I. PENDAHULUAN. Pemilihan umum adalah suatu sarana demokrasi yang digunakan untuk memilih

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. ini merupakan penjelmaan dari seluruh rakyat Indonesia. DPR dan DPRD dipilih oleh rakyat serta utusan daerah dan golongan

I. PENDAHULUAN. memberikan kebebasan kepada masyarakat untuk menyatakan pendapat

- 2 - BAB I KETENTUAN UMUM

PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2017 TENTANG TAHAPAN, PROGRAM DAN JADWAL PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM TAHUN 2019

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan umum adalah salah satu hak asasi warga negara yang sangat

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 04 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 01 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH

BAB II KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN LABUHAN BATU UTARA. A. Sejarah Singkat Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Labuhan Batu

2017, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Komisi ini yang dimaksud dengan: 1. Pemilihan Umum yang selanjutnya disebut Pemilu adala

BAB I PENDAHULUAN. Negara yang dianggap demokratis selalu mencantumkan kata kedaulatan

BAB 3 ANALISIS SISTEM BERJALAN

BAB 1 Pendahuluan. 1.1 Pengertian KPPS

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG

Dibacakan oleh: Dr. Ir. Hj. Andi Yuliani Paris, M.Sc. Nomor Anggota : A-183 FRAKSI PARTAI AMANAT NASIONAL DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

SALINAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN TUBAN KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN TUBAN. NOMOR : 10/Kpts/KPU Kab /2010 TENTANG

BAWASLU. Pemungutan Suara. Perlengkapan. Pemilihan Umum. Presiden dan Wakil Presiden. Pengawasan. Pencabutan.

BAB II PELAKSANA PENGAWASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. karena keberhasilan suatu perusahaan atau organisasi terletak pada kemampuan

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

TAHAPAN PILPRES 2014 DALAM MEWUJUDKAN BUDAYA DEMOKRASI

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2003 TENTANG

- 2 - MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM TENTANG PENATAAN DAERAH PEMILIHAN DAN ALOKASI KURSI ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAE

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. mencerminkan dengan agak akurat partisipasi serta aspirasi masyarakat.

2 Mengingat : Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 101, Tambaha

UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. perubahan besar pada sistem ketatanegaraan Indonesia. Salah satu perubahan itu

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2014

PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 44 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PENYELESAIAN PELANGGARAN ADMINISTRASI PEMILIHAN UMUM

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG PENGAWASAN TAHAPAN PENCALONAN PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENGAWASAN DANA KAMPANYE PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM

Berdasarkan Pasal 22E ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Pemilu dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia,

URGENSI UNDANG-UNDANG PEMILU DAN PEMANTAPAN STABILITAS POLITIK 2014

No.849, 2014 BAWASLU. Kampanye. Pemilihan Umum. Presiden dan Wakil Presiden. Pengawasan.

Penjelasan Atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik I. Umum II. Pasal Demi Pasal...

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM

PEMUTAKHIRAN DATA PEMILIH UNTUK MEWUJUDKAN PEMILU 2019 YANG ADIL DAN BERINTEGRITAS

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA,

BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1

I. PENDAHULUAN. Pemilihan Umum (Pemilu) di Negara Indonesia merupakan sarana pelaksanaan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

I. PENDAHULUAN. Pemilihan umum (Pemilu) adalah proses pemilihan orang-orang untuk mengisi

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 25 TAHUN 2009 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemuda sebagai generasi penerus bangsa idealnya mempunyai peran

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 24 TAHUN 2009 TENTANG

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)

2016, No Tahun 2006 Nomor 62, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4633); 2. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2007 tentang Pemerintaha

BAB I PENDAHULUAN. dikehendaki. Namun banyak pula yang beranggapan bahwa politik tidak hanya

BERITA NEGARA. BAWASLU. Perlengkapan. Pemungutan Suara. Perencanaan. Pengadaan. Pendistribusian. Pengawasan. Tata Cara.

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

RANCANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA KOMISI PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA,

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM TENTANG

PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 09 TAHUN 2010 TENTANG

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2014

I. PENDAHULUAN. Pemilihan umum (selanjutnya disebut Pemilu) adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat yang

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 18 TAHUN 2009 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KOMISI PEMILIHAN UMUM Pemilihan. Kepala Daerah. Pedoman.

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1945 disebutkan bahwa negara Indonesia adalah Negara Kesatuan yang

BAB II KAJIAN TEORI. A. Tinjauan Pustaka. 1. Peran. Peran merupakan aspek yang dinamis dalam kedudukan (status)

Memutuskan : Menetapkan : PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM MAHASISWA TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PEMILIHAN UMUM MAHASISWA. BAB I KETENTUAN UMUM

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA KOMISI PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA,

2 b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud huruf a, perlu menetapkan Peraturan Badan Pengawas Pemilihan Umum tentang Pengawasan Tahapan

PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM MAHASISWA UNIVERSITAS JEMBER NOMOR 2 TAHUN 2017 tentang PETUNJUK PELAKSANAAN PEMILIHAN UMUM RAYA

IV. GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

-2- BAB I KETENTUAN UMUM

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 19 TAHUN 2009 TENTANG PENGAWASAN PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 09 TAHUN 2008 TENTANG MEKANISME PENGAWASAN PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG

- 2 - MEMUTUSKAN: BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1. Dalam Peraturan ini, yang dimaksud dengan:

MEMUTUSKAN: BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1. Dalam Peraturan ini, yang dimaksud dengan:

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan menurut UUD. Dalam perubahan tersebut bermakna bahwa

- 2 - MEMUTUSKAN: BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1. Dalam Peraturan ini, yang dimaksud dengan:

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA KOMISI PEMILIHAN UMUM,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 09 TAHUN 2008 TENTANG MEKANISME PENGAWASAN PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MATERI TES TERTULIS DAN WAWANCARA PPK Materi test tulis : Pancasila dan UUD

I. PENDAHULUAN. Pemilu merupakan proses pemilihan orang-orang untuk mengisi jabatan-jabatan

BERITA NEGARA. No.676, 2013 BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM. Penyusunan. Daftar Pemilih. Pengawasan. Tata Cara. PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR..TAHUN.. TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH

Peraturan KPU No. 26 Tahun Tentang Pemungutan dan Penghitungan suara di TPS

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2013

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PANDUAN AKUNTABILITAS POLITIK

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dengan Persetujuan Bersama

KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR. NOMOR : 16/Kpts/KPU-Prov-014/2013 TENTANG

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemilihan umum adalah suatu sarana demokrasi yang digunakan untuk memilih wakil wakil rakyat untuk duduk sebagai anggota legislatif di MPR, DPR, DPD dan DPRD. Wakil rakyat tersebutlah yang akan memperjuangkan kepentingan rakyat dan daerahnya.. Pemilihan Umum (PEMILU) juga merupakan sarana dari pelaksanaan kedaulatan rakyat yang diselenggarakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil guna menghasilkan pemerintahan negara yang demokratis berdasarkan Pancasila dan UUD1945. Sesuai dengan Pasal 2 ayat (1) UUD 1945 menyatakan bahwa Kedaulatan berada ditangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang Undang Dasar. Makna dari kedaulatan ditangan Rakyat ini ialah rakyat memiliki kedaulatan, tanggungjawab, hak dan kewajiban untuk secara demokratis memilih pemimpin yang akan membentuk pemerintahan, guna mengurus dan melayani seluruh lapisan masyarakat, serta memilih wakil-wakil rakyat untuk mengawasi jalannya pemerintahan. Dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang mejemuk dan berwawasan kebangsaan, Partai Politik adalah merupakan saluran untuk memperjuangkan aspirasi masyarakat, sekaligus sebagai sarana kaderisasi dan

rekrutmen pemimpin, baik untuk tingkat nasional maupun daerah dan rekrutmen pimpinan berbagai komponen penyelenggara negara, oleh karena itu peserta Pemilu untuk memilih anggota DPR dan DPRD adalah Partai Politik, dan selain itu untuk mengakomodasi aspirasi ke-anekaragaman daerah maka dibentuk Dewan Perwakilan Daerah ( DPD ) yang anggota-anggotanya dipilih dari perseorangan bersamaan dengan Pemilu untuk memilih anggota DPR dan DPRD. Dalam perkembangan politik di Indonesia saat ini telah banyak mengalami perubahan yang cukup signifikan setelah era reformasi, semangat untuk menenggelamkan praktik-praktik berpolitik yang dianggap penuh rekayasa, manipulatif, tidak adil dan represif telah memberikan energi besar kepada semua komponen bangsa untuk menciptakan suasana politik yang lebih terbuka, transparan, jujur dan adil. Pasca reformasi 1998 telah menyebabkan kesadaran pada rakyat untuk menuntut kepada pemerintah agar dapat melaksanakan sebuah proses demokrasi yang baik melalui pemilihan umum yang berkualitas, sehingga sejak pemilu 1999 pemerintah telah melakukan penataan format pemilu menjadi sebuah pemilu yang lebih adil dan demokratis, sangat jauh lebih baik jika dibandingkan dengan pelaksanaan pemilu di era orede baru yang penuh rekayasa, manipulatif dan cenderung hanya merupakan formalitas saja karena pemilu sudah bercampur dengan pengaruh dan kepentingan penguasa, maka agar pemilu dapat berjalan dengan lebih demokratis, sejak pemilu tahun 1999 telah dibentuk sebuah lembaga penyelenggara pemilu yaitu sebuah badan yang secara khusus bertugas untuk mengadakan atau menyelenggarakan pemilu yang bernama Komisi Pemilihan Umum atau disebut (KPU).

Di dalam sistem ketatanegaraan modern, model pembagian kekuasaan menjadi tiga bidang (Trias Politica, Montesque), yakni legeslatif, eksekutif dan yudikatif, sesungguhnya tidaklah memadai lagi karena kehidupan politik kenegaraan sudah sedemikian kompleks, sehingga tiga lembaga yang membidangi legeslatif, eksekutif dan yudikatif tidak mampu lagi menjalankan semua tugas kenegaraan. Hal inilah yang melatar belakangi lahirnya lembaga-lembaga tambahan atau The Auxilliary State Agency. Kehadiran lembaga negara tambahan independent menjadi semakin penting dalam rangka menjaga proses demokratisasi yang tengah dikembangkan oleh Negara yang baru saja melepaskan diri dari sistem authoritarian. Dalam konteks inilah Komisi Pemilihan Umum (KPU) harus diposisikan, yakni sebagai penggerak proses demokratisasi lewat kegiatan pemilu (Supriyanto, 2007 : 127 ). Pemilihan Umum merupakan sebuah sarana demokrasi yang sangat penting dalam kehidupan bernegara saat ini, karena dalam pemilihan umumlah kita dapat melihat perwujudan nyata terdapatnya demokrasi dalam kehidupan bernegara. Oleh karena itulah pemilu seringkali dijadikan tolak ukur sejauh mana suatu negara benar-benar telah melaksanakan demokrasi ( Renstra KPU Tahun 2002-2005). Penyelenggaraan pemilu secara berkala merupakan suatu keharusan mutlak sebagai sarana demokrasi yang menjadikan kedaulatan sebagai inti dalam kehidupan bernegara. Proses kedaulatan rakyat yang diawali dengan pemilu dimaksudkan untuk menentukan asas legalitas, asas legimitasi dan asas kredibelitas bagi suatu pemerintahan yang didukung oleh rakyat. Pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyatlah yang akan melahirkan

penyelenggaraan pemerintahan yang merakyat. Pemerintahan berdasarkan asas kerakyatan juga mengandung arti kontrol rakyat terhadap penyelengaraan pemerintahan. Menurut Nur Hidayat Sardini (2007 :2), terdapat sejumlah standar yang dikenal secara internasional, yang menjadi tolak ukur demokratis-tidaknya suatu pemilu. Standar internasional yang menjadi syarat minimal bagi kerangka hukum untuk menjamin pemilu yang demokratis. Indikator dari standar tersebut meliputi 15 aspek yaitu antara lain ; 1. Penyusunan kerangka hukum 2. Pemilihan sistem pemilu 3. Penetapan daerah pemiihan 4. Hak untuk memilih dan dipilih 5. Badan penyelenggara pemilu 6. Pendaftaran pemilih dan daftar pemilih 7. Akses kertas suara bagi partai politik dan kandidat 8. Kampanye pemilu yang demokratis 9. Akses ke media dan kebebasan berekspresi 10. Pembiayaan dan pengeluaran 11. Pemungutan suara 12. Peranan wakil partai dan kandidat 13. Pemantauan pemilu 14. Penataan peraturan pemilu 15. Penegakan peraturan pemilu

Kelima belas (15) aspek tersebut saling terkait dan secara bersama sama menjadi faktor penentu terselenggaranya pemilu yang demokratis, artinya apabila terdapat satu aspek yang berjalan kurang baik, maka hal itu akan mempengaruhi aspekaspek yang lain, sehingga secara keseluruhan akan berdampak pada kualitas pemilu. Sepanjang sejarah pelaksanaan pemilihan umum di Indonesia telah dilaksanakan sebanyak 10 (sepuluh) kali pemilihan umum yaitu pada tahun 1955, 1971, 1977, 1982, 1987, 1992, 1997, 1999, 2004 dan 2009. Namun sejak pemilu tahun 2004, Indonesia meneyelenggarakan pemilihan umum yang berbeda dari pemilihan umum sebelumnya, karena sejak pemilu tahun 2004 pemilu yang dilaksanakan merupakan pemilihan umum yang bersifat khusus. Dikatakan khusus karena pemilihan umum yang dilaksanakan telah menggunakan sistem yang berbeda dari pemilihan umum yang sebelumnya. Begitu pula pada pemilu tahun 2009 yang baru saja dilaksanakan pada 9 april 2009 yang lalu, sesungguhnya merupakan pengalaman baru bagi bangsa indonesia karena pada pemilu kali ini digunakan sistem proporsional daftar terbuka dengan penggunaan suara terbanyak. Penyelenggaraan pemilihan umum pada tahun 2009 didasarkan pada Undang-Undang RI No.22 tahun 2007 tentang pemilihan umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah ( DPR, DPD dan DPRD ) yang mengatur barbagai hal yang berkaitan dengan pemilihan umum anggota legeslatif. Sistem pemilihan umum yang baru ditandai dengan :

1. Dilaksanakan secara langsung, dalam arti rakyat langsung memilih tokohtokoh yang dipercaya mampu mewakilinya dalam lembaga legislatif. 2. Adanya lembaga yang memiliki tugas dan kewajiban dalam melaksanakan pemilihan umum ( KPU). 3. Terdapat pula sebuah lembaga atau badan/ panitia yang bertugas mengawasi jalannya pemilihan umum agar dapat berlangsung secara jujur dan adil (BAWASLU). Berdasarkan undang undang penyelengaraan pemilihan umum, asas penyelengaraan pemilu harus berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut, yaitu : a. Mandiri b. Jujur c. Adil d. Kepastian hukum e. Tertib penyelenggaraan pemilu f. Kepentingan umum g. Keterbukaan h. Proporsionalitas i. Profesionalitas j. Akuntabilitas k. Efesiensi l. Efektivitas ( Sumber : UU RI No.22 Tahun 2007 ). Pemilihan umum tahun 2009 dirancang dan dilaksanakan berdasarkan prinsipprinsip yang berbeda dengan pemilihan umum masa sebelumnya. Perbedaan ini dilakukan mengikuti perubahan-perubahan terhadap undang-undang mengenai pemilihan umum. Agar pemilihan umum dapat terlaksana secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, adil, edukatif dan akuntabel, maka menurut Chairullah Gultom ( 2005: 7 ) terdapat beberapa aspek / komponen yang harus dipersiapkan dengan baik yaitu :

1. Komponen yang berkaitan dengan peraturan perundang-undangan pemilihan umum. 2. Kesiapan penyelenggaraan pemilihan umum pada semua tingkatan baik pada tingkat perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan dan pengendalian. 3. Kesiapan masyarakat sebagai pemilih dan partai politik sebagai peserta pemilu. 4. Sumber daya ( waktu, dana, sumber daya manusia, peralatan/ perlengkapan ) untuk melaksakannya. Seiring dengan menguatnya tuntutan dan keinginan dari sebagian besar rakyat agar proses pelaksanaan pemilu pada setiap periode dilaksanakan dengan lebih baik, jujur dan adil maka pada pelaksanaan pemilihan umum tahun 2009, pemerintah melalui DPR telah melakukan amandemen terhadap UU.No 10 Tahun 2008 tentang pemilihan umum,diantaranya adalah : 1. Yaitu mulai diterapkanya sistem pencontrengan atau penandaan pada kertas suara dalam pemilu 2009, hal ini berbeda dengan pemilu-pemilu sebelumnya yang menggunakan cara mencoblos atau melobangi gambar partai politik ataupun caleg pada kertas suara 2. Pemilu 2009 menerapkan penggunaan sistem suara terbanyak dalam menentukan caleg terpilih yang akan duduk dikursi legeslatif, hal ini berbeda dengan pelaksanaan pemilu 2004 yang masih menggunakan sistem nomor urut dalam menentukan siapakah wakil partai yang akan duduk di kursi legeslatif

Perubahan tata cara dari mencoblos menjadi mencontreng dimaksudkan untuk memberikan kemudahan bagi rakyat dalam proses pemungutan suara, karena dengan cara mencontreng dianggap lebih mudah dan efisien dalam hal pengehematan waktu, sehingga masyarakat pada saat pelaksanaan pemilu tidak lagi melakukan antrian yang lama di TPS-TPS, dengan mencontereng diharapkan pelaksanaan waktu pemilihan umum yang dilangsungkan hanya satu hari saja sejak pukul 8.00 13.00 dapat lebih efektif bagi masyarakat. Penggunaan sistem mencontreng atau menandai juga dilakukan untuk meminimalisir terjadinya kerusakan kertas suara yang sering terjadi pada saat penggunaan cara mencoblos, karena seringkali terdapat tanda gambar atau nama caleg yang tertembus dengan tidak sengaja saat mencoblos sehingga akibatnya kertas suara dianggap menjadi tidak sah sebab terdapat dua tanda pencoblosan dalam satu kertas suara, hal ini sangat merugikan hak politik rakyat didalam pemilu. Sedangkan perubahan dari sistem nomor urut menjadi sistem suara terbanyak dalam menentukan calon anggota legeslatif yang akan duduk baik itu di DPR dan DPRD Kabupaten/ Kota, sesungguhnya telah membuka peluang yang lebih terbuka, lebih sehat dan lebih demokratis bagi setiap caleg untuk dapat bersaing karena masing-masing caleg memiliki peluang yang sama besarnya untuk dapat duduk di kursi legislatif. Namun seiring dengan hal itu pula maka pelaksanaan pemilu juga dituntut untuk dapat menyiapkan perangkat dan kesiapan dengan lebih baik lagi karena semakin maju dan modernnya sebuah sistem demokrasi yang digunakan pada suatu negara maka harus pula diimbangi dengan adanya

perangkat penyelenggara pemilu yang juga modern dan mampu bekerja secara optimal dan efektif dalam mensosialisasikan segala perubahan dan informasi mengenai pemilu agar pelaksanaan pemilu mampu berjalan dengan baik dan menuai hasil yang positif tidak hanya bagi pemerintah dan lembaga legislatif akan tetapi juga bagi rakyat. Hal ini disebabkan karena jika bercermin pada hasil laporan evaluasi KIPP (Komite Independent Pemantau Pemilu) Kabupaten Tulang Bawang yang melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan pemilu legislatif tahun 2004, bahwa pelaksanaan pemilu legislatif pada tahun 2004 yang lalu, dikabupaten Tulang Bawang ternyata ditemukan berbagai permasalahan, salah satunya ialah permasalahan mengenai tingkat partisipasi masyarakat di dalam pemilu serta seringkali terjadinya kesalahan-kesalahan didalam teknis pelaksanaan pemilu legisatif 2004, khususnya diwilayah kecamatan menggala yang merupakan pusat pemerintahan di Kabupaten Tulang Bawang dan padat populasi penduduknya. Berdasarkan jumlah Daftar Pemilih Tetap (DPT) Pemilu Legislatif 2004 di Kecamatan Menggala terdapat total 28.112 pemilih yang terbagi dalam 11 PPS dan 84 TPS namun hanya 16.804 pemilih yang memilih atau hanya sekitar 60,03% dan terdapat lebih dari 1000 suara yang rusak akibat dari kesalahan dalam melakukan pencoblosan tanda gambar atau nama caleg. ( Sumber Data KIPP Kab.Tuba : 2004 ). Hal ini menunjukkan bahwa KPU Kabupaten Tulang Bawang perlu untuk mengevaluasi kembali program sosialisasi pemilu yang telah lalu, sehingga pada pelaksanaan pemilu legislatif 2009 ini tingkat partisipasi masyarakat dapat

meningkat dalam mengikuti pemilu. Oleh sebab itu untuk dapat menyelenggarakan pemilu secara baik dan maksimal maka KPU kabupaten Tulang Bawang dalam rangka melaksanakan sosialisasi pemilu legislatif tahun 2009 telah melakukan kegiatan sosialisasi mengenai pemilu 2009 yang dilaksanakan oleh Pokja Sosialisasi dan Dokumentasi KPU Kabupaten Tulang Bawang yang dilaksanakan sejak tanggal 24 Desember 2008 4 april 2009 di 6 wilayah daerah pemilihan (DP) di seluruh Kabupaten Tulang Bawang. ( Sumber : KPU Tulang Bawang ). Hal ini diharapkan mampu secara efektif berperan dalam mensosialiasikan mengenai tata cara dan pelaksanaan pemilu legislatif 2009 kepada masyarakat secara baik dan benar, agar masyarakat merasa ikut memiliki dan bertanggung jawab terhadap pemilu, sehingga pemilu yang dihasilkan adalah pemilu yang berkualitas serta meminimalkan terjadinya konflik dan kerusuhan yang banyak terjadi akibat dari minimnya informasi yang diterima mengenai proses pelaksanaan pemilu sejak dimasa pencalegkan, masa kampanye sampai dengan waktu pemilihan. Karena itulah maka KPU yang merupakan lembaga yang ditugaskan oleh negara dalam menyelenggarakan pemilu dituntut untuk mampu berperan efektif mensosialisaikan segala hal mengenai pemilu secara baik dan benar, agar terjadinya tingkat partisipasi masyarakat dalam pemilu mampu ditingkatkan secara maksimal. Maka itulah untuk menciptakan pelaksanaan pemilu yang baik diperlukan sebuah sosialisasi yang optimal dalam penyelenggaraan pemilu yang dilakukan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU).

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis merasa tertarik untuk melakukan pengkajian secara lebih mendalam tentang Efektivitas Komisi Pemilihan Umum Dalam Mensosialisasikan Pemilu Legislatif (Studi pada KPU Kabupaten Tulang Bawang dalam Pemilu Legislatif Tahun 2009). B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas maka pokok permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : Bagaimanakah Efektifitas Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Tulang Bawang Dalam Mensosialisasikan Pemilu Legislatif 2009? C. Tujuan Penelitian Sesuai dengan permasalahan yang diungkapkan diatas, maka tujuan penelitian ini adalah : Untuk mengetahui Efektivitas Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Tulang Bawang dalam mensosialisasikan pemilihan umum legislatif (DPR, DPD, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota) Pada Pemilu Tahun 2009 D. Kegunaan Penelitian Kegunaan penelitian ini adalah : 1. Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pemikiran dalam pengembangan ilmu politik, sistem kepartaian dan pemilihan umum di Indonesia dan di Kabupaten Tulang Bawang pada khususnya

2. Secara Praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran akan peningkatan kinerja bagi Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Tulang Bawang.