xxi DAFTAR DEFINISI, ISTILAH DAN SIMBOL Ukuran kinerja umum NOTASI ISTILAH DEFINISI

dokumen-dokumen yang mirip
NOTASI ISTILAH DEFINISI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DAFTAR ISTILAH. lingkungan). Rasio arus lalu lintas (smp/jam) terhadap kapasitas. (1) Kecepatan rata-rata teoritis (km/jam) lalu lintas. lewat.

BAB III LANDASAN TEORI

DAFTAR ISI. Halaman Judul Pengesahan Persetujuan Motto dan Persembahan ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR

PENGARUH HAMBATAN SAMPING TERHADAP KINERJA RUAS JALAN RAYA SESETAN

Nursyamsu Hidayat, Ph.D.

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) tahun 1997, ruas jalan

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI. kapasitas. Data volume lalu lintas dapat berupa: d. Arus belok (belok kiri atau belok kanan).

LAMPIRAN A (Hasil Pengamatan)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

tidak berubah pada tanjakan 3% dan bahkan tidak terlalu

BAB III LANDASAN TEORI. (termasuk mobil penumpang, kopata, mikro bus, pick-up dan truck kecil. sesuai sitem klasifikasi Bina Marga).

II. TINJAUAN PUSTAKA. meskipun mungkin terdapat perkembangan permanen yang sebentar-sebentar

BAB III METODOLOGI. Pada bagian berikut ini disampaikan Bagan Alir dari Program Kerja.

BAB III LANDASAN TEORI. karakteristik arus jalan, dan aktivitas samping jalan.

EVALUASI KINERJA RUAS JALAN IR. H. JUANDA, BANDUNG

DAFTAR ISI. Halaman HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERSETUJUAN KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR NOTASI DAN SINGKATAN

komposisi lalu lintas, dan perilaku pengemudi di Indonesia. mengacu pada Spesifikasi Standar Perencanaan Geometrik Jalan Luar Kota 1990.

BAB IV HASIL DAN ANALISA. kondisi geometrik jalan secara langsung. Data geometrik ruas jalan Kalimalang. a. Sistem jaringan jalan : Kolektor sekunder

I LANGKAH D : PERILAKU LALU-LINTAS Derajat Kejenuhan Kecepatan Dan Waktu Tempuh Iringan (peleton)

BAB III LANDASAN TEORI. manajemen sampai pengoperasian jalan (Sukirman 1994).

Perhitungan Intensitas Maksimum Stasiun Tanjung Perak Perhitungan Intensitas Maksimum Stasiun Sampang...

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Karakteristik suatu jalan akan mempengaruhi kinerja jalan tersebut.

TUGAS REKAYASA LALU LINTAS (RESUME ANALISIS KINERJA JALAN BEBAS HAMBATAN)

II. TINJAUAN PUSTAKA. kecepatan bebas ruas jalan tersebut mendekati atau mencapai

BAB III LANDASAN TEORI

DAFTAR ISTILAH DAN DEFINISI

TUGAS AKHIR ANALISIS PERFORMANCE KINERJA JALAN RAYA CINERE

TUGAS AKHIR ANALISIS DAMPAK LOKASI PINTU TOL SLIPI TERHADAP KINERJA JALAN S. PARMAN

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II STUDI PUSTAKA

MANUAL KAPASITAS JALAN INDONESIA. From : BAB 5 (MKJI) JALAN PERKOTAAN

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI

Kata Kunci : Kinerja Ruas Jalan, Derajat Kejenuhan, Tingkat Pelayanan, Sistem Satu Arah

yang menerus pada sisi manapun, meskipun mungkin terdapat perkembangan

BAB III LANDASAN TEORI. Pengolongan jenis kendaraan sebagai berikut : Indeks untuk kendaraan bermotor dengan 4 roda (mobil penumpang)

BAB 3 PARAMETER PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TRAFFIC ENGINEERING. Outline. I. Klasifikasi jalan II. Dasar-dasar TLL (arus, vol, kecept, Methode greenshield)

KAPASITAS JALAN LUAR KOTA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bertujuan untuk bepergian menuju arah kebalikan (Rohani, 2010).

Gambar 4.1 Potongan Melintang Jalan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II STUDI PUSTAKA II - 1

DAFTAR ISI KATA PENGATAR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Peraturan Perundang undangan dibidang LLAJ. pelosok wilayah daratan, untuk menunjang pemerataan, pertumbuhan dan

ANALISIS KINERJA RUAS JALAN MENURUT MKJI 1997 ( Studi Kasus : Jalan Sulawesi Denpasar, Bali ) Oleh : Ngakan Putu Ari Kurniadhi NPM.

BAB III LANDASAN TEORI. hal-hal yang mempengaruhi kriteria kinerja lalu lintas pada suatu kondisi jalan

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) 1997, jalan perkotaan

ANALISIS KAPASITAS, TINGKAT PELAYANAN, KINERJA DAN PENGARUH PEMBUATAN MEDIAN JALAN. Adhi Muhtadi ABSTRAK

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III LANDASAN TEORI. karakteristik jalan yang dapat diuraikan sebagai berikut: dapat dilihat pada uraian di bawah ini:

terjadi, seperti rumah makan, pabrik, atau perkampungan (kios kecil dan kedai

DAFTAR ISTILAH. 1. Simpang Bersinyal KARAKTERISTIK LALU LINTAS. Arus Lalu Lintas

DAFTAR ISTILAH KARAKTERISTIK LALU LINTAS. Arus Lalu Lintas. UNSUR LALU LINTAS Benda atau pejalan kaki sebagai bagian dari lalu lintas.

BAB 3 METODOLOGI. untuk mengetahui pengaruh yang terjadi pada jalan tersebut akibat pembangunan jalur

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMBANG, NOTASI DAN SINGKATAN DAFTAR LAMPIRAN

BAB III LANDASAN TEORI. tanah adalah tidak rata. Tujuannya adalah menciptakan sesuatu hubungan yang

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lori, dan jalan kabel (Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006).

TINJAUAN PUSTAKA. Kinerja atau tingkat pelayanan jalan menurut US-HCM adalah ukuran. Kinerja ruas jalan pada umumnya dapat dinyatakan dalam kecepatan,

PROYEK AKHIR. PROGRAM DIPLOMA III TEKNIK SIPIL Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

Pengaruh Variasi Nilai emp Sepeda Motor Terhadap Kinerja Ruas Jalan Raya Cilember-Raya Cibabat, Cimahi ABSTRAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan

BAB IV PERENCANAAN. Perkerasan Lentur Jalan Raya Dengan Metode Analisa Komponen SKBI

ANALISIS KINERJA RUAS JALAN RAYA SUKAWATI AKIBAT BANGKITAN PERGERAKAN DARI PASAR SENI SUKAWATI

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

KONDISI DAN KARAKTERISTIK LALU LINTAS

II.TINJAUAN PUSTAKA. dan menerus di sepanjang atau hampir seluruh jalan, minimum pada satu sisi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Wikipedia (2011), ruas jalan adalah bagian jalan di antara dua

HALAMAN PERSEMBAHAN... vi. DAFTAR ISI... vii

EVALUASI DERAJAT KEJENUHAN PADA RUAS JALAN DR. DJUNJUNAN, BANDUNG, AKIBAT PENGARUH LIMPASAN AIR HUJAN

di kota. Persimpangan ini memiliki ketinggian atau elevasi yang sama.

tertentu diluar ruang manfaat jalan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Analisis Kapasitas Ruas Jalan Raja Eyato Berdasarkan MKJI 1997 Indri Darise 1, Fakih Husnan 2, Indriati M Patuti 3.

ANALISIS KAPASITAS JALAN TERHADAP KEMACETAN

Langkah Perhitungan PERHITUNGAN KINERJA RUAS JALAN PERKOTAAN BERDASARKAN MKJI Analisa Kondisi Ruas Jalan. Materi Kuliah Teknik Lalu Lintas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kuantitatif yang menerangkan kondisi operasional fasilitas simpang dan secara

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH HAMBATAN SAMPING TERHADAP KINERJA JALAN R.E. MARTADINATA BANDUNG

STUDI PARAMETER LALU LINTAS DAN KINERJA JALAN TOL RUAS MOHAMMAD TOHA BUAH BATU

PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN (HSKB 250) Lengkung Geometrik

EVALUASI KINERJA RUAS JALAN DI JALAN SUMPAH PEMUDA KOTA SURAKARTA (Study kasus : Kampus UNISRI sampai dengan Kantor Kelurahan Mojosongo) Sumina

TINJAUAN PUSTAKA. Lalu lintas di dalam Undang-undang No 22 tahun 2009 didefinisikan sebagai. melalui manajemen lalu lintas dan rekayasa lalu lintas.

II. TINJAUAN PUSTAKA. berupa jalan aspal hotmix dengan panjang 1490 m. Dengan pangkal ruas

BAB II DASAR TEORI. Tipe jalan pada jalan perkotaan adalah sebagai berikut ini.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi Penelitian terletak di Kotamadya Denpasar yaitu ruas jalan

BAB III LANDASAN TEORI. A. Simpang Jalan Tak Bersinyal

STUDI KECEPATAN DAN DERAJAT KEJENUHAN JALAN TOL RUAS PASTEUR BAROS

BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA

Transkripsi:

DAFTAR DEFINISI, ISTILAH DAN SIMBOL Ukuran kinerja umum NOTASI ISTILAH DEFINISI C KAPASITAS Arus lalu-lintas maksimum (mantap) yang dapat (smp/jam) dipertahankan sepanjang potongan jalan dalam kondisi tertentu (sebagai contoh : rencana geometrik, lingkungan, lalulintas dan lain-lain). DS DERAJAT Rasio arus terhadap KEJENUHAN kapasitas. TT WAKTU Waktu total (jam, menit atau TEMPUH detik) yang diperlukan untuk melalui suatu panjang jalan tertentu, termasuk seluruh waktu tundaan-henti. V FV KECEPATAN TEMPUH KECEPATAN ARUS BEBAS xxi Kecepatan rata-rata (km/jam) dihitung sebagai panjang jalan dibagi waktu tempuh jalan tersebut. (1) Kecepatan rata-rata teorotis (km/jam) dari lalu lintas pada waktu kerapatan = nol, yaitu tidak ada kendaraan di jalan. (2) Kecepatan (km/jam) suatu kendaraan yang tidak tertahan oleh kendaraan lain (yaitu kecepatan dimana pengemudi merasa nyaman

B DB IRINGAN (PELETON) DERAJAT IRINGAN untuk bergerak pada kondisikondisi geometrik, lingkungan dan pengendalian lalu-lintas yang ada pada suatu segmen jalan tanpa lalu-lintas lain) Kondisi lalu-lintas bila kendaraan bergerak dalam antrian (peleton) dengan kecepatan yang sama karena tertahan oleh kendaraan yang di depan (pimpinan peleton) (Catatan : waktu antara ke depan < 5 detik). Rasio arus kendaraan dalam peleton terhadap arus total. Kondisi Geometrik Wc LEBAR JALUR Lebar (m) jalur jalan yang dilewati lalu-lintas, tidak termasuk bahu. Wce LEBAR JALUR Lebar jalur (m) yang EFEKTIF tersedia untuk gerakan lalulintas, setelah dikurangi akibat parkir. (Catatan : Bahu yang diperkeras kadang-kadang dianggap bagian dari lebar jalur efektif). Ws LEBAR BAHU Lebar bahu (m) disamping jalur jalan, direncanakan sebagai ruang untuk kendaraan yang sekalisekali berhenti, pejalan kaki dan kendaraan lambat. xxii

Wse LEBAR BAHU Lebar bahu (m) yang EFEKTIF benar-benar dapat dipakai, setelah dikurangi untuk penghalang, seperti : pohon, kios samping jalan, dsb. (Catatan : 1. Lihat catatan di atas pada LEBAR JALUR EFEKTIF. 2. Lebar bahu efektif rata-rata dihitung sbb : Jalan tak terbagi = (bahu kiri +kanan)/2 Jalan terbagi (per arah) = (bahu dalam+luar) KEGUNAAN BAHU Kemungkinan untuk menggunakan bahu bagi gerakan kendaraan (misalnya bergerak, parkir, perhentian darurat). MEDIAN Daerah yang memisahkan arah lalu-lintas di jalan. L PANJANG JALAN Panjang segmen jalan (km). TIPE JALAN Tipe jalan menentukan jumlah lajur dan arah pada suatu segmen jalan; untuk jalan-jalan luar kota : 2 lajur 1 arah (2/1) xxiii

TIPE ALINYEMEN 2 lajur 2 arah tak terbagi (2/2UD) 4 lajur 2 arah tak terbagi (4/2 UD) 4 lajur 2 arah terbagi (4/2 D) 6 lajur 2 arah terbagi (6/2 D) Tipe alinyemen adalah gambaran kemiringan daerah yang dilalui jalan, dan ditentukan oleh jumlah naik dan turun (m/km) dan jumlah lengkung horisontal (rad/km) sepanjang segmen jalan, lihat Tabel 1.3.2 (Nilai-nilai dalam kurung adalah yang digunakan untuk mengembangkan grafik untuk tipe alinyemen standar dalam manual) : xxiv

Lengkung Vertikal : Lengkung Tipe Keterangan naik + horisontal Alinyemen turun (rad/km) (m/km) F Datar < 10 (5) < 1,0 (0,25) R Bukit 10-30 1,0-2,5 (25) (2,00) H Gunung > 30 (45) > 2,5 (3,50) Tabel 1.3:2 Ketentuan tipe alinyemen RFC TIPE MEDAN KELAS FUNGSIONAL JALAN xxv Penggolongan tipe medan sehubungan dengan topografi daerah yang dilewati jalan, berdasarkan kemiringan melintang yang tegak lurus pada sumbu jalan (Datar = 0-9,9%, bukit = 10-24,9%, gunung >25%) (Spesifikasi Standard Perencanaan Geometrik Jalan Luar Kota 1990). Kelas fungsional jalan sebagaimana ditentukan oleh Undang-Undang tentang Jalan No. 13 1980. 1. Arteri

2. Kolektor 3. Jalan Lokal SDC KELAS JARAK PANDANG Jarak pandang adalah jarak maksimum dimana pengemudi (dengan tinggi mata 1,2 m) mampu melihat kendaraan lain atau suatu benda tetap dengan ketinggian tertentu (1,3m). Kelas jarak pandang ditentukan berdasarkan persentase dari segmen jalan yang mempunyai jarak pandang > 300 m; Lihat Tabel 1.3 :3 Kelas % segmen dengan jarak jarak pandang pandang paling sedikit 300 m A > 70 % B 30-70 % C <30% Tabel 1.3:3 Kelas jarak pandang xxvi

LU GUNA LAHAN Pengembangan lahan di sepanjang jalan. Untuk tujuan perhitungan, guna lahan ditentukan sebagai persentase dari segmen jalan dengan Pengembangan tetap dalam bentuk bangunan. SF HAMBATAN Hambatan samping adalah SAMPING pengaruh kegiatan disamping ruas jalan terhadap kinerja lalu-lintas, misalnya pejalan kaki (bobot 0,6) penghentian kendaraan umum atau kendaraan lainnya (bobot = 0,8), kendaraan masuk dan keluar lahan di samping jalan (bobot = 1,0) dan kendaraan lambat (bobot = 0,4). SFC KELAS HAMBATAN SAMPING Lihat tabel 1.3 : 4 untuk penentuan kelas hambatan samping xxvii

Kelas hambatan samping Tabel 1.3:4 Kelas hambatan samping Kode Frekuensi berbobot dan kejadian (kedua sisi) Kondisi khas Sangat rendah VL < 50 Pedesaan pertanian atau belum berkembang Rendah L 50-150 Pedesaan beberapa bangunan dan kegiatan samping jalan Sedang M 150-250 Kampung kegiatan permukiman Tinggi H 250-350 Kampung beberapa kegiatan pasar Sangat tinggi VH > 350 Hampir perkotaan banyak pasar/kegiatan ringan xxviii

KOMPOSISI LALU-LINTAS UNSUR LALU-LINTAS Benda atau pejalan kaki sebagai bagian dari lalulintas kend KENDARAAN Unsur lalu-lintas di atas roda. LV KENDARAAN RINGAN Kendaraan bermotor beroda empat, dengan dua gandar berjarak 2,0-3,0 m (termasuk kendaraan penumpang, oplet, mikro bus, pick-up dan truk kecil, sesuai sistem klasifikasi Bina Marga). MHV KENDARAAN BERAT MENENGAH Kendaraan bermotor dengan dua gandar, dengan jarak 3,5-5,0 m (termasuk bus kecil, truk dua as dengan enam roda, sesuai sistem klasifikasi Bina Marga). LT TRUK BESAR Truk tiga gandar dan truk kombinasi dengan jarak gandar (gandar pertama ke kedua) < 3,5 m (sesuai sistem klasifikasi Bina Marga) LB BIS BESAR Bis dengan dua atau tiga gandar dengan jarak as 5,0-6,0 m. xxix

MC SEPEDA MOTOR Sepeda motor dengan dua atau tiga roda (meliputi sepeda motor dan kendaraan roda tiga sesuai sistem klasifikasi Bina Marga). UM KENDARAAN TAK BERMOTOR Kendaraan bertenaga manusia atau hewan di atas roda (meliputi sepeda, becak, kereta kuda dan kereta dorong sesuai sistem klasifikasi Bina Marga). Catatan : Dalam manual ini kend. Tak bermotor tidak dianggap sebagai unsur lalu-lintas tetapi sebagai unsur hambatan samping. Kondisi lalu-lintas Q ARUS LALU-LINTAS Jumlah kendaraan bermotor yang melalui suatu titik pada jalan persatuan waktu, dinyatakan dalam kend/jam (Qkend) atau smp/jam (Qemp) atau LHRT. SP PEMISAHAN ARAH Pembagian arah arus pada jalan dua arah dinyatakan sebagai persen tase dari arus total pada masing-masing arah xxx

xxxi sebagai contoh 60:40). Faktor perhitungan Co KAPASITAS DASAR Kapasitas suatu segmen jalan untuk suatu set (smp/jam) kondisi yang ditentukan sebelumnya (geometri, pola arus lalulintas dan faktor lingkungan). (lihat bagian 2.4:2) FCw FC SP emp FAKTOR PENYESUAIAN KAPASITAS AKIBAT LEBAR JALUR FAKTOR PENYESUAIAN KAPASITAS AKIBAT HAMBATAN SAMPING EKIVALEN MOBIL PENUMPANG Faktor penyesuaian untuk kapasitas dasar akibat lebar jalur lalu-lintas Faktor penyesuaian untuk kapasitas dasar akibat hambatan samping sebagai fungsi dari lebar bahu. Faktor dari berbagai tipe kendaraan dibandingkan terhadap kendaraan ringan sehubungan dengan pengaruh kepada kecepatan kendaraan ringan dalam arus campuran (untuk mobil penumpang dan kendaraan yang sama sasisnya;emp = 1,0) smp SATUAN MOBIL PENUMPANG Satuan untuk arus lalulintas dimana arus berbagai kendaran yang berbeda telah diubah

menjadi arus kendaraan ringan (termasuk mobil penumpang) dengan menggunakan emp. Fsmp FAKTOR SMP Faktor untuk mengubah arus dalam kendaraan campuran menjadi arus ekivalen dalam smp, untuk analisa kapasitas. LHRT (kend/hari) Lalu-lintas harian rata-rata tahuanan. k FAKTOR LHRT Faktor pengubah dari LHRT ke lalu-lintas jam puncak. QDH ARUS JAM RENCANA Arus lalu-lintas yang digunakan untuk perancangan : FV Fvo (kend/jam) KECEPATAN ARUS BEBAS KECEPATAN ARUS BEBAS DASAR (km/jam) QDH = LHRT x k Kecepatan kendaraan yang tidak terhambat oleh kendaraan lain dalam pemilihan kecepatannya. Catatan : Kadang-kadang disebut KECEPATAN YANG DIINGINKAN. Kecepatan arus bebas suatu segmen jalan untuk suatu set kondisi ideal (geometri, pola arus lalu-lintas dan faktor lingkungan) yang ditentukan sebelumnya (lihat bagian 2.4 :2) xxxii

FVw FFV SF FFV RC PENYESUAIAN KECEPATAN AKIBAT LEBAR JALUR FAKTOR PENYESUAIAN KECEPATAN AKIBAT HAMBATAN SAMPING FAKTOR PENYESUAIAN KECEPATAN AKIBAT KELAS FUNGSIONAL JALAN Penyesuain untuk kecepatan arus bebas dasar akibat lebar jalur. Faktor penyesuaian untuk kecepatan arus bebas dasar akibat hambatan samping dan lebar bahu. Faktor penyesuaian untuk kecepatan arus bebas dasar akibat kelas fungsional jalan (arteri, kolektor atau lokal) dan guna lahan. Fk = Faktor keseragaman S = Standar Deviasi d = Lendutan balik rata rata n = Jumlah titik pemisah dalam segmen d = Jumlah lendutan balik N = Faktor umur rencana R = Perkembangan lalu lintas (%) F = Jumlah kendaraan saat umur rencana P = Jumlah kendaraan saat sekarang i = Faktor pertumbuhan n = Umur rencana jalan R min = Jari-jari minimum (meter) Vr = Kecepatan rencana (km/h) emaks = superelevasi maksimum (%) f = Koefisien gesek, untuk perkerasan lentur Δ = Sudut Tangent ( o ) Rc = Jari-jari lingkaran (m) Ec = Jarak titik sudut dengan busur lingkaran (m) Lc = Panjang Bagian Lengkung (m) xxxiii

PI = Point of Intersection (Perpotongan kedua garis tangent) Tc = Tangent circle, titik peralihan dari lurus ke bentuk circle CT = Circle Tangent, titik peralihan dari bentuk circle ke lurus Xs = Jarak titik Ts dengan Sc Ys = Jarak tegak lurus ke titik Sc pada lengkung Ls = Panjang lengkung peralihan (TS-SC/CS-ST) Lc = Panjang busur lingkaran (SC-CS) Ts = Panjang tangent titik PI ke TS Es = Jarak PI ke busur lingkaran θs = Sudut lengkung spiral = Sudut Tangent Rc = Jari-jari lingkaran p = Pergeseran tangent ke spiral k = Absis dari p pada garis tangent spiral d 1 = Jarak yang ditempuh selama waktu tanggap ( m ). d 2 = Jarak yang ditempuh selama mendahului sampai dengan kelajur semula ( m ). a = Pecepatan rata rata km/jam/detik 2,052 + 0,0036 V R. T 1 = Waktu dalam detik, 2,12 + 0,026 V R. T 2 = Waktu kendaraan berada di jalur lawan, (detik) 6,56 +0,048 V R. m = Perbedaan kecepatan yang dari kendaraan yang mendahului dan kendaraan yang didahului (biasanya diambil 10-15 km/jam). V R = Kecepatan kendaraan rata rata dalam keadaan mendahului Kecepatan rencana (Km/jam b = Tinggi saluran (m) d = Dalam saluran yang tergenang air / tinggi saluran (m) R = Jari-jari Hidrolis (m) xxxiv

Fd = Luas penampang basah saluran berdasarkan debit air dan kecepatan (m 2 ) Q = Debit air (m 3 /detik) V = Kecepatan aliran (m/detik) Fe = Luas penampang ekonomis (m 2 ) W = Tinggi jagaan (m) i = Kemiringan saluran yang diizinkan t 1 = Tinggi tanah di bagian tertinggi (m) t 2 = Tinggi tanah di bagian terendah (m) V = Kecepatan aliran (m/detik) n = Koefisien kekerasan Manning R = F/P = Jari-jari Hidrolik F = Luas penampang basah (m2) P = Keliling basah (m) Sx = Standard deviasi Xt = Besar curah hujan untuk periode ulang T tahun (mm)/24 jam X = Tinggi hujan maksimum x = Tinggi hujan maksimum komulatif rata-rata Yt = Variasi yang merupakan fungsi periode ulang Yn = Nilai berdasarkan jumlah data curah hujan (n) Sn = Standard deviasi yang merupakan fungsi n I = Intensitas hujan (mm/jam) Tc = Waktu konsentrasi (menit) t 1 = Waktu inlet (menit) t 2 = Waktu aliran (menit) Lo = Jarak dari titik terjauh ke fasilitas drainase (m) L = Panjang saluran (m) nd = Koefisien hambatan (lihat tabel) s = Kemiringan daerah pengaliran V = Kecepatan air rata-rata diselokan (m/dt) xxxv

L = Batas daerah pengaliran yang diperhitungkan L 1 = Ditetapkan dari as jalan bagian tepi perkerasan L 2 = Ditetapkan dari tepi perkerasan yang ada sampai bahu jalan L 3 = Tergantung dari keadaan daerah setempat dan panjang maksimum 100 meter A = Luas daerah pengaliran (km 2 ) C = Koefisien pengaliran d B = lendutan balik (mm) d 1 = lendutan pada saat beban tepat pada titik pengukuran d 3 = lendutan pada saat beban berada pada jarak 6 meter dari titik pengukuran Ft = faktor penyesuaian lendutan terhadap temperatur standar 35º C Ca = faktor pengaruh muka air tanah (faktor musim) xxxvi