Karakter Orang-Orang Besar* Oleh Abi Akom**



dokumen-dokumen yang mirip
Mungkin Anda tak percaya, tapi ini fakta BACA - COBA - BISA. Kata Pengantar : Abu Sangkan

Mungkin Anda tak percaya, tapi ini fakta BACA - COBA - BISA. Kata Pengantar : Abu Sangkan

Edisi 38 / November - Desember Tidakkah Kamu Baca? Mencari Kedamaian. Pengkhotbah 2 : Prestasi Hidup. Artikel Utama

Ats-Tsabat. Bulan Ramadlan : Stasiun Besar Musafir Iman Ustadz KH Rahmat Abdullah* 1 Ats-Tsabat Bulletin Jum at KAMMI Lintas Generasi

suara hati anak tentang peran ayah

Hidup Baru Dalam Kristus Buku Kegiatan Bagi Jemaat Baru

Kisah Dua Saudara RECI SYDNEY NEWSLETTER VOL 86, MEI - JUNE Kisah Dua Saudara. Joanna Weaver

2. Sifat Mustahil. Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti 115

Download ebook/audiobook Indonesia Gratis: Berpikir dan Berjiwa Besar 1

SETAHUN DI KOTA KECIL Guna Sitompul. Edit & Convert: inzomnia.

Tanggung Jawab Bersama

RICK JOYNER THE VISION. THE FINAL QUEST and THE CALL. Two International Bestsellers In One Volume

JIHAD MASA KINI KH S. ALI YASIR

kunjungan pi fatmawati ke panti asuhan pujian dan ujian pelayanan kreatif family day pentahbisan diaken sudahkah anda melayani?

Menyampaikan Kabar Baik

Kata kunci: nilai pendidikan, metode pendidikan, dan tafsir Alquran

Seeking The Truth Series (Seri Mencari Kebenaran)

BERBUAT BAIK ITU MUDAH

MOTIVASI BELAJAR TOKOH UTAMA DALAM NOVEL NAK, MAAFKAN IBU TAK MAMPU MENYEKOLAHKANMUKARYA WIWID PRASETYO

Saran-saran dan Pertanyaan- pertanyaan buat Austra l i a

Bab Satu (Chapter One) Penetapan Tujuan yang Benar (Setting the Right Goal)

METODE BIMBINGAN ISLAM BAGI LANJUT USIA DALAM MENINGKATKAN KUALITAS IBADAH DI RUMAH PERLINDUNGAN LANJUT USIA JELAMBAR

Laksana Rajawali Menggoyangbangkitkan Isi Sarangnya

BAB II LANDASAN TEORI

ARTI TANGGAL LAHIR MENURUT ISLAM DAN ALQURAN KARAKTER DAN SIFAT

1. Ke-Allah-an. 2. Rencana Keselamatan. Allah Bapa. Yesus Kristus. Kehidupan Prafana. Roh Kudus. Penciptaan

Pemberdayaan Masyarakat

KAPAN SAJA SAYA MATI SAYA PASTI MASUK SURGA

Transkripsi:

Karakter Orang-Orang Besar* Oleh Abi Akom** Janganlah kamu bersikap lemah dan janganlah kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi derajatnya jika kamu orang yang beriman (Q.S. Al Imran: 139) Setiap orang, apalagi orang-orang besar, tentu memiliki karakter yang membuat mereka menjadi besar. Tidak mungkin ada asap jika tak ada api, begitu kata pepatah lama, Dan perjuangan adalah pelaksanaan kata-kata. Begitu kata Rendra (baca: sastrawan besar) dalam sebuah puisinya. Menjadi besarnya seseorang, tak mungkin tanpa sebab dan tak mungkin pula tanpa perjuangan. Orang-orang besar adalah mereka yang menyibukkan hari-harinya dengan perkara-pekara besar. Seperti kata seorang mujahid besar, Abdullah Azam, Sibukkanlah dirimu dengan perkaraperkara besar, karena jika kau tidak menyibukkan diri dengan perkara besar, maka kau akan disibukkan dengan perkara-perkara kecil. Lalu, bagaimana agar aku menjadi orang besar? Wujud konkret dari karakter orangorang besar itu seperti apa? Ada beragam jawaban untuk pertanyaan semacam ini. Namun demikian, semuanya bermuara kepada siapa pun yang bertanya. Artinya, jawaban yang akan diterima berbanding lurus dengan tekad yang dimiliki oleh seseorang untuk menjadi besar. Semakin kuat tekadnya, maka semakin lebar jalan ia untuk menjadi besar. Sebagai alternatif, sedikitnya ada lima karakter yang (mudah-mudahan) bisa membuat kita menjadi besar. Kelima karakter itu adalah sebagai berikut. Optimistis Karakter pertama yang dimiliki oleh orang-orang besar adalah opitimistis. Jika diartikan secara leksikal (baca: makna dalam kamus), optimistis adalah bersifat optimis; penuh harapan. Orang yang memiliki karakter seperti ini disebut optimis artinya orang yang selalu berpengharapan (berpandangan) baik dalam menghadapi segala hal. Tengoklah si Arai dalam novel Sang Pemimpi, betapa optimistisnya ia dalam menatap masa depan. Ia berkata lantang kepada sepupunya, si Ikal, Bermimpilah, maka tuhan akan

memeluk mimpi-mimpi kita. Pada akhirnya kita ketahui bersama bahwa si Arai dan si Ikal berhasil ditendang ke Paris oleh keoptimistisan mereka. Itu kan kisah fiktif? Siapa bilang? Tengok atau bertanyalah langsung pada penulisnya yang benar-benar mengalami episode ditendang ke Sorbone oleh mimpi-mimpinya, oleh keoptimistisannya. Ingin Selalu Memperbaiki Diri Orang-orang besar adalah mereka yang gigih dalam memperbaiki diri. Mereka sama sekali tak miliki sifat SMOS kuadrat (Senang Melihat Orang Susah dan Susah Melihat Orang Senang) Akan tetapi, mereka justru memiliki sifat SMD-SMKO (Senang Memperbaiki Diri dan Susah Melihat Kesalahan Orang lain). Artinya, orang-orang besar itu senantiasa sibuk dan menyibukan diri dalam pembaikan. Mereka sama sekali tidak tertarik untuk menelaah kesalahan orang lain apalagi sampai menjadikannya bahan kajian untuk dis-go ; diskusi gosip. Orang-orang besar selalu meluangkan waktu untuk memperbaiki diri. Murah Senyum Tersenyumlah engkau padaku, niscaya sang raja siang bertahta di langit hariku. Tersenyumlah engkau padaku, niscaya sang bayu semilir sejukkanku. Tersenyumlah engkau padaku, niscaya sang tirta meriak-riak di hatiku. Tersenyumlah engkau kepada dunia, maka dunia akan tersenyum padamu. Sadarilah bahwa orang-orang besar adalah mereka yang murah senyum. Akan tetapi, senyum mereka tidak murahan justru senyum mereka mengandung umpan. Umpan untuk membuat siapapun yang melihat senyum atau dengan kata lain disenyumi mereka, tiba-tiba menjadi terbang karena riang. Masih ingatkan, bagaimana orang besar sepanjang zaman (baca: Nabi Muhammad Saw) berkata dengan penuh kelembutan Senyummu untuk Saudaramu adalah sedekah Menghargai Waktu Mari kita tengok untaian mutiara yang termaktub dalam kitab sastra teragung yang ada digenggaman kita. Demi waktu. Sesungguhnya manusia berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebaikan serta saling menasehati untuk kebenaran dan saling menasehati untuk kesabaran.

Ma Mur Saadie, penulis Antologi puisi Percakapan Malam yang juga seorang Dosen dan pengasuh pondok pesantren, berapresiasi tentang waktu. Menurut Ust. Ma mur: Waktu ialah detak jam Yang satu berdentang Yang lain hilang Menuju keabadian: Menunggumu di Mizan Menghargai Peran Orang Lain Manusia adalah zoon piliticon, begitu kata aristoteles. Manusia tak bisa hidup sebatang kara. Sampai kapanpun dan dimanapun ia, tentu akan membutuhkan orang lain. Mari terjaga dari keterlelapan, lalu kita tengok lingkungan sekitar, kita akan terperanjat dan menyadari bahwa kita terlahir tidak untuk mengunyah kesendirian. Mutlak, bagi siapapun yang menghargai peran orang lain dalam hidupnya, untuk menikmati kesuksesan; untuk menjadi besar. Di Penghujung Duha, pada Oktober yang Bahasa *Esai ini pernah terbit dengan kemasan (sedikit) berbeda dalam Majalah BSO LITERAT yang diterbikan oleh Himpunan Mahasiswa Bahasa dan Sastra Indonesia, Hima Satrasia FPBS UPI. ** Panggilan Akrab kepala pengasuhan putra Ponpes Binaul Ummah Kuningan.