Prioritas Penggunaan Dana Desa

dokumen-dokumen yang mirip
-2- No.1934, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang- Undang Nomor 6 Tahun 2014 tenta

- 1 - MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

BUPATI KUPANG PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN BUPATI KUPANG NOMOR : 4 TAHUN 2015 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 20 Tahun : 2015

POKOK-POKOK KEBIJAKAN PRIORITAS PENGGUNAAN DANA DESA TAHUN 2016 DIREKTORAT JENDERAL PEMBANGUNAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 23 TAHUN 2015 TENTANG

PENJELASAN ATAS PERATURAN MENTERI DESA, PDT DAN TRANSMIGRASI NOMOR 1,2,3,4 dan 5 TAHUN 2015 DALAM RANGKA IMPLEMENTASI UU DESA

BUPATI KAPUAS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KAPUAS NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG

- 1 - MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

BUPATI TANGGAMUS PROVINSI LAMPUNG

BUPATI KAMPAR PROPINSI RIAU

PENYALURAN DAN PENGGUNAAN DANA DESA YANG BERSUMBER DARI APBN.

PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

KEPALA DESA CABAK KECAMATAN TLOGOWUNGU KABUPATEN PATI PERATURAN DESA CABAK NOMOR 05 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA PRABUMULIH PERATURAN WALIKOTA PRABUMULIH NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT PROVINSI JAMBI PERATURAN BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN BUPATI SERANG NOMOR 23 TAHUN 2016 TENTANG KEWENANGAN DESA BERDASARKAN HAK ASAL USUL DAN KEWENANGAN LOKAL BERSKALA DESA DI KABUPATEN SERANG

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI HULU SUNGAI TENGAH

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN BUPATI BARITO KUALA NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI TANGERANG PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 18 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI GRESIK PROVINSI JAWA TIMUR

Mengingat :.1. Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2003 tentang

Pengelolaan Keuangan Desa Blitar, 30 September 2016

TINJAUAN HUKUM ATAS MEKANISME PENYALURAN, PENGGUNAAN, DAN PELAPORAN SERTA PERTANGGUNGJAWABAN DANA DESA. Sumber : id.wordpress.com

Disampaikan pada: SOSIALISASI PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NO.6 TAHUN 2014 TENTANG DESA dan TRANSISI PNPM MANDIRI Jakarta, 30 April 2015

BUPATI LUWU UTARA PROPINSI SULAWESI SELATAN

2017, No Negara Republik Indonesia Nomor 5539) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2015 tentang Perubahan ata

-1- BUPATI ACEH TIMUR PROVINSI ACEH PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 38 TAHUN 2015 TENTANG

2016, No b. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Nomor 21 Tahun 2015 tentang Penetapan Prioritas Penggunaan

BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT PROVINSI JAMBI PERATURAN BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 34 TAHUN 2017 TENTANG

POKOK-POKOK KEBIJAKAN PENETAPAN PRIORITAS PENGGUNAAN DANA DESA TAHUN DIREKTORAT PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA DITJEN PPMD Jakarta, Oktober 2017

MEMUTUSKAN : Menetapkan :

BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG KEWENANGAN DESA

mm BUPATI TIMOR TENGAH UTARA PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

GAMBARAN UMUM. Luas wilayah ha. 33 kecamatan 12 kelurahan 378 desa Rukun Warga (RW) Rukun Tetangga (RT).

DAFTAR KEWENANGAN GAMPONG BERDASARKAN HAK ASAL USUL

Lex Et Societatis Vol. V/No. 9/Nov/2017

MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

B U P A T I K A R O PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN BUPATI KARO NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN DESA

BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 39 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA

DAFTAR BIDANG KELOMPOK KEGIATAN APBD DESA

BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR : 10 TAHUN2015 TENTANG

Taufik Madjid, S.Sos, MSi. Direktur Pemberdayaan Masyarkat Desa

Peran BPK Dalam Mewujudkan Akuntabilitas Dana Desa z. Pekanbaru, 16 Nopember 2017

- 1 - MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BUPATI BULUNGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN BUPATI BULUNGAN NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PEMBAGIAN DAN PENETAPAN DANA DESA

Negara Republik Indonesia Nomor 5679); J /

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

Perspektif Kemendes No. 3 Tahun 2015

BUPATI BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PER.ATURAN BUPATI SITUBONDO BUPATI SITUBONDO, bahwa dengan ditetapkannya Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi

BUPATI PASAMAN PROVINSI SUMATERA BARAT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN

PENGENTASAN KEMISKINAN MELALUI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA

PENGGUNAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN DANA DESA. klikkabar.com

GUBERNUR JAWA TENGAH

BUPATI BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU

BUPATI PAKPAK BHARAT PROVINSI SUMATERA UTARA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 114 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PEMBANGUNAN DESA

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 114 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PEMBANGUNAN DESA

Mempertangguh Badan Usaha Milik Desa untuk Menggerakkan Ekonomi Desa Sejak dulu, desa sudah diarahkan untuk

IMPLEMENTASI UU NO. 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA

PEMANFAATAN DANA DESA UNTUK SEKTOR AIR MINUM DAN SANITASI

SALINAN WALIKOTA BATU

BUPATI BANDUNG BARAT PROVINSI JAWA BARAT

PEMERINTAH ALOKASIKAN ANGGARAN DANA DESA TAHUN 2015 SEBESAR RP9,1 TRILIUN

Sektor Infrastruktur Prioritas Penggunaan Dana Desa 2016

2 masyarakat hukum serta keserasian dan sinergi dalam pelaksanaan pengaturan dan kebijakan mengenai desa; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaiman

UU No. 6 Tahun 2014 kesatuan masyarakat hukum berwenang untuk mengatur dan mengurus

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Prioritas Penggunaan Dana Desa

BUPATI KONAWE SELATAN PROVINSI SULAWESI TENGGARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KONAWE SELATAN NOMOR : 01 TAHUN 2016

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 15 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO

BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 33 TAHUN 2015 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Pengelolaan. Pembangunan Desa. Buku Bantu PENGANGGARAN PELAKSANAAN PERENCANAAN PENGADAAN BARANG DAN JASA PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PELAPORAN

Bagian Kedua Uraian Tugas Sekretaris Desa dan Kepala Urusan. Pasal 8

KEPALA DESA PARAKANLIMA KABUPATEN SUKABUMI PERATURAN DESA PARAKANLIMA NOMOR TAHUN 2016 TENTANG :

PENGELOLAAN DANA DESA SETELAH DITETAPKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA.

Pengelolaan. Pembangunan Desa. Buku Bantu PENGANGGARAN PELAKSANAAN PERENCANAAN PENGADAAN BARANG DAN JASA PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PELAPORAN

PROVINSI ACEH PERATURAN BUPATI BIREUEN NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI KARO PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN BUPATI KARO NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI REMBANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DESA

5. Peraturan Pemerintah Nomor 22 tahun 2015 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 60 tahun 2014 tentang Dana Desa Dana Desa 6.

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 63 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN KEGIATAN PEMBANGUNAN DESA

INTEGRITAS PROFESIONALISME SINERGI PELAYANAN KESEMPURNAAN DANA DESA UNTUK KESEJAHTERAAN DESA

Transkripsi:

FACT SHEET Prioritas Penggunaan Dana Desa Satu hal yang membedakan antara UU No. 6/2014 (UU Desa) dengan UU sebelumnya yang mengatur tentang desa adalah adanya klausul khusus tentang dana desa. Dana desa merupakan dana yang dialokasikan dari APBN untuk desa. Sebelumnya, alokasi APBN untuk desa diperoleh melalui dana perimbangan atau transfer ke daerah, baik provinsi maupun kabupaten. Sejarah Pembahasan Dana Desa Merujuk pada catatan anotasi UU Desa yang disusun oleh PATTIRO (2015), is lah dana desa pada awalnya dak tercantum dalam RUU yang diusulkan Pemerintah. Pada dasarnya pemerintah memang sejak awal dak menyetujui gagasan tentang alokasi APBN untuk desa. Hal ini seper disampaikan oleh Sudir Santoso dari Parade Nusantara dalam RDPU dengan Pansus DPR pada 24 Mei 2012, bahwa pihaknya ditentang keras oleh Menteri Keuangan ke ka mengusulkan dana desa dari APBN. Pak Sudir, dak bisa ada alokasi dana dari APBN langsung diberikan kepada desa. Mengapa? Karena itu bertentangan dok : www.batasnegeri.com dengan UU No. 33/2004 tentang Sistem Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah. Yang dimaksud pusat dan daerah itu adalah kabupaten dan kota. Ar nya, desa bukan pemangku anggaran, begitu argumentasi Menteri. Padahal menurut Sudir, desa perlu mendapatkan alokasi langsung dari APBN agar pembangunan dan perekenomian dapat tumbuh dan berkembang. Dalam hitung-hitungan Sudir, selama ini proses penganggaran untuk desa dak rasional dan dak profesional. Desa hanya mendapatkan bagian 1,3% dari keseluruhan nilai APBN, sedangkan 80% penduduk Indonesia nggal di desa.... Parade Nusantara meminta minimal 10%. Kalau 10% ini dikabulkan, berar ada angka Rp130 triliun, karena keseluruhan APBN Rp 1.300 triliun, ke ka dibagi 71 ribu desa sesuai dengan luas wilayah dan jumlah penduduk, rata-rata se ap tahun akan mendapatkan Rp 1,3 miliar. Dan saya yakin, akan segera tumbuh dan berkembang perekonomian sehat di ngkat lini desa. Hanya Satu Sumber Pendapatan Dana desa bukan satu-satunya sumber pendapatan desa. Sumber pendapatan desa yang lain adalah pendapatan asli desa yang terdiri atas hasil usaha, hasil aset, swadaya dan par sipasi, gotong royong, dan lain-lain; bagian dari hasil pajak daerah dan retribusi daerah Kabupaten/Kota; alokasi dana desa yang merupakan bagian dari dana perimbangan yang diterima Kabupaten/Kota; bantuan keuangan dari APBD Provinsi dan Kabupaten/Kota; hibah dan sumbangan yang dak mengikat dari pihak ke ga; dan lain-lain pendapatan Desa yang sah. www.pa ro.com PATTIRO @InfoPATTIRO Yayasan Pa ro

Dibanding dengan sumber pendapatan lain, dana desa rela f lebih pas secara besaran. Dana desa yang telah ditransfer oleh Kementerian Keuangan pada tahun 2015 seluruhnya sebesar Rp 20,8 triliun atau 3% dari total transfer ke daerah yaitu Rp 643,8 triliun. Pada 2016 alokasi dana desa meningkat menjadi sebesar Rp 46,98 triliun atau 6,5% dari total transfer ke daerah sebesar Rp 723,2 triliun. Berdasarkan pagu indika f APBN yang telah disusun oleh Kementerian Keuangan, tahun depan dana desa ditargetkan 10% dari dana transfer ke daerah. Tahun 2017, dana desa akan mencapai 10% dari dan di luar transfer ke daerah, persis sesuai dengan amanat Undang-Undang Desa, tegas Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro seper diku p situs Setkab, h p://setkab.go.id/soal-pagu-indika f-2017-menkeu- penerimaan-pajak-naik-rp-30-triliun-dana-desa-naik- 10/ Sebagaimana dilihat dari asal usulnya, dana desa dimaksudkan untuk mendorong pembangunan dan perekonomian di ngkat desa. Untuk memas kan bahwa penggunaan desa sesuai dengan tujuan awalnya, Menteri Desa, Pembangunan Daerah Ter nggal dan Transmigrasi (PDTT) menerbitkan Peraturan Menteri No. 21/2015 tentang Penetapan Prioritas Penggunaan Dana Desa Tahun 2016. Dalam Permen tersebut dinyatakan bahwa Dana Desa diprioritaskan untuk membiayai pelaksanaan program dan kegiatan berskala l o ka l D e s a b i d a n g Pe m b a n g u n a n D e s a d a n Pemberdayaan Masyarakat Desa, dimana dalam pelaksanaannya dirumuskan dalam prioritas kegiatan, anggaran dan belanja desa yang disepaka dan diputuskan melalui Musyawarah Desa. Polemik Prioritas Penggunaan Awal tahun ini, publik dihadapkan dengan polemik terkait dengan prioritas penggunaan dana desa. Polemik tersebut berawal dari pernyataan Presiden Joko Widodo, sebagaimana dilansir oleh situs berita Pelita Ja m, yang meminta agar penggunaan Dana Desa 2016 benar-benar diarahkan pada sektor yang produķ f untuk desa.presiden juga menggarisbawahi prioritas dana d e s a d i g u n a ka n u n t u k p e m b a n g u n a n infrastruktur yang swakelola, yang dimulai dari perencanaan, pelaksanaan dan m o n i t o r i n g m e l a l u i c a r a mengajak masyarakat untuk r e m b u g d e s a. H a l i t u disampaikan dalam silaturahim dengan Para Kepala Desa dan P e r a n g k a t D e s a S e l u r u h Indonesia di Asrama Haji Donohudan, Boyolali, Jawa Tengah pada penghujung tahun 2015. Merujuk pada pernyataan Presiden tersebut, Menteri Desa PDTT Marwan Jafar menegaskan kembali prioritas penggunaan dana desa 2016 hanya difokuskan untuk pembangunan infrastruktur. Pada saat bersilaturahmi dengan perwakilan dari berbagai organisasi masyarakat sipil, 13 Januari 2016, Menteri menyatakan bahwa pembangunan infrasktuktur yang dimaksud adalah pembangunan penunjang perkembangan desa seper jalan, irigasi, fasilitas air bersih, dan sebagainya. Menteri menyatakan bahwa kebijakan ini didasarkan pada keputusan presiden. Pernyataan tersebut t e r u s d i u l a n g d a l a m b e r b a g a i kesempatan, termasuk pada poster yang di-upload melalui a k u n t w i e r r e s m i Kementerian. Banyak yang menilai bahwa pernyataan lisan Menteri tersebut inkonsisten dengan Permen yang diterbitkannya sendiri, yakni Permen Desa d a n P D T T N o. 2 1 / 2 0 1 5 dok : www.desanengkelan.wordpress.com sebagaimana diuraikan di atas. Merujuk pada Permen tersebut, ternyata infrastuktur bukan satu-satunya prioritas. Permen menyatakan bahwa prioritas dana desa juga dapat digunakan untuk pembiayaan pengembangan usaha ekonomi masyarakat, termasuk h p://pelitaja m.com/otoda/item/318-presiden-dana-desa-harus-tepat-sasaran/318-presiden-dana-desa-harus-tepat-sasaran h p://www.republika.co.id/berita/nasional/daerah/16/01/13/o0w2w6219-menteri-desa-dana-desa-diprioritaskan-untuk-infrastruktur

sarana dan sarana pelayanan pendidikan, sosial dan kebudayaan. Secara norma f, Permen ini sudah jauh lebih maju dengan Permen yang sama tahun sebelumnya yaitu Permen Desa dan PDTT No. 5/2015, karena prioritas pembangunan yang didorong lebih beragam sehingga makin membuka peluang Desa untuk melakukan agenda pembangunan yang beragam pula. Perbandingan kedua Permen ini selengkapnya dapat dilihat di pada Tabel. Inkonsistensi ini menimbulkan ke dakpas an pada tataran implementasinya. Banyak Desa merasa bingung dalam menyusun perencanaan pembangunan, apakah mengacu pada pernyataan lisan atau peraturan Menteri. Dari hasil studi yang dilakukan oleh PATTIRO di Desa Panggungharjo dan Tirtonirmolo di Kabupaten Bantul, Desa Pejengkolan dan Petanahan Kabupaten Kebumen, dan Desa Burumbung dan Tualang di Kabupaten Siak menunjukkan bahwa dak semua Kepala Desa sepakat dengan usulan prioritas penggunaaan dana desa untuk infrastruktur. Namun demikian mereka menerima saja karena sudah ada instruksi dari atas. Selain untuk infrastruktur, sebagian besar Kepala Desa menganggap bahwa penggunaan untuk pemberdayaan juga pen ng, meskipun dari sisi administrasi pembangunan infrasturktur lebih mudah karena lebih terlihat. Lebih tegas lagi, penolakan anggaran untuk infrastruktur disampaikan oleh Wargiya, Ketua Umum DPP Asosiasi Perangkat Desa Seluruh Indonesia (Apdesi). Dalam diskusi publik yang diselenggarakan PATTIRO pada 10 Maret 2016, Wargiya dak setuju jika 100% dana desa hanya untuk infrastruktur. Hal ini dak sesuai dengan UU Desa. Desa seharusnya memiliki wewenang untuk mengatur anggarannya sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Sangat disayangkan jika dana desa 100% hanya untuk infrastruktur, karena kebutuhan masyarakat masih banyak, seper pendidikan, kesehatan, usaha kecil, ekonomi krea f yang dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat. Penentuan Berdasar Demokrasi Desa Catatan kri s yang dapat diberikan terkait dengan polemik tersebut adalah bahwa dalam konteks yang lebih substan f, pernyataan lisan Menteri bertolak belakang dengan semangat yang diusung oleh UU Desa sendiri, yang hendak mendorong terwujudnya proses demokra sasi di ngkat desa. Pada tataran yang ideal, proses perencanaan pembangunan ditentukan bersama oleh Pemerintah Desa, Badan Permusyawaratan Desa dan masyarakat desa sendiri dalam forum Musyawarah Desa atau Musdes. Namun kemudian, Musdes sebagai salah satu perangkat demokrasi di Desa dak bermakna lagi karena prioritas pembangunan telah ditentukan dari atas, melalui pernyataan lisan Menteri yang bersifat instruk f tersebut. Peluang untuk menentukan skala prioritas pembangunan berdasarkan kewenangan hak asal usul dan kewenangan lokal berskala desa melalui Musdes yang juga dimandatkan oleh Peraturan Menteri No. 21/2015 tersebut juga semakin tertutup. Lazimnya, se ap kebijakan yang dikeluarkan hendaknya dituangkan dalam dokumen tertulis sehingga memiliki legi masi yang kuat dan pertanggungjawabannya pun dapat dipas kan. Kebijakan lisan ini semakin dak memberikan kejelasan mengingat dasar hukum yang dijadikan acuan juga dak jelas. Meskipun Menteri menyatakan bahwa fokus anggaran 100% merupakan kebijakan yang diambil berdasarkan keputusan presiden, namun dak jelas pula mana keputusan presiden dimaksud. Keputusan presiden sebagaimana dimaksud menteri tampaknya juga dak tertuang dalam dokumen tertulis, selain hanya pernyataan lisan juga. Te r k a i t d e n g a n p o l e m i k t e r s e b u t, d a l a m perkembangannya Menteri Marwan menegaskan kembali bahwa selain infrastuktur, pembangunan sektor lain juga perlu diprioritaskan. Bidang kesehatan dan pendidikan juga perlu diprioritaskan, diantaranya Posyandu dan PAUD, ujarnya sebagaimana dilansir oleh situs Kementerian Sosial. Lebih lanjut Menteri Marwan menambahkan jika infrastruktur serta sarana dan prasarana desa sudah baik, maka dana desa dapat digunakan untukpemberdayaan masyarakat desa, seper pengembangan Badan Usaha Miliki Desa (BUM Desa), pembentukan Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa (KPMD), dan pengembangan kapasitas Ruang Belajar Masyarakat di Desa (Community Center). Dalam realisasinya, masyarakat berhak menentukan secara mandiri penggunaan dana desa sesuai dengan Musdes. h ps://www.kemsos.go.id/modules.php?name=news&file=ar cle&sid=18996

Tabel Perbandingan Pengaturan Penggunaan Dana Desa Menurut Permendesa PDTT No. 5/2015 dan Permendesa PDTT No. 21/2015 Aspek Permendesa PDTT No. 5/2015 Permendesa PDTT No. 21/2015 Prinsip penggunaan Dana Desa untuk mendanai pelaksanaan kewenangan berdasarkan hak asal usul dan kewenangan lokal berskala Desa yang diatur dan diurus oleh Desa. untuk membiayai belanja pembangunan dan pemberdayaan masyarakat Desa yang disepakati dalam Musyawarah Desa. keadilan, dengan mengutamakan hak atau kepentingan seluruh warga desa tanpa membeda-bedakan. kebutuhan prioritas, dengan mendahulukan yang kepentingan Desa yang lebih mendesak, lebih dibutuhkan dan berhubungan langsung dengan kepentingan sebagian besar masyarakat Desa. tipologi desa, dengan mempertimbangkan keadaan dan kenyataan karakteristik geogra s, sosiologis, antropologis, ekonomi, dan ekologi desa yang khas, serta perubahan atau perkembangan kemajuan desa, meliputi: (1) kekerabatan Desa; (2) hamparan; (3) pola permukiman; (4) mata pencaharian; dan/atau (5) tingkat perkembangan kemajuan Desa. Tujuan Meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa dan kualitas hidup manusia serta penanggulangan kemiskinan, melalui: a. pemenuhan kebutuhan dasar; b. pembangunan sarana dan prasarana Desa; c. pengembangan potensi ekonomi lokal; d. pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan secara berkelanjutan Menentukan program dan kegiatan bagi penyelenggaraan Kewenangan Hak Asal Usul dan Kewenangan Lokal Berskala Desa yang dibiayai oleh Dana Desa. Prioritas Penggunaan Dana Desa untuk Pembangunan Desa Pemenuhan kebutuhan dasar, meliputi : a. pengembangan pos kesehatan Desa dan Polindes; b. pengelolaan dan pembinaan Posyandu dan pembinaan dan pengelolaan pendidikan anak Program dan kegiatan Pembangunan, meliputi : a. Pe m b a n g u n a n, p e n ge m b a n ga n, d a n pemeliharaan infrasruktur atau sarana dan prasarana sik untuk penghidupan, termasuk ketahanan pangan dan permukiman; b. Pembangunan, pengembangan dan pemeliharaan sarana dan prasarana kesehatan masyarakat; c. Pembangunan, pengembangan dan pemeliharaan sarana dan prasarana pendidikan, sosial dan kebudayaan; d. Pengembangan usaha ekonomi masyarakat, meliputi pembangunan dan pemeliharaan sarana prasarana produksi dan distribusi; dan/atau e. Pembangunan dan pengembangan saranaprasarana energi terbarukan serta kegiatan pelestarian lingkungan hidup.

Aspek Permendesa PDTT No. 5/2015 Permendesa PDTT No. 21/2015 Pembangunan sarana dan prasarana Desa, dapat meliputi : a. pembangunan dan pemeliharaan jalan Desa; b. pembangunan dan pemeliharaan jalan usaha tani; c. pembangunan dan pemeliharaan embung Desa; d. pembangunan energi baru dan terbarukan; e. pembangunan dan pemeliharaan sanitasi lingkungan; f. pembangunan dan pengelolaan air bersih berskala Desa; g. pembangunan dan pemeliharaan irigasi tersier; h. pembangunan dan pemeliharaan serta pengelolaan saluran untuk budidaya perikanan; dan i. pengembangan sarana dan prasarana produksi di Desa. Mempertimbangkan tipologi Desa berdasarkan tingkat perkembangan kemajuan desa, meliputi : a. Desa tertinggal dan/atau sangat tertinggal, mengutamakan kegiatan pembangunan melalui penyediaan sarana dan prasarana untuk pemenuhan kebutuhan atau akses kehidupan masyarakat Desa; b. D e s a b e r ke m b a n g, m e m p r i o r i t a s k a n pembangunan sarana dan prasarana pelayanan umum dan sosial dasar baik pendidikan dan kesehatan masyarakat desa untuk mengembangkan potensi dan kapasitas masyarakat Desa; c. Desa maju dan/atau mandiri, memprioritaskan kegiatan sarana dan prasarana yang berdampak pada perluasan skala ekonomi dan investasi desa, termasuk prakarsa Desa dalam membuka lapangan kerja, padat teknologi t e p a t g u n a d a n i n v e s t a s i m e l a l u i pengembangan BUM Desa. Pengembangan potensi ekonomi lokal dapat meliputi : a. pendirian dan pengembangan BUM Desa; b. pembangunan dan pengelolaan pasar Desa dan kios Desa; c. pembangunan dan pengelolaan tempat pelelangan ikan milik Desa; d. pembangunan dan pengelolaan keramba jaring apung dan bagan ikan; e. pembangunan dan pengelolaan lumbung pangan Desa; f. pembuatan pupuk dan pakan organik untuk pertanian dan perikanan; g. pengembangan benih lokal; h. pengembangan ternak secara kolektif; i. pembangunan dan pengelolaan energi mandiri; j. pembangunan dan pengelolaan tambatan perahu; k. pengelolaan padang gembala; l. pengembangan Desa Wisata; dan m. pengembangan teknologi tepat guna pengolahan hasil pertanian dan perikanan. Pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan secara berkelanjutan, dapat meliputi: a. komoditas tambang mineral bukan logam, b. komoditas tambang batuan, antara lain: c. rumput laut; d. hutan milik Desa; dan pengelolaan sampah.

Aspek Permendesa PDTT No. 5/2015 Permendesa PDTT No. 21/2015 Prioritas Penggunaan Dana Desa untuk Pemberdayaan Masyarakat Desa Untuk penanggulangan kemiskinan dan peningkatan akses atas sumber daya ekonomi, dapat mencakup : a. peningkatan kualitas proses perencanaan Desa; b. mendukung kegiatan ekonomi baik yang dikembangkan oleh BUM Desa maupun oleh kelompok usaha masyarakat Desa lainnya; c. pembentukan dan peningkatan kapasitas Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa; d. pengorganisasian melalui pembentukan dan fasilitasi paralegal untuk memberikan bantuan hukum kepada warga masyarakat Desa; e. penyelenggaraan promosi kesehatan dan gerakan hidup bersih dan sehat; f. dukungan terhadap kegiatan desa dan masyarakat pengelolaan Hutan Desa dan Hutan Kemasyarakatan; dan g. peningkatan kapasitas kelompok masyarakat melalui : 1) kelompok usaha ekonomi produktif; 2) kelompok perempuan; 3) kelompok tani; 4) kelompok masyarakat miskin; 5) kelompok nelayan; 6) kelompok pengrajin; 7) kelompok pemerhati dan perlindungan anak; 8) kelompok pemuda; dan 9) kelompok lain sesuai kondisi Desa. Untuk mendanai kegiatan yang bertujuan meningkatkan kapasitas warga atau masyarakat desa dalam pengembangan wirausaha, peningkatan pendapatan, serta perluasan skala ekonomi individu warga atau kelompok masyarakat dan desa, antara lain : a. peningkatan investasi ekonomi desa melalui pengadaan, pengembangan atau bantuan alat-alat produksi, permodalan, dan peningkatan kapasitas melalui pelatihan dan pemagangan; b. dukungan kegiatan ekonomi baik yang dikembangkan oleh BUM Desa atau BUM Desa Bersama, maupun oleh kelompok dan atau lembaga ekonomi masyarakat Desa c. bantuan peningkatan kapasitas untuk program dan kegiatan ketahanan pangan Desa; d. Pengorganisasian masyarakat, fasilitasi dan pelatihan paralegal dan bantuan hukum masyarakat Desa, termasuk pembentukan Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa (KPMD) dan pengembangan kapasitas Ruang Belajar Masyarakat di Desa (Community Centre); f. Promosi dan edukasi kesehatan masyarakat serta gerakan hidup bersih dan sehat, termasuk peningkatan kapasitas pengelolaan Posyandu, Poskesdes, Polindes dan g. Dukungan terhadap kegiatan pengelolaan Hutan/Pantai Desa dan Hutan/Pantai Kemasyarakatan; h. Peningkatan kapasitas kelompok masyarakat untuk energi terbarukan dan pelestarian lingkungan hidup; dan/atau i. Bidang kegiatan pemberdayaan ekonomi lainnya yang sesuai dengan analisa kebutuhan d e s a d a n t e l a h d i t e t a p k a n d a l a m Musyawarah Desa. Dilakukan dengan mempertimbangkan dan menyesuaikan dengan tipologi desa berdasarkan tingkat perkembangan kemajuan desa, yaitu : a. Desa tertinggal dan/atau sangat tertinggal, mengutamakan kegiatan pemberdayaan masyarakat yang berorientasi pada membuka lapangan kerja dan atau usaha baru, serta bantuan penyiapan infrastruktur bagi terselenggaranya kerja dan usaha

Aspek Permendesa PDTT No. 5/2015 Permendesa PDTT No. 21/2015 produksi sampai pemasaran produk, serta pemenuhan kebutuhan atau b. Desa berkembang, memprioritaskan pemberdayaan masyarakat yang bertujuan untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas kerja dan/atau proses produksi sampai pemasaran produk, serta pemenuhan kebutuhan atau akses modal/fasilitas keuangan; c. Desa maju dan/atau mandiri, mengembangkan kegiatan pemberdayaan masyarakat yang visioner denga menjadikan desa sebagai lumbung ekonomi atau kapital rakyat, dimana desa dapat menghidupi dirinya sendiri atau memiliki kedaulatan ekonomi, serta mampu mengembangkan potensi atau sumberdaya ekonomi atau manusia dan kapital desa secara berkelanjutan. Partisipasi Masyarakat Dalam melakukan penyelenggaraan prioritas penggunaan Dana Desa yang akuntabel dan transparan, masyarakat dapat ikut serta melalui : a. Pengaduan masalah penggunaan Dana Desa melalui Pusat Pengaduan dan Penanganan Masalah (crisis center) Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi dan atau website LAPOR Kantor Sekretariat Presiden; b. Pendampingan desa termasuk terhadap proses penggunaan Dana Desa sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan; dan/atau c. Studi, pemantauan dan publikasi terhadap praktek baik dan buruk desa-desa dalam penerapan prioritas penggunaan Dana Desa sesuai kewenangan.

PATTIRO (Pusat Telaah & Informasi Regional) yang didirikan pada 17 April 1999 merupakan sebuah lembaga riset dan advokasi yang berbasis di Jakarta, Indonesia. Berfokus pada ga sektor, peningkatan kualitas pelayanan publik, perbaikan pengelolaan keuangan publik, dan reformasi kebijakan publik, PATTIRO mendedikasikan diri untuk mewujudkan tata ke l o l a p e m e r i n t a h a n y a n g b a i k d a n meningkatkan par sipasi publik di Indonesia. Kegiatan kegiatan PATTIRO antara lain adalah melakukan peneli an dan menyelenggarakan lokakarya serta pela han melalui asistensi teknis dan pembentukan komunitas. PATTIRO juga mengembangkan berbagai inovasi untuk memperbaiki kualitas pengelolaan pelayanan publik di seluruh Indonesia. Melalui jaringan PATTIRO Raya yang tersebar di 15 wilayah, PATTIRO bekerja di 17 provinsi dan lebih dari 70 k a b u p a t e n / k o t a d i I n d o n e s i a. Berkat hasil kerjanya, sejak tahun 2011 hingga 2015, PATTIRO meraih penghargaan dari Universitas Pennsylvania, Amerika Serikat sebagai salah satu lembaga think tank terbaik di bidang riset dan advokasi kebijakan. Jalan Mawar, Komplek Kejaksaan Agung Blok G.35 Pasar Minggu, Jakarta Selatan 12520 - Jakarta, Indonesia Telepon : 021-7801314 Fax : 021-7823800