaitu 35 siswa di kelas VII-H Index Card Match (PMICM) Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII salah satu SMP Negeri di Kota Bandung tahun ajaran 2013/2014 yang terdiri dari delapan kelas dan 34 siswa di kelas VII-G. Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah instrumen data kuantitatif dan kualitatif. Instrumen data kuantitatif berupa tes yang meliputi pretes
dan postes. Sedangkan instrumen data kualitatif berupa data non-tes yaitu lembar observasi. Instrumen tes yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes kemampuan pemahaman instrumental dan relasional. Soal tes kemampuan pemahaman instrumental dan relasional diberikan pada kelas PMICM dan kelas PMB di awal perlakuan sebagai pretes dan di akhir perlakuan sebagai postes. Tes ini diberikan kepada siswa dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan pemahaman instrumental dan relasional. Oleh karena itu, disusun berdasarkan indikator kemampuan pemahaman instrumental dan relasional, yaitu: (1) Menyatakan ulang sebuah konsep. (2) Mengklasifikasikan objek-objek menurut sifat-sifat tertentu. (3) Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis. (4) Mengaplikasikan konsep atau algoritma pemecahan masalah. Tes yang diberikan berbentuk tes uraian sebanyak 5 butir soal yang terdiri dari 3 soal pemahaman instrumental dan 2 soal pemahaman relasional. Menurut Suherman (2003: 77) dalam menjawab soal berbentuk uraian siswa dituntut untuk menjawabnya secara rinci sehingga proses berpikir, ketelitian, sistematika penyusunan dapat dievaluasi. Terjadinya bias hasil evaluasi dapat dihindari karena tidak ada sistem tebakan untung-untungan. Hasil evaluasi lebih dapat mencerminkan kemampuan siswa sebenarnya. Selain itu, proses pengerjaan tes dapat menimbulkan kreativitas dan aktivitas positif siswa karena tes tersebut menuntut siswa agar berpikir secara sistematik, menyampaikan pendapat dan argumentasi, mengaitkan fakta-fakta yang relevan. Ruseffendi (2005: 118) juga mengatakan bahwa dalam menjawab soal uraian hanya siswa yang telah menguasai materi betul-betul yang memberikan jawaban yang baik dan benar. Tes uraian mempunyai kekurangan, yaitu skor pekerjaan seseorang dipengaruhi oleh penilai, seperti latar belakang penilai, kemampuan memahami penilai, kondisi penilai dan lain sebagainya. Oleh karena
dipengaruhi oleh faktor subyektif penilai, tes uraian disebut juga tes tipe subyektif. Sebelum instrumen tes diberikan kepada siswa dalam proses penelitian, instrumen tes terlebih dahulu dikonsultasikan kepada dosen pembimbing, kemudian diujicobakan kepada siswa di luar sampel. Instrumen tes diujicobakan kepada siswa yang telah mempelajari materi bilangan pecahan. Uji coba instrumen dilakukan untuk mengetahui kualitas instrumen yang meliputi validitas, reliabilitas, indeks kesukaran, dan daya pembeda dari instrumen tes. Instrumen non-tes yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah lembar observasi. Lembar observasi digunakan sebagai pedoman dalam mengamati kondisi atau segala aktivitas yang terjadi di dalam kelas selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Namun, secara garis besar lembar observasi digunakan untuk mengamati aktivitas siswa dan aktivitas guru selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Observer dalam penelitian ini adalah rekan sesama mahasiswa atau guru. Hasil dari observasi tersebut menjadi bahan evaluasi dan bahan masukan bagi peneliti agar pertemuan-pertemuan berikutnya menjadi lebih baik. Hasil dari lembar observasi ini selanjutnya dapat digunakan untuk melengkapi data hasil tes. HASIL DAN PEMBAHASAN Pengolahan data pretes dilakukan untuk menentukan apakah data berasal dari populasi berdistribusi normal atau tidak. Setelah dilakukan pengolahan, ternyata data pretes baik kemampuan pemahaman matematis, instrumental maupun relasional siswa berdistribusi tidak normal. Selanjutnya untuk mengetahui apakah terdapat kesamaan antara kemampuan awal pemahaman matematis, instrumental, dan relasional siswa kelas PMICM dengan siswa kelas PMB atau tidak dilakukan uji nonparametrik Mann Whitney. Setelah diolah diperoleh bahwa kemampuan awal pemahaman matematis, instrumental, dan
relasional siswa kelas PMICM dan kelas PMB adalah sama. Selanjutnya adalah uji data indeks gain. Rata-rata indeks gain kemampuan pemahaman matematis siswa kelas PMICM adalah 0,76 dan kelas PMB adalah 0,45, artinya kelas PMICM memiliki peningkatan kemampuan pemahaman matematis yang tinggi sedangkan kelas PMB memiliki peningkatan kemampuan pemahaman matematis yang sedang. Rata-rata indeks gain kemampuan pemahaman instrumental siswa kelas PMICM adalah 0,58 dan kelas PMB adalah 0,65, artinya kelas PMICM dan kelas PMB memiliki kemampuan peningkatan kemampuan pemahaman relasional yang sedang. Berdasarkan pengolahan dan analisis data indeks gain diketahui kualitas peningkatan kemampuan pemahaman matematis dan relasional siswa kelas PMICM lebih baik dari kelas PMB. Namun, peningkatan kemampuan pemahaman instrumental siswa kelas PMICM tidak lebih baik dari kelas PMB, hal ini terlihat dari hasil uji kesamaan dua rata-rata dengan menggunakan Mann Whitney setengah dari nilai signifikansi (sig.) sebesar 0,25 dimana nilai tersebut lebih dari 0,05 yang menyebabkan H0 diterima. pemahaman instrumental yang sedang. Peningkatan kemampuan Rata-rata indeks gain kemampuan pemahaman relasional siswa kelas PMICM adalah 0,76 dan kelas PMB adalah 0,47, artinya kelas PMICM memiliki peningkatan kemampuan pemahaman relasional yang tinggi sedangkan kelas PMB memiliki pemahaman instrumental siswa dengan pembelajaran Index Card Match tidak lebih baik dari siswa dengan pembelajaran biasa, hal ini mungkin terjadi disebabkan oleh keterbatasan waktu. Kelas PMICM termasuk kelas besar yang menyebabkan suasana di kelas cenderung ramai dan berisik sehingga dibutuhkan waktu untuk
mengkondusifkan kelas. Akibatnya, tidak semua soal pada kartu dapat dibahas di kelas, kebanyakan diantaranya yang tidak dapat dibahas di dalam kelas yaitu soal pemahaman instrumental. KESIMPULAN Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan tentang pengaruh strategi pembelajaran aktif tipe Index Card Match untuk meningkatkan kemampuan pemahaman instrumental dan relasional siswa SMP, diperoleh kesimpulan: (1) Peningkatan kemampuan pemahaman matematis siswa yang memperoleh pembelajaran matematika dengan menggunakan pembelajaran aktif tipe Index Card Match lebih baik dibandingkan dengan kemampuan pemahaman matematis siswa yang memperoleh pembelajaran matematika biasa. (2) Peningkatan kemampuan pemahaman instrumental siswa yang memperoleh pembelajaran matematika dengan menggunakan pembelajaran aktif tipe Index Card Match tidak lebih baik dibandingkan dengan kemampuan pemahaman instrumental siswa yang memperoleh pembelajaran matematika biasa. (3) Peningkatan kemampuan pemahaman relasional siswa yang memperoleh pembelajaran matematika dengan menggunakan pembelajaran aktif tipe Index Card Match lebih baik dibandingkan dengan kemampuan pemahaman relasional siswa yang memperoleh pembelajaran matematika biasa. DAFTAR PUSTAKA Lestari, F. (2012). Pengaruh Pembelajaran Menggunakan Model Peta Pikiran (Mind Mapping) terhadap Peningkatan Kemampuan Pemahaman Matematis Siswa. Skripsi FPMIPA UPI. Bandung : Tidak Diterbitkan. NCTM. (1989). Curriculum and Evaluation Standards for School Mathematics. Reston, VA : NCTM Ruseffendi, E. (2005). Dasar-dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang Non-Eksakta lainnya. Bandung : Tarsito. Sari, V.T. (2012). Pengaruh Pembelajaran Reciproc. Kooperatif Tipe NHT, dan Langsung terhadap Kemampuan Pemahaman Matematis Siswa SMP. [Online] Tersedia dalam http://repository.upi.edu/operator/upl
oad/t_mtk_1007376_chapter2.pdf [06 Februari 2013] Suherman, E, dkk. (2003). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: JICA Universitas Pendidikan Indonesia. PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE INDEX CARD MATCH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN INSTRUMENTAL DAN RELASIONAL SISWA SMP ARTIKEL oleh RIZKI 0901931
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG 2013