Optimasi BTS Untuk Peningkatan Kualitas Jaringan CDMA 2000

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS PENYEBAB BLOCKING CALL DAN DROPPED CALL PADA HARI RAYA IDUL FITRI 2012 TERHADAP UNJUK KERJA CDMA X

Pengaruh Pilot Pollution terhadap Performansi

BAB III METODE PENELITIAN. Pada bab 3 ini akan dibahas mengenai metode penelitian yang dilakukan pada BTS-

ANALISIS PERMASALAHAN OPTIMALISASI VOICE CDMA X UNTUK MENGURANGI KEGAGALAN KONEKSI STUDI KASUS DIVISI TELKOM FLEXI SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. teknologi 3G yang menawarkan kecepatan data lebih cepat dibanding GSM.

KUALITAS LAYANAN DATA PADA JARINGAN CDMA x EVOLUTION-DATA ONLY (EVDO)

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi peningkatan jumlah pengguna jaringan GSM (Global System for

BAB III METDOLOGI PENELITIAN

TEKNIK PERANCANGAN JARINGAN AKSES SELULER

BAB III PERENCANAAN DAN SIMULASI

BAB III ANALISIS TRAFIK DAN PARAMETER INTERFERENSI CO-CHANNEL

I. Pembahasan. reuse. Inti dari konsep selular adalah konsep frekuensi reuse.

Analisis Aspek-Aspek Perencanaan BTS pada Sistem Telekomunikasi Selular Berbasis CDMA

BAB II JARINGAN GSM. telekomunikasi selular untuk seluruh Eropa oleh ETSI (European

STUDI PERENCANAAN JARINGAN SELULER INDOOR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISA CALL SUCCES RATE PADA JARINGAN CODE DIVISION MULTIPLE ACCESS ( CDMA )

PENGANTAR SISTEM KOMUNIKASI SELULER

Teknik Transmisi Seluler (DTG3G3)

Teknik Transmisi Seluler (DTG3G3)

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi yang cenderung memerlukan data rate tinggi, hal ini terlihat dari

# CDMA1900, khususnya kanal 12 untuk 3G/WCDMA. Dengan penataan ulang yang dilakukan oleh pihak regulator berdampak juga terhadap pengguna komunikasi s

ANALISA DAN OPTIMASI QUALITY OF SERVICE (QOS) LAYANAN VOICE DALAM JARINGAN SELULAR CDMA X TELKOM FLEXI REGIONAL OPERATION SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

ANALISIS UNJUK KERJA JARINGAN PADA SISTEM CDMA (STUDI KASUS TELKOM FLEXI MEDAN)

KONSEP DASAR SELULER. (DTG3G3) PRODI D3 TT Yuyun Siti Rohmah,ST.,MT

Analisis Kinerja Dan Perbaikan Jaringan GSM Pada BSC Operator H3I (THREE)

Dalam hal ini jarak minimum frequency reuse dapat dicari dengan rumus pendekatan teori sel hexsagonal, yaitu : dimana :

PERBANDINGAN EFEKTIFITAS BTS BERBASIS ANTENA SINGLE- BAND DAN MULTI-BAND UNTUK MENDUKUNG KESTABILAN JARINGAN

BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

ANALISIS PERFORMANSI REHOMMING BR 9.0-EVOLUSION BSC (ebsc) PADA JARINGAN GSM PT TELKOMSEL DI MAKASSAR

BAB II KOMUNIKASI BERGERAK SELULAR GSM

ANALISIS KUALITAS PANGGILAN CODE DIVISION MULTIPLE ACCESS (CDMA) X MENGGUNAKAN TEMS

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

PENANGANAN INTERFERENSI PADA JARINGAN SELULER 2G PT. INDOSAT UNTUK AREA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB IV ANALISA PERFORMANSI BTS CDMA 20001X PT BAKRIE TELECOM COVERAGE KOTA BEKASI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISIS KEGAGALAN SOFT HANDOFF PADA JARINGAN CDMA2000 1xRTT

BAB IV HASIL DAN ANALISA

Setyo Budiyanto 1,Mariesa Aldila 2 1,2

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III METODA PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan pada sistem komunikasi nirkabel dan bergerak sangatlah kompleks

Analisa Kegagalan Call pada BTS Flexi di PT TELKOM Kandatel Banda Aceh

SIMULASI LINK BUDGET PADA KOMUNIKASI SELULAR DI DAERAH URBAN DENGAN METODE WALFISCH IKEGAMI

BAB II PENGENALAN SISTEM GSM. tersedianya kemudahan disegala bidang yang mampu menunjang usaha dibidang

Abstract A. PENDAHULUAN. Sistem komunikasi semakin berkembang dengan tingginya kontinuitas

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III PERANCANGAN DAN SIMULASI LEVEL DAYATERIMA DAN SIGNAL INTERFERENSI RATIO (SIR) UE MENGGUNAKAN RPS 5.3

BAB IV ANALISIS DAN HASIL PENELITIAN Analisis Hasil Pengukuran di Area Sekitar UMY

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB II TEKNOLOGI SELULER GSM. (Frequency Division Multiple Access), metode TDMA (Time Division Multiple

BAB IV ANALISA HASIL SIMULASI

BAB II ADAPTIVE MULTI-RATE (AMR)

Analisis Pengaplikasian MCPA pada Perusahaan Provider GSM di Daerah Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

AKUISISI DATA GPS UNTUK PEMANTAUAN JARINGAN GSM

BAB IV KOMUNIKASI RADIO DALAM SISTEM TRANSMISI DATA DENGAN MENGGUNAKAN KABEL PILOT

Pengaruh Pilot Pollution terhadap Performansi

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II CODE DIVISION MULTIPLE ACCESS (CDMA) CDMA merupakan singkatan dari Code Division Multiple Access yaitu teknik

ANALISIS DROP CALL PADA JARINGAN 3G PADA BEBERAPA BASE STATION DI KOTA MEDAN

Pada Tugas Akhir ini data diperoleh dari data drive test dan optimasi pada

Analisis Pengaruh Model Propagasi dan Perubahan Tilt Antena Terhadap Coverage Area Sistem Long Term Evolution Menggunakan Software Atoll


BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KARAKTERISASI KANAL PROPAGASI VHF BERGERAK DI ATAS PERMUKAAN LAUT

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya jaman kebutuhan manusia akan bidang telekomunikasi juga semakin meningkat,

BAB I PENDAHULUAN. sudah menjadi kebutuhan bagi dunia usaha/bisnis (e-commerce), pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. ke lokasi B data bisa dikirim dan diterima melalui media wireless, atau dari suatu

OPTIMASI KUALITAS DAN AREA CAKUPAN JARINGAN 3G STUDI KASUS KLUSTER AREA TASIKMALAYA

BAB I PENDAHULUAN. menjaga dan meningkatkan performa pada jaringan telekomunikasi. diharapkan akan diikuti semakin tingginya jumlah trafik.

BAB 2 PERENCANAAN CAKUPAN

Analisis Peningkatan Kualitas dan Kapasitas Jaringan Seluler PT. XL Axiata pada Area Jawa Tengah bagian Utara melalui Proyek Swap dan Modernisasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.2 Awal Perkembangan GSM (Global System for Mobile Communications ) di

Jurnal ICT Vol 3, No. 5, November 2012, hal AKADEMI TELKOM SANDHY PUTRA JAKARTA

ANALISIS KUALITAS VOICE CALL PADA JARINGAN WCDMA DENGAN DRIVE TEST MENGGUNAKAN TEMS INVESTIGATION

Designing WLAN based Metropolitan Area Network (MAN)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

CALL SETUP FAILURE PADA JARINGAN CDMA X INTISARI

BAB II DASAR TEORI. menjadi pilihan adalah teknologi GSM (Global System for Mobile

PENERAPAN FITUR ADAPTIVE MULTI RATE (AMR) PADA JARINGAN GSM

Gambar II.7 Skema 2 nd Generation (2G) Network. 2) BTS / RBS : Base Transceiver Station / Radio Base Station

Lisa Adriana Siregar Dosen Tetap Program Studi Teknik Elektro Sekolah Tinggi Teknik Harapan

PERENCANAAN KEBUTUHAN NODE B PADA SISTEM UNIVERSAL MOBILE TELECOMMUNICATION SYSTEM (UMTS) DI WILAYAH UBUD

1.2 Tujuan dan Manfaat Tujuan tugas akhir ini adalah: 1. Melakukan upgrading jaringan 2G/3G menuju jaringan Long Term Evolution (LTE) dengan terlebih

PENGUKURAN KUALITAS SINYAL PADA JARINGAN GSM

BAB 2 DASAR TEORI. Sistem telekomunikasi yang cocok untuk mendukung sistem komunikasi

BAB II LANDASAN TEORI

ANALISIS UNJUK KERJA MULTI BAND CELL PADA GSM DUAL BAND

BAB I PENDAHULUAN. Microwave base transceiver station (BTS microwave) merupakan jaringan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

LAPORAN SKRIPSI ANALISIS DAN OPTIMASI KUALITAS JARINGAN TELKOMSEL 4G LONG TERM EVOLUTION (LTE) DI AREA PURWOKERTO

Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

Optimasi BTS Untuk Peningkatan Kualitas Jaringan CDMA 2000 Sulistyaningsih P2 Elektronika dan Telekomunikasi LIPI sulis@ppet.lipi.go.id Folin Oktafiani P2 Elektronika dan Telekomunikasi LIPI folin@ppet.lipi.go.id Yusuf Nur Wijayanto P2 Elektronika dan Telekomunikasi LIPI yusuf@ppet.lipi.go.id Abstrak Kualitas layanan jaringan merupakan hal yang sangat penting untuk terus ditingkatkan. Oleh karena itu, perlu dilakukan layanan optimasi BTS yang bertujuan untuk pengoptimalan jaringan. Kegiatan optimasi jaringan dengan dilakukannya drive test. Begitu data telah terkumpul dari suatu area cakupan tertentu, data akan diproses lebih lanjut dengan software tool terpisah. Maintenance engineer dapat menggunakan data yang telah diproses untuk menganalisa unjuk kerja sistem di daerah tersebut. Layanan optimasi BTS diharapkan dapat mencapai target yang telah ditentukan untuk pengoptimalan seluruh sel disemua BTS. Kata kunci: optimasi jaringan, optimasi BTS, BTS 1. Pendahuluan Perkembangan teknologi tanpa kabel saat ini berkembang sangat cepat seiring dengan kebutuhan informasi yang semakin tinggi. Kualitas layanan pada jaringan CDMA 2000 merupakan hal yang sangat penting untuk terus ditingkatkan. Dalam perancangan sistem CDMA 2000 perlu diperhatikan keseimbangan antara kapasitas, RF coverage, dan kualitas suara, ditunjukkan pada gambar 1[2]. Oleh karena itu perlu dilakukan layanan optimasi BTS (Base Tranceiver Station) agar layanan CDMA berjalan lancar. Layanan optimasi BTS, merupakan kegiatan untuk pemeriksaan jaringan RF dan optimasi jaringan RF. Capacity (loading) Coverage (Ec/Io) Call Quality (FER) Gambar 1 Keseimbangan Sistem CDMA 2000 2. Teori dasar 2.1 Base Transceiver Station (BTS) BTS merupakan peralatan pada sisi sel, bekerja untuk mengalokasikan sumbersumber, baik daya maupun kanal yang digunakan oleh perangkat MS (Mobile Station). BTS juga terdiri atas peralatan radio yang digunakan untuk mengirimkan dan menerima sinyal CDMA 2000. BTS mengontrol antarmuka jaringan CDMA 2000 dengan MS, dan mengontrol aspek sistem berhubungan dengan kinerja layanan jaringan. Fungsi BTS adalah sebagai berikut [2]: Berinteraksi langsung dengan MS melalui antarmuka radio Mendukung pengaturan daya pancar MS Mendukung penyediaan kanal radio bagi MS baik untuk trafik baru maupun trafik pindah langgeng Manajemen lapisan fisik (circuit switch) pada antarmuka radio 2.2 Parameter BTS 2.2.1 Kontrol Daya Salah satu masalah yang timbul akibat kontrol daya yang tidak sempurna adalah INKOM I-1

efek jauh dekat, yaitu dimana setiap pelanggan menggunakan daya pancar yang sama, maka pelanggan yang terdekat akan mengakibatkan interferensi yang sangat besar terhadap pelanggan yang berada jauh, bahkan sering mengakibatkan tertutupnya sinyal dari pelanggan yang lebih jauh. Untuk itu diperlukan suatu mekanisme yang dapat mengatur daya pancar dari setiap MS sehingga daya tersebut dapat diterima oleh BTS dengan besar daya yang sama. Pengontrolan daya selalu dilakukan oleh BTS dengan mengirim daya sinyal secara kontinyu. Masalah dalam pengontrolan daya sering menjadi masalah yang serius dalam penggunaan kanal uplink, karena dalam kanal uplink pelanggan yang meminta layanan ke BTS sehingga harus mengirim sinyal khusus ke BTS. Jika kontrol daya tidak sempurna, BTS bisa salah dalam mengartikan asal sinyal tersebut. Oleh karena itu, masalah kontrol daya transmisi ini tidak boleh diabaikan dalam perhitungan kapasitas sistem. Ada dua metoda kontrol daya yang terdapat pada kanal uplink yaitu sebagai berikut [2]: Kontrol lup terbuka, yaitu mengukur level sinyal yang diterima pada downlink di sebuah MS dan mengontrol daya transmisi dari uplink. Kontrol lup tertutup, yaitu mengukur level sinyal yang diterima pada uplink di BTS dan langsung mentransmisikan daya MS melalui downlink. Kontrol lup terbuka tidak dapat menyediakan kontrol dinamis terhadap kecepatan tinggi hal ini disebabkan kontrol terhadap informasi dilakukan pada downlink, yang pada dasarnya tidak terlalu membutuhkan pengontrolan daya, bagaimanapun juga kontrol dinamis lebih baik dilakukan pada kanal uplink karena kontrol dayanya lebih sempurna. Pada sisi downlink, kontrol dayanya sering disebut dengan kontrol daya yang pelan. Pengontrolan daya yang baik, akan mengurangi efek interferensi, sehingga kinerja dari sistem lebih baik dan kapasitas maksimum sistem menjadi lebih besar. 2.2.2 Pengaturan Tilt Antena BTS Untuk menghindari terjadinya dropped call dan berkurangnya kapasitas, operator dapat menggunakan antena downtilt. Beberapa operator CDMA menggunakan downtilt antena elektrik secara terusmenerus yang dapat disetel untuk memperkecil pilot pollution. Secara elektrik downtilting antena mengurangi energi pada horizon keduanya baik didepan atau disamping antena. Dalam kondisi dimana radiasi sisi lokasi terlalu berdekatan, maka downtilt antena dapat disetel disesuaikan dengan melakukan pengarahan pengujian untuk mengoptimalkan sistem seperti yang ditunjukkan pada gambar 2. Gambar 2 Perubahan orientasi antena dengan sistem downtilting antena Dengan mengatur sudut tilt antena BTS, maka area cakupan akan bisa diatur sedemikian rupa sehingga sinyal yang dipancarkan akan dapat dibatasi seperti terlihat pada gambar 3. Gambar 3 Pengaturan tilt antenna BTS R = h BTS / tg α (1) Dengan : R = radius (km) h BTS = tinggi antena BTS (m) α = derajat tilt antena ( o ) INKOM I-2

3. Pengukuran Jaringan CDMA 2000 3.1 Drive test Drive test adalah langkah pertama yang ditempuh untuk optimasi sistem, dengan tujuan pengumpulan data hasil pengukuran sesuai dengan lokasi pelanggan. Begitu data telah terkumpul dari suatu area cakupan tertentu, data akan diproses lebih lanjut dengan software tool terpisah. Maintenance engineer dapat menggunakan data yang telah diproses untuk menganalisa performansi sistem didaerah tersebut. Data yang didapat dari drive test adalah level daya total penerimaan dan level Ec/Io dari masing-masing BTS. Beberapa sistem receiver-based drive-test dapat memberikan kemampuan spektrum analyzer pada sistem selular. Interferensi dapat terjadi secara internal atau eksternal. Inteferensi eksternal dapat berupa adanya pemancar ilegal, sedangkan gangguan interferensi internal berupa interferensi kanal berdekatan dan interferensi sel-sel pengguna kanal identik. Tahapan drive test terdiri dari [1]: a. Pengukuran panggilan Melakukan pengujian short call dan long call pada setiap BTS dengan mengitari daerah-daerah cakupan wilayah masingmasing BTS. b. Pengukuran Ec/Io Jika pengukuran Ec/Io dihasilkan kuat, maka interferensi rendah dan pengguna tidak sibuk. Sedang jika Ec/Io rendah perlu dilakukan optimasi jaringan. c. Pengukuran daya Rx Pengukuran daya Rx pada siang, sore, dan malam hari akan memperoleh hasil yang berbeda. Pada siang hari akan menghasilkan sinyal Rx yang kuat karena berasal dari sinyal traffik. d. Pengukuran daya Tx Pengukuran daya sinyal Tx menentukan kualitas sinyal pada setiap sel. e. Pengukuran FER FER (Frame Error Ratio) yang diijinkan sebesar 5%. Pengukuran FER dapat digunakan untuk mengetahui dropped call yang terjadi pada setiap sel. f. Pengetesan PN Pollution PN Pollution disebabkan karena tidak adanya daya sinyal Tx dan interferensi dengan sel tetangga. Untuk menangani PN Pollution pada suatu wilayah sel perlu dilakukan pengaturan daya sinyal Tx dan pengarahan antena sektor. g. Pengukuran Dead Spot Dead spot merupakan daerah yang tidak terjangkau oleh sinyal Tx BTS, sehingga dearah tersebut tidak memperoleh layanan jaringan. Dead spot diatasi dengan mengatur sektor antena dan meningkatkan daya Tx, selain itu dapat juga dengan memasang BTS baru. 4. Hasil Pengukuran Dan Analisa Sebagai contoh dibawah ini data pengukuran kualitas jaringan CDMA 2000 pada PT Telkom Yogyakarta sebagai berikut: a. Pengukuran Ec/Io Dari contoh gambar 4 menunjukkan peta wilayah yang memiliki nilai Ec/Io yang berbeda-beda, dari peta dapat diketahui daerah yang mengalami interferensi kecil sampai dengan interferensi yang besar dan grafik pengukuran Ec/Io menunjukkan bahwa pengukuran menghasilkan 91,84 % daerah memiliki Ec/Io sangat baik, sehingga unjuk kerja jaringan pada wilayah itu optimal. b. Pengukuran Daya Rx Kuat daya sinyal Rx ditunjukkan gambar 5, dari contoh hasil pengukuran daerah diatas diperoleh daya Rx cukup baik, daerah yang mendapatkan daya Rx kecil hanya 47,35 % dari daerah keseluruhan. c. Pengukuran Daya Tx Pemetaan dan hasil pengukuran daya Tx dari BTS ditunjukkan pada gambar 6, sebagian besar daerah mendapatkan daya dari BTS dengan cukup kuat, ditunjukkan dengan keterangan fair, good, dan excellent. Daerah yang mendapatkan pancaran daya BTS lemah hanya sebesar 16,82 % dari luas wilayah keseluruhan. Untuk 83,18 % wilayah yang lain mendapatkan kualitas layanan yang optimal. INKOM I-3

Map Map Map Gambar 4 Pengukuran Ec/Io Gambar 6 Pengukuran daya Tx d. Pengukuran FER FER (Frame Error Ratio) yang diijinkan sebesar 5%. Pengukuran FER dapat digunakan untuk mengetahui dropped call yang terjadi pada setiap sel. Gambar 7 menunjukkan hasil pemetaan dan pengukuran FER pada suatu wilayah. e. Pengujian PN Pollution Contoh hasil pemetaan dan pengukuran PN Pollution ditunjukkan pada gambar 8. Inti penanganan pilot pollution adalah meminimalkan jumlah sinyal pilot yang diradiasikan pada suatu daerah, akan tetapi usaha meminimalisasi ini tidak boleh sampai mengakibatkan level daya yang diterima menjadi sangat rendah atau terjadi blankspot disuatu daerah. f. Pengukuran Dead Spot Hasil pemetaan dan pengukuran dead spot ditunjukkan pada gambar 9. Gambar 5 Pengukuran daya Rx INKOM I-4

Map Gambar 8 Pengujian PN Pollution Gambar 9 Pengukuran Dead Spot Map Gambar 7 Pengukuran FER g. Permasalahan Jaringan Jenis keluhan yang timbul sebagai permasalahan jaringan diantaranya, aktivasi fitur gagal, buka tutup isolir/billing, gangguan lain-lain, kondisi network, info tagihan, info umum, pasang baru (PSB) belum kring, SMS, dan tidak ada nada. Dari permasalahan jaringan yang muncul dari pelanggan tersebut, untuk memberikan perbaikan dapat dilakukan beberapa proses, yaitu: Optimasi jaringan yang terdiri dari proses pengumpulan data, analisis, setting BTS dan parameter BSC, reaudit pasca setting. Performansi jaringan yang kurang baik diakibatkan keterbatasan peralatan. Sehingga untuk meningkatkan kualitas jaringan dapat dilakukan penambahan repeater (penguat sinyal). Untuk pengembangan performansi jaringan, direncanakan akan dipasang repeater dilokasi-lokasi yang memiki demand tinggi Pembangunan jaringan terus ditingkatkan untuk meningkatkan performansi jaringan. Dengan penambahan BTS sesuai lokasi-lokasi yang telah direncanakan. 5. Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil sebagai berikut : INKOM I-5

Optimasi jaringan terdiri dari proses optimasi jaringan sebagai berikut: proses pengumpulan data (hasil pengukuran dengan drive test), analisis data, setting BTS, dan parameter BSC, reaudit pasca setting. Unjuk kerja jaringan perlu ditingkatkan dengan penambahan BTS dan repeater baru untuk meningkatkan performansi jaringan, menambah cakupan, dan kualitas layanan. 6. Daftar Pustaka [1] BH, Wireless Network Solution Seminar-A Comprehensive Overview for GPRS and 3G Technologies, PT. Berca Herdayaperkasa, 2002. [2] TI, Teknologi Wireless CDMA, Unit Penyelenggara Pelatihan Semarang, PT. Telekomunikasi Indonesia INKOM I-6