TUJUAN 4. Menurunkan Angka Kematian Anak

dokumen-dokumen yang mirip
TUJUAN 5. Meningkatkan Kesehatan Ibu

Dr.dr. Bondan Agus Suryanto, SE, MA, AAK

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Filosofi. Mendekatkan Akses pelayanan kesehatan yg bermutu kepada masyarakat. UKM_Maret

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilihat dengan upaya meningkatkan usia harapan hidup, menurunkan. untuk berperilaku hidup sehat (Depkes RI, 2009).

BAB 28 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah .

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka menyukseskan program kabinet SBY jilid 2, khususnya dalam hal ini

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Pembangunan kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dan beban global. terutama di negara berkembang seperti Indonesia adalah diare.

ini dia... Urusan Kesehatan Ibu dan Anak di Negeri Kita

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah yang terjadi di dunia saat ini adalah menyangkut kemiskinan,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kematian Bayi (AKB) menjadi indikator pertama dalam menentukan derajat

BAB 1 PENDAHULUAN. yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana

BAB 1 PENDAHULUAN. program KIA tersebut menurunkan angka kematian ibu dan anak (Depkes, RI 2007)

BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS

BAB 1 PENDAHULUAN. tertinggi di Asia Tenggara. Hal itu menjadi kegiatan prioritas departemen

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi - tingginya, karena

BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. (P2ISPA) adalah bagian dari pembangunan kesehatan dan upaya pencegahan serta

BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP LAYANAN KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

! 1! BAB 1 PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara dari 189 negara yang menyepakati

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. diprioritaskan dalam perencanaan dan pembangunan bangsa (Hidayat, 2008).

BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON

Apa Kabar Kesehatan Ibu dan Anak di Indonesia?

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan adalah kondisi umum dari seseorang dalam semua aspek baik

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

mengenai seksualitas membuat para remaja mencari tahu sendiri dari teman atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Angka Kematian Bayi (AKB) di dunia masih tergolong tinggi.

TUJUAN 3. Mendorong Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan

BAB 1 PENDAHULUAN. pencapaian tumbuh kembang bayi tidak optimal. utama kematian bayi dan balita adalah diare dan pneumonia dan lebih dari 50%

BAB I PENDAHULUAN. Bayi adalah anak usia 0-2 bulan (Nursalam, 2013). Masa bayi ditandai dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. xvi

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terdapat 7,7 juta balita yang terhambat pertumbuhannya. Dalam

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA

BAB II. 2.1 MDG s Dan SDG s. A. MDG s

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam mencapai tujuan Nasional Bangsa Indonesia sesuai Pembukaan

BAB I PENDAHULUAN. utama dalam pembangunan sektor kesehatan sebagaimana tercantum dalam Program

KERANGKA ACUAN PELACAKAN KASUS KEMATIAN IBU/BAYI

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan Millennium Development Goals (MDGs) kelima, berjalan. 200 selama dekade terakhir, meskipun telah dilakukan upaya-upaya

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Upaya meningkatkan derajat kesehatan ibu dan balita sangatlah penting,

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN UPAYA PENCEGAHAN ISPA PADA BALITA DI PUSKESMAS NGORESAN SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat menetukan dalam pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM), yang

BAB I PENDAHULUAN. untuk melaksanakan 8 (delapan) tujuan pembangunan, yang salah satunya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) masih

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS)

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh Konstitusi Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO 1948), Undang-Undang Dasar

BAB I PENDAHULUAN. kematian. Setiap kehamilan dapat menimbulkan risiko kematian ibu,

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Pada tahun 2008 dilaporkan bahwa jumlah kematian. ibu di 172 negara di seluruh dunia sebesar 358.

BAB I PENDAHULUAN. pada generasi mendatang. Angka kematian ibu ( AKI ) merupakan salah

MATRIKS BUKU I RKP TAHUN 2011

BAB I PENDAHULUAN. millenium (MDG s) nomor 5 yaitu mengenai kesehatan ibu. Adapun yang menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. Tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di

Kata kunci : Kebijakan Kesehatan, Jampersal, Angka Kematian Ibu (AKI)

BAB I PENDAHULUAN. dibeberapa negara di dunia mencerminkan ketidakadilan

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 99 TAHUN : 2009 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 4 TAHUN 2009

KERANGKA ACUAN KEMITRAAN BIDAN DAN DUKUN

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai individu yang berada pada rentang usia tahun (Kemenkes RI, 2014).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakatnya, selain indikator Angka Kematian Ibu (AKI), Angka

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR, BAYI DAN ANAK BALITA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia diterjemahkan sebagai Tujuan Pembangunan Milenium yang

BAB I PENDAHULUAN. Proportional Mortality Ratio (PMR) masing-masing sebesar 17-18%. 1

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam UUD 1945

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN. bayi baru lahir merupakan proses fisiologis, namun dalam prosesnya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembangunan kesehatan diarahkan untuk terciptanya kesadaran, kemauan

BAB I PENDAHULUAN. senantiasa menjadi indikator keberhasilan pembangunan pada sektor

UJIAN AKHIR SEMESTER MATA KULIAH MANAJEMEN PROGRAM PANGAN DAN GIZI

BAB I PENDAHULUAN. Primary Health Care (PHC) di Jakarta pada Agustus 2008 menghasilkan rumusan

BUPATI HULU SUNGAI TENGAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. keberhasilan pembangunan bangsa. Untuk itu diselenggarakan pembangunan

PERKEMBANGAN PENCAPAIAN

BAB I PENDAHULUAN. unsur penentu status kesehatan (Saifuddin, 2013). Keadaan fisiologis bisa

BAB I PENDAHULUAN. Upaya pemerintah Republik Indonesia dalam menyejahterakan rakyat

MORTALITAS. 1. Pengantar

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan penelitian WHO diseluruh dunia, terdapat kematian bayi

BAB I PENDAHULUAN. kematian anak. Derajat kesehatan suatu negara dapat diukur dari berbagai

BAB 1 PENDAHULUAN. Upaya untuk memperbaiki kesehatan ibu, bayi baru lahir, dan anak telah

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia sebagai salah satu negara yang menandatangani Millenium

RingkasanKajian. MDG, Keadilan dan Anak-anak: Jalan ke depan bagi Indonesia. Gambaran umum Tujuan Pembangunan Milenium (MDG) berusaha mengangkat

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Indonesia masih tergolong tinggi jika dibandingkan dengan negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat diperlukan di masa mendatang (Depkes RI, 2007).

(1) menghapuskan kemiskinan dan kelaparan; (2) mewujudkan pendidikan dasar untuk semua orang; (3) mempromosikan kesetaraan gender dan pemberdayaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kesehatan termasuk dalam hal gizi. Hal ini terbukti dari

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah Angka Kematian Ibu (AKI) sangat tinggi di dunia, tercatat 800 perempuan meninggal setiap hari akibat

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) masih merupakan masalah

Transkripsi:

TUJUAN 4 Menurunkan Angka Kematian Anak 51

Tujuan 4: Menurunkan Angka Kematian Anak Target 5: Menurunkan angka kematian balita sebesar dua pertiganya, antara 1990 dan 2015. Indikator: Angka kematian balita. Angka kematian bayi. Persentase anak di bawah satu tahun yang diimunisasi campak. Keadaan dan kecenderungan Gambar 4.1. Angka kematian balita (AKBA) Angka kematian balita. Upaya yang telah dilakukan selama ini untuk menurunkan Angka Kematian Balita (AKBA) berhasil menunjukkan perbaikan yang sangat berarti antara 1960 dan 1990. Pada 1960, AKBA masih sangat tinggi, yaitu 216 per 1.000 kelahiran hidup. 1 Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) menunjukkan terjadinya penurunan hingga mencapai 46 per 1.000 kelahiran hidup pada periode 1998 2002. 2 Rata-rata penurunan AKBA pada dekade 1990-an adalah tujuh persen per tahun, lebih tinggi dari dekade sebelumnya, yaitu empat persen per tahun. 3 Pada 2000 Indonesia telah mencapai target yang ditetapkan dalam World Summit for Children (WSC), yaitu 65 per 1.000 kelahiran hidup. Angka kematian bayi. Indonesia juga telah mengalami kemajuan yang signifikan dalam upaya penurunan kematian bayi dalam beberapa dekade terakhir. Pada 1960, Angka Kematian Bayi (AKB) Indonesia adalah 128 per 1.000 kelahiran hidup. 4 Angka ini turun menjadi 68 per 1.000 kelahiran hidup pada 1989, 57 pada 1992 dan 46 pada 1995. 5 Pada dekade 1990-an, rata-rata penurunan lima persen per tahun, sedikit lebih tinggi daripada dekade 1980-an sebesar empat persen per tahun 6. Walaupun pencapaian Sumber: SDKI 1991, 1994, 1997, dan 2002-2003 telah begitu menggembirakan, tingkat kematian bayi di Indonesia masih tergolong tinggi jika dibandingkan dengan negara-negara anggota ASEAN, yaitu 4,6 kali lebih tinggi dari Malaysia, 1,3 kali lebih tinggi dari Filipina, dan 1,8 kali lebih tinggi dari Thailand 7. Disparitas Variasi AKBA antarprovinsi masih cukup besar. SDKI 2002 2003 menunjukkan provinsi dengan AKBA paling tinggi untuk periode 1998 2002 Gambar 4.2. Angka kematian bayi (AKB) Sumber: SDKI 1991, 1994, 1997, dan 2002-2003 52

adalah NTB, yaitu 103 per 1.000 kelahiran hidup. Angka itu hampir lima kali lebih tinggi AKBA di Yogyakarta, yaitu 23 per 1.000 kelahiran hidup. Variasi yang sama juga terjadi pada AKB, yaitu 74 untuk NTB dan 20 untuk Yogyakarta pada periode yang sama (Tabel 4.1). Imunisasi campak. Proporsi anak usia 12-23 bulan yang menerima sedikitnya satu kali imunisasi campak baik sebelum mencapai umur 12 bulan, a,8 maupun tidak, meningkat dari 57,5 persen pada 1991 menjadi 71,6 persen pada 2002 9. Cakupan imunisasi campak di daerah perkotaan cenderung lebih tinggi, misalnya cakupan pada 2002 adalah 77,6 persen di daerah perkotaan dan 66,2 persen di daerah pedesaan. Kenaikan cakupan imunisasi campak anak di bawah satu tahun (yaitu yang diimunisasi tepat pada waktunya) cenderung lebih rendah, yaitu 44,5 persen pada 1991 menjadi 54,6 dan 60,0 persen pada 1994 dan 1997. 10 Tantangan Sebab kematian pada anak. Tiga penyebab utama kematian bayi menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 1995 adalah infeksi saluran pernafasan akut (ISPA), komplikasi perinatal, dan diare. 11 Gabungan ketiga penyebab ini memberi andil bagi 75 persen kematian bayi. Pada 2001 pola penyebab kematian bayi ini tidak banyak berubah dari periode sebelumnya, yaitu karena sebab-sebab perinatal, kemudian diikuti oleh infeksi saluran pernafasan akut (ISPA), diare, tetanus neotarum, saluran cerna, dan penyakit saraf. 12 Pola penyebab utama kematian balita juga hampir sama (penyakit saluran pernafasan, diare, penyakit syaraf termasuk meningitis dan encephalitis dan tifus). b,13 Kesehatan neonatal dan maternal. Tingginya kematian anak pada usia hingga satu tahun, yaitu sepertiganya terjadi dalam satu bulan pertama setelah Gambar 4.3. Proporsi anak usia 12-23 bulan yang diimunisasi terhadap campak % Gambar 4.4. Proporsi anak usia 12-23 yang diimunisasi terhadap campak menurut propinsi, 2002 Sumber: SDKI 1991, 1994, 1997, dan 2002-2003 Variasi antar daerah. Tabel 4.2 dan Gambar 4.4 menunjukkan tingginya variasi cakupan imunisasi antarprovinsi di Indonesia. Cakupan imunisasi campak di Banten barulah sebesar 44 persen, sementara Yogyakarta sudah 91 persen. Sumber: SDKI 2002-2003 a Definisi yang direkomendasikan b Estimasi dilakukan melalui autopsi verbal terhadap anggota keluarga. 53

kelahiran dan sekitar 80 persen kematian neonatal ini terjadi pada minggu pertama, menunjukkan masih rendahnya status kesehatan ibu dan bayi baru lahir; rendahnya akses dan kualitas pelayanan kesehatan ibu dan anak khususnya pada masa persalinan dan segera sesudahnya; serta perilaku (baik yang bersifat preventif maupun kuratif) ibu hamil dan keluarga serta masyarakat yang bersifat negatif bagi perkembangan kehamilan sehat, persalinan yang aman dan perkembangan dini anak. Perubahan perilaku. Penyebab langsung kematian bayi dan balita sebenarnya relatif dapat ditangani secara mudah, dibandingkan upaya untuk meningkatkan perilaku masyarakat dan keluarga yang dapat menjamin kehamilan, kelahiran, dan perawatan bayi baru lahir yang lebih sehat. Tantangan yang dihadapi adalah bagaimana memperbaiki perilaku keluarga dan masyarakat, terutama perilaku hidup bersih dan sehat, termasuk upaya mencari pelayanan kesehatan serta memperbaiki akses, memperkuat mutu manajemen terpadu penyakit bayi dan balita, memperbaiki kesehatan lingkungan termasuk air bersih dan sanitasi, pengendalian penyakit menular, dan pemenuhan gizi yang cukup. Variasi antardaerah. Tantangan lain yang harus mendapatkan perhatian serius adalah upaya untuk memperkecil kesenjangan antara perkotaan dan pedesaan dan kesenjangan antarprovinsi dan kabupaten/kota. Intervensi pada golongan miskin dan kelompok rentan di pedesaan dan wilayah terpencil merupakan salah satu strategi kunci untuk menghilangkan kesenjangan ini. Walaupun demikian, kantong-kantong dengan angka kematian yang tinggi di daerah perkotaan tidak bisa diabaikan, karena daerah dengan populasi besar ini yang mempunyai daya ungkit yang tinggi bagi penurunan angka kematian bayi dan balita, terutama pada kematian neonatal. Sinkronisasi dan koordinasi program-program antarinstansi dan antara pemerintah dan swasta dan lembaga swadaya yang melibatkan peran aktif masyarakat perlu ditingkatkan. Dengan memperhatikan beragamnya faktor-faktor yang penyebab kematian bayi dan balita, maka kontribusi berbagai sektor dalam mendukung upaya mencapai derajat kesehatan anak sangat diperlukan. Kontribusi ini harus diformulasikan sebagai kebijakan kesehatan anak yang menyeluruh dengan strategi-strategi khusus bagi berbagai tingkat penyedia pelayanan dan berbagai grup sasaran. Perlindungan dan pelayanan kesehatan bagi bayi dan balita dari keluarga miskin menjadi sangat penting, karena kondisi kesehatan dan gizi anak-anak itu secara umum jauh lebih rendah. AKB pada penduduk termiskin pada 1995 hampir dua kali lebih tinggi daripada penduduk terkaya. Walaupun perbedaan ini mengecil, AKB pada 2001 untuk penduduk miskin masih 1,5 kali lebih tinggi dibanding penduduk terkaya 14. Dengan masih besarnya jumlah penduduk miskin di Indonesia, yaitu sekitar 37,34 juta jiwa atau 17,4 persen pada 2003 15, perlindungan dan pelayanan kesehatan anak pada kelompok penduduk itu merupakan tantangan berat yang masih harus dihadapi. Selain perlunya intervensi yang cost-effective, kerja sama lintas sektor bagi upaya penanggulangan kemiskinan akan sangat berperan dalam peningkatan derajat kesehatan ibu dan anak secara umum. Penerapan desentralisasi kesehatan sejak 2001 menjadi tantangan yang cukup berat bagi upaya penurunan kematian bayi dan balita. Arus informasi, 54

terutama dari pengumpulan data pada pusat pelayanan, tidak berjalan dengan baik. Masih belum jelasnya penjabaran tugas dan wewenang antara pemerintah pusat, provinsi, dan kabupaten merupakan kendala yang perlu diatasi. Kebijakan dan program Program Pembangunan Nasional. Selama ini upaya penurunan angka kematian bayi dan balita merupakan salah satu prioritas dalam pembangunan kesehatan. Dalam dokumen Propenas 2000 2004, upaya-upaya ini termaktub dalam tiga program kesehatan nasional, yaitu Program Lingkungan Sehat, Perilaku Sehat dan Pemberdayaan Masyarakat; Program Upaya Kesehatan; serta Program Perbaikan Gizi Masyarakat. 16 Strategi dan usaha untuk mendukung upaya penurunan kematian bayi dan balita antara lain adalah meningkatkan kebersihan (hygiene) dan sanitasi di tingkat individu, keluarga, dan masyarakat melalui penyediaan air bersih, meningkatkan perilaku hidup sehat, serta kepedulian terhadap kelangsungan dan perkembangan dini anak; pemberantasan penyakit menular, meningkatkan cakupan imunisasi dan, meningkatkan pelayanan kesehatan reproduksi termasuk pelayanan kontrasepsi dan ibu, menanggulangi gizi buruk, kurang energi kronik dan anemi, serta promosi pemberian ASI ekslusif dan pemantauan pertumbuhan. rutin pelayanan kesehatan ibu dan anak, pemerintah telah meluncurkan program Jaring Pengaman Sosial (JPS) bidang kesehatan, antara lain dengan pelayanan kesehatan dasar dan rujukan gratis bagi ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas dan bayi untuk keluarga miskin, serta bantuan pembangunan sarana kesehatan. Peraturan perundangan. Dengan ditetapkannya UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, kesempatan anak Indonesia untuk hidup sehat, tumbuh, dan berkembang secara optimal menjadi semakin terbuka. Dalam undang-undang itu dinyatakan bahwa setiap anak berhak memperoleh pelayanan kesehatan dan jaminan sosial sesuai dengan kebutuhan fisik, mental spiritual, dan sosial. Program Nasional bagi Anak Indonesia. Merujuk pada kebijakan umum pembangunan kesehatan nasional, upaya penurunan angka kematian bayi dan balita merupakan bagian penting dalam Program Nasional Bagi Anak Indonesia (PNBAI) yang antara lain dijabarkan dalam Visi Anak Indonesia 2015 untuk menuju anak Indonesia yang sehat. Strategi nasional bagi upaya penurunan kematian bayi dan balita adalah pemberdayaan keluarga, pemberdayan masyarakat, meningkatkan kerja sama dan kordinasi lintas sektor, dan meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan anak yang komprehensif dan berkualitas. Jaring Pengaman Sosial. Bertambahnya penduduk miskin sebagai akibat krisis ekonomi yang terjadi sejak 1998 telah membatasi akses dan kemudahan mendapatkan pelayanan kesehatan ibu dan anak bagi golongan miskin. Selain program-program 55

Catatan 1 UNICEF, 2000. The State of the World s Children 2000. New York. 2 BPS-Statistics Indonesia and ORC Macro. 2003. Indonesia Demographic and Health Survey (IDHS) 2002 2003. Maryland. USA. Juga SDKI tahun 1992, 1994 and 1997 (estimasi angka kematian mencakup periode lima tahun sebelum survei). 3 Central Bureau of Statistics, End Decade Statistical Report: Data and Descriptive Analysis, Jakarta 2000 4 GOI-UNICEF, 2000. Challenges for a New Generation: The Situation of Children and Women in Indonesia, Jakarta. 5 SDKI 1991, 1994, dan 1997 dengan masing-masing meliputi periode lima tahun sebelum survei. 6 Central Bureau of Statistics, 2000. End Decade Statistical Report: Data and Descriptive Analysis, Jakarta. 7 GOI-UNICEF, 2000. Challenges for a New Generation: The Situation of Children and Women in Indonesia, Jakarta. 8 United Nations, 2003. Indicators for Monitoring the Millennium Development Goals: Definitions, Rationale, Concepts and Sources. UN, New York. 9 SDKI, 1992, 1994, 1997, 2002-2003. 10 Central Bureau of Statistics, 2000. End Decade Statistical Report: Data and Descriptive Analysis, Jakarta. 11 Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 1995. Survei Kesehatan Rumah Tangga 1995. Departemen Kesehatan RI. Jakarta. 12 Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2001. Survei Kesehatan Rumah Tangga 2001. Departemen Kesehatan RI. Jakarta. 13 Departemen Kesehatan, 2001. Strategy Nasional Making Pregnancy Safer di Indonesia 2001 2010. Jakarta. 14 Bappenas dan LD-UI, 2003. Kajian Awal Perencanaan Jangka Panjang bidang Sumber Daya Manusia: Draft Awal, Jakarta. 15 Komite Penanggulangan Kemiskinan, 2003. Interim Document on Strategy for Poverty Eradication, Jakarta. 16 Program Pembangunan Nasional 2000-2004. 56