BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Kurikulum mempunyai kedudukan sentral dalam seluruh proses pendidikan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan adalah sebuah salah satu upaya dalam mencerdaskan. kehidupan bangsa. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional juga

BAB I PENDAHULUAN. bersaing di era globalisasi dan tuntutan zaman. Perkembangan ilmu

BAB I PENDAHULUAN. yang tertuang dalam Pembukaan UUD 1945 Alinea ke-iv yaitu. Mencerdaskan kehidupan bangsa. Salah satu komponen penting dari

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional, mendefinisikan pendidikan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. antara pendidikan dengan tingkat perkembangan bangsa tersebut yang

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya melalui proses pembelajaran ataupun dengan cara lain yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan kebutuhan manusia yang bersifat universal. Di

BAB I PEDAHULUAN. manusia. Pendidikan merupakan faktor utama dalam proses untuk membentuk

BAB I PENDAHULUAN. menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Undang-undang

BAB I PENDAHULUAN. perencanaan Millenium Development Goals (MDGS), yang semula dicanangkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan atau Kurikulum Hal ini menunjukkan bahwa kurikulum

BAB I PENDAHULUAN. Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam kehidupan suatu negara memegang peranan yang. sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Absen Guru Tahun Diklat /2013. Presentasi Kehadiran (%) 2010/ / /2013 Keterangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dunia pendidikan merupakan kehidupan yang penuh dengan tantangan

SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DI INDONESIA. Imam Gunawan

BAB I PENDAHULUAN. Efektivitas proses..., Hani Khotijah Susilowati, FISIP UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. semuannya dirumuskan oleh Pemerintah. perencana tentang keberadaan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat

BAB I PENDAHULUAN. suatu bangsa, karena dengan pendidikan suatu bangsa dapat mempersiapkan masa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bangsa dan bertujuan untuk menghasilkan perubahan-perubahan yang positif bagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

RENDAHNYA KUALITAS PENDIDIKAN SEKOLAH MENENGAH ATAS DI KOTA LAMONGAN

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara

BAB I PENDAHULUAN. mandiri dan membentuk siswa dalam menuju kedewasaan. Pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. Olahraga dan Kesehatan merupakan bagian. integral dari pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam (S.Pd.I) di Fakultas Agama Islam

I. PENDAHULUAN. menghadapi kehidupan nyata sehari-hari di lingkungan keluarga dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sasaran Pendidikan adalah manusia. Pendidikan bertujuan untuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. ini peranan pengajaran sangat penting karena merupakan kegiatan yang dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. suatu bangsa dan merupakan wahana dalam menerjemahkan pesan-pesan

I. PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam Undang- Undang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. peradaban yang lebih sempurna. Sebagaimana Undang Undang Dasar Negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menanamkan kapasitas baru bagi semua orang untuk. pengetahuan dan keterampilan baru sehingga dapat diperoleh manusia

I. PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan sebagai bagian dari. Pendidikan Nasional, memiliki peranan sangat penting, yaitu

MATERI PELATIHAN KTSP 2009 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. aset berharga dalam proses pembangunan bangsa dalam berbagai aspek. Idealnya,

PENGEMBANGAN KURIKULUM SATUAN PENDIDIKAN SMK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Bab I Pendahuluan. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. semula bersifat sentralistik berubah menjadi desentralistik. Desentralisasi

BAB I PENDAHULUAN. adalah tuntunan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak. Hal ini berarti bahwa

SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan individu.

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu kebutuhan yang penting bagi setiap bangsa.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Permendikbud Nomor 103 Tahun 2014 tentang Pembelajaran pada

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas. Menurut Suryadi (2011: 2) warga negara berhak memperoleh pendidikan

I. PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pendidikan di Negara Indonesia merupakan suatu sistem

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional yang menjelaskan tentang pengertian dan tujuan. pendidikan bahwa pendidikan adalah suatu usaha sadar dan

BAB I PENDAHULUAN. oleh banyak kalangan. Hal ini bisa dilihat dari beberapa indikator. Pertama,

BAB I PENDAHULUAN. Diantara elemen tersebut adalah instruktur atau pendidik, materi ajar, metode, tujuan

BAB I PENDAHULUAN. kita, baik itu dampak positif maupun dampak negatif. Di satu sisi,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi kemajuan sebuah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah modal utama bagi suatu bangsa dalam upaya meningkatkan

I. PENDAHULUAN. yang mana didalamnya terdapat pembelajaran tentang tingkah laku, norma

I. PENDAHULUAN. kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing

BAB I PENDAHULUAN. Tatanan kehidupan masyarakat yang semrawut merupakan akibat dari sistem

BAB I PENDAHULUAN. demokratis, dan cerdas. Pendidikan ( UU SISDIKNAS No.20 tahun 2003 ) adalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Salah satu dari tujuan pendidikan nasional seperti ada pada UU Nomor

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia adalah melalui pendidikan. Hal ini identik dengan yang

Landasan Yuridis SI, SKL dan KTSP menurut UU No 20/2003 tentang Sisdiknas

BAB I PENDAHULUAN. guru-guru pada semua jenjang pendidikan, yang setiap harinya bersama-sama

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan memiliki fungsi yang sangat penting dalam pengembangan

BAB I PENDAHULUAN. untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,

BAB I PENDAHULUAN. umumnya dan anak pada khususnya. Sebenarnya pendidikan telah dilaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. bidang pendidikan, bidang sosial dan lain sebagainya, sehingga memberikan

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan serta meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Hal ini

BABI PENDAHULUAN. Kedudukan guru sebagai tenaga profesional bertujuan untuk melaksanakan. sistem pendidikan nasional dan mewujudkan tujuan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

BAB I PENDAHULUAN. suatu lembaga pendidikan. Kurikulum menyangkut suatu rencana dan

I. PENDAHULUAN. dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pendidikan nasional ditujukan untuk mewujudkan cita-cita

BAB I PENDAHULUAN. yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan selalu

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan tujuan pendidikan secara umum. peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. memberi dukungan dan perubahan untuk perkembangan masyarakat, bangsa,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sepita Ferazona, 2013

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan potensi ilmiah yang ada pada diri manusia secara. terjadi. Dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya,

dapat dikatakan berdiri sendiri-sendiri, melainkan saling berhubungan erat satu sama lain. Menurut Susanto (2013: 4) Belajar adalah suatu aktivitas

BAB I PENDAHULUAN. (Pasal 1 ayat 1 UU sisdiknas No. 20 tahun 2003). pendidik dan sarana serta prasarana yang berkualitas. Peringkat pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gustini Yulianti, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Pendidikan berkembang

Penerapan Contextual Teaching and Learning terhadap pembelajaran praktek konstruksi kayu bagi guru SMK di Surakarta

BAB I PENDAHULUAN. kependidikan sebagai unsur yang mempunyai posisi sentral dan strategis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PENGARUH REWARD TERHADAP MOTIVASI BERPRESTASI DAN PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI PADA SISWA KELAS XI

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya guna memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara (UU Sisdiknas, 2003:2). Pendidikan merupakan sebuah unsur yang tidak dapat dipisahkan dari manusia. Melalui pendidikan inilah manusia, masyarakat dan suatu bangsa bisa dikatakan maju, besar dan berperadaban tinggi. Semakin tinggi pendidikan suatu bangsa maka semakin tinggi pula peradabannya. Bagaimana mau maju jika masyarakat suatu bangsa tidak berpendidikan atau berpendidikan rendah. Karena dengan pendidikanlah ilmu dan pengetahuan akan maju dan berkembang. Oleh karena itu, kemunduran bangsa Indonesia lebih dikarenakan oleh rendahnya mutu pendidikan. Bagaimana Indonesia mau membangun dan bangkit dari keterpurukan kalau dari segi pendidikan bangsa Indonesia masih rendah. Berbicara masalah kualitas pendidikan, Sumarni (2003) menyatakan bahwa kurikulum sering dipandang sebagai penyebab utama rendahnya mutu pendidikan setelah faktor pendidik. Padahal mestinya masalah pendidikan Indonesia tidak bersifat parsial yang mencakup satu atau dua persoalan, tetapi bersifat sistemik yang terkait dengan banyak hal. Oleh karena itu, upaya untuk memecahkan persoalan-

persoalan pendidikan mestinya bukan tertumpu pada satu obyek saja, tetapi mencakup seluruh komponen pendidikan yang ada di dalamnya. Berbagai kebijakan pembaharuan kurikulum yang telah dilakukan belum dapat menjamin terjadinya proses belajar mengajar yang bermutu, yakni menciptakan situasi belajar yang kondusif baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Permasalahan sistem pendidikan lainnya diyakini berakar dari ketidakmampuan anggota masyarakat untuk berbagi tugas dalam mendidik, mengajar dan melatih kaum muda (Hareta : 2001). Sementara dalam hal kebijakan masih sangat tergantung pada pusat sehingga apa yang menjadi aspirasi penyelenggara pendidikan di daerah dan masyarakat terkadang tidak sesuai dengan kebijakan yang sedang dijalankan. Fenomena tersebut menjadi perhatian serius para praktisi pendidikan. Munculnya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 dan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang kewenangan pemerintah daerah dan perimbangan keuangan antara pusat dan daerah merupakan momentum baru bagi kebijakan pendidikan. Kedua undang-undang tersebut menjadi landasan bagi pelaksanaan perubahan sistem pendidikan dari sentralistik menjadi desentralistik. Kebijakan-kebijakan yang pada mulanya menjadi kewenangan pusat kini dialihkan menjadi kewenangan daerah yang disesuaikan dengan kebutuhan sekolah dan masyarakat setempat. Depdiknas pusat mulai mengurangi peranannya dalam mengontrol pendidikan di daerah. Berkaitan dengan kurikulum, dalam sejarah pendidikan Indonesia telah mengalami beberapa kali pergantian kurikulum. Mulai dari kurikulum 1994 sampai

dengan sekarang ini yaitu kurikulum 2004 atau lebih dikenal dengan kurikulum berbasis kompetensi yang menggantikan kurikulum 1994, suplemen tahun 1999. Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) adalah salah satu kebijakan pemerintah (Departemen Pendidikan Nasional) untuk diterapkan dan diberlakukan mulai tahun 2004, setelah itu tahun 2006 KBK tersebut dikembangkan menjadi Kurikulun Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Berpijak dari semangat otonomi dan desentralisasi, KTSP memberi keleluasaan sekolah untuk mengembangkan kurikulumnya sendiri. KTSP sebenarnya positif, sebab sekolah diberi otonomi untuk berdiskusi terkait dengan standar kompetensi yang telah ditetapkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Penerapan KTSP memberikan peluang bagi setiap sekolah untuk menyusun kurikulumnya sendiri, dan untuk itu tiap guru yang akan mengajar di kelas dituntut memiliki kemampuan menyusun kurikulum yang tepat bagi peserta didiknya. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan lahir sebagai alternatif jawaban atas rendahnya mutu pendidikan di Indonesia. Tujuan umum KTSP atau kurikulum 2006 adalah memberdayakan sekolah dalam mengembangkan kompetensi yang akan disampaikan kepada peserta didik sesuai dengan kondisi lingkungan. Tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan dasar dan menengah dirumuskan mengacu kepada tujuan umum pendidikan seperti berikut ini: 1. Tujuan pendidikan dasar adalah meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. 2. Tujuan pendidikan menengah adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.

3. Tujuan pendidikan menengah kejuruan adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya. ( BSNP, 2006:9 ) KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan. KTSP terdiri dari tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur dan muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan, kalender pendidikan, dan silabus (BSNP:2006). Hal ini berarti kewenangan sekolah dan guru sangat menentukan keberhasilan tujuan pendidikan di tingkat sekolah masing-masing. Dengan kata lain, guru mempunyai tugas antara lain: (1) menyusun dan merumuskan tujuan yang tepat, (2) memilih dan menyusun bahan pelajaran yang sesuai dengan kebutuhan, minat dan tahap perkembangan anak, (3) memilih metode dan media mengajar yang bervariasi, (4) menyusun program dan alat evaluasi yang tepat. Suatu kurikulum yang tersusun sistematis dan rinci akan sangat memudahkan guru dalam implementasinya. Sehubungan dengan KTSP, guru membuat perencanaan pembelajaran sesuai dengan apa yang ditetapkan dalam KTSP. Guru membuat silabus ysng disesuaikan dengan kondisi sekolah masing-masing, dalam hal ini Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Pengembangan KTSP di SMKN 2 Jiwan berbeda dengan sekolah yang lain. Dalam kurun waktu mulai terbitnya kebijakan pemberlakuan KTSP yaitu tahun 2006, baru pada tahun 2008 SMKN 2 Jiwan mampu melaksanakan kurukulum tersebut. Hal tersebut mungkin disebabkan kurangnya sosialisasi sehingga menyebabkan guru SMK kurang memahami apa KTSP itu. Selain itu belum siapnya sekolah menyusun KTSP seendiri karena keterbatasan SDM dan sarana prasarana juga menjadi faktor

pendukung tidak terlaksananya KTSP, sehingga sekolah hanya mengadopsi KTSP dari lembaga yang lain. Faktor yang lain adalah tidak banyak guru yang kreatif dan siap dalam spirit perubahan yang diisyaratkan KTSP. Namun pada kenyataannya, harapan tersebut masih jauh dari jangkauan atau masih belum bisa tercapai dengan memuaskan. Dengan adanya kurikulum yang terbaru dalam hal ini KTSP belum bisa sepenuhnya dapat meningkatkan mutu pendidikan di sekolah. Apa yang menjadi tujuan dari KTSP itu sendiri belum dapat tercapai secara maksimal. Hal tersebut disebabkan oleh kurikulum itu sendiri ataukah minimnya SDM sekolah ataukah ada faktor yang lain? Padahal implementasi kurikulum hampir seluruhnya bergantung pada kreativitas, kecakapan, kesungguhan, dan ketekunan guru. Guru hendaknya mampu memilih dan menciptakan situasi belajar yang menggairahkan bagi siswa. Guru mampu memilih dan melaksanakan metode mengajar yang sesuai dengan kemampuan siswa, serta memilih bahan pelajaran yang mengaktifkan siswa. Selain itu, guru juga mampu memilih, menyusun dan melaksanakan evaluasi, baik untuk mengevaluasi perkembangan atau hasil belajar siswa, atau untuk menilai efisiensi pelaksanaannya. Guru juga berkewajiban untuk menjelaskan kepada siswa tentang apa yang akan dicapai dengan pengajarannya. Selain itu, guru harus melakukan berbagai upaya untuk membangkitkan motivasi belajar, menciptakan situasi kompetitif, memberikan pengarahan dan bimbingan. Guru memberikan tugas-tugas individual dan kelompok yang akan memperkaya dan memperdalam penguasaan siswa. Dalam kondisi ideal guru juga berperan sebagai pembimbing, berusaha memahami secara seksama potensi dan kelemahan siswa serta membantu mengatasi

kesulitan-kesulitan yang dihadapi siswa. Ini semua terwujud karena KTSP yang bersifat desentralistik, artinya kurikulum disusun oleh sekolah atau kelompok sekolah tertentu dalam suatu wilayah atau daerah. Kurikulum ini diperuntukkan bagi suatu sekolah atau lingkungan wilayah tertentu. Pengembangan kurikulum desentralisasi didasarkan atas karakteristik, kebutuhan, perkembangan daerah serta kemampuan sekolah. Dengan demikian kurikulum terutama isinya bisa beragam, sehingga tiap sekolah atau wilayah mempunyai kurikulum sendiri sesuai dengan kebutuhan masyarakat, tingkat kemampuan sekolah, kemampuan guru, dan finansial sekolah. Evaluasi kurikulum memegang peranan penting, baik untuk penentuan kebijakan pendidikan pada umumnya maupun untuk pengambilan keputusan dalam kurikulum itu sendiri. Hasil-hasil evaluasi kurikulum dapat digunakan oleh para pemegang kebijakan pendidikan dan para pengembang kurikulum dalam memilih dan menetapkan kebijakan pengembangan sistem pendidikan dan pengembangan model kurikulum yang digunakan. Dari uraian diatas, peneliti ingin mengevaluasi bagaimana penerapan KTSP di SMK Negeri 2 Jiwan Madiun. Tujuan utama KTSP atau kurikulum 2006 adalah memberdayakan sekolah dalam mengembangkan kompetensi yang akan disampaikan kepada peserta didik sesuai dengan kondisi lingkungan. Pemberian wewenang kepada sekolah diharapkan dapat mendorong sekolah dalam mengambil keputusan secara partisipatif. KTSP sebagai kurikulum pendidikan nasional diharapkan akan menjadi idealis kurikulum yang sesungguhnya yakni memberi sumbangan untuk mencapai perkembangan menyeluruh dan terpadu bagi pribadi peserta didik.

Bertitik tolak dari hal tersebut diatas, maka penulis ingin melakukan penelitian yang berjudul Evaluasi Implementasi KTSP di SMK Negeri 2 Jiwan Kabupaten Madiun. A. Fokus Penelitian Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti membuat fokus penelitian sebagai berikut : 1. Strategi implementasi KTSP di SMKN 2 Jiwan Kabupaten Madiun. 2. Ketercapaian implementasi kebijakan KTSP di SMKN 2 Jiwan Kabupaten Madiun. 3. Kendala dan solusi dalam implementasi KTSP di SMKN 2 Jiwan Kabupaten Madiun. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dan fokus penelitian di atas, maka penelitian ini dibatasi pada evaluasi implementasi atau pelaksanaan KTSP di SMK Negeri 2 Jiwan Madiun. Lebih lanjut rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana strategi implementasi KTSP di SMKN 2 Jiwan Kabupaten Madiun? 2. Bagaimana ketercapaian implementasi kebijakan KTSP di SMKN 2 Jiwan Kabupaten Madiun? 3. Kendala dan solusi apa saja dalam implementasi KTSP di SMKN 2 Jiwan Kabupaten Madiun? D. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menemukan dan mendeskripsikan : 1. Strategi implementasi KTSP di SMKN 2 Jiwan Kabupaten Madiun.

2. Ketercapaian implementasi KTSP di SMKN 2 Jiwan Kabupaten Madiun. 3. Kendala dan solusi apa saja dalam implementasi KTSP di SMKN 2 Jiwan Kabupaten Madiun E. Manfaat Penelitian 1. Secara Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada guru-guru, Kepsek dan para pelaksana pendidikan lainnya dalam memahami dan mengimplementasikan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) di SMK secara umum dan khususnya guru, Kepsek dan para pelaksana pendidikan di SMKN 2 Jiwan Kabupaten Madiun. Selanjutnya mudah-mudahan dapat digunakan sebagai tolak ukur pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dalam peningkatan kreativitas dan mengatasi kendala-kendala yang dihadapi oleh guru-guru pada tahun berikutnya. 2. Secara Teoritis Penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan bagi peneliti sejenis, dan bagi peneliti dapat bermanfaat dalam menambah pengetahuan serta wawasan terutama menyangkut hal-hal yang berkaitan dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dalam peningkatan kreativitas dan mutu guru khususnya atau mutu pendidikan secara umum. F. Definisi Istilah Agar tidak terjadi persepsi yang beragam tentang istilah yang dijadikan fokus dalam penelitian ini, maka diberikan batasan penelitian dalam bentuk penegasan istilah sebagai berikut:

1. Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu ( UU Nomor 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1 butir 19 ). 2. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan dan terdiri dari tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur dan muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan, kalender pendidikan, dan silabus (PP Nomor 19 Tahun 2005 pasal 1 ayat 15). 3. Implementasi adalah penerapan suatu kebijakan yang telah diputuskan sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku dan prosedur yang ditetapkan sebelumnya (Imron, 1996). Yang dimaksud implementasi dalam penelitian ini adalah penerapan kebijakan KTSP di SMKN 2 Jiwan Kabupaten Madiun sesuai dengan standar yang sudah ditetapkan oleh BSNP SMK. 4. Evaluasi program adalah proses menentukan kualitas suatu program atau secara sistematis dan bagaimana program tersebut dapat ditingkatkan (Sanders dan Sullins, 2006 :1). Dalam penelitian ini proses implementasi kebijakan KTSP tersebut dievaluasi apakah kebijakan tersebut dapat dilaksanakan sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh BSNP SMK serta apakah tujuan dari kebijakan tersebut dapat tercapai.