LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN DAN PENGEMBANGAN ORGANISASI INSTANSI VERTIKAL



dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN INSTANSI VERTIKAL DI LINGKUNGAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL

2 2. Peraturan Presiden Nomor 23 Tahun 2010 tentang Badan Narkotika Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 60); 3. Peraturan Ke

: PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL

2 2. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 143, Tambahan Lembaran Negara Republik I

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2010 TENTANG BADAN NARKOTIKA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI BESAR REHABILITASI BADAN NARKOTIKA NASIONAL

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2010 TENTANG BADAN NARKOTIKA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2010 TENTANG BADAN NARKOTIKA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI LABORATORIUM NARKOBA BADAN NARKOTIKA NASIONAL

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI PENDIDIKAN DAN PELATIHAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN NARKOTIKA NASIONAL

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG

2 2. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 143, Tambahan Lembaran Negara Republik I

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNN. Loka Rehabilitasi. Organisasi. Tata Kerja.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BADAN NARKOTIKA NASIONAL. Kelompok Ahli. Pengorganisasian.

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG

2014, No Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Nega

RechtsVinding Online. Kelembagaan Badan Narkotika Nasional Oleh: Yeni Handayani * Naskah diterima: 2 Oktober 2015; disetujui: 7 Oktober 2015

2017, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Badan Narkotik

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG KELOMPOK AHLI BADAN NARKOTIKA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA. No.679, 2012 BADAN NARKOTIKA NASIONAL. Balai Rehabilitasi. Organisasi. Tata Kerja. PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI REHABILITASI BADAN NARKOTIKA NASIONAL

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB III BADAN NARKOTIKA NASIONAL. A. Latar belakang berdirinya Badan Narkotika Nasional (BNN)

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN NARKOTIKA NASIONAL

BNN TES URINE PEGAWAI BPK SUMUT

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENINGKATAN KEMAMPUAN LEMBAGA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 20 TAHUN 2009 TENTANG BADAN NARKOTIKA KOTA SURABAYA WALIKOTA SURABAYA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

Optimalisasi Struktur Organisasi Badan Narkotika Nasional

2016, No Mengingat : 1. Undang Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6,

2017, No Medis dan Lembaga Rehabilitasi Sosial bagi Pecandu dan Korban Penyalahgunaan Narkotika; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG PELAYANAN INFORMASI PUBLIK DI LINGKUNGAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL

2017, No Medis dan Lembaga Rehabilitasi Sosial bagi Pecandu dan Korban Penyalahgunaan Narkotika; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

STRUKTUR ORGANISASI BNNK SLEMAN

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN WADAH PERAN SERTA MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2017, No Narkotika Nasional Nomor 3 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Narkotika Nasional Provinsi dan Badan Narkotika Nasional

2016, No Negara Republik Indonesia Nomor 5062); 2. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2010 tentang Badan Narkotika Nasional;

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB II DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN. Indonesia dan memiliki luas sebesar 2.556,75 km 2 dan memiliki penduduk sebanyak

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KETUA BADAN NARKOTIKA NASIONAL. Nomor : PER / 01 / VIII / 2007 / BNN TENTANG

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG

2017, No Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang- Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran N

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEPEGAWAIAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PROPINSI SULAWESI SELATAN. KEPUTUSAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI SULAWESI SELATAN Nomor : KEP/ 06 / X / 2011 / BNNP TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA PAYAKUMBUH NOMOR : 02 TAHUN 2009 T E N T A N G ORGANISASI DAN TATA KERJA PELAKSANA HARIAN BADAN NARKOTIKA KOTA PAYAKUMBUH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2008 TENTANG KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN BERSAMA KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL REPUBLIK INDONESIA TENTANG

BADAN NARKOTIKA NASIONAL

2017, No d. bahwa untuk belum adanya keseragaman terhadap penyelenggaraan rehabilitasi, maka perlu adanya pengaturan tentang standar pelayanan

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2002 TENTANG BADAN NARKOTIKA NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

2016, No Peraturan Kepala Badan Narkotika Nasional tentang Logo dan Atribut Unit Deteksi K9 Badan Nakotika Nasional; Mengingat : 1. Undang-Unda

2017, No (Lembaran Negara Republik Indoinesia Tahun 2010 Nomor 50, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5120); 5. Peraturan Pemeri

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG

Nomor: 04/SKB/M.PAN/12/2003. Nomor : 127 Tahun 2003 Nomor : Ol/SKB/XII/2003/BNN.

Peraturan...

PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1

KESEPAKATAN BERSAMA ANTARA KOMISI PENANGGULANGAN AIDS (KPA) DENGAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL (BNN)

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2002 TENTANG BADAN NARKOTIKA NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2013

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

2016, No Peraturan Jaksa Agung Nomor Per-009/A/JA/01/2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan Republik Indonesia sebagaimana telah d

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU

2 b. bahwa ketersediaan dan persebaran tenaga kesehatan pada fasilitas pelayanan kesehatan milik pemerintah daerah, pada saat ini belum merata baik da

PERATURAN DAERAH KOTA DUMAI NOMOR 18 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA PELAKSANA HARIAN BADAN NARKOTIKA KOTA DUMAI

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 8, 2014 BNN. Penghargaan. Pencegahan. Pemberantasan. Narkotika. Prekursor. Tata Cara.

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Kepala Badan Narkotika Na

PEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANG PERATURAN DAERAH KOTA TANJUNGPINANG NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2008 TENTANG KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYUSUNAN KERJA SAMA BADAN NARKOTIKA NASIONAL

PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGAH NOMOR : 03 TAHUN 2009 TENTANG

FORMAT KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) KEGIATAN UNIT KERJA VERTIKAL TA 20xx

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB IV TINJAUAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Sejarah Berdirinya Badan Narkotika Nasional Provinsi Riau

PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOLITOLI NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG FASILITASI PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA

2016, No Peraturan Presiden Nomor 23 Tahun 2010 tentang Badan Narkotika Nasional (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 246); 4

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOLITOLI NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG

Transkripsi:

LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN DAN PENGEMBANGAN ORGANISASI INSTANSI VERTIKAL BADAN NARKOTIKA NASIONAL

2 BAB I PENDAHULUAN A. UMUM Instansi vertikal BNN merupakan amanah dari Pasal 66 Undang- Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika yang menyebutkan BNN Provinsi dan BNN Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 65 ayat (3) merupakan instansi vertikal. Badan Narkotika Nasional Provinsi, Badan Narkotika Nasional Kabupaten, dan Badan Narkotika Nasional Kota adalah perpanjangan tangan pelaksanaan tugas, fungsi dan wewenang BNN di wilayah Provinsi, Kabupaten dan Kota. Pembentukan instansi vertikal BNN ini bertujuan untuk lebih mengefektifkan pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika di lingkungan wilayah Provinsi, Kabupaten dan Kota. Pedoman ini dimaksudkan sebagai acuan dalam pelaksanaan pembentukan instansi vertikal BNN di setiap Provinsi, Kabupaten maupun Kota di Indonesia. BNNP mempunyai tugas melaksanakan tugas, fungsi, dan wewenang BNN dalam wilayah Provinsi. BNNP berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala BNN. Dalam melaksanakan tugas, BNNP menyelenggarakan fungsi : a. pelaksanaan kebijakan teknis P4GN di bidang pencegahan, pemberdayaan masyarakat, pemberantasan, dan rehabilitasi; b. pelaksanaan penyiapan bantuan hukum dan kerja sama; c. pelaksanaan pembinaan teknis di bidang P4GN kepada BNN Kabupaten/Kota; d. penyusunan rencana program dan anggaran BNNP; e. evaluasi dan penyusunan laporan BNNP; dan f. pelayanan administrasi BNNP. BNN Kabupaten/Kota mempunyai tugas melaksanakan tugas, fungsi, dan wewenang BNN dalam wilayah Kabupaten/Kota. BNN Kabupaten/Kota berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Kepala BNN melalui Kepala BNNP. Dalam.

3 Dalam melaksanakan tugas BNN Kabupaten/Kota menyelenggarakan fungsi : a. pelaksanaan kebijakan teknis P4GN di bidang pencegahan, pemberdayaan masyarakat dan rehabilitasi; b. pelaksanaan kebijakan teknis P4GN di bidang pemberantasan dalam rangka pemetaan jaringan kejahatan terorganisasi penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika, psikotropika, prekursor, dan bahan adiktif lainnya kecuali bahan adiktif untuk tembakau dan alkohol dalam wilayah Kabupaten/Kota; c. pelaksanaan penyiapan bantuan hukum dan kerja sama; d. penyusunan rencana program dan anggaran BNNK/Kota; e. evaluasi dan penyusunan laporan BNNK/Kota; dan f. pelayanan administrasi BNNK/Kota. B. MAKSUD DAN TUJUAN 1. Maksud Pedoman pembentukan dan pengembangan organisasi instansi vertikal Badan Narkotika Nasional dimaksudkan sebagai acuan pembangunan, perwujudan, dan penyusunan organisasi instansi vertikal di lingkungan Badan Narkotika Nasional. 2. Tujuan Pedoman pembentukan dan pengembangan organisasi instansi vertikal Badan Narkotika Nasional bertujuan menciptakan landasan yang jelas dan baku dalam pembentukan instansi vertikal di lingkungan Badan Narkotika Nasional. C. SASARAN Sasaran pedoman pembentukan dan pengembangan organisasi instansi vertikal Badan Narkotika Nasional adalah : 1. Terbentuknya.

4 1. Terbentuknya instansi vertikal Badan Narkotika Nasional yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan. 2. Tercapainya kesamaan pemahaman antara Pemerintah Daerah dan Badan Narkotika Nasional akan pentingnya pembentukan instansi vertikal Badan Narkotika Nasional. D. RUANG LINGKUP Ruang lingkup Pedoman Pembentukan dan pengembangan Organisasi Instansi Vertikal Badan Narkotika Nasional ini diperuntukkan kepada Pemerintah Daerah dan Badan Narkotika Nasional Provinsi dalam pembentukan instansi vertikal Badan Narkotika Nasional. E. PENGERTIAN UMUM Pengertian umum dalam Pedoman ini meliputi hal-hal sebagai berikut : 1. Badan Narkotika Nasional yang selanjutnya disingkat BNN adalah Lembaga Pemerintah Non Kementerian yang berkedudukan di bawah dan bertanggungjawab kepada Presiden melalui koordinasi Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia. 2. Instansi Vertikal Badan Narkotika Nasional adalah Badan Narkotika Nasional dalam wilayah Provinsi dan Badan Narkotika Nasional dalam wilayah Kabupaten/Kota. 3. Badan Narkotika Nasional Provinsi yang selanjutnya disingkat BNNP adalah instansi vertikal Badan Narkotika Nasional yang melaksanakan tugas, fungsi, dan wewenang Badan Narkotika Nasional dalam wilayah Provinsi. 4. Badan Narkotika Nasional Kabupaten/Kota yang selanjutnya disingkat BNNK/Kota adalah instansi vertikal Badan Narkotika Nasional yang melaksanakan tugas, fungsi, dan wewenang Badan Narkotika Nasional dalam wilayah Kabupaten/Kota. 5.Pencegahan..

5 5. Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran gelap Narkotika, psikotropika, dan prekursor serta bahan adiktif lainnya kecuali bahan adiktif untuk tembakau dan alkohol yang selanjutnya disingkat dengan P4GN. 6. Pembentukan adalah penyusunan, perwujudan, dan pembangunan organisasi instansi vertikal di lingkungan Badan Narkotika Nasional. 7. Pengembangan adalah pemekaran, penambahan dan penyempurnaan tugas, fungsi dan wewenang organisasi di lingkungan Badan Narkotika Nasional. F. DASAR DAN PRINSIP PEMBENTUKAN Pembentukan dan pengembangan organisasi instansi vertikal dilakukan dengan pertimbangan : 1. Perkembangan lingkungan strategis yang dinamis. 2. Tuntutan pelaksanaan peraturan perundang-undangan dan kebijakan pemerintah. 3. Penyesuaian terhadap struktur organisasi tingkat pusat. 4. Penyesuaian terhadap volume dan beban kerja.

6 BAB II PEMBENTUKAN DAN PENGEMBANGAN ORGANISASI INSTANSI VERTIKAL A. BENTUK ORGANISASI INSTANSI VERTIKAL Bentuk organisasi instansi vertikal BNN terdiri atas : 1. BNNP BNNP berkedudukan di ibukota Provinsi, berada dan bertanggung jawab kepada Kepala BNN. BNNP mempunyai tugas melaksanakan tugas, fungsi, dan wewenang BNN dalam wilayah Provinsi. Susunan organisasi BNNP terdiri atas : 1) Kepala BNNP. 2) 1 (satu) Bagian yang membawahkan sebanyak-banyaknya 4 (empat) Subbagian. 3) Sebanyak-banyaknya 5 (lima) Bidang dan setiap Bidang membawahkan sebanyak-banyaknya 5 (lima) Seksi. 2. BNNK/Kota BNNK/Kota berkedudukan di ibukota Kabupaten/Kota, berada dan bertanggung jawab kepada Kepala BNNP. BNNK/Kota mempunyai tugas melaksanakan tugas, fungsi, dan wewenang BNN dalam wilayah Kabupaten/Kota. Susunan organisasi BNNK/Kota terdiri atas : 1) Kepala BNNK/Kota. 2) 1 (satu) Subbagian. 3) Sebanyak-banyaknya 5 (lima) Seksi. B. PEMBENTUKAN ORGANISASI INSTANSI VERTIKAL 1. Persyaratan pembentukan organisasi instansi vertikal terdiri atas : 1) Peraturan perundang-undangan. 2) Rekomendasi Gubernur dan/atau Bupati/Walikota. Rekomendasi Gubernur dan Bupati/Walikota meliputi : a. Penyediaan sumber daya manusia untuk mengawaki organisasi pada tahap awal dalam waktu tertentu. b.pemberian...

7 b. Pemberian fasilitasi kegiatan P4GN dan penyediaan sarana prasarana sementara dari Gubernur/Bupati/Walikotasesuai dengan tanggung jawab yang telah diatur dalam ketentuan yang berlaku. c. Penyediaan lahan diperuntukkan pembangunan gedung kantor BNNP minimal seluas 2.500 m 2 dan BNNK/Kota minimal seluas 1.000 m 2 dan ditetapkan sebagai lokasi pembangunan dalam bentuk hibah dan atau pinjam pakai selama diperuntukkan untuk program P4GN yang diatur dalam Nota Kesepahaman. d. Dalam hal pelaksanaan rekomendasi, Gubernur dapat mengusulkan calon Kepala BNNP dan Bupati/Walikota dapat mengusulkan calon Kepala BNNK/Kota yang selanjutnya dilakukan Baperjakat oleh BNN. 3) Nota Kesepahaman dan Perjanjian Kerjasama antara Gubernur/Bupati/Walikota dengan Kepala BNN. Format Nota Kesepahaman dan Perjanjian Kerjasama dapat dilihat pada Contoh 1 dan 2.

8 CONTOH 1 FORMAT NOTA KESEPAHAMAN

9 CONTOH 1 FORMAT NOTA KESEPAHAMAN

10 CONTOH 1 FORMAT NOTA KESEPAHAMAN

11 CONTOH 1 FORMAT NOTA KESEPAHAMAN

12 CONTOH 2 FORMAT PERJANJIAN KERJASAMA

13 CONTOH 2 FORMAT PERJANJIAN KERJASAMA

14 CONTOH 2 FORMAT PERJANJIAN KERJASAMA

15 CONTOH 2 FORMAT PERJANJIAN KERJASAMA

16 CONTOH 2 FORMAT PERJANJIAN KERJASAMA

17 CONTOH 2 FORMAT PERJANJIAN KERJASAMA

18 2. Tahapan prosedur pembentukan instansi vertikal terdiri atas : 1) Kepala BNN mengirimkan surat permohonan dukungan vertikalisasi BNN kepada Kepala Pemerintah Daerah. 2) Pemerintah Daerah memberikan tanggapan dengan mengirimkan dukungan penyediaan lahan, bantuan pegawai, sarana prasarana dan fasilitasi kegiatan P4GN serta naskah akademik sebagai persyaratan dari Menteri yang membidangi urusan pendayagunaan aparatur Negara dan reformasi birokrasi. Sistematika penyusunan naskah akademik dapat dilihat pada Contoh 3. 3) BNNP melakukan pemetaan di wilayahnya untuk diusulkan daerah yang akan menjadi instansi vertical ke BNN dengan mempertimbangkan skala prioritas pembentukan vertikalisasi BNN di daerah. 4) BNN melakukan survei ke daerah yang akan menjadi instansi vertikal BNN dan menentukan daerah yang akan menjadi instansi vertikal BNN. 5) Penentuan skala prioritas pembentukan vertikalisasi BNN di daerah yang meliputi : a. Pemetaan Kategori Daerah Rawan (Daerah Bahaya, Waspada, Siaga, Aman) dapat dilihat pada Contoh 3 pada Bab V. b. Pemetaan Prevalensi Penyalahgunaan Narkoba. c. Penyediaan Lahan Pembangunan Kantor. d. Fasilitasi Kegiatan P4GN. e. Penyediaan Sarana dan Prasarana. f. Rekomendasi Personel yang akan dipekerjakan. 6) Manajemen Puncak (Top Management) BNN menyelenggarakan rapat mengenai finalisasi penentuan daerah yang akan diprioritaskan untuk dibentuk instansi vertikal BNN. 7) BNN dan Pemerintah Daerah menandatangani Nota Kesepahaman dan Perjanjian Kerjasama. 8) BNN

19 8) BNN mengajukan usulan pembentukan instansi vertikal ke Menteri yang menangani bidang pendayagunaan aparatur negara dan reformasi birokrasi. 9) Menteri yang menangani bidang pendayagunaan aparatur negara dan reformasi birokrasi menyelenggarakan rapat guna membahas pembentukan instansi vertikal BNN dengan mengundang BNN, Pemerintah Daerah serta kementerian/lembaga terkait. 10) Menteri yang menangani bidang pendayagunaan aparatur negara dan reformasi birokrasi menyetujui pembentukan instansi vertikal BNN. C. PENGEMBANGAN ORGANISASI PADA INSTANSI VERTIKAL Persyaratan pengembangan organisasi pada instansi vertikal di lingkungan Badan Narkotika Nasional terdiri atas : 1. Surat usulan pengembangan organisasi instansi vertikal dari Kepala satuan kerja yang bersangkutan disesuaikan dengan kebutuhan dan beban tugas. 2. Prosedur pengusulan secara berjenjang, terdiri atas : 1) Untuk tingkat BNNP, surat usulan ditandatangani oleh Kepala BNNP dan ditujukan kepada Kepala BNN. 2) Untuk tingkat BNNK/Kota, surat usulan ditandatangani oleh Kepala BNNK/Kota dan ditujukan kepada Kepala BNNP untuk disampaikan kepada Kepala BNN. 3. Hasil analisis dan evaluasi kebutuhan organisasi. 4. Naskah akademik. Sistematika penyusunan naskah akademik dapat dilihat pada Contoh 3.

20 CONTOH 3 SISTEMATIKA NASKAH AKADEMIK PEMBENTUKAN DAN PENGEMBANGAN ORGANISASI INSTANSI VERTIKAL DI LINGKUNGAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL JUDUL KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN a. Latar Belakang b. Dasar Hukum c. Maksud dan Tujuan BAB II POTENSI STRATEGIS WILAYAH BNNP dan/atau BNNK/KOTA a. Aspek Geografis b. Aspek Sumber Daya Manusia c. Aspek Pemerintahan d. Aspek Pendidikan BAB III KONDISI SEKARANG a. Bentuk Organisasi b. Dana Operasional c. Tempat/Lahan Kantor d. Sumber Daya Manusia e. Tingkat Prevalensi Penyalahgunaan Narkoba

21 CONTOH 3 SISTEMATIKA NASKAH AKADEMIK PEMBENTUKAN DAN PENGEMBANGAN ORGANISASI INSTANSI VERTIKAL DI LINGKUNGAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL BAB IV KONDISI DIHARAPKAN a. Bentuk Organisasi b. Dana Operasional c. Lahan/Kantor d. Sumber Daya Manusia e. Tingkat Prevalensi Penyalahgunaan Narkoba BAB V ANALISA URGENITAS PEMBENTUKAN DAN PENGEMBANGAN a. Karakteristik Pokok (1) Kasus Kejahatan Narkoba (2) Angka Kejahatan Umum Berkaitan dengan Tindak Pidana Narkotika (3) Jaringan Narkoba yang Terungkap (4) Laboratorium Gelap Narkoba yang Terungkap (5) Angka Prevalensi Penyalahgunaan Narkoba (6) Barang Bukti Sitaan Narkoba (7) Pintu Rawan Penyelundupan Narkoba (8) Masyarakat yang Menjadi Kurir Pengedar Narkoba b. Karakteristik Pendukung (1) Jumlah Lokasi Hiburan, Terapi dan Rehabilitasi, Lapas dan Rutan (2) Jumlah Tempat Kos atau Hunian Dengan Privacy Tinggi (3) Tingginya Angka Kemiskinan (4) Ketiadaan Fasilitas Publik (5) Rendahnya Interaksi Sosial Masyarakat

22 CONTOH 3 SISTEMATIKA NASKAH AKADEMIK PEMBENTUKAN DAN PENGEMBANGAN ORGANISASI INSTANSI VERTIKAL DI LINGKUNGAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL c. Analisa Urgenitas Pembentukan dan Pengembangan (1) Kategori Bahaya, terpenuhinya 5 s.d 8 faktor karakteristik pokok dan 4 s.d 5 karakteristik pendukung (2) Kategori Waspada, terpenuhinya 3 s.d 4 faktor karakteristik pokok dan 4 karakteristik pendukung (3) Kategori Siaga, terpenuhinya 1 s.d 2 faktor karakteristik pokok dan 2 karakteristik pendukung (4) Kategori Aman, terpenuhinya 0 faktor karakteristik pokok dan 1 karakteristik pendukung BAB VI PENUTUP a. Kesimpulan b. Saran c. Lampiran-lampiran

23 BAB III PENUTUP KESIMPULAN 1. Penguatan kelembagaan dan vertikalisasi instansi vertikal di lingkungan BNN, merupakan kebutuhan yang mendesak dalam pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika. Grand Design BNN sampai tahun 2025 yang harus membentuk 445 BNN Kabupaten/Kota dilaksanakan secara bertahap dengan memprioritaskan daerah yang memiliki cakupan wilayah yang luas dengan tingkat kasus narkoba pada skala tinggi. 2. Pedoman ini disusun sebagai acuan dalam pembentukan dan pengembangan instansi vertikal di lingkungan BNN. 3. Usulan pembentukan dan pengembangan organisasi vertikal BNN agar tetap memperhatikan karakteristik, tingkat prevalensi kerawanan daerah dan dukungan pemerintah daerah. Pedoman ini bersifat dinamis, dalam arti ketentuan-ketentuan di dalamnya dapat diubah sesuai kebutuhan berdasarkan perkembangan lingkungan strategis yang ada. Ditetapkan di J a k a r t a Padatanggal 30 April 2014 KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL ttd. Diundangkan di Jakarta Pada tanggal 2014 MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA, ANANG ISKANDAR AMIR SYAMSUDIN BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2014 NOMOR