BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional secara keseluruhan dengan tujuan akhir untuk. daerah, umumnya perencanaan pembangunan ekonomi beorientasi pada

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISA PENGARUH INVESTASI PMA DAN PMDM, KESEMPATAN KERJA, PENGELUARAN PEMERINTAH TERHADAP PDRB DI JAWA TENGAH PERIODE TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam usahanya untuk mensejahterakan dan memakmurkan

BAB I PENDAHULUAN. nasional dimana keadaan ekonominya mula-mula relatif statis selama jangka

BAB I PENDAHULUAN. penghambat adalah pertumbuhan penduduk yang tinggi. Melonjaknya

BAB I PENDAHULUAN. perbedaaan kondisi demografi yang terdapat pada daerah masing-masing.

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN SEKTOR PERDAGANGAN DI JAWA TENGAH TAHUN SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintahan yang sentralisasi menjadi struktur yang terdesentralisasi dengan

BAB I PENDAHULUAN. lebih tinggi. Di lain segi istilah tersebut bertujuan untuk menggambarkan

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan daerah dan menserasikan laju pertumbuhan antar daerah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan merupakan suatu proses perubahan yang berlangsung

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan seluruh bangsa tersebut. Hal ini di Indonesia yang salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. panjang yang disertai oleh perbaikann sistem kelembagaan (Arsyad, 2010:11)

BAB V PENUTUP. pertumbuhan ekonomi daerah Kabupaten Brebes periode

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi yang terjadi. Bagi daerah, indikator ini penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional identik dengan pembangunan daerah karena

BAB I PENDAHULUAN. seluruh aspek kehidupan. Salah satu aspek reformasi yang dominan adalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Dari waktu ke waktu jumlah penduduk Indonesia yang tinggal di daerah perkotaan senantiasa bertambah seiring dengan pertumbuhan penduduk dan

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi ekonomi di Kalimantan Timur periode , secara umum

BAB I PENDAHULUAN. bagi masyarakat. Akan tetapi masih banyak ditemui penduduk yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan pertumbuhan ekonomi dibutuhkan peran pemerintah, tingkat

BAB I PENDAHULUAN. penghambat adalah pertumbuhan penduduk yang tinggi. Melonjaknya. pertumbuhan penduduk yang cepat dan dinamis (Sadhana, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan adalah usaha menciptakan kemakmuran dan kesejahteraan

Analisis penyerapan tenaga kerja pada sektor pertanian di Kabupaten Tanjung Jabung Barat

BAB I PENDAHULUAN. otonomi daerah. Pelaksanaan otonomi daerah didasarkan atas pertimbangan

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan perkapita, atau yang biasa disebut pertumbuhan ekonomi. Indikator

BAB I PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia sebagai negara kesatuan menganut asas

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah. otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan

BAB I PENDAHULUAN. dan penerimaan (atau pendapatan) dimasa yang akan datang. Umumnya

BAB I PENDAHULUAN. adalah suatu proses perbaikan yang berkesinambungan dari suatu masyarakat

semua data, baik variabel dependen maupun variable independen tersebut dihitung

BAB III METODE PENELITIAN. Jawa Tengah, Jawa Barat, DI.Yogyakarta, Banten dan DKI Jakarta).

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan kenaikan pendapatan riil per kapita penduduk dalam suatu negara

III. METODOLOGI PENELITIAN. Modal, Dinas Penanaman Modal Kota Cimahi, Pemerintah Kota Cimahi, BPS Pusat

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dalam mengelola sumber daya daerah tersebut. menentukan kebijakan untuk masa mendatang.

BAB I PENDAHULUAN. daerah dalam mengurus rumah tangganya sendiri sesuai dengan potensi, aspirasi

Pengaruh pertumbuhan ekonomi, pertumbuhan penduduk dan produktivitas tenaga kerja terhadap penyerapan tenaga kerja di Kota Jambi

I. PENDAHULUAN. berkembang dengan jalan capital investment dan human investment bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi suatu bangsa. Industrialisasi dapat diartikan sebagai suatu proses

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pada hakekatnya merupakan suatu proses kemajuan dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ANALISIS PENGARUH PAJAK DAERAH, RETRIBUSI DAERAH, DAN TENAGA KERJA TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI KABUPATEN SRAGEN TAHUN

BAB III METODE PENELITIAN. (independent variable) adalah sumber-sumber penerimaan daerah yang terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. (Groos Domestic Product) dan GNP (Gross National Product) tanpa

BAB I PENDAHULUAN. domestik bruto (PDB) tahun tertentu dengan tahun sebelumnya. Perekonomian

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN EKONOMI DI KABUPATEN WONOGIRI

BAB III METODE PENELITIAN. Daerah) di seluruh wilayah Kabupaten/Kota Eks-Karesidenan Pekalongan

III. METODOLOGI PENELITIAN. data tahunan dari periode yang diperoleh dari publikasi data dari Biro

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah pokok yang dihadapi Bangsa dan Negara Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. terbukanya perdagangan dunia, ketidakmampuan dalam meningkatkan daya saing

BAB I PENDAHULUAN. membentuk kerja sama antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan umum yang sering dihadapi oleh negara-negara sedang

BAB I PENDAHULUAN. Masalah yang muncul dinegara yang sedang berkembang adalah. bagaimana meningkatkan pertumbuhan ekonomi serta menciptakan lapangan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan Undang-undang No.25 Tahun 2000 tentang Program. Pembangunan Nasional , bahwa program penataan pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan berbagai indikator-indikator yang dapat menggambarkan potensi. maupun tingkat kemakmuran masyarakat suatu wilayah.

BAB I PENDAHULUAN. menerus dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi adalah salah satu indikator

BAB I PENDAHULUAN. penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah pusat kepada daerah otonom untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN SRAGEN TAHUN

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEMPATAN KERJA DI JAWA TENGAH PERIODE TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. terkandung dalam analisis makro. Teori Pertumbuhan Ekonomi Neo Klasik

II PENDAHULUAN PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. kapasitas fiskal yaitu pendapatan asli daerah (PAD) (Sidik, 2002)

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengelola sumber daya ekonomi daerah yang berdaya guna dan berhasil

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Agriculture, Manufacture Dan Service di Indonesia Tahun Tipe

PENDAHULUAN. perubahan struktur sosial, sikap hidup masyarakat, dan perubahan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sistem otonomi daerah, terdapat 3 (tiga) prinsip yang dijelaskan UU

BAB III METODE PENELITIAN. data PDRB, investasi (PMDN dan PMA) dan ekspor provinsi Jawa Timur.

BAB I PENDAHULUAN. menurut asas otonomi dan tugas pembantuan. Pemberian otonomi luas

BAB VI PENUTUP. hasil analisis yang telah dibahas dalam bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan

I. PENDAHULUAN. Kota Depok telah resmi menjadi suatu daerah otonom yang. memiliki pemerintahan sendiri dengan kewenangan otonomi daerah

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah khususnya Daerah Tingkat II (Dati II)

BAB I PENDAHULUAN. pemeliharaan hubungan yang serasi antara pemerintah pusat dan daerah.

BAB I PENDAHULUAN. yang terakhir ini digunakan sebagai kounter indikator terhadap ukuranukuran

BAB I PENDAHULUAN. tenaga kerja. Biasanya semakain tinggi pertumbuhan ekonomi cenderung

BAB 1 PENDAHULUAN. yang meliputi seluruh kehidupan manusia, bangsa dan negara, untuk. Pembangunan nasional bertujuan mewujudkan masyarakat adil makmur

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. tidak dapat berkembang dengan baik hal terburuk yang akan muncul salah. satunya adalah masalah pengangguran.

I. PENDAHULUAN. ekonomi yang terjadi. Bagi daerah indikator ini penting untuk mengetahui

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengaruh Pendapatan..., Fani, Fakultas Ekonomi 2015

SKRIPSI. Oleh : PURNOMO NIM: B

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi di dalam peraturan perundang-undangan telah

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan, kesulitan dan kekurangan diberbagai keadaan hidup. Sebagian orang

I. PENDAHULUAN. Kegiatan pembangunan yang dilaksanakan oleh setiap daerah adalah bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan merangsang proses produksi barang. maupun jasa dalam kegiatan masyarakat (Arta, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. undang-undang di bidang otonomi daerah tersebut telah menetapkan

BAB I PENDAHULUAN. negara tersebut. Sehubungan dengan arah pembangunan nasional, maka pada

BAB I PENDAHULUAN. (Adrimas,1993). Tujuannya untuk mencapai ekonomi yang cukup tinggi, menjaga

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional pada dasarnya dilaksanakan di daerah. Dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembangunan yang terencana. Perencanaan wilayah adalah mengetahui dan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia, yang

BAB I PENDAHULUAN. 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan UU No. 25 tahun 1999 tentang

I. PENDAHULUAN. pembangunan untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. nasional dan pada akhirnya akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui

BAB I PENDAHULUAN. Kesejahteraan masyarakat merupakan tujuan dari pembangunan, namun pada

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian suatu negara dalam jangka

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH. karakteristiknya serta proyeksi perekonomian tahun dapat

BAB III METODE PENELITIAN. wisata, jumlah wisatawan dan Produk Domestik Regional Bruto terhadap

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu bagian penting dari pembangunan nasional secara keseluruhan dengan tujuan akhir untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pertumbuhan ekonomi menjadi salah satu target yang sangat penting yang harus dicapai dalam proses pembangunan ekonomi, sehingga tidak heran jika pada awal pembangunan ekonomi suatu daerah, umumnya perencanaan pembangunan ekonomi beorientasi pada masalah pertumbuhan. Selama periode orde baru pemerintah kurang memperhatikan pola pembagian dari pertumbuhan itu sendiri (distribusi pendapatan). Sehingga hal ini mengakibatkan kesenjangan ekonomi yang cukup tinggi antar daerah di Indonesia, dimana daerah-daerah yang kaya sumber daya alamnya tidak dapat menikmati hasilnya secara layak (Yafiz, 1999), karena proses pembangunan dan peningkatan kemakmuran hanya terkonsentrasi dipusat (Jawa). Juga pinjaman dan bantuan luar negeri, Penanaman Modal Asing (PMA), dan tata niaga di dalam negeri diatur sepenuhnya oleh pemerintah pusat sehingga hasil yang diterima daerah lebih rendah daripada potensi ekonominya (Basri, 1994; Sondakh, 1999). Hal ini pula yang melatar belakangi terealisasinya Otonomi Daerah di Indonesia yang ditetapkan dalam Undang-Undang Otonomi Daerah o.22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang No.25 1

2 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah. Tujuan pokok UU No. 22 tahun 1999 adalah untuk mewujudkan landasan hukum yang kuat bagi penyelenggaraan otonomi daerah dengan memberikan keleluasaan kepada daerah untuk menjadikan daerah otonom yang mandiri dalam rangka menegakkan sistem pemerintahan negara kesatuan Republik Indonesia sesuai UUD 1945. Penyelenggaraan otonomi daerah yang luas dilaksanakan atas dasar prinsip-prinsip demokrasi, peran serta masyarakat, pemerataan dan keadilan, serta memperhatikan potensi dan keanekaragaman daerah (Koswara, 1999). Sedangkan tujuan pokok UU No. 25 Tahun 1999 adalah upaya memberdayakan dan meningkatkan kemampuan perekonomian daerah, menciptakan sistem pembiayaan daerah yang adil, proporsional, rasional, transparan, partisipatif, bertanggung jawab dan pasti, dan mewujudkan sistem perimbangan keuangan yang baik antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah (Sidik, 1999). Dengan mengetahui tujuan dan sasaran pembangunan, serta kekuatan dan kelemahan yang dimiliki suatu daerah, maka strategi pengembangan potensi yang ada akan lebih terarah dan strategi tersebut akan menjadi pedoman bagi pemerintah daerah atau siapa saja yang akan melaksanakan kegiatan usaha di daerah yang bersangkutan. Sebelum sebuah strategi pengembangan disusun, seyogyanya diketahui terlebih dahulu kekuatan dan kelemahan daerah dalam pengembangan perekonomiannya. Dengan mengetahui kelemahan dan kekuatan yang dimiliki suatu daerah maka akan

3 lebih tepat dalam menyusun strategi guna mencapai tujuan atau sasaran yang diinginkan. Di sinilah dirasakan perlunya inventarisasi kekayaan (asset) daerah, termasuk sumberdaya alam dan lingkungan hidup daerah tersebut. Yang dimaksud dengan potensi ekonomi daerah adalah kemampuan ekonomi yang ada di daerah yang mungkin dan layak dikembangkan sehingga akan terus berkembang menjadi sumber penghidupan rakyat setempat bahkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi daerah secara keseluruhan untuk berkembang dengan sendirinya dan berkesinambungan. Sebelum ditetapkannya Undang-Undang Otonomi Daerah No.22 dan No.25 tahun 1999 pertumbuhan ekonomi daerah masih bergantung pada distribusi alokasi dana dari pusat, Hal ini terlihat di dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), dimana sekitar dua pertiga dari total pengeluaran pemerintah daerah dibiayai dari bantuan dan sumbangan dari pemerintah pusat (Shah dkk. 1997). Namun setelah ditetapkannya Undang- Undang Otonomi tersebut, pemerintah daerah Kabupaten Brebes diharuskan mampu untuk mandiri dalam mengakumulasikan dan mengelola potensi daerahnya sehingga pertumbuhan ekonomi daerah ditentukan oleh bagaimana daerah tersebut mengoptimalkan potensi daerahnya. Dengan menetapkan potensi daerah secara optimal sesuai dengan Undang-Undang Otonomi Daerah, maka Pemerintah Daerah Tingkat II Kabupaten Brebes mempunyai hak dan wewenang serta kewajiban untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri. Termasuk wewenang untuk mengatur pertumbuhan ekonomi dan pengolahan sumber-sumber pendapatan

4 yang dikuasai oleh daerah itu sendiri sebagai modal dasar pembangunan. Jika dilihat dari potensi ekonomi daerah Kabupaten Brebes pertumbuhan ekonominya didominasi oleh sektor agraris seperti sektor pertanian, perkebunan, peternakan dan perikanan, sedangkan dari sektor pariwisata dan perdagangan baru mulai berkembang sehingga kurang begitu berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi daerah Kabupaten Brebes saat ini, sedangkan dari sektor industri masih kurang potensial (Kab.Brebes dalam Angka; BPS). Dinamika politik yang terjadi di daerah Kabupaten Brebes relatif kondusif bagi terselenggaranya kegiatan bisnis, investasi dan produksi serta berbagai kegiatan lain. Gangguan keamanan relatif sedikit dan mudah dikendalikan. Tingkat kriminalitas juga sedikit dan keamanan fisik dalam berbagai sisi masyarakat selalu terkendali. Sudah saatnya bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Brebes untuk memberikan perhatian yang lebih pada sektor-sektor yang potensial tersebut sehingga pertumbuhan ekonomi yang diharapkan dapat terwujud. Berbagai kebijakan mutlak dijalankan dengan sungguh-sungguh untuk meningkatkan kapasitas produksi dan kualitas barang yang siap diperdagangkan. Peranan pemerintah yang strategis harus diimplementasikan melalui kebijakan yang tepat dan adil bagi semua pihak. Kebijakan itu antara lain mengarah pada peningkatan pertumbuhan budi daya masing-masing produk unggulan, meningkatkan kualitas dan kapasitas SDM yang menangani produk unggulan tersebut, membuka fasilitas pembiayaan yang sederhana dan mudah,

5 menyederhanakan regulasi yang berkaitan dengan pengembangan budi daya yang terkait dengan produk unggulan serta penerangan dan penyuluhan untuk meningkatkan produksi dan distribusi. Lingkungan usaha yang sehat diperlukan untuk menarik investor lokal maupun luar. Faktor-faktor yang mempengaruhi lingkungan usaha di antaranya adalah employment dan produktivitas, perekonomian daerah, infrastruktur fisik, kondisi sosial politik, dan institusi. Beberapa inisiatif yang dilakukan adalah dengan melakukan reformasi birokrasi layanan investasi, membangun sistem informasi potensi investasi, serta peningkatan dan provisi infrastruktur fisik (KPPOD, 2002). Salah satu faktor untuk mengukur keberhasilan pembangunan daerah yaitu dengan mengamati seberapa besar laju pertumbuhan ekonomi yang dicapai daerah tersebut yang tercermin dari kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Oleh karena itu penelitian ini menitik beratkan pada analisis terhadap keberhasilan pembangunan daerah melalui indikator PDRB. Berkaitan dengan hal tersebut diatas, penelitian ini difokuskan untk melihat faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di daerah, yang dicapai dengan kenaikan PDRB. Maka dari itu penulis mencoba meneliti dan menganalisis pertumbuhan tersebut dengan mengetengahkan judul Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Daerah Kabupaten Brebes Sebelum dan Sesudah Berlakunya Undang-Undang Otonomi Daerah dari Tahun 1993-2004.

6 B. Perumusan Masalah Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini adalah Apakah Employment, Pengeluaran Pemerintah, Investasi berpengaruh terhadap PDRB dalam Meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi Daerah Kabupaten Brebes Sebelum dan Sesudah Berlakunya Undang-Undang Otonomi Daerah dari Tahun 1993-2004. C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah untuk menganalisis keterkaitan Employment, Pengeluaran Pemerintah, Investasi terhadap PDRB dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah Kabupaten Brebes sebelum dan sesudah berlakunya Undang-Undang Otonomi Daerah dari Tahun 1993-2004. D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari hasil penelitian ini adalah : 1. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu masukan dan bahan pertimbangan dalam menentukan langkah-langkah bagi pengambil keputusan di bidang perencanaan daerah Kabupaten Brebes. 2. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan referensi dan wacana yang baik untuk menambah wawasan dan pengetahuan bagi para pembaca dalam melihat pertumbuhan ekonomi di daerah Kabupaten Brebes

7 sebelum dan sesudah berlakunya Undang-Undang Otonomi Daerah dari tahun 1993-2004. 3. Untuk meningkatkan kemampuan meneliti bagi penulis. E. Metodologi Penelitian 1. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder, yaitu data atau informasi dilakukan oleh pihak lain berupa bahan tulisan yang menunjang dan berhubungan dengan penelitian ini, melalui data kurun waktu (time series) yaitu dari tahun 1993-2004. Data sekunder ini bersumber dari studi kepustakaan dan buku-buku terbitan instansi-instansi yang terkait dengan pokok masalah penelitian ini antara lain, Badan Pusat Statistik Daerah, BAPPEDA serta instansi-instansi terkait lainnya. 2. Definisi Operasional Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah PDRB (sebagai variabel dependen), Tenaga kerja, Pengeluaran Pemerintah, dan Investasi (sebagai variabel independen), dimana penjelasan masing-masing variabel adalah sebagai berikut : Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah nilai produksi barangbarang dan jasa-jasa yang diproduksi oleh penduduk dalam suatu daerah tertentu dalam jangka waktu satu tahun (Arsyad, 1992 : 16) dan diukur dengan satuan rupiah.

8 Tenaga kerja adalah sejumlah orang yang berkerja dan mencari kerja yaitu penduduk usia kerja dengan kegiatan bekerja, selama ini menggunakan batas umur minimal 10 tahun keatas yang dinyatakan dalam jiwa. Pengeluaran Pemerintah adalah anggaran yang dikeluarkan oleh pemerintah dalam melaksanakan kebijakan di bidang pengeluaran (Ichwan, 1989) dinyatakan dalam rupiah. Investasi adalah pengeluaran atau pembelanjaan penanaman modal atau perusahaan pembeli barang-barang modal dan perlengkapan-perlengkapan produksi guna menambah kemampuan produksi barang-barang dan jasa yang tersedia dalam perekonomian yang dinyatakan dalam rupiah. 3. Alat dan Model Analisis Dalam penelitian ini alat analisis yang digunakan adalah regresi linier berganda dengan metode kuadrat terkecil (OLS: Ordinary Least Square). Untuk mengetahui pengaruh hubungan variabel-variabel Independen (Tenaga kerja, Pengeluaran Pemerintah, dan Investasi) terhadap variabel Dependen (PDRB) sebelum dan sesudah berlakunya undang-undang otonomi daerah tahun 1999 digunakan model ekonometrika Uji Stabilitas Chow (Chow Test) dengan formulasi sebagai berikut : Sebelum Sesudah Gabungan : PDRB t1 = 1 + 2 TK t +λ 3 PP t + 4 INV t + U t : PDRB t2 = 1 + 2 TK t +β 3 PP t + 4 INV t + U t : PDRB t3 = 1 + 2 TK t + α 3 PP t + 4 INV t + U t

9 Keterangan : PDRB t λ 1, β 1, α 1 = Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Brebes = Konstanta λ 2 - λ 4, β 2 - β 4, α 2 - α 4 = Koefisien Regresi TK t PP t INV t Ut = Tenaga kerja = Pengeluaran Pemerintah = Investasi = Stochastic Disturbance Term (Variabel Pengganggu) Proses analisa yang dilakukan terdiri dari pengujian variabel-variabel independen secara individu, yaitu pengujian signifikansi variabel secara individual, pengujian variabel-variabel penjelas (dependen) secara bersamasama serta perhitungan koefisien regresi variabel-variabel independen dari fungsi PDRB. F. Sistematika Penelitian BAB I. PENDAHULUAN Bab ini berisi tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian dan sistematika penelitian. BAB II. LANDASAN TEORI Bab ini menjelaskan tentang teori-teori yang berkaitan dengan masalah yang diambil dalam penelitian yaitu berkaitan dengan masalah pertumbuhan ekonomi dan hipotesis penelitian.

10 BAB III. METODE PENELITIAN Bab ini membahas tentang jenis dan sumber data, definisi operasional variabel, metode pengumpulan data, alat dan model analisis yang dipakai, regresi Chow Test, regresi metode OLS, uji asumsi klasik, dan uji statistik,. BAB IV. DESKRIPSI DAN ANALISA DATA Bab ini berisi tentang gambaran daerah penelitian, deskripsi data serta hasil analisis dan pembahasannya. BAB V. PENUTUP Bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran. DAFTAR PUSTAKA