BAB I PENDAHULUAN. harus memelihara dan melestarikan bumi, mengambil manfaatnya serta

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS PENGARUH ORIENTASI DAN PELATIHAN KEWIRAUSAHAAN TERHADAP TUMBUHNYA JIWA BISNIS SANTRI DI PONDOK PESANTREN ILAA

BAB I PENDAHULUAN. mampu menyerap potensi ekonomi masyarakat, termasuk angkatan kerja sebagai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan masa depan pembangunan bangsa mengharapkan penduduk yang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pengangguran masih menjadi masalah serius di Indonesia karena sampai

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengamalkan ilmu pengetahuan, keterampilan yang telah didapat

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha telah mencapai era globalisasi, dimana

I. PENDAHULUAN. penelitian yang terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi masalah,

BAB I PENDAHULUAN. Banyaknya para pencari kerja di Indonesia tidak di imbangi dengan

Menumbuhkan dan Mengembangkan Jiwa Wirausaha Mahasiswa

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang berdampak pada kondisi perekonomian di Indonesia. Belakangan ini

Konsepsi Dasar Kewirausahaan

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN ENTREPRENEURSHIP PADA MAHASISWA UMS

MENUMBUHKAN JIWA KEWIRAUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN WIB.

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar belakang masalah. Setiap mahasiswa mempunyai perhatian khusus terhadap mata kuliah

BAB I PENDAHULUAN. mampu menciptakan peserta didik yang tidak hanya berprestasi dan

KEWIRAUSAHAAN. Ahsin Zaedi, S.Kom Direktur GMP Nusantara Berkarya Owner Griya Sehat Sejahtera Owner Sekolah Panahan

BAB I PENDAHULUAN. berkreasi serta melakukan inovasi secara optimal yaitu mewujudkan gagasangagasan

manusianya.setiap tahun ribuan mahasiswa yang lulus dari perguruan tinggi tersebut di Indonesia. Hal ini seharusnya dapat memberikan keuntungan besar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia seutuhnya. Dalam undang-undang No 20 Tahun 2003 disebutkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. bidang perekonomiannya. Pembangunan ekonomi negara Indonesia di. ide baru, berani berkreasi dengan produk yang dibuat, dan mampu

BAB I PENDAHULUAN. Kesulitan untuk mendapatkan pekerjaan menimbulkan banyak pengangguran

Oleh : Sri Admawati K BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. Pada Bab V ini dikemukakan kesimpulan dari hasil penelitian yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. memiliki pengetahuan dan keterampilan serta menguasai teknologi, namun juga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Ganda (PSG), sebagai perwujudan kebijaksanan dan Link and Match. Dalam. Dikmenjur (2008: 9) yang menciptakan siswa atau lulusan:

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang khususnya di dunia usaha sangat begitu ketat dan diikuti dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Banyak masyarakat yang kesulitan dalam mendapatkan penghasilan untuk

BAB I PENDAHULUAN. mengikuti dan meningkatkan perkembangan ilmu pengetahuan dan tegnologi. menciptakan SDM yang berkualitas adalah melalui pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. sampai SMA saja, tetapi banyak juga sarjana. Perusahaan semakin selektif menerima

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai hukum dasar, UUD 1945 merupakan sumber hukum tertulis,

BAB I PENDAHULUAN. dalam hal menyerap tenaga kerja, meningkatkan jumlah unit usaha, dan. mendukung pendapatan rumah tangga (dalam Kuncoro, 2000:15).

BAB I PENDAHULUAN. sekolah atau perguruan tinggi tertentu saja. Sejalan dengan perkembangan dan

I. PENDAHULUAN. Bagian pertama ini membahas beberapa hal mengenai latar belakang masalah,

Entrepreneurship and Inovation Management

MENUMBUHKAN JIWA KEWIRAUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN. kerja kalah cepat dengan kenaikan jumlah lulusan. Sangat ironis bila kita

BAB I PENDAHULUAN. bisnis baru yang bermunculan dengan berbagai inovasi dan variasi terbarunya

BAB I PENDAHULUAN. wilayah tanah air Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sehari- hari. Lesunya pertumbuhan ekonomi, terutama di sektor riil, telah

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan yang pasti akan dialami oleh setiap individu atau organisasi. Ketika

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

A. JUDUL PENGABDIAN: PELATIHAN PERENCANAAN USAHA BAGI REMAJA USIA PRODUKTIF DI DUSUN SLANGGEN, TIMBULHARJO, SEWON, BANTUL, YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. berubah menjadi maju atau lebih berkembang dengan sangat pesat, seperti

Membangun Jiwa Wirausaha

Disusun Oleh : Nama : Novika Ginanto (23) Kelas : II TEL 6 SMK TELKOM SANDHY PUTRA JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dapat dikatakan sebagai tulang punggung perekonomian negara. Keberadaan

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia. Sektor UMKM adalah salah satu jalan untuk

BAB I PENDAHULUAN. menentukan cara produksi baru, menyusun operasi untuk pengadaan produk baru,

BAB I PENDAHULUAN. terbatas. Suryana (2006 : 4) mengatakan secara makro, peran wirausaha adalah

BAB I PENDAHULUAN. produktif. Di sisi lain, pendidikan dipercayai sebagai wahana perluasan akses.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Mohamad Abdul Rasyid Ridho, 2013

2015 STUDI TENTANG PERAN PONDOK PESANTREN DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SANTRI AGAR MENJADI WARGA NEGARA YANG BAIK

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Berdasarkan fungsi dan tujuan pendidikan diperlukan pembangunan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian Analisis Faktor-Faktor yang Mendorong Wirausahawan Memulai

BAB I PENDAHULUAN. Semakin hari penduduk dunia bertambah jumlahnya. Ini dikarenakan angka

HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN VOKASIONAL DENGAN INTENSI BERWIRAUSAHA PADA MAHASISWA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mulyadi, 2014 Pengaruh Perilaku Kewirausahaan Terhadap Keberhasilan Usaha

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan tenaga kerja di Indonesia akhir-akhir ini semakin kompleks.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Era globalisasi yang terjadi saat ini menimbulkan persaingan

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. negara-negara miskin dan negara baru berkembang, Indonesia sebagai negara

BAB I PENDAHULUAN. lapangan pekerjaan sehingga mengakibatkan sebagian orang tidak memiliki

MAKALAH HUKUM KEWIRAUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Horne (Mulyasana, 2011, h. 5) menyatakan bahwa : peserta didik untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kewirausahaan (entrepreneurship)merupakan salah satu alternatif bagi

BAB I PENDAHULUAN. dapat menampung pencari kerja, akibatnya banyak rakyat Indonesia baik yang

BAB I PENDAHULUAN. tempat kerja yang tersedia saat ini, sehingga banyak orang yang tidak

REKONTRUKSI PENDIDIKAN KEWIRAUSAHAAN DALAM MEMBANGUN WATAK WIRAUSAHA MAHASISWA

BAB I PENDAHULUAN. Riskha Mardiana, 2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan Nasional merupakan pencerminan kehendak untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukkan pribadi

BAB I PENDAHULUAN. kependidikan sebagai unsur yang mempunyai posisi sentral dan strategis

sampel yang digunakan sebanyak 180 responden, dengan menggunakan teknik

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini perkembangan UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah) telah

BAB I PENDAHULUAN. penghasilan sebanyak-banyaknya dengan melakukan usaha sekecil-kecilnya. Para

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

VISI MISI KABUPATEN KUDUS TAHUN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Asal mula kewirausahaan dapat dijabarkan sebagai berikut: wirausaha

BAB I PENDAHULUAN. oleh masyarakat yang berpendidikan rendah. Banyak sarjana yang hanya

BAB I PENDAHULUAN. perilaku seseorang sebagai usaha mencerdaskan manusia melalui kegiatan. manusia dewasa, mandiri dan bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan faktor penting dalam membentuk dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penduduk. Masalah yang timbul adalah faktor apa yang mendasari proses

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang memiliki sumber daya alam yang

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi ini persaingan bukan hanya hak monopoli bidang

I. PENDAHULUAN. Dalam mencapai tujuan, setiap organisasi dipengaruhi oleh perilaku

BAB I PENDAHULUAN. seperti petani, karyawan, mahasiswa, pegawai pemerintah, guru, dan lain sebagainya. Hal

BAB I PENDAHULUAN. pencari kerja. Orang yang mencari kerja lebih banyak, sehingga banyak orang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini pembangunan ekonomi tidak hanya dihadapkan pada

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Randi Rizali, 2013

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan manusia yang berjiwa kreatif, inovatif, sportif, dan wirausaha.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tingkat persaingan hidup semakin hari semakin ketat dan sulit. Banyak

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kedudukan manusia di muka bumi adalah sebagai wakil Allah yang harus memelihara dan melestarikan bumi, mengambil manfaatnya serta mengelola kekayaan alam untuk kedamaian dan kesejahteraan seluruh manusia. Namun, realitas yang ada, umat manusia saat ini masih jauh dari kondisi ideal. Ini lebih dikarenakan mereka belum menyadari sepenuhnya apa yang telah dikaruniakan Allah Swt atas mereka. Mereka belum mengoptimalkan potensi-potensi yang Allah Swt berikan atau paling tidak mereka belum mengasahnya. Potensi-potensi yang Allah Swt berikan begitu besar bagi umat manusia, baik berupa aspek intelektual maupun sumber daya alam. Namun sayangnya masih bnyak yang belum tersentuh karena keterbatasan sarana maupun prasarana, akibatnya masih banyak umat Islam yang hidup dibawah garis kemiskinan. Terlebih lagi ditengah kondisi yang serba sulit dewasa ini, banyak dari mereka yang tidak mampu lagi membeli barang-barang kebutuhan pokok yang disebabkan melambungnya harga-harga di pasaran apalagi pasca naiknya harga BBM (Bahan Bakar Minyak) dan LPJ 12 kg. Selain itu dengan menyempitnya lapangan pekerjaan membuat posisi mereka kian terpuruk, tak heran jika jumlah rakyat miskin bertambah tiap hari. 1

Salah satu hal yang hingga kini menjadi tantangan terbesar bangsa Indonesia adalah masalah ekonomi. Pembangunan ekonomi akan memberikan pertumbuhan dan kesejahteraan ekonomi suatu bangsa. Namun demikian, Indonesia tengah menghadapi problem yang sangat komplek dalam masalah pembangunan ekonomi, yang berimplikasi pada munculnya kesenjangan ekonomi di berbagai sektor. Hal ini disebabkan karena pembangunan tidak mampu menyerap potensi ekonomi masyarakat, termasuk angkatan kerja sebagai kontributor bagi percepatan pertumbuhan dan kesejahteraan ekonomi tersebut. Problem yang dimiliki bangsa Indonesia itu antara lain adalah pertumbuhan ekonomi yang tidak dibarengi dengan kesempatan tenaga kerja yang merata, sementara angka produktif penduduk Indonesia tidak berbanding lurus dengan besarnya jumlah peluang usaha dan investasi di Indonesia. Ditambah lagi banyaknya peluang dan kesempatan investasi tersebut tidak banyak didukung oleh kemampuan sumber daya manusia yang kualified. Akibatnya timbul kesenjangan antara kebutuhan lapangan pekerjaan dengan kesempatan yang diberikan oleh pelaku usaha kepada angkatan kerja, yang pada akhirnya menyebabkan timbul dan banyaknya pengangguran. Sudah menjadi rahasia umum bahwa dalam hal pendidikan kewirausahaan (entrepreneurship), Indonesia tertinggal jauh dengan negaranegara lain. Bahkan di beberapa negara, pendidikan tersebut telah dilakukan puluhan tahun yang lalu. Sementara di Indonesia, pendidikan kewirausahaan baru dibicarakan pada era 80-an dan digalakkan pada era 90-an. Namun 2

demikian, kita patut bersyukur karena hasilnya dewasa ini sudah mulai berdiri seolah-olah dan lembaga-lembaga yang memang berorientasi untuk menjadikan peserta didiknya sebagai calon pengusaha unggul setelah pendidikan. 1 Saat ini jumlah wirausaha di Indonesia hanya 570.339 orang atau 0,24% dari jumlah penduduk yang sebanyak 237,64 juta orang. Padahal untuk jadi bangsa maju, dibutuhkan wirausaha minimal 2% dari jumlah penduduk. program wirausaha produktif menjadi salah satu prioritas kerja utama. Hal ini dikarenakan wirausaha mempunyai nilai strategis dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat, mengurangi angka pengangguran, memperluas lapangan dan kesempatan kerja baru serta menopang perekonomian negara. 2 Masyarakat sulit untuk mau dan memulai wirausaha dengan alasan mereka tidak diajar dan dirangsang untuk berusaha sendiri. Hal ini juga didukung oleh lingkungan budaya masyarakat dan keluarga memiliki paradigma bahwa orang sukses adalah yang memperoleh gaji dari pemerintah. Di sisi lain para orang tua kebanyakan tidak memiliki pengalaman dan pengetahuan untuk berusaha. Oleh karena itu, mereka cenderung mendorong anak-anaknya untuk mencari pekerjaan atau menjadi karyawan. Selain itu sistem, pelatihan keterampilan cenderung sedikit karena yang diajarkan berupa teori-teori dari buku tanpa mempraktekannya secara langsung, maka dari itu siswa buta dengan dunia wirausaha berbeda dengan anak yang 1 Kasmir, S.E., M.M. Kewirausahaan, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007, h. 5 2 http://finance.detik.com/read/2013/06/01/161303/2262232/4/ri-butuh-418-juta-wirausaha-barucak-imin-latih-pengangguran-sd-dan-sarjana (22/10/2014) 3

mempunyai bakat berwirausaha dengan proses alamiah. Dengan kata lain, ia menjadi wirausaha karena dibesarkan di lingkungan tertentu, memperoleh nilai-nilai budaya tertentu pula dari kalangan terdekat semenjak ia mampu menerima proses sosialisasi sebagai proses alamiah, khususnya dari orang tuanya. Jadi, pendidikan formal (sebagai suatu proses intervensi terencana dan terkendali yang kita kenal sehari-hari) untuk membentuk wirausaha, tidak mereka yakini. Mereka hanya yakin pada proses alamiah itu. Jika kita bandingkan, kenikmatan memiliki usaha sendiri dengan bekerja pada suatu perusahaan sangat banyak perbedaan. Untuk menjadi seorang pegawai dibutuhkan kepandaian, seperti dipersyaratkan dalam batas nilai IPK (Indeks Prestasi Kumulatif), harus mengikuti dan lulus tes, pandai bergaul, berpenampilan baik sampai memilik koneksi atau referensi (kenalan, orang dalam) tertentu. Bahkan tidak jarang calon pegawai diminta pembayaran yang ilegal dalam jumlah tertentu. Artinya, begitu banyak persyaratan yang harus dipenuhi. Terkadang kita menjadi miris jika mendengar ada berita untuk menjadi pegawai harus bayar puluhan juta rupiah. Anehnya, banyak orang yang mau merogoh kantong untuk menjadi pegawai tersebut. Padahal, jika uang tersebut digunakan untuk melakukan wirausaha, jumlahnya sudah jauh dari cukup. Di samping itu, perkembangan penghasilan yang diterima juga relatif kecil. 3 Kini sudah saatnya bangsa Indonesia memikirkan dan mencari terobosan dengan menanamkan sedini mungkin nilai-nilai kewirausahaan, 3 Kasmir, S.E., M.M. Ibid, h. 6 4

terutama bagi kalangan terdidik. Penanaman nilai kewirausahaan bagi banyak orang yang diharapkan bisa menimbulkan jiwa kreativitas untuk berbisnis atau berwirausaha sendiri dan tidak bergantung pada pencarian kerja yang semakin hari semakin sempit dan ketat persaingannya. Kreativitas ini sangat dibutuhkan bagi orang yang berjiwa kewirausahaan untuk menciptakan sebuah peluang kerja, tidak hanya bagi dirinya sendiri tapi juga bagi orang lain. Pondok pesantren adalah lembaga pendidikan Islam tertua di Indonesia yang telah tumbuh dan berkembang sejak masa penyiaran Islam. Pada umumnya pondok pesantren didirikan oleh para ulama secara mandiri, sebagai tanggung jawab ketaatan kepada Allah Swt. Untuk mengajarkan, mengamalkan dan mendakwahkan ajaran-ajaran agamanya. Karena pesantren kini didirikan oleh para ulama atau tokoh agama dengan visinya masingmasing, maka kurikulumnya pun sangat beragam. Pesantren kini tidak hanya lembaga yang mengajarkan ilmu agama saja, namun juga mengajarkan ilmu kemandirian secara finansial, yaitu pelatihan kewirausahaan. Tetapi walaupun saat ini kurikulumnya telah berbeda, namun terdapat kesamaan fungsi pendidikan pesantren, yaitu pesantren sebagai pusat pendidikan dan pendalaman ilmu-ilmu pengetahuan islam (tafaqquh fiddin) dan pusat dakwah Islam. 4 4 Drs. Sudradjat Rasyid, MM, Kewirausahaan Santri Bimbingan Santri Mandiri, jakarta, PT Citrayudha Alamanda Perdana, h. 27 5

Berdasarkan realitas yang terjadi di masyarakat menunjukkan bahwa pendidikan keterampilan yang telah diterapkan di pondok pesantren telah mengubah kesejahteraan hidup santrinya karena dari situ jiwa wirausaha santri tumbuh, namun tidak jarang santri dari lingkup pondok tidak memiliki jiwa usaha yang tinggi padahal telah diajarkan ilmu keterampilan guna menumbuhkan semangat usaha namun mereka belum dapat mempraktekkan ilmu wirausaha yang telah di dapatnya karena tidak ada kepercayaan diri untuk berani membangun sebuah usaha. Hal ini penting karena Percaya diri menggambarkan sikap dan keyakinan seseorang dalam menghadapi, melalui, melakukan dan menyelesaikan tugas dan pekerjaan yang dihadapi. Berorientasi tugas dan hasil mengandung makna bahwa seorang entrepreneur adalah seorang yang mengutamakan motif-motif berprestasi, berorientasi laba, ketekunan dan bekerja keras, serta berinisiatif, artinya selalu mencari dan memulai dengan tekad yang kuat. Keberanian mengambil resiko sangat bergantung pada keyakinan diri, kesediaan untuk menggunakan kemampuan dan kemauan untuk menilai resiko secara realitis. Dengan demikian entrepreneur adalah orang yang terlatih dalam mepertimbangkan resiko, menilai dengan cermat dan melaksanakan tugas-tugasnya dengan realitik. Namun tak lepas dari semua itu jiwa kewirausahaan yang ada pada manusia tidak muncul begitu saja tanpa ada stimulan disekitar, maka sikap tersebut akan muncul dengan adanya pembiasaan diri atau pelatihan yang maksimal serta terus menerus. Pelatihan kewirausahaan yang diadakan sebuah 6

pondok pesantren merupakan solusi yang terbaik untuk menyiapkan insan yang beriman, berilmu dan beramal shaleh. Pondok pesantren Ilaa Rohman As-sajad yang terletak di Sendangguwo Kabupaten Semarang merupakan salah satu pondok pesantren yang tidak hanya mengajarkan ilmu-ilmu keislaman secara teoritis namun juga diimbangi dengan pengembangan kecakapan hidup. Di pesantren ini diajarkan berbagai ilmu kewirausahaan seperti keterampilan mebel, bengkel, penulisan kaligrafi arab, ternak dan musik Islami. Hal ini ditujukan agar setelah para santri menyelesaikan pendidikannya di pesantren dan mulai terjun ke masyarakat tidak kesulitan untuk mencari kerja, justru sebaliknya, mereka dapat menciptakan lapangan kerja. Selain itu, yang diharapkan dari pengasuh adalah santri bisa menyebarkan ilmu agama tanpa memperoleh hambatan dalam hal perekonomian. Dengan mengacu pada latar belakang masalah diatas, penulis mengambil inisiatif untuk melakukan penelitian yang berjudul ANALISIS PENGARUH ORIENTASI DAN PELATIHAN KEWIRAUSAHAAN TERHADAP TUMBUHNYA JIWA BISNIS SANTRI DI PONDOK PESANTREN ILAA ROHMAN AS-SAJAD SENDANGGUWO SEMARANG. 1.2. Perumusan Masalah A. Apakah variabel Orientasi berpengaruh signifikan terhadap Tumbuhnya Jiwa Bisnis Santri di Pondok Pesantren Ilaa Rohman As-sajad Sendangguwo Semarang? 7

B. Apakah variabel Pelatihan Kewirausahaan berpengaruh signifikan terhadap Tumbuhnya Jiwa Bisnis Santri di Pondok Pesantren Ilaa Rohman As-sajad Sendangguwo Semarang? C. Apakah variabel Orientasi dan Pelatihan Kewirausahaan secara bersamasama berpengaruh signifikan terhadap Tumbuhnya Jiwa Bisnis Santri di Pondok Pesantren Ilaa Rohman As-sajad Sendangguwo Semarang? 1.3. Tujuan dan Manfaat penelitian 1.3.1. Tujuan Penelitian Sesuai dengan perumusan masalah, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: a. Untuk mengetahui variabel Orientasi berpengaruh signifikan terhadap Tumbuhnya Jiwa Bisnis Santri di Pondok Pesantren Ilaa Rohman As-sajad Sendangguwo Semarang. b. Untuk mengetahui variabel Pelatihan Kewirausahaan berpengaruh signifikan terhadap Tumbuhnya Jiwa Bisnis Santri di Pondok Pesantren Ilaa Rohman As-sajad Sendangguwo Semarang. 1.3.2 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah: a. Manfaat Akademis Penelitian ini diharapkan menjadi sumbangan pemikiran bagi pihak-pihak terkait, khususnya pada dunia pesantren. Selanjutnya, untuk memberikan sumbangsih dalam rangka pengembangan budaya 8

kewirausahaan di kalangan santri dan umat Islam pada umumnya, yang pada akhirnya mampu melahirkan para wirausahawan Muslim yang handal. Selain itu, hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khazanah keilmuan Islam. b. Manfaat Praktis Manfaat praktis yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah dengan format pembelajaran nilai-nilai kewirausahaan yang ditemukan, dapat digunakan sebagai acuan dalam pembinaan nilai kewirausahaan, khususnya sikap kemandirian bagi santri maupun masyarakat luas, terutama di pesantren-pesantren yang memiliki kesamaan karakter dengan pesantren yang sedang diteliti. Dalam jangka panjang, implementasi format pembelajaran kewirausahaan bagi kalangan santri ini dapat melahirkan manusia yang mandiri, baik sebagai para wirausahawan Muslim yang handal, maupun dalam dunia kerja dan profesi lainnya yang disemangati jiwa kemandiriannya, sehingga mampu meningkatkan citra pendidikan pesantren dan sekaligus mampu menciptakan lapangan pekerjaan baru. 1.4. Sistematika Penelitian Skripsi yang penulis susun ini terdiri dari 5 (lima) bab, dimana masing-masing bab dibagi menjadi beberapa sub bab. Adapun garis besar sistematika skripsi tersebut adalah sebagai berikut: 9

Bab I: Berisi pendahuluan yaitu latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penelitian. Bab II: Berisi tinjauan pustaka yaitu tentang landasan teori, penelitian terdahulu, kerangka berfikir, hipotesis. Bab III: Berisi metode penelitian yaitu tentang jenis dan sumber data, populasi dan sampel, metode pengumpulan data, variabel peneltian dan pengukuran, teknik analisis data. Bab IV: Berisi hasil penelitian pembahasan yaitu gambaran umum pondok pesantren Ilaa Rohman As-sajad Sendangguwo Semarang meliputi struktur organisasi pondok pesantren, visi dan misi pondok pesantren Ilaa Rohman As-sajad, karakteristik responden, deskripsi data penelitian, uji validitas dan uji realiabilitas, uji multikolonieritas, uji autokorelasi, uji heteroskedasitas, uji normalitas, analisis data yang meliputi uji parsial (pengaruh masing-masing variabel indepanden) dan uji simultan (pengaruh orientasi dan pelatihan kewirausahaan terhadap tumbuhnya jiwa bisnis santri di pondok pesantren Ilaa Rohman As-sajad Sendangguwo Semarang). Bab V: Berisikan kesimpulan yang merupakan jawaban atas pokok permasalahan yang penyusun ajukan, keterbatasan penelitian dan juga saran yang akan berguna bagi penyusun pada khususnya dan pihak-pihak lain pada umumnya. 10