BAB I PENDAHULUAN. profesionalisme kerja yang responsif terhadap kebutuhan masyarakat. Fakta

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. ini disalah gunakan oleh penguasa Orde Baru untuk menguasai semua struktur

Universitas Lampung ABSBTRACT

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

I. PENDAHULUAN. terdiri dari pejabat negara dan pegawai negeri untuk menyelenggarakan tugas

BAB 1 PENDAHULUAN. Pegawai Negeri Sipil, oleh karena itu dalam rangka mencapai tujuan. pembangunan yakni memuwujudkan masyarakat madani yang taat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. senantiasa dibutuhkan dan oleh karena itu menjadi salah satu modal pokok

2016, No Gubernur dan persetujuan tertulis dari Gubernur bagi Bupati dan Wakil Bupati serta Walikota dan Wakil Walikota; c. bahwa berdasarkan

tentang - Dr.Sihabudin,SH.,MH - Wakil Rektor Bidang Umum dan Keuangan

RechtsVinding Online. Naskah diterima: 21 Januari 2016; disetujui: 27 Januari 2016

Kuasa Hukum : - Fathul Hadie Utsman, berdasarkan Surat Kuasa Khusus tertanggal 20 Oktober 2014;

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1999 TENTANG PEGAWAI NEGERI SIPIL YANG MENJADI ANGGOTA PARTAI POLITIK

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pegawai Negeri Sipil (PNS) adalah mereka yang telah memenuhi syarat-syarat

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

OBJEK PERMOHONAN Pengujian Materiil Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara terhadap Undang-Undang Dasar 1945.

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

I. PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia adalah negara kesatuan, dalam penyelenggaraan

RINGKASAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI MAGELANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI MAGELANG NOMOR 28 TAHUN 2017 TENTANG

2013, No.41 2 Mengingat haknya untuk ikut serta dalam kampanye Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perw

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. rakyat indonesia yang berdasarkan pancasila dan undang undang dasar negara

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN TENTANG

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMBERHENTIAN TIDAK HORMAT PEGAWAI APARATUR SIPIL NEGARA

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan umum adalah salah satu hak asasi warga negara yang sangat

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

I. PENDAHULUAN. Pegawai Negeri Sipil menurut undang-undang RI nomor 43 Tahun 1999 adalah

- 4 - BAB I KETENTUAN UMUM

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 23 TAHUN 2017 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 39 TAHUN 2005

B U P A T I B I M A DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BIMA,

WALIKOTA PROBOLINGGO

BUPATI BANGKA BARAT PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PERANGKAT DESA

KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN MINAHASA TENGGARA

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 033 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan umum sebagai wujud dari tugas umum pemerintahan untuk. mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Birokrasi merupakan instrumen

MANAJEMEN PEGAWAI NEGERI SIPIL

BAB I PENDAHULUAN. tujuan Negara sebagaimana tercantum dalam pembukaan Undang-undang

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 1999 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1974 TENTANG POKOK POKOK KEPEGAWAIAN;

Lina Miftahul Jannah linamjannah.wordpress.com

PERBANDINGAN MATERI POKOK UU NO. 8 TAHUN 1974 JO UU NO. 43 TAHUN 1999 TENTANG POKOK-POKOK KEPEGAWAIAN DAN RUU TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA (RUU ASN)

- 3 - BAB I KETENTUAN UMUM

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG

SURAT PERNYATAAN BAKAL CALON BUPATI/WAKIL BUPATI *)

I. PENDAHULUAN. Pemilu merupakan proses pemilihan orang-orang untuk mengisi jabatan-jabatan

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Ragenda prioritas pembangunan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA BAGI PEJABAT NEGARA DALAM MELAKSANAKAN KAMPANYE PEMILIHAN UMUM

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA KOMISI PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA,

prinsip demokrasi dan prinsip negara hukum sebagai mana disebutkan dalam Undang- Undang Dasar Secara teoritis, netralitas PNS dengan cara tidak

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PUTUSAN Nomor 8/PUU-XIII/2015 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

KOMISI INDEPENDEN PEMILIHAN ACEH

BAB III. POLIGAMI MENURUT PP No. 45 TAHUN Ketentuan Poligami Bagi Pegawai Negeri Sipil

BUPATI PANGANDARAN PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT

BUPATI KEDIRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEDIRI,

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN. NOMOR 064 TAHUN 2016-Si.1-BKD/2013

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 49/PUU-XIII/2015 Syarat Mengundurkan Diri Bagi Calon Kepala Daerah Yang Merupakan Pegawai Negeri Sipil

Pertemuan Dengan Sekretaris Dewan Pengurus Korpri Kementerian Kehutanan di Balai Pengelolaan Hasil Hutan Produksi Wilayah IV Jambi :

BAB I PENDAHULUAN. Nomor 43 Tahun 1999 tentang Pokok-pokok Kepegawaian. Peraturan. yang berupa Peraturan Pemerintah (PP) maupun Keputusan Presiden

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 1994 TENTANG PENGANGKATAN BIDAN SEBAGAI PEGAWAI TIDAK TETAP PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA DAERAH KABUPATEN KUDUS

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

WALIKOTA PONTIANAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA PONTIANAK NOMOR 53 TAHUN 2015 TENTANG

KOMISI INDEPENDEN PEMILIHAN KOTA SABANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 102 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PENGUSULAN DAN PENGANGKATAN

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2011 TENTANG

P E N G U M U M A N Nomor

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG

WALIKOTA TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG NOMOR 6 TAHUN 2017

KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN BUTON. PENGUMUMAN NOMOR : /Peng/KPU.Kab /IX/TAHUN 2016 TENTANG

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2009 NOMOR 2 SERI E

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN... NOMOR 01 TAHUN 2013

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA BAGI PEJABAT NEGARA DALAM MELAKSANAKAN KAMPANYE PEMILIHAN UMUM

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1976 TENTANG KEANGGOTAAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DALAM PARTAI POLITIK ATAU GOLONGAN KARYA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 84 TAHUN 2000 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 58 TAHUN 2017 TENTANG

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG

M A N A J E M E N A S N

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintahan daerah diselenggarakan sesuai dengan yang diamanatkan. dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR..TAHUN.. TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH

B U P A T I T A N A H L A U T PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA BAGI PEJABAT NEGARA DALAM MELAKSANAKAN KAMPANYE PEMILIHAN UMUM

MATERI TES TERTULIS DAN WAWANCARA PPK Materi test tulis : Pancasila dan UUD

KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN MINAHASA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

URGENSI DIKELUARKANNYA PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PPPK.

- 3 - Pemilihan Umum Provinsi, dan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten/Kota sebagaimana diubah dengan Peraturan

ISSUE STRATEGIS Manajemen ASN. Rapat Koordinasi Nasional Badan Kepegawaian Negara 2016

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 06 TAHUN 2015 TENTANG PERANGKAT DESA

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Otonomi daerah menuntut pemerintah daerah agar meningkatkan mutu sumber daya manusia PNS yang memiliki motivasi kerja, keterampilan kerja dan profesionalisme kerja yang responsif terhadap kebutuhan masyarakat. Fakta politik di Indonesia menunjukkan bahwa seiring dengan otonomi daerah, terdapat Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang menjadi calon kepala daerah, meskipun pada dasarnya hal ini kurang relevan dengan salah satu tujuan otonomi daerah yaitu untuk meningkatkan dan mendekatkan pelayanan publik dari PNS kepada masyarakat di daerah otonom. Pemerintah pada dasarnya telah memberlakukan berbagai peraturan perundangundangan di bidang kepegawaian untuk mengatur PNS agar dapat mewujudkan eksistensinya sebagai abdi negara dan abdi masyarakat, di antaranya adalah Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 sebagaimana diubah menjadi Undang- Undang Nomor 53 Tahun 2010 Tentang Pokok-Pokok Kepegawaian dan Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2004 tentang Larangan Bagi Pegawai Negeri Sipil menjadi Anggota dan atau Pengurus Partai Politik. Pada kenyataannya, tetap ada PNS yang berupaya untuk mengaktualisasikan dirinya untuk berpartisipasi dalam ranah politik praktis, seperti dalam Pemilihan Kepala Daerah.

2 Pemilihan Gubernur Lampung Tahun 2014 didominasi oleh para calon gubernur yang berlatar belakang birokrat atau pejabat negara yang masih aktif. Dalam politik praktis terdapat PNS yang mencalonkan diri dan telah menjadi pejabat politik, di antaranya Berlian Tihang sebagai Sekretaris Daerah Provinsi Lampung mencalonkan diri sebagai Gubernur Lampung, Herman HN sebagai Kepala Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Lampung menjadi Walikota Bandar Lampung Periode 2010-2014. Contoh lain adalah Erwin Arifin, Dosen Fakultas Hukum Universitas Lampung, pada 2011 2012 menjabat sebagai Plt. Bupati Lampung Timur dan 2012 sekarang menjabat Bupati Lampung Timur. Selain itu Kherlani sebelumnya adalah mantan Kepala Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Lampung, yang kemudian terpilih menjadi Wakil Walikota Bandar Lampung periode Tahun 2005-2010, selanjutnya yang bersangkutan mencalonkan diri sebagai Walikota Bandar Lampung Tahun 2010-2014, tetapi tidak terpilih. Pada saat ini Kherlani menjabat sebagai Pejabat (Pj) Bupati Pesisir Barat sampai dilaksanakannya Pemilihan Bupati secara definitif. Upaya untuk menjaga profesionalisme PNS salah satunya adalah pemberlakukan Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2004 tentang Larangan Pegawai Negeri Sipil menjadi Anggota Partai Politik, yang intinya adalah PNS dilarang menjadi anggota dan atau pengurus parpol. PNS yang menjadi anggota dan atau pengurus parpol harus diberhentikan sebagai PNS, yaitu diberhentikan dengan hormat sebagai PNS apabila telah memberitahukan terlebih dahulu kepada pejabat yang berwenang dan diberhentikan tidak dengan hormat sebagai PNS apabila tidak memberitahukan terlebih dahulu kepada pejabat yang berwenang.

3 Uraian di atas menunjukkan bahwa harus ada cara/ketentuan yang diatur dengan undang-undang yang memungkinkan PNS untuk bisa mencalonkan diri sebagai kepala daerah, karena hal ini merupakan hak bagi setiap warga negara. Untuk itu harus ada ketentuan bahwa calon kepala daerah harus paling tidak untuk sementara dibebastugaskan dari hak dan kewajibannya sebagai seorang PNS dengan cara melaksanakan cuti di luar tanggungan negara. PNS yang mencalonkan diri sebagai calon kepala daerah pada saat mendaftar ke Komisi Pemilihan Umum (KPU) wajib melampirkan surat pernyataan mengundurkan diri dari jabatan, sebagaimana diatur dalam Peraturan Komisi Pemilihan Umum No. 9 Tahun 2012 tentang Pedoman Teknis Pencalonan Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah. Ketentuan mengenai pengunduran diri dan cuti bagi PNS yang ingin mengajukan diri sebagai calon kepala daerah berpedoman pada undang-undang yang mengatur tentang Pemerintahan Daerah dan dalam Peraturan KPU No. 9 Tahun 2012. Pengaturan mengenai PNS yang menjadi kepala daerah dalam Pasal 11 Undang- Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian, yaitu seorang Pegawai Negeri yang diangkat menjadi Pejabat Negara, dibebaskan untuk sementara waktu dari jabatan organiknya selama menjadi Pejabat Negara tanpa kehilangan statusnya sebagai Pegawai Negeri. Selanjutnya ketentuan Pasal 11 Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian menyatakan:

4 (2) Pegawai negeri yang diangkat menjadi Pejabat Negara diberhentikan dari jabatan organiknya selama menjadi Pejabat Negara tanpa kehilangan statusnya sebagai Pegawai Negeri. (3) Pegawai Negeri yang diangkat menjadi Pejabat Negara tertentu tidak perlu diberhentikan dari jabatan organiknya. (4) Pegawai Negeri sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), setelah selesai menjalankan tugasnya dapat diangkat kembali dalam jabatan organiknya. Sesuai dengan uraian tersebut maka setiap PNS yang terpilih sebagai kepala daerah harus mengajukan proses cuti di luar tanggungan negara, sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. PNS yang sedang menjalani Cuti di Luar Tanggungan Negara memiliki konsekuensi yaitu tidak menerima gaji atau tunjangan lainya dan masa cuti yang dijalaninya tidak diperhitungkan sebagai masa kerja PNS tersebut. Perkembangan selanjutnya terkait pengaturan terhadap PNS yang mencalonkan diri sebagai kepala daerah adalah diberlakukannya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil Negara (UUASN) pada tanggal 15 Januari 2014. Pasal 119 UUASN menjelaskan pejabat pimpinan tinggi madya dan pejabat pimpinan tinggi pratama yang akan mencalonkan diri menjadi gubernur dan wakil gubernur, bupati/walikota, dan wakil bupati/wakil walikota wajib menyatakan pengunduran diri secara tertulis dari PNS sejak mendaftar sebagai calon. Berdasarkan uraian di atas maka dapat dinyatakan bahwa sebelum diberlakukannya UUASN, PNS yang mencalonkan diri dan menjadi pejabat politik masih tetap berstatus sebagai PNS dan hanya diwajibkan untuk mengajukan cuti, tetapi setelah diberlakukannya UUASN, setiap PNS yang mencalonkan diri sebagai pejabat politik harus mengundurkan diri, sehingga secara otomatis PNS yang bersangkutan kehilangan segala hak dan kewajibannya

5 sebagai PNS. Salah satu PNS di Provinsi Lampung yang pada tahun 2014 mencalonkan diri sebagai kandidat calon Gubernur adalah Berlian Tihang, namun yang bersangkutan hanya mengajukan cuti di luar tanggungan negara dan tidak mengundurkan diri sebagaimana diatur dalam UUASN. PNS seharusnya tunduk pada Undang-Undang Kepegawaian yang mengharuskan PNS menjalankan tugas pokok dan fungsinya sebagai aparatur negara, abdi negara dan abdi masyarakat yang dengan kesetiaan dan ketaatan kepada Pancasila, UUD 1945, negara dan pemerintah, menyelenggarakan tugas pemerintahan dan pembangunan. Jika PNS tersebut terpilih sebagai kepala daerah terdapat dualisme status, yaitu sebagai aparatur negara dan sebagai pejabat Negara. Oleh karena itu diperlukan pengaturan yang baik dalam rangka mengantisipasi dualisme tersebut, melalui izin cuti di luar tanggungan Negara. Berdasarkan uraian latar belakang di atas, penulis melakukan penelitian dan menuangkan ke dalam skripsi yang berjudul: Izin Cuti Bagi Pegawai Negeri Sipil yang Mencalonkan Diri Sebagai Kepala Daerah dalam Kaitannya dengan Undang-Undang Aparatur Sipil Negara di Provinsi Lampung. B. Permasalahan dan Ruang Lingkup Penelitian 1. Permasalahan Permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Bagaimanakah pengaturan terhadap Pegawai Negeri Sipil yang mencalonkan diri sebagai Kepala Daerah? b. Bagaimanakah implikasi hukum (hak dan kewajiban) bagi Pegawai Negeri Sipil yang mengajukan izin cuti di luar tanggungan Negara?

6 2. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup bidang ilmu dalam penelitian ini adalah Hukum Administrasi Negara, dengan kajian mengenai: a. Pengaturan terhadap Pegawai Negeri Sipil yang mencalonkan diri sebagai Kepala Daerah b. Implikasi hukum (hak dan kewajiban) bagi Pegawai Negeri Sipil yang mengajukan izin cuti di luar tanggungan Negara Lokasi penelitian ini adalah pada Badan Kepegawaian Daerah Provinsi Lampung. C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan yang telah diajukan di atas maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Untuk mengetahui pengaturan terhadap Pegawai Negeri Sipil yang mencalonkan diri sebagai Kepala Daerah b. Untuk mengetahui implikasi hukum (hak dan kewajiban) bagi Pegawai Negeri Sipil yang mengajukan izin cuti di luar tanggungan negara 2. Kegunaan Penelitian Kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Secara teoritis Hasil penelitian diharap dapat berguna untuk memperluas cakrawala pandangan peneliti dan pihak-pihak yang ingin mengetahui secara lebih

7 mendalam mengenai pengaturan terhadap Pegawai Negeri Sipil yang mencalonkan diri sebagai Kepala Daerah b. Secara praktis Hasil penelitian diharap dapat berguna dalam memberikan sumbangan pemikiran bagi pihak yang berkepentingan khususnya bagi para peneliti lain yang akan melakukan penelitian dengan kajian mengenai cuti PNS. Selain itu secara praktis penelitian ini merupakan salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Lampung.