Pembentukan Cluster Objek Daya Tarik Wisata (ODTW) di Kota Yogyakarta

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. di sektor jasa yang disebut industri pariwisata, oleh karena itu banyak negara

Kriteria Pengembangan Desa Slopeng sebagai Desa Wisata di Kabupaten Sumenep

Kriteria Pengembangan Desa Slopeng sebagai Desa Wisata di Kabupaten Sumenep

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kota Gudeg, Kota Pelajar, Kota Budaya dan Kota Sejarah. Dari julukan

Arahan Pengembangan Kawasan Cagar Budaya Singosari Malang sebagai Heritage Tourism

BAB I PENDAHULUAN. setelah komoditi minyak dan gas bumi serta minyak kelapa sawit. 1

BAB I PENDAHULUAN. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) adalah salah satu daerah yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Analisis Jaringan Sosial Pariwisata di Kampung Pesisir Bulak Surabaya

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan sektor penting dalam peningkatan pendapatan nasional

BAB I PENDAHULUAN. tahun perkembangan jumlah penduduk kota Yogyakarta semakin meningkat

REDESAIN GEDUNG BIOSKOP DI KAWASAN MALIOBORO, YOGYAKARTA BAGIAN I. Pendahuluan dan Latar Belakang UKDW TUGAS AKHIR WILFRIDUS GALIH PRAKOSA

Kriteria Pengembangan Kawasan Wisata Alam Air Terjun Madakaripura, Kabupaten Probolinggo

FAKTOR PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA BAHARI DI KABUPATEN JEMBER

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris, memiliki banyak keunggulan-keunggulan UKDW

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 1, (2015) ISSN: ( Print C-45

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan pembangunan disegala bidang yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. tahun 2010 dan tahun Bahkan pada tahun 2009 sektor pariwisata. batu bara, dan minyak kelapa sawit (Akhirudin, 2014).

Karakteristik Pengunjung dan Aktivitasnya Terhadap Penggunaan Taman Kota Sebagai Ruang Sosial di Taman Keplaksari Kabupaten Jombang

PUSAT RESTORAN MASAKAN TRADISIONAL YOGYAKARTA DENGAN KONSEP TROPIS MODERN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bandara Adi Soemarmo

BAB I PENDAHULUAN. yang murah untuk mencari oleh oleh dan menjadi tujuan utama bagi pengunjung

Analisis Jaringan Sosial Pariwisata di Kampung Pesisir Bulak Surabaya

BAB I PENDAHULUAN. peranan pariwisata dalam pembangunan ekonomi di berbagai negarad, pariwisata

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ada di Indonesia. Beragam objek wisata yang terdiri dari wisata alam, wisata budaya

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan wilayah yang mempunyai potensi obyek wisata. Pembangunan

Evaluasi Kinerja Jalan Arteri Primer Jalan Raya Yogya Solo Daerah Istimewa Yogyakarta

BAB 1 PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tahun ke tahun. Dari tahun wisatawan yang berkunjung ke Yogyakarta

BAB III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Karakteristik Pengunjung dan Aktivitasnya Terhadap Penggunaan Taman Kota Sebagai Ruang Sosial di Taman Keplaksari Kabupaten Jombang

1. BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Setiap tahun jumlah penduduk Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang

Penetuan Tema Ruang Terbuka Hijau Aktif Di Kota Malang Berdasarakan Preferensi Masyarakat

BENTUK PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP ATRAKSI WISATA PENDAKIAN GUNUNG SLAMET KAWASAN WISATA GUCI TUGAS AKHIR

Penentuan Prioritas Pengembangan Kawasan Transit Stasiun Gubeng dengan Konsep Transit Oriented Development

BAB I PENDAHULUAN. proses penyediaan lapangan kerja, standar hidup bagi sektor-sektor

BAB I PENDAHULUAN. Tabel I. 1 Data Perkembangan Wisatawan Nusantara Tahun (Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, 2013)

Bab VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. kawasan stasiun Pasar Nguter, diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Hal ini dapat menggerakkan pertumbuhan industri pada sektor-sektor

BAB I Pendahuluan. Pariwisata merupakan sebuah industri yang menjanjikan. Posisi pariwisata

Analisa Manfaat Biaya Proyek Pembangunan Taman Hutan Raya (Tahura) Bunder Daerah Istimewa Yogyakarta

PENGEMBANGAN PARIWISATA DI KABUPATEN MANGGARAI BARAT MELALUI PEMBENTUKAN CLUSTER WISATA TUGAS AKHIR. Oleh: MEISKE SARENG KELANG L2D

Analisis Cluster dalam Mengidentifikasi Tipe Kawasan Berdasarkan Karakteristik Timbulan Sampah Rumah Tangga di Perkotaan Kabupaten Jember

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Peningkatan Pelayanan Bus Transjakarta Berdasarkan Preferensi Pengguna (Studi Kasus: Koridor I Blok M Kota, Jakarta)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

mempertahankan fungsi dan mutu lingkungan.

Analisa Manfaat Biaya Proyek Pembangunan Taman Hutan Raya (Tahura) Bunder Daerah Istimewa Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Revitalisasi Desa Bungaya sebagai Desa Wisata Budaya di Kabupaten Karangasem

PERENCANAAN ANGKUTAN BUS KORIDOR TERMINAL TAMBAK OSOWILANGUN PERAK KENJERAN SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi dan sosial politik di suatu tempat dan kota Yogyakarta

Konsep Perancangan Kampung Baru Nelayan Kenjeran Surabaya Berbasis Potensi Wilayah

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. di Kabupaten Bangka melalui pendekatan sustainable placemaking, maka

BAB I. Pendahuluan. mengembangkan pariwisata dengan daya tarik wisata alam. Alternatif terbaik untuk

BAB I PENDAHULUAN. negara yang menerima kedatangan wisatawan (tourist receiving countries),

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

KAJIAN PRIORITAS PENYEDIAAN KOMPONEN WISATA BAGI PENGEMBANGAN PARIWISATA DI PULAU NIAS TUGAS AKHIR. Oleh: TUHONI ZEGA L2D

PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA PESISIR TALANG SIRING DI KABUPATEN PAMEKASAN

I. PENDAHULUAN. pulau mencapai pulau yang terdiri dari lima kepulauan besar dan 30

POTENSI ANGKUTAN UMUM PARIWISATA DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Penentuan Prioritas Pengembangan KAPET DAS KAKAB Di Kabupaten Barito Selatan

Keterkaitan Karakteristik Pergerakan di Kawasan Pinggiran Terhadap Kesediaan Menggunakan BRT di Kota Palembang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latarbelakang Masalah. Indonesia adalah salah satu Negara Berkembang yang sedang

BAB I PENDAHULUAN. Destinasi pariwisata merupakan daya tarik bagi kedatangan wisatawan.

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Daya tarik kepariwisataan di kota Yogyakarta tidak bisa dilepaskan dari

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. Kepariwisataan merupakan salah satu sektor industri didalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. Saat ini Tiongkok merupakan pasar wisatawan asing terbesar di dunia.

BAB V ARAHAN PENGEMBANGAN WISATA KAMPUNG NELAYAN KELURAHAN PASAR BENGKULU

BAB 1. Pendahuluan. wilayah Kabupaten Malang. Kota Malang memiliki luas Km². Penduduk

BAB 5. Kesimpulan, Keterbatasan, dan Saran. Dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan dapat ditarik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. memegang peranan penting dalam aspek kehidupan. Aspek-aspek kehidupan yang

KRITERIA PENGEMBANGAN DESA SLOPENG SEBAGAI DESA WISATA DI KABUPATEN SUMENEP MIRA HAWANIAR

tersendiri sebagai destinasi wisata unggulan. Pariwisata di Bali memiliki berbagai

BAB I PENDAHULUAN. di negara-negara yang sedang berkembang adalah pariwisata 1. termasuk salah satu negara berkembang yang berprospek cerah dan patut

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i ABSTRACT... i KATA PENGANTAR... ii UCAPAN TERIMA KASIH... iii DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR...

Konsep Pengembangan Kawasan Desa Wisata di Desa Bandungan Kecamatan Pakong Kabupaten Pamekasan

PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA RELIGI KOMPLEKS MAKAM SYAIHONA MOH.KHOLIL BANGKALAN

BAB I LATAR BELAKANG

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

Identifikasi Potensi Agribisnis Bawang Merah di Kabupaten Nganjuk Untuk Meningkatkan Ekonomi Wilayah

BAB I PENDAHULUAN I.1

ARAHAN BENTUK, KEGIATAN DAN KELEMBAGAAN KERJASAMA PADA PENGELOLAAN SARANA DAN PRASARANA PANTAI PARANGTRITIS. Oleh : MIRA RACHMI ADIYANTI L2D

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Samosir secara garis besar berada pada fase 3 tetapi fase perkembangannya ada

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang terkenal akan

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai fungsi sebagai penggerak, pendorong dan penunjang. dan prasarana yang didukung oleh tata laksana dan sumber daya manusia

Transkripsi:

C54 Pembentukan Cluster Objek Daya Tarik Wisata (ODTW) di Sarita Novie Damayanti, Rimadewi Suprihardjo Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Indonesia e-mail: rimadewi54@yahoo.com Abstrak sebagai pusat kebudayaan di Pulau Jawa memiliki potensi unsur tradisional, baik budaya maupun keramahtamahan masyarakat lokal. Hal tersebut menjadi salah satu faktor penarik wisatawan terutama wisatawan mancanegara untuk mengunjungi. Peningkatan kunjungan wisatawan mancanegara akan memberikan pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan devisa. Di sisi lain, meskipun telah dilakukan upaya pengembangan dalam meningkatkan kunjungan wisatawan mancanegara, masih terdapat permasalahan berupa kurang meratanya distribusi wisatawan mancanegara antar ODTW di pusat dan pinggir kota, sehingga dibutuhkan integrasi ODTW sebagai bentuk pemerataan kunjungan. Artikel ini merupakan bagian dari penelitian terkait pengembangan integrasi ODTW Kota Yogyakarta, dimana artikel ini memuat proses pembentukan cluster sebagai salah satu langkah dalam meningkatkan integrasi ODTW. Tahapan yang dilakukan antara lain menentukan tingkat kepentingan komponen cluster dengan theoritical descriptive analysis, kemudian menyusun kriteria pembentukan cluster dan membentuk cluster ODTW dengan mengelaborasi hasil theoritical descriptive analysis dan karakteristik eksisting ODTW Kota Yogyakarta yang didapatkan dari empirical descriptive analysis. Berdasarkan hasil analisis, dari 21 ODTW, terbentuk 5 cluster ODTW di yang selanjutnya akan menjadi input dalam peningkatan integrasi antar ODTW. Kata Kunci Objek Daya Tarik Wisata, Cluster ODTW, Kota Yogyakarta I I. PENDAHULUAN NDONESIA merupakan salah satu negara berkembang dengan potensi dalam pariwisatanya yaitu alam, seni, dan budaya yang menjadi tujuan wisatawan. Unsur yang membedakan pariwisata Indonesia dengan pariwisata negara lain terletak pada budaya dan masyarakatnya. Setiap wilayah maupun suku di Indonesia memiliki keanekaragaman budaya dan keramahtamahan (hospitality services), sehingga mampu menarik wisatawan lebih banyak, terutama wisatawan mancanegara. Hal ini dapat dilihat dari jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia pada tahun 2013 meningkat 7,3% dibanding tahun 2012 [1]. sebagai salah satu pusat kebudayaan di Pulau Jawa memiliki potensi pariwisata yang beragam, yaitu seni, budaya, dan tatanan kehidupan masyarakat setempat. Hingga Bulan Mei 2013, jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke mengalami kenaikan hingga 42,21% dibandingkan pada tahun 2012 [2]. Hal ini juga mempengaruhi pendapatan per kapita yaitu sebesar Rp 33,2 juta per tahun dan jauh diatas pendapatan per kapita Provinsi DIY yaitu Rp 14,85 juta per tahun [3]. Namun disisi lain, terdapat beberapa permasalahan yang dihadapi dalam pengembangan pariwisata, meskipun telah dilakukan berbagai upaya dalam meningkatkan angka kunjungan wisatawan mancanegara. Salah satu masalah tersebut adalah distribusi kunjungan wisatawan yang kurang merata antara Objek Daya Tarik Wisata (selanjutnya disebut ODTW) di pusat dan pinggir kota. Hal tersebut ditunjukkan dengan terjadinya penumpukan kegiatan pariwisata di pusat kota yaitu Jalan Malioboro dan sekitarnya. Penumpukan kegiatan pariwisata dapat dilihat berdasarkan perbandingan kunjungan wisatawan mancanegara, dimana jumlah kunjungan Kraton Yogyakarta yang terletak di pusat kota selama tahun 2012 adalah sebanyak 116.406 orang, sedangkan jumlah kunjungan Museum Sasana Wiratama yang terletak di barat kota hanya berjumlah 30 orang [4]. Oleh sebab itu, diperlukan upaya pemerataan kunjungan wisatawan mancanegara yang salah satunya dapat dilakukan melalui integrasi ODTW. Integrasi ODTW merupakan konsep totalitas produk wisata yang saling terkait untuk meningkatkan daya saing tiap cluster pariwisata, sehingga terjadi aglomerasi ekonomi serta memudahkan promosi pariwisata. Artikel ini merupakan salah satu tahapan dalam penerapan konsep integrasi ODTW di, dimana dalam artikel ini akan dibahas lebih lanjut mengenai pembentukan cluster ODTW yang merupakan salah satu proses awal dan dijadikan sebagai input dalam menyusun arahan peningkatan integrasi antar ODTW Kota Yogyakarta. Adapun ODTW yang dimaksud adalah 21 ODTW yang termasuk dalam tipologi nature tourism, culture tourism, dan kampung wisata. A. Kajian Pustaka II. METODE PENELITIAN Sebelum melakukan proses analisis dalam mebentuk cluster ODTW, terlebih dahulu ditentukan

C55 komponen pembentuk cluster yang didapatkan melalui proses kajian pustaka dari [5]-[9]. Berdasarkan hasil kajian pustaka, integrasi ODTW didahului oleh pembentukan keterpaduan secara fisik atau cluster ODTW. Variabel yang didapatkan sebagai komponen pembentuk cluster antara lain diukur melalui kedekatan geografis, kondisi jalan penghubung, moda transportasi penghubung, dan diferensiasi atraksi ODTW. B. Metode Pengumpulan Data Proses pengumpulan data dilakukan melalui survei primer dan survei sekunder. Survei primer merupakan metode pengumpulan data secara langsung untuk mendapatkan karakteristik masing-masing komponen pembentuk cluster yang dilakukan melalui observasi lapangan dan wawancara semi terstruktur dengan pengelola ODTW. Sedangkan survei sekunder dilakukan melalui survei instansional ke instansi terkait dan survei literatur dari buku, peraturan dan kebijakan terkait, serta hasil penelitian terdahulu sebagai bahan theoritical descriptive analysis. Adapun daftar ODTW dapat dilihat pada tabel berikut. hubungan keterkaitan sehingga membentuk cluster ODTW. Metode analisis yang digunakan antara lain sebagai berikut: 1. Empirical Descriptive Analyis Empirical descriptive analysis merupakan analisis dalam melakukan identifikasi secara intensif terhadap perilaku, karakteristik, maupun data eksisting lainnya yang jika dikompilasikan akan dapat menjawab tujuan penelitian. Dalam hal ini, empirical descriptive analysis dilakukan untuk mendapatkan karakteristik masing-masing komponen cluster ODTW sebagai bahan komparasi dalam analisis penyusunan kriteria pembentukan cluster dan analisis pembentukan cluster ODTW. Empirical descriptive analysis kemudian diperkuat dengan theoritical descriptive analysis. 2. Theoritical Descriptive Analysis Theoritical descriptive analysis merupakan analisis yang dilakukan dengan membandingkan antara kondisi eksisting di lapangan dengan teori, kebijakan, serta hasil penelitian terkait. Proses theoritical descriptive analysis terlebih dahulu digunakan untuk menentukan tingkat kepentingan komponen cluster ODTW. Kemudian, metode ini juga dilakukan dalam penyusunan kriteria pembentukan cluster ODTW untuk memperkuat hasil kondisi eksisting di lapangan. III. HASIL DAN DISKUSI Gambar 1. Sebaran ODTW C. Metode Analisis Data Dalam membentuk cluster ODTW, komponen cluster ODTW yang didapatkan melalui kajian pustaka selanjutnya dianalisis sesuai tahapan analisis. Tahapan tersebut antara lain menentukan tingkat kepentingan komponen cluster ODTW, menyusun kriteria pembentukan cluster ODTW, dan membentuk cluster ODTW. Penentuan tingkat kepentingan komponen bertujuan untuk mengetahui komponen mana yang lebih penting dari komponen lainnya sebagai input dalam poses penggabungan peta individu untuk menghasilkan cluster ODTW. Kemudian dilakukan penyusunan kriteria pembentukan cluster yang merupakan penjabaran spesifik dari komponen cluster ODTW dan merupakan dasar dalam pembentukan cluster. Dalam membentuk cluster, dilakukan elaborasi hasil karakteristik di lapangan yang disesuaikan dengan kriteria yang telah disusun. Analisis dilanjutkan dengan proses penggabungan atau penampalan peta individu hasil kriteria untuk menghasilkan peta ODTW yang memiliki A. Analisis Penentuan Tingkat Kepentingan Komponen Cluster ODTW Analisis ini dimaksudkan untuk mengukur tingkat kepentingan komponen cluster ODTW dalam melakukan pembentukan cluster. Teknik analisis yang digunakan adalah theoritical descriptive analysis. Proses komparasi dalam analisis ini dilakukan dengan membandingkan teori, kebijakan, dan penelitian serupa terkait komponen integrasi pariwisata, kemudian disesuaikan untuk masing-masing komponen. Penilaian tingkat kepentingan komponen ditampilkan dalam bentuk skala ordinal dan disusun berdasarkan ranking tertinggi sampai terendah, yaitu skor 4 untuk komponen tingkat kepentingan sangat tinggi sebagai penentu dasar pembentukan cluster; skor 3 untuk komponen tingkat kepentingan tinggi dalam pembentukan cluster; skor 2 untuk komponen tingkat kepentingan sedang dalam pembentukan cluster; serta skor 1 untuk komponen dengan tingkat kepentingan rendah dalam pembentukan cluster. Dari hasil analisis, didapatkan bahwa komponen paling berpengaruh adalah komponen terkait kemudahan pencapaian ODTW. Komponen penentu dasar dengan tingkat kepentingan sangat tinggi adalah kedekatan geografis dengan skor 4. Kedekatan geografis (jarak) dapat memberikan efisiensi dalam waktu pencapaian, pengelolaan, upaya promosi, dan hubungan antar stakeholder terkait. Selanjutnya diidentifikasi kondisi jalan penghubung antar ODTW yang dapat berpengaruh terhadap waktu tempuh pencapaian ODTW dengan skor 3. Kemudian moda transportasi penghubung memiliki skor 2

C56 untuk mengukur ketersediaan moda transportasi umum yang menghubungkan antar ODTW. Sedangkan komponen lain terkait pembentukan cluster namun tidak terkait dengan kemudahan pencapaian adalah diferensiasi atraksi ODTW dengan skor 1 sebagai bentuk diversifikasi dan variasi ODTW, sehingga dapat memperkuat karakteristik cluster. B. Analisis Penyusunan Kriteria Pembentukan Cluster ODTW Dalam analisis penyusunan kriteria pembentukan cluster, Kriteria yang dimaksud merupakan batasan spesifik pembentukan cluster ODTW yang didapatkan dari komponen pembentuk cluster. Untuk menghasilkan kriteria pembentukan cluster ODTW Kota Yogyakarta, kondisi eksisting komponen cluster ODTW dibandingkan dengan bahan komparasi melalui theoritical descriptive analysis. Bahan komparasi tersebut antara lain berupa teori, kebijakan, serta penelitian terdahulu yang kemudian dikaitkan dengan penelitian dan kondisi eksisting di lapangan sehingga dapat menghasilkan kriteria spesifik sesuai karakteristik komponen cluster ODTW. Pada komponen kedekatan geografis, termasuk dalam perkotaan kecil dengan luas 32,5 km 2, sehingga pencapaian antar ODTW berdasarkan panjang jalan penghubung cukup dekat dengan range 2 4 km. Untuk kondisi jalan penghubung, permasalahan transportasi yang menghambat pergerakan kendaraan di antara lain kemacetan, jalan satu arah, serta kondisi permukaan jalan yang buruk. Kemudian untuk moda transportasi penghubung, jenis moda transportasi yang digunakan di adalah Bus Trans Jogja yang melayani hampir seluruh ODTW. ODTW dapat diakses dengan berjalan kaki sejauh 100 400 m dari halte pemberhentian bus. Sedangkan untuk diferensiasi atraksi ODTW, ODTW terbagi menjadi 3 jenis dan umumnya memiliki paket wisata pada ODTW yang terletak berdekatan. Selain itu, kampung wisata di Kota Yogyakarta merupakan alternatif atraksi untuk mendukung ODTW baik culture maupun nature tourism didekatnya. Berdasarkan hasil analisis, didapatkan hasil spesifikasi komponen cluster yang digunakan sebagai kriteria pembentukan cluster ODTW. Adapun kriteria-kriteria tersebut berdasarkan tingkat kepentingannya adalah sebagai berikut: 1. Kriteria untuk kedekatan geografis: Kedekatan jarak antar ODTW berdasarkan panjang jalan penghubung yang dapat ditempuh oleh pedestrian dengan range maksimum 2 km, serta tingkat keterkaitan antara lain (a) Jarak <1 km memiliki keterkaitan kuat dan merupakan prioritas cluster; (b) Jarak 1 1,5 km memiliki keterkaitan sedang; (c) Jarak 1,5 2 km memiliki keterkaitan lemah. 2. Kriteria untuk kondisi jalan penghubung: Kondisi jalan penghubung antar ODTW dengan jarak minimum 1 2 km yang tidak mengalami permasalahan terkait lamanya waktu tempuh dalam pencapaian satu sama lain. Permasalahan tersebut antara lain kemacetan, adanya jalan satu arah, serta kondisi permukaan jalan yang buruk. 3. Kriteria untuk moda transportasi penghubung: Jarak pencapaian halte pemberhentian Bus Trans Jogja dengan ODTW yang dapat ditempuh oleh pedestrian dengan jarak maksimum 400 m, serta ODTW yang dilewati oleh jalur Bus Trans Jogja yang sama dan tidak dicapai dengan pergantian jalur. 4. Kriteria untuk diferensiasi atraksi ODTW: ODTW (nature atau culture tourism) dan kampung wisata yang diarahkan sebagai objek utama dan kampung wisata pendukungnya, serta tergabung dalam 1 (satu) paket promosi atau paket wisata. C. Analisis Pembentukan Cluster ODTW Dari kriteria yang telah disusun dalam analisis sebelumnya, dilakukan penyesuaian antara kondisi eksisting dan kriteria sebagai dasar penggabungan peta hasil kriteria dalam membentuk cluster ODTW. Berdasarkan kriteria untuk kedekatan geografis, didapatkan hasil analisis keterkaitan jarak antar ODTW yang menunjukkan bahwa terdapat 57 hubungan keterkaitan antar ODTW Kota Yogyakarta dengan rincian sebagai berikut: 1. ODTW yang memiliki keterkaitan kuat dan merupakan prioritas cluster teridentifikasi sebanyak 11 hubungan, ditunjukkan dari panjang jalan penghubung antar ODTW-nya yang berjarak kurang dari 1 km; 2. ODTW yang memiliki keterkaitan sedang teridentifikasi sebanyak 18 hubungan, ditunjukkan dari panjang jalan penghubung antar ODTW-nya yang berjarak antara 1 km hingga 1,5 km; 3. Sedangkan ODTW yang memiliki keterkaitan lemah teridentifikasi sebanyak 28 hubungan, ditunjukkan dari panjang jalan penghubung antar ODTW-nya yang berjarak antara 1,5 km sampai 2 km Gambar 2. Keterkaitan ODTW Berdasarkan Kedekatan Geografis Berdasarkan kriteria untuk kondisi jalan penghubung, didapatkan 12 hubungan antar ODTW yang tidak memiliki permasalahan transportasi, serta 9 hubungan ODTW yang dapat dicapai dengan berjalan kaki karena letaknya yang

C57 dalam 1 kompleks dan terdapat parkir terpusat untuk mendukung wisatawan dalam berjalan kaki antar 1 ODTW ke ODTW lainnya. Kompleks tersebut adalah Museum Sonobudoyo, Kraton Yogyakarta, Tamansari, Kampung Wisata Patehan, dan Kampung Wisata Kadipaten. Secara keseluruhan, terdapat 21 dari total 46 hubungan ODTW yang memiliki keterkaitan berdasarkan kondisi jalan penghubungnya. termasuk dalam paket promosi/ wisata yang sama. Secara keseluruhan, dari total 57 hubungan yang ada, terdapat 21 hubungan ODTW yang memiliki keterkaitan berdasarkan diferensiasi atraksi ODTW-nya. Gambar 5. Keterkaitan ODTW Berdasarkan Diferensiasi Atraksi ODTW Gambar 3. Keterkaitan ODTW Berdasarkan Kondisi Jalan Penghubung Sedangkan hasil analisis kesamaan jalur Bus Trans Jogja antar ODTW menunjukkan bahwa terdapat beberapa ODTW yang memiliki jarak lebih dari 400 meter untuk mencapai halte pemberhentian Bus Trans Jogja terdekat, yaitu Museum Sasana Wiratama, Kraton Yogyakarta, Tamansari, Kampung Wisata Kadipaten, dan Kampung Wisata Patehan. Dari komponen ini diketahui bahwa terdapat 14 hubungan ODTW yang memiliki keterkaitan dari moda transportasi penghubungnya. Gambar 4. Keterkaitan ODTW Berdasarkan Kesamaan Jalur Bus Trans Jogja Untuk komponen terakhir yaitu diferensiasi atraksi ODTW, hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat 6 hubungan ODTW yang merupakan ODTW dengan kampung wisata pendukungnya, serta terdapat 21 hubungan ODTW yang Hasil analisis dari kriteria-kriteria tersebut diatas kemudian digabungkan untuk menemukan hasil cluster ODTW Kota Yogyakarta. Proses yang dimaksud merupakan proses pendekatan yang dibentuk dari penggabungan beberapa peta individu dengan karakteristik yang sama, yaitu memiliki keterkaitan antar ODTW-nya, yang digunakan untuk menampalkan peta sehingga menghasikan peta gabungan yang memiliki seluruh informasi/ atribut dari peta-peta tersebut. Proses penggabungan peta hasil kriteria untuk membentuk cluster 210 Hubungan ODTW Antar ODTW dapat dilihat pada gambar berikut. 210 Hubungan Antar ODTW Kriteria Kedekatan Geografis Kriteria Kedekatan 57 Hubungan Geografisketerkaitan Kriteria Kesamaan Moda Transportasi Kriteria Kesamaan Moda Transportasi Kriteria Diferensiasi 57 Hubungan 46 Hubungan keterkaitan Atraksi ODTW keterkaitan lemah Kriteria Diferensiasi 46 dan Hubungan sedang Atraksi ODTW keterkaitan lemah Kriteria dan sedang Kondisi Jalan Penghubung Kriteria Kondisi 21 Jalan Hubungan Penghubung keterkaitan yang tidak mengalami permasalahan 21 Hubungan transportasi keterkaitan yang tidak mengalami permasalahan transportasi 11 Hubungan keterkaitan kuat 11 Hubungan keterkaitan kuat KETERANGAN: 14 Hubungan keterkaitan yang memiliki kesamaan halte dan 14 Hubungan jalur Bus keterkaitan Trans Jogjayang memiliki kesamaan halte dan jalur Bus Trans Jogja 21 Hubungan keterkaitan yang memiliki hubungan ODTW - 21 kampung Hubungan pendukung keterkaitan dan yang memiliki ketersediaan hubungan paket ODTW wisata- kampung pendukung dan ketersediaan paket wisata Hasil Cluster ODTW Hasil Cluster ODTW KETERANGAN: Proses analisis berdasarkan kriteria pembentukan cluster Proses analisis berdasarkan kriteria Hasil analisis pembentukan berdasarkan cluster kriteria pembentukan cluster Hasil analisis berdasarkan kriteria Proses pembentukan penggabungan cluster peta hasil kriteria Proses penggabungan peta Gambar 6. hasil Proses kriteria Penggabungan Peta Kriteria dalam Membentuk Cluster ODTW

C58 Adapun hasil akhir cluster ODTW yang terbentuk berdasarkan kriteria pembentukan cluster-nya dapat dilihat sebagai berikut, dimana penentuan delineasi batas cluster ODTW dibentuk secara dinamis dengan tidak mengikuti batas administratif wilayah. Gambar 7. Hasil Cluster ODTW e. Cluster 5 terdiri dari Sungai Gajah Wong, Kampung Wisata Tahunan, dan Kampung Wisata Purbayan. DAFTAR PUSTAKA [1] Republika.co.id. 2013. Kontribusi Pariwisata terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Meningkat. diakses tanggal 11 Maret 2014 pukul 20.00 WIB. [2] Jateng.bps.go.id. Berita Resmi Statistik No. 43/07/Th. XVI. diakses tanggal 11 Maret 2014 pukul 20.00 WIB. [3] Badan Pusat Statistik. 2012. Statistik Daerah Kota Yogyakarta 2012. Yogyakarta: Badan Pusat Statistik. [4] Dinas Pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta. 2013. Statistik Kepariwisataan Provinsi DIY. Yogyakarta: Dinas Pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta. [5] Porter, M. 1998. Clusters and The New Economics of Competition. Jurnal Harvard Business Review Volume 76 nomor 6 Tahun 1998. [6] Ferreira, Joao, dan Cristina Estevao. 2009. Regional Competitivensess of Tourism Cluster: A Conceptual Model Proposal. Portugal: University of Beira Interior. [7] Nordin, Sara. 2003. Tourism Clustering and Innovation. Sweden: European Tourism Research Institute Mid-Sweden University. [8] Utama, I Gusti Bagus Rai. 2013. Pengembangan Wisata Kota sebagai Masa Depan Indonesia. [9] Postma, Albert. 2002. An Approach for Integrated Development of Quality Tourism. Dublin: Dublin Institute of Technology. IV. KESIMPULAN Pembentukan cluster ODTW dilakukan sebagai salah satu proses peningkatan integrasi antar ODTW dalam rangka pemerataan kunjungan wisatawan mancanegara antar ODTW di pusat dan pinggir. Komponen pembentuk cluster ODTW terdiri dari komponen keterpaduan fisik dengan urutan tingkat kepentingan dari tinggi sampai rendah berturut-turut adalah kedekatan geografis, kondisi jalan penghubung, moda transportasi penghubung, dan diferensiasi atraksi ODTW. Berdasarkan hasil elaborasi antara kondisi eksisting komponen pembentukan cluster dan teori, didapatkan kriteria pembentukan cluster ODTW yang spesifik sesuai karakteristik komponen pembentuk cluster di lapangan. Kriteria tersebut kemudian digunakan untuk menganalisis hubungan keterkaitan antar ODTW sebagai dasar pembentukan cluster ODTW. Adapun dari 21 ODTW Kota Yogyakarta, dihasilkan 5 cluster ODTW berdasarkan proses penggabungan peta hasil kriteria. Cluster tersebut antara lain: a. Cluster 1 terdiri dari Sungai Code, Kampung Wisata Cokrodiningratan, Museum Sasana Wiratama, dan Kampung Wisata Sosromenduran; b. Cluster 2 terdiri dari Museum Batik dan Sulaman, Pura Pakualaman, Kampung Wisata Gunung Ketur, dan Museum Sasmitaloka; c. Cluster 3 terdiri dari Benteng Vredeburg, Museum Sonobudoyo, Tamansari, Kraton Yogyakarta, Kampung Wisata Kadipaten, dan Kampung Wisata Patehan; d. Cluster 4 terdiri dari Purawisata, Kampung Wisata Dipowinatan, Kampung Wisata Gedungkiwo, dan Museum Perjuangan;