BAB I PENDAHULUAN. diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, tidak terlepas dari peran lembagalembaga

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan keuangan yang berbasis syari ah sumber-sumber ekonomi. yang tersedia secara terarah dan terpadu serta dimanfaatkan bagi

BAB I PENDAHULUAN. bahwa bunga bank yang umumnya berlaku dalam sistem dunia perbankan dewasa ini

BAB I PENDAHULUAN. tabungan dan pembiayaan, Bank Syariah, Baitul Mal wat Tamwil (BMT),

BAB I PENDAHULUAN. hal Ahmad Hasan Ridwan, Manajemen Baitul Mal Wa Tamwil, Bandung: Pustaka Setia, 2013,

BAB I PENDAHULUAN. keperluan-keperluan lain, tidak bisa diabaikan. Kenyataan menunjukkan bahwa di

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari dua istilah, yaitu Baitul mall dan Baitul Tamwil. Pengertian BMT

BAB I PENDAHULUAN. mempercepat kemajuan ekonomi masyarakat. yang diharamkan, proyek yang menimbulkan kemudharatan bagi

BAB I PENDAHULUAN. melalui aktivitas ekonomi, dan ekonomi yang dikenal dalam Islam adalah

BAB I PENDAHULUAN. syari ah yang paling sederhana yang saat ini banyak muncul di Indonesia bahkan hingga

BAB I PENDAHULUAN. sebagai organisasi perantara antara masyarakat yang kelebihan dana dengan

BAB I PENDAHULUAN. beroperasi sesuai dengan nilai-nilai dan Prinsip Ekonomi Islam (Islamic

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. lembaga perbankan syariah pada tahun Salah satu uji coba yang cukup

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Muhamad, Sistem Bagi Hasil dan Pricing Bank Syariah, Yogyakarta: UII Press, 2016, h. 1.

BAB I PENDAHULUAN. Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) terdiri dari dua istilah, yaitu bait almaal

BAB I PENDAHULUAN. usaha prospektif namun padanya tidak memiliki permodalan berupa keuangan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat adalah kegiatan pinjam-meminjam. Pinjam-meminjam

BAB I PENDAHULUAN. dalam kurun waktu akhir-akhir ini banyak bermunculan lembaga keuangan

BAB 1 PENDAHULUAN. kenaikan yang baik. Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS) seperti. Baitul Maal wat Tamwil (BMT) dan Koperasi JASA Keuangan Syariah

BAB I PENDAHULUAN. Raja Grafindo Persada, 2010, h Karim Adiwarman, Bank Islam Analisis Fiqh dan Keuangan, Jakarta:PT

BAB 1 PENDAHULUAN. perhatian yang cukup serius dari masyarakat. Hal ini dibuktikan dengan semakin

BAB I PENDAHULUAN. lebih dikenal dengan nama Bank Syariah di Indonesia bukan merupakan hal

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setelah berdirinya Bank Muamalat Indonesia (BMI) timbul peluang

BAB I PENDAHULUAN. berpengaruh ke Indonesia. Pada awal periode 1980-an, diskusi mengenai bank

BAB 1 PENDAHULUAN. mamutar dana masyarakat sehingga perekonomian terus berkembang. Dana. jenis-jenis lembaga keuangan bukan bank yaitu koperasi.

BAB I PENDAHULUAN. syariah di Indonesia. Masyarakat mulai mengenal dengan apa yang disebut

PENDAHULUAN. 7% dari total UMKM berhasil meningkatkan statusnya, baik dari mikro menjadi

BAB I PENDAHULUAN. bersusah payah untuk melunasi utang beserta bunganya kepada pemilik dana. 1

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan yang berarti di Indonesia maupun dunia. Ekonomi Islam juga

BAB I PENDAHULUAN. khususnya Baitul Maal wa Tamwil (BMT) selalu berupaya untuk. sehingga tercipta pemerataan ekonomi untuk semua kalangan.

BAB I PENDAHULUAN. sangat menarik untuk disimak, terlebih dengan adanya globalisasi dalam bidang

terdiri dari dua istilah, yaitu:baitul maal dan baitul tamwil. Baitul mal lebih

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. hlm.15. Press, 2008,hlm. 61

BAB I PENDAHULUAN. Islam, seperti halnya bank konvensional, juga berfungsi sebagai suatu

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya meningkatkan kualitas perekonomian masyarakat, dana

BAB I PENDAHULUAN. Artinya: Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. (QS. Al- Baqarah : 275).

BAB III GAMBARAN UMUM BMT AT-TAQWA MUHAMMADIYAH CABANG SITEBA. A. Sejarah Berdirinya BMT At-taqwa Muhammadiyah Cabang Siteba

BAB I PENDAHULUAN. tertarik olehnya. Sejak itu, berkembanglah bank dengan cara-caranya. 1

BAB I PENDAHULUAN. negara adalah sektor perbankan. Bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN. Asuransi Syariah (AS), Baitul Maal Wat Tamwil (BMT), dan Unit Simpan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dalam rangka mengatasi krisis tersebut. Melihat kenyataan tersebut banyak para ahli

BAB I PENDAHULUAN. Di samping itu, bank juga dikenal sebagai tempat untuk menukarkan uang,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dunia dan juga terjadi di Indonesia. 1. meminjamkan uang serta memberikan jasa-jasa pembiayaan untuk

BAB I BAB V PENUTUP PENDAHULUAN. Bab ini merupakan bab penutup yang berisi. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. keadilan sesama dalam persaingannya didunia ekonomi. Hal tersebut sudah

BAB I PENDAHULUAN. 2001, hlm Muhammad Syafi i Antonio, Bank Syariah: dari Teori ke Praktik, Gema Insani, Jakarta,

BAB I PENDAHULUAN. bank syariah dan Unit Usaha Syariah belum banyak seperti sekarang.

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini hampir semua kegiatan perekonomian. dilakukan oleh lembaga keuangan, misalnya bank, lembaga keuangan non bank,

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2011 mengalami tumbuh sebesar

BAB I PENDAHULUAN. Makhalul Ilmi, Teori dan Praktek Lembaga Mikro Keuangan Syariah, UII Press, Yogyakarta, 2002, hlm.91. 2

BAB I PENDAHULUAN. untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut. Oleh karena itu, dalam

BAB I PENDAHULUAN. Bank adalah lembaga perantara keuangan atau biasa disebut financial

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan manusia dan pengetahuan teknologi yang dimiliki. 1

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga keuangan perbankan memiliki fungsi yang penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. bagi hasil. Balas jasa atas modal diperhitungkan berdasarkan keuntungan atau

BAB I PENDAHULUAN. Koperasi Jasa Keuangan Syari'ah (KJKS) atau yang biasa juga disebut

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai peranan penting dalam perekonomian. Keberadaan perbankan

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana dengan masyarakat yang kekurangan dana, sedangkan bank

BAB I PENDAHULUAN. yang dahulu. Namun prinsip-prinsip pertukaran barang dan pinjam-meminjam

BAB IV ANALISIS PREFERENSI NASABAH TERHADAP SIMPANAN NUSA DAN SIMPANAN BERJANGKA MUDHARABAH

BAB I PENDAHULUAN. perbankan di Indonesia secara umum. Sistem perbankan syariah juga diatur dalam Undang-

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan lembaga keuangan syariah non-bank yang ada di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi Islam saat ini cukup pesat, ditandai dengan berkembangnya

BAB I PENDAHULUAN. Subagyo, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Bagian Penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN, Yogyakarta, 2002, hlm. 127.

BAB I PENDAHULUAN. 1 Ahmad Rodoni dan Abdul Hamid, Lembaga Keuangan Syari ah, (Jakarta: Zikrul Hakim, 2008), h. 17

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Koperasi Jasa Keuangan Syariah Baitul maal wat tamwil

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan meningkatnya pendapatan ekonomi masyarakat membuat rasa

SUSI SUSANTI NIM :

BAB I PENDAHULUAN. Kehadiran Bank Muammalat Indonesia (BMI) pada tahun 1992, telah

BAB 1 PENDAHULUAN. Perbankan syari ah dalam peristilahan internasional dikenal sebagai Islamic

BAB I PENDAHULUAN. lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Dilihat dari

BAB I PENDAHULUAN. telah menjadikan manusia dengan berbagai naluri, di antaranya naluri hidup

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. dana dari pihak yang berkelebihan untuk kemudian di salurkan kepada pihak yang

BAB IV METODE PERHITUNGAN BAGI HASIL PEMBIAYAAN MUDHARABAH DI BSM CABANG PEKALONGAN DITINJAU DARI FATWA DSN-MUI NO.

TINJAUAN BAGI HASIL SIMPANAN BERJANGKA PADA KJKS BMT BINA UMAT MANDIRI (BUM) CABANG ADIWERNA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1 Subandi, Ekonomi Koperasi, (Bandung: Alfabeta, 2015), 14

BAB I PENDAHULUAN. dengan aktifitas lembaga keuangan secara halal. kemanfaatan yang sesuai dengan prinsip syari ah 1. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan sistem ekonomi syariah semakin berkembang seiring dengan

BAB I PENDAHULUAN. keuangan dan bisnis yang serupa dengan Koperasi atau Lembaga Swadaya

BAB I PENDAHULUAN. Ahmad Hasan Ridwan, Manajemen Baitul Mal Wa Tamwil, Pustaka Setia Bandung, Bandung, 2013, hlm. 23

BAB I PENDAHULUAN. Otoritas Jasa Keuangan Republik Indonesia, (diakses pada 15 November 2015). 3

BAB I PENDAHULUAN. Diterbitkannya fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) tahunn 2003 yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pemasaran merupakan salah satu kegiatan yang utama yang harus

PERHITUNGAN BAGI HASIL DAN PENANGANAN PENCAIRAN DEPOSITO MUDHARABAH PADA BPR SYARIAH AMANAH UMMAH

BAB I PENDAHULUAN. bunga akan lebih mudah diterapkan secara integral (Heri, 2004: 3). Kehadiran Baitul Maal wat Tamwil (BMT) ditengah-tengah koperasi

BAB I PENDAHULUAN. prinsip keadilan dan keterbukaan, yaitu Perbankan Syariah. operasional bisnisnya dengan sistem bagi hasil.

BAB I PENDAHULUAN. No. 21 Tahun 2008 tentang perbankan syariah. Bank Syariah adalah bank

BAB I PENDAHULUAN. sebagai berikut : Produk Pendanaan ( Funding Product), Produk Pembiayaan

BAB I PENDAHULUAN. adalah menyangkut pengentasan kemiskinan dan pengangguran. Kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. untuk meminjam uang atau kredit bagi masyarakat yang membutuhkannya.

BAB I PENDAHULUAN. keuangan syariah, Baitul Maal wat Tamwil sangat dibutuhkan oleh para

Bank Kon K v on e v n e sion s al dan Sy S ar y iah Arum H. Primandari

BAB I PENDAHULUAN. juga aspek ekonomi. Dalam aspek ekonomi Islam melarang adanya praktek. menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Munculnya kesadaran umat Islam dalam mengkaji ajaran Islam untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, tidak terlepas dari peran lembagalembaga dakwah islam, majlis taklim, dan kelompok-kelompok pengkajian baik yang berada dikalangan kampus, perusahaan, maupun ditengah-tengah masyarakat. Aktifitas ekonomi saat ini mengikat, baik dari segi komunitas maupun kualitas, indikasinya adalah maraknya pertumbuhan perbankan syari ah yang telah memberikan stimulus kepada masyarakat tentang alternative pembiayaan yang lebih adil dan distributive. Fenomena ini mendorong tumbuhnya lembaga-lembga keuangan mikro berbasis syari ah seperti Bank Perkreditan Rakyat Syari ah (BPRS) dan Baitul Mal Wa At-tamwil (BMT) sebagai bagian dal am rangka pengembangan bisnis syari ah, terutama dalam menjangkau pembiayaan usaha menengah, kecil dan mikro yang merupakan sekmentasi terbesar dalam tata perekonomian masyarakat Indonesia. 1 Istilah koperasi syari ah Baitul Mal Wat-tamwil berasal dari 2 kata yaitu Baitul Mal dan Baitul Tamwil. Istilah Baitul Mal berasal dari kata bait dan almal. Bait berarti bangunan atau rumah, sedangkan Al Mal berarti harta benda kekayaan, jadi Baitul Mal secara harfiah rumah harta benda atau kekayaan. 1 Adiwarman,Karim, Bank Islam, (Jakarta:PT. Raja Grafindo Persada, 2006), Cet.III, h. 14

Namun demikian, kata Baitul biasanya diartikan sebagai perbendaharaan (umum atau Negara). Sedangkan Baitul Mal dilihat dari segi fiqh adalah suatu keuangan, bamkik yang berkenaan dengan soal pemasukan dan pengelolaan, maupun yang berhubungan dengan masalah pengeluaran dan lain-lain. Sedangkan Baitul Tamwil berarti rumah penyimpanan harta milik pribadi yang dikewlola oleh suatu lembaga. 2 Jadi BMT atau Bait Wa at-tamwil adalah balai usaha mandiri terpadu yang isina berintikan Bait al-maal wa at-tamwil, dengan kegiatan mengembangkan usaha-usaha produktif dan investasi dalam meningkatkan kualitas kegiatan ekonomi pengusaha kecil dan menengah dengan antara lain mengembangkan kegiatan mendukung dan menunjang pembiayaan kegiatan ekonominya. Selain itu juga bisa menerima penitipan zakat, infaq dan shadaqah serta menyalurkan sesuai dengan peraturan dan amanahnya. Hingga saat ini status kelembagaan atau badan hokum yang memayungi keabsahan BMT adalah koperasi. Hal ini berarti kelembagaan BMT tunduk pada undang-undang pekoperasian nomor 25 tahun 1992 dan secara spesifik diatur dalam keputusan menteri Negara koperasi dan dan usaha kecil mikro (UKM) RI Nomor 91/kep/M.KUKM/2004 tentang petunjuk pelaksanaan kegiatan usaha koperasi jasa keuangan syari ah (KJKS). 3 Konsep mudharabah yang diterapkan oleh BMT Al Amin Pekanbaru dalam memberikan pembiayaan kepada nasabahnya, dengan cara BMT dan calon 2.Euis Amalia, Keadilan Distributive dalam Ekonomi Islam Penguatan Peran LKM dan UKM di Indonesia, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008),cet I, h. 242 3.Ibid, h. 265

nasabah melakukan akad perjanjian mudharabah yang menyepakati nisbah bagi hasil sesuai dengan yang disepakati diawal akad. Nisbah bagi hasil dinyatakan dalam bentuk persentase bukan dinyatakan dalam nilai nominal rupiah tertentu. Hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya kedzaliman yang dilakukan oleh salah satu pihak. 4 Konsep pembagian mudharabah yang dikemukakan oleh Nurul Huda dan Haikal adalah hasil keuntungan dari penggunaan dana dibagi bersama berdasarkan nisbah yang disepakati, jika terjadi kerugian ditanggung oleh shahibul mal. Mudharabah adalah bagi untung, bukan bagi rugi. Dalam arti kata, jika usaha yang dimodali mendapatkan keuntungan, maka pembagian keuntung yang didapatkan antara pemilik modal dengan pengelola dibagi berdsarkan akad yang telah disepakati. Akan tetapi, jika usaha yang telah dilakukan oleh pengelola mengalami kerugian dikarenakan kelalaian pengelola. 5 Kontrak mudharabah adalah juga merupakan suatu bentuk equity entreprencur (mudharib). Didalam kontrak mudharabah seorang mudharib (dapat perorangan, rumah tangga perusahaan atau suatu unit ekonomi) memperoleh modak dari unit ekonomi lainnya untuk tujuan melakukan perdagangan atau perniagaan. Mudharib dalam kontrak ini menjadi trustee atas modal tersebut. Dalam hal obyek yang didanai ditentukan oleh orang penyedia dana, maka kontrak tersebut dinamakan mudharabah al muqayyadah. Dia menggunakan modal tersebut 4 Rachmad Syafi I,Fiqih Muamalah, (Bandung: Pustaka Setia, 2001), cet. 1, h. 223 5 Nurul Huda dan Muhamad Haykal, Lembaga Keuangan Islam:Tinjauan Teoritis dan Praktis, (Jakarta: Kencana,2010), cet. Ke-1, h. 114

BMT Al Amin Pekanbaru memberikan pembiayaan mudharabah supaya masyarakat terhindar dari system bunga /riba dan dapat mensejahterakan kehidupan dalam bermasyarakat agar salah satu pihak tidak merasa terzalimi. Salah satu lembaga keuangan berusaha menerapkan konsep syari ah adalah BMT Al Amin Jl Raya Pasir Putih Pekanbaru yang berfungsi sebagai intermediasi antara mereka yang surplus dengan mereka yang membutuhkan modal. BMT Al Amin Pasir Putih Pekanbaru dalam operasionalnya melakukan dua kegiatan yaitu mengumpulkan dana dan menyalurkan dana dalam menyalurkan dana terdiri dari beberapa macam, yaitu: tabungan haji dan umroh, tabungan qurban, tabungan pendidikan, tabungan hari raya, tabungan walimah, deposito, (wadhi ah) dan lain -lain. Sedangkan menyalurkan dana terdiri dari beberapa macam yaitu: pembiayaan mudharabah, pembiayaan musyarokah, pembiayaan murabahah dan pembiayaan qadhul hasan. Berdasarkan prariset yang dilakukan penulis pada BMT Al Amin ditemui beberapa kendala dan menjadi sebuah fenomena dimana dalam menerapkan konsep syari ah terutama penerapan bagi hasil, sebagian besar nasabah peminjam malas mencatat keuangan yang didapat, karena masyarakat masih terbiasa dengan system konvensional dimana pembayaran angsuran atau kredit dalam system dalam jumlah yang tetap. Padahal dalam system ekonomi islam tidak ada ketetapan sebelum usaha dijalankan. Fenomena yang terjadi di BMT Al Amin Pekanbaru, dengan hasil wawancara pada sebagian nasabah tabungan dan karyawan BMT mayoritas anggota koperasi menabung bukan hanya karena faktor agama dan sistem bagi

hasil, akan tetapi juga karena kemudahan nasabah dalam menabung, dan hal ini terkait dengan standar Operasional Prosedur (SOP) tabungan di BMT Al Amin Pekanbaru yang mudah dilaksanakan oleh sebagian besar masyarakat Pekanbaru yang mayoritas dari masyarakat awam. 6 Dalam pembagian keuntungan, BMT Al Amin Pekanbaru menerapkan system fee, bagi hasil dan margin. Akan tetapi, yang paling diminati oleh masyarakat adalah system margin. Padahal secara prinsip, system bagi hasil lebih menguntungkan dibandingkan dengan system yang lainnya, karena didalam system bagi hasil ada unsur saling berbagi baik keuntungan maupun dalam menanggung resiko kerugian, dan dalam hal ini sesuai dengan kesepakatan awal. Namun, persoalan yang sering terjadi dikalangan masyarakat khususnya di Pekanbaru adalah masih banyaknya nasabah atau masyarakat yang belum mengetahui dan memahami tentang sistem bagi hasil serta perhitungannya. Hal ini tampak dalam perbandingan jumlah nasabah antar jumlah nasabah tabungan umum mudharabah dan mudharabah berjangka. Padahal secara pembagian keuntungan (bagi hasil), tabungan mudharabah berjangka lebih menguntungkan dibandingkan dengan tabungan umum mudharabah, berikut skema system bagi hasil berdasarkan SOP: 1. titip dana 2. Pemamfaatan dana Penabung/ Dunia deposan BMT usaha 4. bagi hasil 3. Bagi hasil 6 Agus Rianto, Wawancara, (Pekanbaru:BMT Al Amin,2014)

Berdasakan SOP di bmt pasir putih produk tabungan maudharabah di bmt al-amin pasir putih adalah tabungan umum mudharabah dan sistem bagi hasil, dan untuk peminat/jumlah anggota dari kedua produk tabungan mudharabah ini. BMT Al Amin sebagai mudharib, dalam mendapatkan keuntungan, mereka menyalurkan modal dari nasabah (shahibul maal) kepada masyarakat yang membutuhkan dana melalui berbagai produk pembiayaan. Dan kemudian atas dasar prinsip bagi hasil, BMT sebagai mudharib dari penabung (shahibul maal), harus membagikan keuntungan yang diperolehnya kepada penabung. Dan dalam hal ini juga memerlukan mekanisme perhitungan bagi hasil antara BMT ( mudharib) dan penabung (shahibul maal) Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: Penerapan Sistem Bagi Hasil Tabungan Mudharabah di Baitul Malwattamwil (BM T) Al Amin Pasir Putih Pekanbaru). B. Batasan Masalah Dalam penulisan karya ilmiah ini maka penulis membatasi permasalahan yaitu bagaimana penerapan sistem bagi hasil pada tabungan Mudharabah pada BMT Al Amin Pasir Putih Pekanbaru). C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana sistem bagi hasil tabungan Mudharabah berjangka di BMT Al Amin Pasir Putih Pekanbaru? 2. Apakah penerapan tabungan mudharabah yang diterapkan oleh BMT Al Amin Pasir Putih telah sesuai dengan standar operasional dan prosedur (SOP)? 3. Bagaimana sistem tabungan Mudharabah pada BMT Al Amin Pasir Putih menurut ekonomi Islam? D. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui sistem bagi hasil tabungan Mudharabah berjangka di BMT Al Amin Pasir Putih Pekanbaru. 2. Untuk mengetahui penerapan tabungan mudharabah di BMT Al Amin Pasir Putih sesuai dengan standar operasional dan prosedur (SOP). 3. Untuk mengetahui sistem tabungan Mudharabah pada BMT Al Amin Pasir Putih menurut ekonomi Islam. 2. Manfaat Penelitian 1. Bagi Akademis Hasil penelitian diharapkan dapat menambah informasi dan pengetahuan tentang sistem bagi hasil sebagai prinsip perekonomian islam. 2. Bagi Manajemen BMT Sebagai Informasi dan pertimbangan dalam pengambilan keputusan serta penetapan kebijakan demi kemajuan dan perkembangan BMT Al Amin Pasir Putih Pekanbaru.

3. Bagi Masyarakat Luas Menambah wawasan dan pemahaman masyarakat tentang keuangan syari ah khususnya Baitul Maal Wat Tamwil, sebagai alternatif dalam sosialisasi produk dan mekanisme transaksi keuangan syari ah. 4. Bagi Peneliti Sebagai wahana untuk mengaplikasikan teori yang telah diperoleh selama belajar dibangku kuliah, serta menambah pengetahuan tentang lembaga keuangan syari ah pada umumnya dan implementasi system bagi hasil pada tabungan umum mudharabah berjangka pada khususnya. E. Metode Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Pekanbaru, dengan objek penelitiannya yaitu di BMT Al Amin Pasir Putih yang beralokasi di Jl. Kaharudin Nasution Kode Pos 28284 Pasir Putih Pekanbaru. Alasan penulis memilih BMT Al Amin Pasir Putih sebagai tempat penelitian karena BMT Al Amin Pasir Putih beroperasi mulai dari tahun 2000 dan merupakan BMT yang cukup aktif di Pekanbaru dan ikut mem pelopori system ekonomi syari ah di Riau. 2. Subjek dan objek penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah dewan pengelola BMT Al Amin Pasir Putih sedangkan yang menjadi objek adalah penerapan standar operasional prosedur dan system bagi hasil pada tabungan Mudharabah (studi kasus pada BMT Al Amin Pasir Putih Pekanbaru).

3. Populasi dan Sampel a. Populasi Populasi dalam penelitian ini yaitu pengelola dan nasabah BMT Al Amin Pasir Putih yang terdiri dari pendiri, pengurus dan badan pengelola yang berjumlah 12 orang dan seluruh anggota/nasabah mudharabah BMT Al Amin Pasir Putih yang berjumlah 61 orang b. Sampel Adapun dalam menentukan sampel, penulis menggunakan teknik purposive sampling yaitu metode pemilihan sampel dengan cara sengaja memilih sampel-sampel tertentu (mengabaikan sampel -sampel yang lainnya) berdasarkan teknik ini, penulis mengambil 4 orang sebagai sampel dari BMT Al Amin Pasir Putih yang terdiri dari pendiri, pengurus dan pengelola untuk diwawancarai sedangkan dari nasabah BMT Al Amin Pasir Putih, penulis mengambil sampel sebanyak 15 orang nasabah. Adapun data penelitian dimulai dari 20 Maret 2014. 4. Sumber Data a. Data Primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari lokasi penelitian dalam hal ini adalah staf karyawan bagian umum dan bagian BMT Al Amin Pasir Putih Pekanbaru. b. Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh di perpustakaan dengan cara menelaah isi buku-buku yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti.

5. Metode Pengumpulan Data 1. Observasi Penulis turun langsung kelapangan melihat secara dekat permasalahan yang diteliti. 2. Wawancara Pengumpulan data dengan cara me lakukan wawancara/ Tanya jawab responden penelitian mengenai permasalahan yang diteliti 3. Dokumentasi Dalam penelitian ini penulis juga mengumpulkan dokumen-dokumen dari BMT Al Amin Pasir Putih untuk melengkapi data-data yang diperlukan. 6. Analisis Data Yaitu analisa data yang digunakan adalah data deskriftif kualitatif. Setelah data terkumpul dilakukan penganalisaan secara kualitatif yang dimaksudkan sebagai jenis penelitian yang temuan-temuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau bentuk hitungan lainnya. 7. Metode penulisan Untuk mengelolah dan menganalisa data yang terkumpul, penulis menggunakan beberapa metode yaitu: a. Metode deduktif adalah penulisan yang diawali dengan menggunakan kaedah-kaedah umum, kemudian dianalisa dan diambil kesimpilan secara khusus

b. Metode induktif adalah uraian penulisan yang diawali dengan menggunakan kaedah-kaedah khusus, kesimpulan secara umum. c. Deskriptif adalah uraian penulisan yang menggambarkan secara utuh dan apa adanya tanpa mengurangi dan menambah sedikitpun. F. Sistematika Penulisan Rencana penulisan skripsi terdiri dari enam bab, masing-masing merupakan pembahasan tersendiri dan saling berhubungan erat satu sama lain, dengan sistematika penulisan sebagai berikut: BAB I : PENDAHULUAN Bab ini berisikan tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan. BAB II : TELAAH PUSTAKA Bab ini penulis akan mengemukakan tentang pengertian BMT, pengertian ekonomi islam, pengertian BMT, perbedaan penerapan standar Operasional Prosedur dan system bagi hasil pada tabungan Mudharabah. BAB III : GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN Bab ini berisikan tentang sejarah singkat perusahaan, struktur organisasi perusahaan dan kegiatan perusahaan. BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini penulis akan mengemukakan hasil penelitian tentang Penerapan Standar Operasional Prosedur dan system bagi hasil pada tabungan Mudharabah.

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN Disini penulis juga akan mengambil kesimpulan dan saran yang mungkin dapat berguna bagi perusahaan tempat penelitian dimasa yang akan dating, sebagai bahan pertimbangan untuk penentuan kebijakan.