BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

dokumen-dokumen yang mirip
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA TENTANG NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG

2014, No Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116, Tambahan Lemb

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

SALINAN PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG PERSETUJUAN ALIH ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI KEDOKTERAN/KEDOKTERAN GIGI

SALINAN PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2014 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG PENERBITAN REKOMENDASI PEMBUKAAN DAN PENUTUPAN PROGRAM STUDI DOKTER

PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA

PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA NOMOR : 1 /KKI/PER/ I /2010 TENTANG REGISTRASI DOKTER PROGRAM INTERNSIP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2005 TENTANG REGISTRASI DOKTER DAN DOKTER GIGI KETUA KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA,

SALINAN PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 317/MENKES/PER/III/2010 TENTANG PENDAYAGUNAAN TENAGA KESEHATAN WARGA NEGARA ASING DI INDONESIA

SALINAN PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KONSIL KEDOKTERA,N INDONESIA SALINAN PERATURAN KONSIL KEDOKTEUAN INDONESIA NOM OR 7 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2052/MENKES/PER/X/2011 TENTANG IZIN PRAKTIK DAN PELAKSANAAN PRAKTIK KEDOKTERAN

2011, No Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lem

2 Mengingat e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d, perlu membentuk Undang-Undang tentang

SALINAN PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2014 TENTANG NOMOR IDENTITAS DOKTER DAN DOKTER GIGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MEMUTUSKAN : Menetapkan: PERATURAN MENTERI KESEHATAN TENTANG IZIN PRAKTIK DAN PELAKSANAAN PRAKTIK KEDOKTERAN. BAB...

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.319, 2014 KONSIL KEDOKTERAN. Registrasi. Berbasis Elektronik. Sistem Informasi.

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM INTERNSIP DOKTER DAN DOKTER GIGI INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2018 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN KEDOKTERAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

2013, No Mengingat e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d, perlu membentuk Undang-U

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 10/PUU-XV/2017 Sertifikat Kompetensi Profesi Kedokteran

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2016, No Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 153, Tambahan Lembaran

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN KEANGGOTAAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG WAJIB KERJA DOKTER SPESIALIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 93 Tahun 2016 Seri E Nomor 45 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 93 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2005 TENTANG REGISTRASI DOKTER DAN DOKTER GIGI

2017, No Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5072); 4. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi (Lem

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2017, No Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063); 3. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tingg

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN KEANGGOTAAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 512/MENKES/PER/IV/2007 TENTANG IZIN PRAKTIK DAN PELAKSANAAN PRAKTIK KEDOKTERAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 67 TAHUN 2013 TENTANG PENDAYAGUNAAN TENAGA KESEHATAN WARGA NEGARA ASING

SALINAN PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2015 TENTANG REGISTRASI ULANG DOKTER DAN DOKTER GIGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2014 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2013 TENTANG PENDIDIKAN KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1419/MENKES/PER/X/2005 TENTANG PENYELENGGARAAN PRAKTIK DOKTER DAN DOKTER GIGI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2004 TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 93 TAHUN 2015 TENTANG RUMAH SAKIT PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2 Menetapkan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 13 Tahun 2014 tentang Perubahan Kelima Atas Peraturan Pre

KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA SALINAN PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1419/MENKES/PER/X/2005 TENTANG PENYELENGGARAAN PRAKTIK DOKTER DAN DOKTER GIGI

Peran Kolegium dan Masalah Perijinan Praktik untuk pelatihan dalam rangka. Pelaksanaan Sanksi Disiplin Profesi Kedokteran

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116,

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 10/PUU-XV/2017 Organisasi Profesi Kedokteran

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2014 TENTANG KEPERAWATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 87 TAHUN 2014 TENTANG AKREDITASI PROGRAM STUDI DAN PERGURUAN TINGGI

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG IZIN PRAKTIK DOKTER DAN DOKTER GIGI

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PENDIDIKAN KEDOKTERAN

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negar

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2013 TENTANG PENDIDIKAN KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2004 TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2004 TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2004 TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 108 / HUK / 2009 TENTANG

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG AKREDITASI LEMBAGA KESEJAHTERAAN SOSIAL

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2004 TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 9 TAHUN 2009 TENTANG IZIN PRAKTEK KEDOKTERAN

BERITA NEGARA PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2015 TENTANG

SURAT EDARAN NOMOR HK.03.03/MENKES/274/2014 TENTANG IZIN PRAKTIK DAN PELAKSANAAN PRAKTIK KEDOKTERAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2013 TENTANG REGISTRASI TENAGA KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2014, No.298.

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG

SALINAN PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2016, No Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Neg

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA REGISTRASI TENAGA KESEHATAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2014 TENTANG TENAGA KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN BERSAMA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA DAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2013 NOMOR 1/IV/PB/2013

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2017 TENTANG PELAYANAN KESEHATAN TRADISIONAL INTEGRASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.02.02/MENKES/127/2015 TENTANG

KETUA KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA, SALINAN PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG

Transkripsi:

No.1304, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA. Pendidikan. Dokter Spesialis. Program. PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PROGRAM PENDIDlKAN DOKTER SUBSPESIALIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan perorangan tersier, perlu mempersiapkan dokter subspesialis sebagai pelaksana pelayanan kesehatan perorangan tersier melalui pendidikan dan pelatihan lanjutan yang berkualitas; b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia tentang Program Pendidikan Dokter Subspesialis; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4301); 2. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4431);

2012, No.1304 2 3. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063); 4. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5072); 5. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 158, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5336); 6. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4496); 7. Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2012 tentang Sistem Kesehatan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 193); 8. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1069/Menkes/SK/XI/2008 tentang Pedoman Klasifikasi dan Standar Rumah Sakit Pendidikan; 9. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 755/Menkes/Per/IV/2011 tentang Penyelenggaraan Komite Medik di Rumah Sakit (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 259); 10. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 2052/Menkes/Per/X/2011 tentang Izin Praktik dan Pelaksanaan Praktik Kedokteran (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 671); 11. Keputusan Konsil Kedokteran Indonesia Nomor 23/KKI/KEP/IX/2006 tentang Pengesahan Standar Pendidikan Profesi Dokter Spesialis; MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA TENTANG PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SUBSPESIALIS.

3 2012, No.1304 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia ini yang dimaksud dengan: 1. Program Pendidikan Dokter Subspesialis adalah program pendidikan lanjutan dan pendalaman bidang tertentu dari satu spesialisasi yang dilaksanakan dalam rangka menghasilkan dokter subspesialis. 2. Dokter adalah dokter lulusan pendidikan kedokteran yang diakui oleh Pemerintah Republik Indonesia sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 3. Dokter Subspesialis adalah dokter spesialis yang telah menyelesaikan Program Pendidikan Dokter Subspesialis. 4. Surat Tanda Registrasi, yang selanjutnya disingkat STR adalah bukti tertulis yang diberikan oleh Konsil Kedokteran Indonesia kepada dokter dan dokter gigi yang telah diregistrasi. 5. Surat Izin Praktik, yang selanjutnya disingkat SIP adalah bukti tertulis yang diberikan pemerintah kepada dokter dan dokter gigi yang akan menjalankan praktik kedokteran setelah memenuhi persyaratan. 6. Pelayanan Kesehatan Perorangan Tersier adalah pelayanan kesehatan unggulan yang menerima rujukan subspesialistik dari pelayanan kesehatan di bawahnya. 7. Konsil Kedokteran Indonesia, yang selanjutnya disingkat KKI adalah suatu badan otonom, mandiri, nonstruktural, dan bersifat independen, yang terdiri atas Konsil Kedokteran dan Konsil Kedokteran Gigi. 8. Organisasi Profesi adalah Ikatan Dokter Indonesia. 9. Kolegium adalah badan yang dibentuk oleh Organisasi Profesi untuk masing-masing cabang disiplin ilmu di bidang kedokteran yang bertugas mengampu cabang disiplin ilmu tersebut. 10. Majelis Kolegium Kedokteran Indonesia, yang selanjutnya disingkat MKKI adalah organ dalam lingkungan Organisasi Profesi yang beranggotakan para ketua kolegium di bidang kedokteran yang mengoordinasikan kegiatan Kolegium-kolegium tersebut. 11. Institusi Pendidikan Kedokteran adalah perguruan tinggi yang telah ditetapkan dan mendapatkan izin dari yang berwenang untuk menyelenggarakan pendidikan kedokteran. 12. Rumah Sakit Pendidikan adalah rumah sakit yang fungsi utamanya sebagai tempat pendidikan kedokteran, pelatihan tenaga profesional dan penelitian secara terpadu dalam bidang pendidikan kedokteran dasar, dan pendidikan kedokteran berkelanjutan. 13. Wahana Pendidikan Kedokteran adalah fasilitas selain Rumah Sakit Pendidikan yang digunakan sebagai tempat penyelenggaraan pendidikan kedokteran.

2012, No.1304 4 Pasal 2 Pengaturan Program Pendidikan Dokter Subspesialis bertujuan untuk: a. mengatur penyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Subspesialis; b. menentukan standar pendidikan profesi dan standar kompetensi Dokter Subspesialis; c. memenuhi kebutuhan Dokter Subspesialis yang bermutu dalam Pelayanan Kesehatan Perorangan Tersier. BAB II RUANG LINGKUP Pasal 3 (1) Program Pendidikan Dokter Subspesialis diselenggarakan berdasarkan standar pendidikan profesi dan standar kompetensi Dokter Subspesialis yang disahkan oleh KKI. (2) Program Pendidikan Dokter Subspesialis harus memenuhi persyaratan sarana pendidikan, pengelola, staf pengajar, serta peserta didik sebagaimana diatur dalam Peraturan KKI ini. (3) Program Pendidikan Dokter Subspesialis harus mendapat pengakuan dari Kolegium pengampu cabang ilmu terkait. BAB III PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SUBSPESIALIS Bagian Kesatu Umum Pasa14 (1) Program Pendidikan Program Dokter Subspesialis diselenggarakan oleh Kolegium dokter spesialis pengampu cabang disiplin ilmu tertentu bekerjasama dengan Institusi Pendidikan Kedokteran dan Rumah Sakit Pendidikan beserta jejaringnya. (2) Program Pendidikan Dokter Subspesialis hanya dapat diselenggarakan dalam hal belum terdapat program pendidikan dokter spesialis yang serupa. Pasal 5 (1) Penyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Subspesialis didasarkan pada kebutuhan Dokter Subspesialis di rumah sakit pemerintah, rumah sakit swasta, dan/atau Institusi Pendidikan Kedokteran seluruh Indonesia. (2) Pemerintah menetapkan kebutuhan Dokter Subspesialis di Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dengan perhitungan yang seksama dan melibatkan MKKI, Kolegium dan/atau Organisasi Profesi.

5 2012, No.1304 (3) Dalam menetapkan kebutuhan Dokter Subspesialis sebagaimana dimaksud pada ayat (2) pemerintah harus mempertimbangkan peran Dokter Subspesialis dalam Pelayanan Kesehatan Perorangan Tersier dan program pendidikan dokter spesialis. (4) Program Pendidikan Dokter Subspesialis di salah satu Institusi Pendidikan Kedokteran tidak boleh mengurangi mutu, kompetensi dan jumlah luaran dokter spesialis di institusi tersebut. Bagian Kedua Standar Pendidikan Profesi dan Standar Kompetensi Pasal 6 (1) Program Pendidikan Dokter Subspesialis dilaksanakan sesuai dengan standar pendidikan profesi yang disusun oleh Kolegium pengampu cabang ilmu terkait dan telah disahkan oleh KKI. (2) Kolegium dalam menyusun standar pendidikan profesi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berkoordinasi dengan Organisasi Profesi, asosiasi institusi pendidikan kedokteran, asosiasi rumah sakit pendidikan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, dan Kementerian Kesehatan. Pasal 7 (1) Program Pendidikan Dokter Subspesialis dilaksanakan melalui pendidikan, pelatihan, dan/atau magang untuk mencapai kompetensi sesuai Standar Kompetensi Dokter Subspesialis yang disusun oleh Kolegium pengampu cabang ilmu terkait dan telah disahkan oleh KKI. (2) Kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan kompetensi lanjutan dari cabang ilmu spesialisasi tertentu. (3) Dalam hal terdapat tumpang tindih kompetensi dari dua atau lebih cabang ilmu, diselesaikan bersama oleh Kolegium terkait dengan berkoordinasi dengan MKKI. Bagian Ketiga Sarana Pendidikan Pasal 8 Tempat penyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Subspesialis terdiri atas: a. Rumah Sakit Pendidikan dan/atau rumah sakit jejaring yang terakreditasi; b. Wahana Pendidikan Kedokteran lain, berupa: 1. rumah sakit yang melakukan pelayanan tersier baik pemerintah maupun swasta yang terakreditasi;

2012, No.1304 6 2. rumah sakit dan/atau klinik spesialis yang ditentukan oleh Kolegium pengampu cabang ilmu tertentu; 3. rumah sakit di luar negeri yang diakui oleh Kolegium dan/atau Institusi Pendidikan Kedokteran. Bagian Keempat Pengelola Pasal 9 (1) Pengelola Program Pendidikan Dokter Subspesialis terdiri atas Ketua dan Sekretaris. (2) Ketua Program Pendidikan Dokter Subspesialis ditetapkan oleh Kolegium pengampu cabang ilmu terkait. (3) Kolegium menyampaikan informasi penetapan Ketua Program sebagaimana dimaksud pada ayat (2) kepada pimpinan Institusi Pendidikan Kedokteran dan pimpinan rumah sakit dimana Program Pendidikan Dokter Subspesialis diselenggarakan. (4) Ketua Program Pendidikan Dokter Subspesialis bertanggung jawab atas penyelenggaraan Pendidikan Dokter Subspesialis. (5) Tanggung jawab sebagaimana dimaksud pada ayat (4) meliputi: a. perencanaan pendidikan; b. pengorganisasian pendidikan; c. pelaksanaan pendidikan; d. pembiayaan pendidikan; e. monitoring dan evaluasi pendidikan. (6) Ketua Program Pendidikan Dokter Subspesialis harus memenuhi persyaratan: a. memiliki sertifikat Dokter Subspesialis dari Kolegium pengampu cabang ilmu terkait; b. memiliki pengalaman praktik sebagai Dokter Subspesialis sekurang-kurangnya selama 5 (lima) tahun; c. memiliki kesediaan waktu, tenaga, dan pikiran untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawab sebagai Ketua Program Pendidikan Dokter Subspesialis. Bagian Kelima Staf Pengajar Pasal 10 (1) Program Pendidikan Dokter Subspesialis didukung oleh sekurangkurangnya 5 (lima) staf pengajar yang ditentukan oleh Kolegium pengampu cabang ilmu terkait.

7 2012, No.1304 (2) Staf pengajar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi persyaratan: a. memiliki sertifikat Dokter Subspesialis dari Kolegium pengampu cabang ilmu terkait; b. memiliki STR Dokter Spesialis yang masih berlaku; c. memiliki pengalaman praktik sebagai Dokter Subspesialis sekurang-kurangnya selama 3 (tiga) tahun; d. memiliki kualifikasi sebagai pendidik, penilai, dan pembimbing; dan e. memiliki kesediaan waktu, tenaga, dan pikiran untuk membimbing, mendidik, dan menilai peserta Program Pendidikan Dokter Subspesialis. (3) Ketentuan kualifikasi staf pengajar sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf d ditetapkan oleh Kolegium masing-masing. Bagian Keenam Peserta Program Pendidikan Dokter Subspesialis Paragraf 1 Persyaratan Calon Pasal 11 (1) Calon peserta Program Pendidikan Dokter Subspesialis adalah dokter spesialis dengan persyaratan tertentu. (2) Persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi : a. memiliki STR dokter spesialis yang masih berlaku; b. aktif mengikuti kegiatan program pendidikan dan pelatihan berkelanjutan di bidang ilmu subspesialis tertentu; c. telah melaksanakan praktik sebagai dokter spesialis sekurangkurangnya 5 (lima) tahun; d. bagi tenaga staf pengajar telah melaksanakan praktik sebagai dokter spesialis sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun; e. mempunyai rekomendasi dari rumah sakit yang melakukan pelayanan tersier atau dari Institusi Pendidikan Kedokteran. Paragraf 2 Seleksi Calon Peserta Pasal 12 (1) Calon peserta Program Pendidikan Dokter Subspesialis melakukan pendaftaran dengan mengajukan permohonan ke Kolegium pengampu cabang ilmu terkait sesuai bidang peminatan yang bersangkutan.

2012, No.1304 8 (2) Kolegium melakukan seleksi lebih lanjut bagi calon peserta yang memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11. (3) Calon peserta yang menjadi prioritas adalah yang berasal dari: a. Institusi Pendidikan Kedokteran; b. rumah sakit yang melakukan pelayanan tersier dan memiliki sarana medik terkait. (4) Calon peserta yang memiliki kewarganegaraan asing dapat mengikuti Program Pendidikan Dokter Subspesialis setelah memenuhi persyaratan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pasal 13 (1) Untuk keperluan legalitas selama menjalani Pendidikan Dokter Subspesialis, peserta harus memiliki: a. STR dokter spesialis yang masih berlaku; b. SIP dokter spesialis. (2) Permohonan memperoleh SIP dokter spesialis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b diajukan oleh Ketua Program Pendidikan Dokter Subspesialis kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dimana rumah sakit tempat pendidikan Dokter Subspesialis berada, dengan tetap memenuhi persyaratan dalam memperoleh SIP. (3) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disertai daftar jejaring rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan yang digunakan. (4) SIP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b berlaku di fasilitas tempat program pendidikan dilaksanakan dan seluruh fasilitas pelayanan kesehatan yang menjadi jejaring rumah sakit pendidikan serta fasilitas pelayanan kesehatan yang ditunjuk. Bagian Ketujuh Jangka Waktu Pendidikan Dokter Subspesialis Pasal 14 Program Pendidikan Dokter Subspesialis dilaksanakan dalam jangka waktu 2 (dua) semester hingga 4 (empat) semester, sesuai jumlah modul yang harus diselesaikan dan kompetensi yang harus dicapai. Bagian Kedelapan Evaluasi Pasal 15 (1) Evaluasi peserta didik dilakukan oleh pengelola Program Pendidikan Dokter Subspesialis dan Kolegium pengampu cabang ilmu terkait.

9 2012, No.1304 (2) Evaluasi pelaksanaan Program Pendidikan Dokter Subspesialis dilakukan secara terus menerus, berdasarkan hasil kinerja di lapangan, pelaksanaan kegiatan penelitian dan publikasi di majalah profesi yang terakreditasi. (3) Pencapaian kompetensi dinilai berdasarkan besar paparan terhadap kasus dan bukan pada waktu, sehingga tidak diperlukan perhitungan satuan kredit semester. Bagian Kesembilan Lulusan Pasal 16 (1) Kolegium pengampu cabang ilmu terkait memberikan sertifikat Dokter Subspesialis kepada peserta yang dinilai telah lulus dari Program Pendidikan Dokter Subspesialis. (2) Sebutan terhadap lulusan Program Pendidikan Dokter Subspesialis adalah Dokter Subspesialis atau Spesialis Konsultan. Pasal 17 (1) STR yang digunakan oleh Dokter Subspesialis untuk melakukan praktik adalah STR Dokter Spesialis. (2) Kewenangan klinik praktik sebagai Dokter Subspesialis di rumah sakit diberikan oleh komite medik rumah sakit berdasarkan sertifikat yang diberikan oleh Kolegium pengampu cabang ilmu terkait. BAB IV PEMBIAYAAN Pasal 18 (1) Pembiayaan Program Pendidikan Dokter Subspesialis ditentukan oleh Kolegium pengampu cabang ilmu tertentu, berkoordinasi dengan rumah sakit tempat pendidikan dokter subspesialis dan Institusi Pendidikan Kedokteran dengan dasar perhitungan satuan biaya (unit cost) rasional. (2) Pengelola Program Pendidikan Dokter Subspesialis dapat mengupayakan untuk memperoleh sumber dana dari Kementerian Kesehatan atau Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (3) Biaya bagi peserta Program Pendidikan Dokter Subspesialis yang memiliki kewarganegaraan asing, ditetapkan bersama oleh Organisasi Profesi dan Kolegium. (4) Rumah sakit tempat Program Pendidikan Dokter Subspesialis diselenggarakan dapat memberikan imbal jasa kepada peserta Program Pendidikan Dokter Subspesialis.

2012, No.1304 10 BAB V PENGAWASAN Pasal 19 (1) Kolegium pengampu cabang ilmu terkait membina dan mengevaluasi penyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Subspesialis. (2) Penjaminan mutu dan biaya Program Pendidikan Dokter Subspesialis dikoordinasikan dan diarahkan oleh MKKI bersama Kolegium terkait. BAB VI KETENTUAN PERALIHAN Pasal 20 Program Pendidikan Dokter Subspesialis yang sedang berjalan namun sudah terdapat Program Pendidikan Dokter Spesialis serupa, harus diselesaikan dan ditutup dalam jangka waktu paling lambat 2 (dua) tahun sejak Peraturan KKI ini mulai berlaku. BAB VII KETENTUAN PENUTUP Pasal 21 Peraturan KKI ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan KKI ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 29 November 2012 KETUA KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA, MENALDI RASMIN Diundangkan di Jakarta pada tanggal 21 Desember 2012 MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA, AMIR SYAMSUDIN