INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK DIKAITKAN DENGAN KEBEBASAN BEREKSPRESI

dokumen-dokumen yang mirip
PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA PELAKU TINDAK PIDANA PENCEMARAN NAMA BAIK MELALUI MEDIA SOSIAL DALAM HUKUM PIDANA INDONESIA

TINJAUAN YURIDIS MENGENAI SANKSI PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA PENCEMARAN NAMA BAIK MELALUI MEDIA SOSIAL

BAB III PENUTUP. diketahui umum. Intinya, sebuah layanan pesan singkat yang dikirimkan. lebih tepat untuk menggunakan Undang-Undang ITE dikarenakan

PERTANGGUNG JAWABAN PIDANA TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PENCEMARAN NAMA BAIK (SUATU KAJIAN TERDAPAT PASAL 310 KUHP)

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA PELAKU SODOMI TERHADAP KORBAN YANG TELAH CUKUP UMUR

BAB I PENDAHULUAN. tinggi tingkat budaya dan semakin modern suatu bangsa, maka semakin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang paling mulia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi yang ditandai dengan munculnya internet yang dapat

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KRIMINALISASI TERHADAP PERBUATAN SPAMMING MELALUI MEDIA SOSIAL DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TETANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

KAJIAN TERHADAP TINDAK PIDANA PENIPUAN MELALUI JUAL-BELI ONLINE

Keywords: Phishing, Legal Confusion, Criminalization, Legal Reform

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan teknologi dari tahun ke tahun semakin cepat. Hal yang paling

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PELANGGARAN PRIVASI KONSUMEN DALAM BERTRANSAKSI ONLINE

TINJAUAN YURIDIS PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA PELAKU TINDAK PIDANA PROSTITUSI SECARA ONLINE BERDASARKAN PERSPEKTIF CYBER CRIME

Oleh Prihatin Effendi ABSTRAK. a. PENDAHULUAN

Oleh: R.Caesalino Wahyu Putra IGN.Parikesit Widiatedja Bagian Hukum Pidana, Fakultas Hukum, Universitas Udayana

KENDALA DALAM PENANGGULANGAN CYBERCRIME SEBAGAI SUATU TINDAK PIDANA KHUSUS

NASKAH PUBLIKASI KEDUDUKAN ALAT BUKTI DIGITAL DALAM PEMBUKTIAN CYBER CRIME DI PENGADILAN

BAB I PENDAHULUAN. Teknologi informasi dari hari ke hari berkembang sangat pesat. Hal

PENCEMARAN NAMA BAIK BERDASARKAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA (KUHP) DAN UNDANG-UNDANG NO.11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

BAB I PENDAHULUAN. ayat 3 Undang-Undang Dasar Republik Indonesia (UUD RI) tahun 1945

Benyamin Yasolala Zebua ( )

ARTIKEL ILMIAH. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Kesarjanaan Dalam Ilmu Hukum. Oleh:

Oleh. I Gusti Ngurah Bayu Pradiva I Gusti Agung Mas Rwa Jayantiari Bagian Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Udayana

KEBIJAKAN HUKUM PIDANA DALAM UPAYA PENANGGULANGAN CYBERCRIME (CRIMINAL LAW POLICY IN PREVENTING CYBERCRIME)

UNSUR MELAWAN HUKUM DALAM PASAL 362 KUHP TENTANG TINDAK PIDANA PENCURIAN

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP TINDAK PIDANA PEMALSUAN IJAZAH

JURNAL ILMIAH TINJAUAN TENTANG CYBER CRIME YANG DIATUR DALAM UNDANG- UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK (ITE)

MODEL PENGATURAN INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

Informasi Elektronik Sebagai Bukti dalam Perkara Pidana

I. METODE PENELITIAN. normatif empiris (applied normative law) adalah perilaku nyata (in action) setiap

BAB III PENUTUP. Setelah melakukan analisis terhadap data-data yang diperoleh. guna menjawab permasalahan yang diteliti, maka pada bab ini

BAB I PENDAHULUAN. moderen demi menunjang dan mempermudah kehidupannya.

BAB I PENDAHULUAN. mengkaji tentang kemajuan teknologi informasi, maka tidak dapat dipisahkan dari

I. PENDAHULUAN. hukum tentang kejahatan yang berkaitan dengan komputer ( computer

PERTANGGUNG JAWABAN PIDANA PERS MENURUT UNDANG-UNDANG NO 40 TAHUN 1999 DALAM TINDAK PIDANA PENCEMARAN NAMA BAIK

PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PERKARA TINDAK PIDANA TERKAIT PENCEMARAN NAMA BAIK PADA PASAL 27 AYAT (3) UNDANG-UNDANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

PENGATURAN TINDAK PIDANA CYBER PROSTITUTION DALAM UU NO. 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK (UU ITE)

PENGATURAN TINDAK PIDANA CYBERSTALKING DALAM UU NO. 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK (UU ITE)

Riva Lovianita Lumbantoruan ABSTRAK

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA PENCEMARAN NAMA BAIK MELALUI MEDIA INTERNET DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 2016

JURNAL KEKUATAN PEMBUKTIAN ALAT BUKTI INFORMASI ATAU DOKUMEN ELEKTRONIK DALAM PERADILAN PERKARA PIDANA KORUPSI

BAB I PENDAHULUAN. Teknologi informasi memegang peran yang penting baik di masa kini,

BUKTI ELEKTRONIK CLOSED CIRCUIT TELEVISION (CCTV) DALAM SISTEM PEMBUKTIAN PIDANA DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya setiap undang-undang yang dibuat oleh pembuat undangundang

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP PELAKU PERBUATAN SUMBANG (INCEST) DALAM KONSEP KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA (KUHP) BARU

SANKSI PIDANA SEBAGAI UPAYA PENANGGULANGAN HUMAN TRAFFICKING DI DUNIA MAYA

BAB I PENDAHULUAN. Hukum merupakan suatu alat negara yang mempunyai tujuan untuk. menertibkan, mendamaikan, dan menata kehidupan suatu bangsa demi

PERBANDINGAN TINDAK PIDANA PENCEMARAN NAMA BAIK TERHADAP PUBLIK FIGUR MELALUI MEDIA SOSIAL DAN MEDIA MASSA. (Jurnal) Oleh NURUN NAZMI

BAB III PENUTUP. Berdasarkan pembahasan diatas Pembuktian Cyber Crime Dalam. di dunia maya adalah : oleh terdakwa.

DIPONEGORO LAW REVIEW Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016 Website :

BAB I PENDAHULUAN. melakukan usaha, bekerja, sekolah, bahkan menjadi gaya hidup bagi sebagian elemen

Pembahasan : 1. Cyberlaw 2. Ruang Lingkup Cyberlaw 3. Pengaturan Cybercrimes dalam UU ITE

I. PENDAHULUAN. dan media elektronik yang berfungsi merancang, memproses, menganalisis,

ANALISA YURIDIS PEMIDANAAN PADA TINDAK PIDANA PERSETUBUHAN TERHADAP ANAK DI BAWAH UMUR (STUDI KASUS PUTUSAN NO.85/PID.SUS/2014/PN.DPS.

BAB I PENDAHULUAN. maraknya penggunaan media elektronik mulai dari penggunaan handphone

ABSTRAK. Kata Kunci :Pertanggungjawaban Pidana, Penipuan, Jual Beli Online.

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA PEJABAT NOTARIS TERHADAP TINDAK PIDANA PEMALSUAN AKTA AUTENTIK

PENEGAKAN HUKUM KEJAHATAN DUNIA MAYA (CYBERCRIME) YANG DILAKUKAN ANAK DI BAWAH UMUR

BAB I PENDAHULUAN. melalui kebijakan hukum pidana tidak merupakan satu-satunya cara yang. sebagai salah satu dari sarana kontrol masyarakat (sosial).

BAB I PENDAHULUAN. seimbang. Dengan di undangakannya Undang-Undang No. 3 tahun Pasal 1 angka 1 Undang-Undang No.

UNSUR KESALAHAN DALAM TINDAK PIDANA LINGKUNGAN HIDUP SUATU KAJIAN TERHADAP UNDANG-UNDANG NO. 32 TAHUN 2009 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN

TINJAUAN KRIMINOLOGIS TERHADAP KEJAHATAN YANG MENGHILANGKAN NYAWA

Prosiding Ilmu Hukum ISSN: X

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA PELAKU KEJAHATAN PERKOSAAN TERHADAP LAKI-LAKI

TINDAK PIDANA PENCEMARAN NAMA BAIK DI DALAM KUHP DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK ARTIKEL ILMIAH

LAPORAN PENELITIAN INDIVIDU PEMBAHARUAN HUKUM PIDANA: PERTANGGUNGJAWABAN KORPORASI SEBAGAI SUBJEK TINDAK PIDANA DALAM RUU KUHP

CYBER LAW & CYBER CRIME

ANALISIS KEBIJAKAN PEMBAHARUAN HUKUM PIDANA DALAM KEBEBASAN BERPENDAPAT MELALUI MEDIA ELEKTRONIK

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK KORBAN TINDAK PIDANA PENCABULAN DI KOTA MAKASSAR (STUDI KASUS PADA PENGADILAN NEGERI MAKASSAR TAHUN ) Oleh:

SANTUNAN OLEH PELAKU TINDAK PIDANA TERHADAP KORBAN KEJAHATAN DIKAJI DARI KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM ACARA PIDANA (KUHAP)

KESAKSIAN PALSU DI DEPAN PENGADILAN DAN PROSES PENANGANANNYA 1 Oleh: Gerald Majampoh 2

KEKUATAN PEMBUKTIAN ALAT BUKTI INFORMASI ELEKTRONIK PADA DOKUMEN ELEKTRONIK SERTA HASIL CETAKNYA DALAM PEMBUKTIAN TINDAK PIDANA *

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP CYBERBULLYING TAHUN 2016 TENTANG ITE

BAB I PENDAHULUAN. oleh berbagai pihak. Penyebabnya beragam, mulai dari menulis di mailing list

Keamanan Sistem Informasi

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA TESIS PEMBUKTIAN TINDAK PIDANA PEMALSUAN SURAT DALAM KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA

POLICY BRIEF ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM DALAM RANGKA PARTISIPASI PUBLIK DALAM PROSES PENGAMBILAN KEBIJAKAN PUBLIK

SANKSI PIDANA TERHADAP PELAKU PEMBANTU KEJAHATAN TERHADAP NYAWA

ABSTRAK. Kata Kunci : Pengadaan Barang dan Jasa, Kualifikasi, Tindak Pidana Korupsi (TIPIKOR). UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

Formulasi Perundang-Undangan Pidana Mengenai Cybersex Dalam Rangka Penanggulangan Kejahatan Kesusilaan

I. PENDAHULUAN. yang mencakup jenis serta dimensi- dimensi yang sebelumnya tidak ada. Semakin

PENYELESAIAN SENGKETA PERDATA DI PENGADILAN NEGERI DALAM KAITANNYA DENGAN TRANSAKSI YANG MENGGUNAKAN INTERNET

Oleh : I Putu Sabda Wibawa I Dewa Gede Palguna Program Kekhususan: Hukum Pemerintahan, Universitas Udayana

ABSTRAK. Kata Kunci : Konsistensi, UU Pengampunan Pajak, UU Tindak Pidana Pencucian Uang. Universitas Kristen Maranatha

JURNAL ILMIAH. Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna menempuh Sidang Ujian Sarjana dan meraih gelar Sarjana Hukum

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI TINDAK PIDANA CYBER CRIME (MAYANTARA)

BAB 1 PENDAHULUAN. itu setiap kebijakan yang diambil harus didasarkan pada hukum. Hukum

Lex et Societatis, Vol. IV/No. 1/Jan/2016

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat di mana pers berada. 1. kemasyarakatan yang berfungsi sebagai media kontrol sosial, pembentukan

JURNAL PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA PELAKU TINDAK PIDANA PENIPUAN ONLINE DALAM HUKUM PIDANA POSITIF DI INDONESIA ARTIKEL ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan di masyarakat sering sekali pelanggaran terhadap

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP INFORMASI PRIBADI TERKAIT PRIVACY RIGHT

I. PENDAHULUAN. diyakini merupakan agenda penting masyarakat dunia saat ini, antara lain ditandai

BAB I PENDAHULUAN. positif Indonesia lazim diartikan sebagai orang yang belum dewasa/

KAJIAN YURIDIS PIDANA DENDA TERHADAP KEKERASAN SEKSUAL PADA ANAK DIBAWAH UMUR

teknologi informasi adalah munculnya tindak pidana mayantara (cyber crime). Cyber

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai negara hukum berdasarkan Pancasila dan UUD

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ARTIS SEBAGAI KORBAN TINDAK PIDANA CYBERBULLYING PADA MEDIA SOSIAL INSTAGRAM DI INDONESIA

Transkripsi:

ISSN 2302-0180 6 Pages pp. 68-73 INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK DIKAITKAN DENGAN KEBEBASAN BEREKSPRESI Syaifullah Noor 1, Mohd. Din 2, M. Gaussyah 3 1) Magister Ilmu Hukum Program Banda Aceh e-mail : ipoenlaw@yahoo.com 2,3) Staff Pengajar Ilmu Hukum Universitas Syiah Kuala Abstrak: Pencemaran nama baik sering disebut dengan defamation. Pencemaran nama baik merupakan perbuatan melawan hukum, dikarenakan telah menyerang kehormatan atau nama baik seseorang. Hal tersebut apabila dihubungkan dengan kebebasan berekspresi di Indonesia yang telah dijaminkan oleh pemerintah dalam Undang-Undang Dasar 1945, hampir tidak ada perbedaan dan sampai sekarang tidak diketahui batas yang membedakan antara pencemaran nama baik dengan kebebasan berekspresi dalam hal ini bentuk kritik dan saran, sehingga dapat menghambat kebebasan berekspresi dalam hal membangun atau positif. Pencemaran nama baik diatur dalam Pasal 310 dan 311 KUHP sebagai peraturan yang terlebih dahulu diatur atau bersifat umum (lex generalis) yang berlaku bukan pada media online, dan diatur dalam Pasal 27 ayat (3) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang ITE atau bersifat khusus (lex specialis) yang berlaku pada media online. Dalam Undang-Undang ITE tidak ditemukan secara jelas jenis delik dari perbuatan pidana pencemaran nama baik ini, dan unsure-unsur dari perbuatan tersebut belum jelas sampai saat ini, sehingga dapat menimbulkan suatu kriminalisasi baru terhadap kebebasan berekspresi. Kata kunci : Pencemaran Nama Baik Melalui Informasi dan Transaksi Elektronik Abstract: The action of damaging the good reputation of someone is called defamation. Defamation is classified as a tort since it attacks the honor or reputation of a person. When the defamation is linked with freedom of expression in Indonesia, which has been pledged by the government in the 1945 Constitution, there is no difference and unknown boundaries that distinguish between defamation and freedom of expression such as criticism and advice, so as to inhibit developed and positive freedom of expression. Defamation is regulated under Article 310 and 311 of the Indonesia Criminal Code (KUHP) categorized as the first regulation or lexgeneralis which applies not to the online media, and then regulated under Article 27 paragraph (3) of Law Number 11 Year 2008 regarding ITE or characterized aslexspecial, which applies to online media. In the ITE Law, it is hard to find the types of offense from the criminal act of defamation, and elements of the act was not clear until today, so as to give rise to a new criminalization against freedom of expression. Keywords :DefamationThrought Information and Electronic Transactions PENDAHULUAN Pencemaran nama baik dalam bahasa Inggris sering kali diterjemahkan dengan defamation. Pencemaran nama baik merupakan salah satu perbuatan melawan hukum. Biasanya pencemaran nama baik juga sering disebut dengan istilah Penghinaan. Dalam hal pencemaran nama baik atau penghinaan ini yang hendak dilindungi adalah kewajiban setiap orang untuk menghormati orang lain Volume 3, No. 3, Agustus 2015-68

dari sudut kehormatannya dan nama baiknya di mata orang lain meskipun orang tersebut telah melakukan kejahatan yang berat. sehingga di sini terdapat hubungan antara kehormatan dan nama baik dalam kasus pencemaran nama baik. Terlebih dahulu kita harus mengetahui arti dari kehormatan dan nama baik tersebut. R. Soesilo dalam bukunya yang berjudul Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Serta Komentar-Komentarnya Lengkap Pasal Demi Pasal. Dalam penjelasan Pasal 310 KUHP, menerangkan bahwa, menghina adalah menyerang kehormatan dan nama baik seseorang. Yang diserang ini biasanya merasa malu dan kehormatan yang diserang di sini hanya mengenai kehormatan tentang nama baik, bukan kehormatan dalam lapangan seksuil, kehormatan yang dapat dicemarkan karena tersinggung anggota kemaluannya dalam lingkungan nafsu birahi kelamin (R. Soesilo, 1995 : 225).. Berdasarkan latar belakang tersebut, yang menjadi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaimanakah pembatasan unsur tindak pidana pencemaran nama baik dengan kebebasan berekspresi? 2. Apakah jenis delik dalam Pasal 27 ayat (3) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang ITE sudah sesuai dengan prinsip-prinsip hukum pidana? 3. Bagaimanakah rumusan Pasal 27 ayat (3) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang ITE dalam Perspektif Kebijakan Hukum Pidana? KAJIAN KEPUSTAKAAN Arus globalisasi yang melanda dunia dewasa ini menyebabkan perubahan dalam seluruh aspek kehidupan manusia, terutama pada negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Perubahan yang terjadi itu dengan sendirinya terjadi pula pada perubahan dalam bidang hukum atau peraturan karena kebutuhan masyarakat akan berubah secara kuantitatif dan kualitatif. Permasalahan yang timbul dalam perubahan hukum itu adalah sejauh mana hukum dapat sesuai dengan perubahan tersebut dan bagaimana tatanan hukum itu tidak tertinggal dengan perubahan masyarakat. Disamping itu, sejauh mana masyarakat dapat mengikat diri dalam perkembangan hukum agar ada keserasian antara masyarakat dan hukum supaya melahirkan ketertiban dan ketentraman yang diharapkan (Budi Suhariyanto, 2013 : 12). Perkembangan teknologi informasi termasuk internet di dalamnya juga memberikan tantangan tersendiri bagi perkembangan hukum di Indonesia. Hukum di Indonesia dituntut untuk dapat menyesuaikan dengan perubahan sosial yang terjadi. Perubahan-perubahan sosial dan perubahan hukum atau sebaliknya tidak selalu berlangsung secara bersama-sama, artinya pada keadaan tertentu perkembangan hukum 69 - Volume 3, No. 3, Agustus 2015

mungkin tertinggal oleh perkembangan unsureunsur lainnya dari masyarakat serta kebudayaannya atau sebaliknya (Abdul Wahid dan M. Labib, 2005 : 76). Mengingat dalam penggunaan suatu sistem elektronik dan teknologi informasi kerap menimbulkan suatu permasalahan, maka lahirlah suatu peraturan yaitu Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi Transaksi Elektronik. Dalam kajian penelitian ini adalah khusus Pasal 27 Ayat (3) Undang- Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi Transaksi Elektronik. Tindak pidana pencemaran nama baik adalah tindak pidana yang sangat perlu diperhatikan, sehingga diperlukannya suatu peraturan yang khusus untuk mengaturnya. Pada saat ini banyak berkembangnya kasus-kasus pencemaran nama baik seiring dengan berkembangnya media elektronik seperti Facebook, Path, Twitter dan sosial media lainnya. Pencemaran nama baik atau fitnah adalah salah satu cara yang paling banyak dilakukan untuk melawan media masa, sehingga Netizen sebutan untuk pengguna dunia maya atau media sosial merasa sangat terbatas dalam menuangkan ekspresinya menggunakan media sosial. Belakangan ini persoalan eksistensi delik menjadi persoalan yang sangat dipermasalahkan oleh berbagai pihak, sehingga munculnya perhatian publik terhadap kasuskasus tertentu sering terjadi. Pasal-pasal pencemaran nama baik sering digunakan untuk menjerat Whistle Blower (PeniupPluit/PemukulKentungan). Terdapat dua jenis Whistle Blower yaitu (Niniek Suparni, 2009 : 111) : a) Seseorang yang mengungkapkan pelanggaran atau perbuatan salah yang terjadi dalam suatu organisasi kepada publik atau orang yang memiliki otoritas. b) Seseorang pekerja yang memiliki pengetahuan atau informasi dari dalam tentang aktifitas illegal yang terjadi di dalam organisasinya dan melaporkannya kepada publik. METODE PENELITIAN 1. Jenis dan Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan yuridis normatif, yaitu penelitian yang mencakup tentang azas-azas hukum, sistematika hukum, sejarah hukum, perbandingan hukum dan taraf sinkronisasi hukum (Bambang Sunggono, 2007 : 41-42). Menurut Bernard Arif Sidharta, yuridis normatif adalah penelitian yang mencakup kegiatan memaparkan, mensistematiskan dan mengevaluasi hukum positif yang berlaku di dalam suatu masyarakat, dan diupayakan untuk menemukan penyelesaian yuridis terhadap masalah hukum (Sulistyi Irianto, dkk, 2009 : 142). 2. Sumber dan Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data dalam penelitian ini dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu : a) Bahan Hukum Primer, yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat yang terdiri dari : 1. Undang-Undang Dasar Republik Volume 3, No. 3, Agustus 2015-70

Indonesia 1945 2. Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana 3. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana 4. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi Transaksi Elektronik. b) Bahan Hukum sekunder, yaitu memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer, seperti penelaahan undangundang yang berkaitan dengan permasalahan. Seperti yurisprudensi, doktrin dan sebagainya. 3. Analisis Data Dalam menganalisis data adalah secara induktif dan komperatif. Induktif adalah metode analisis yang menampilkan pernyataan yang bersifat khusus yang kemudian ditarik kesimpulan yang bersifat umum (Jujun S. Suria Sumantri, 1984 : 48-49). Metode induktif digunakan untuk analisis data dengan pembahasan mengenai pencemaran nama baik dalam undang-undang kebebasan berekspresi dan hukum pidana. Sedangkan metode komperatif digunakan untuk menentukan sisi persamaan dan perbedaan antara kedua hukum tersebut mengenai pencemaran nama baik melalui media elektronik. HASIL PENELITIAN Kebebasan berekspresi di indonesia telah dijamin dalam Pasal 28 Undang-Undang Dasar 1945, Pencemaran Nama Baik diatur dalam Pasal 310 dan 311 KUHP. Dalam hal kebebasan berekspresi masyarakat indonesia telah mengalami kemajuan, dengan menggunakan internet, sehingga perlu adanya aturan hukum yang mengatur kebebasan bersekspresi tersebut agar tidak mengganggu hak yang dimiliki oleh orang lain. Pasal 27 ayat (3) Undang-Undang Nomor 11 Taun 2008 Tentang ITE adalah aturan yang telah lahir untuk mengatur itu semua. Akan tetapi ada kekurangan dibalik lahirnya undang-undang tersebut, yaitu adanya ketidak seriusan pemerintah dalam hal ini legislatif, tidak adanya pembatasan unsurunsur pencemaran nama baik di dalam Undang-Undang ITE tersebut, tidak ada pemisahan atau penjelasan secara khusus apa itu pencemaran nama baik dan batas-batasnya terhadap kebebasan bersekspresi. Delik dalam proses tindak pidana itu tidak jelas, apakah termasuk jenis delik aduan atau delik biasa. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Pembatasan unsure antara tindak pidana pencemaran nama baik dengan kebebasan berkespresi ada lah pernyataan atau statement harus bersifat membangun mengenai suatu masalah tertentu (Positif), pernyataan tersebut harus berdasarkan suatu sebab dan berdasarkan kenyataan atau bukan bersifat fitnah, dapat dibuktikan atau diklarifikasikan oleh salah satu pihak (yang membuat pernyataan tersebut), tidak menyerang sesuatu atau seseorang yang bersifat pribadi dengan 71 - Volume 3, No. 3, Agustus 2015

sengaja, dan seseorang yang membuat statement atau sebuah pernyataan tersebut harus mempunyai hak atas sesuatu yang ia nyatakan dalam suatu pendapat. Apabila semua unsure tersebut terpenuhi, maka suatu pernyataan tersebut tidak akan terjerat pada perbuatan tindak pidana pencemaran nama baik melalui media sosial atau internet dalam Pasal 27 ayat (3) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, sehingga itu merupakan suatu realisasi Pasal 28 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. 2. Pasal 27 ayat (3) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik delik aduan belum jelas diatur, Delik aduan secara jelas diatur dalam Pasal 319 KUHP dan penghinaan diatur dalam Pasal 310 dan Pasal 311 KUHP, hal tersebut jelas dan tidak menimbulkan perdebatan di dalam proses pengaduan apabila dilakukan penghinaan biasa atau penghinaan konvensional dan tidak melalui media sosial, akan tetapi Undang-Undang ITE tidak menjelaskan dalam pasal apapun mengenai delik aduan tersebut, hal inilah yang menjadi perdebatan selama diundangkannya peraturan ini. Akibatnya banyak kasus penghinaan melalui media sosial atau internet yang seharusnya tidak masuk ke dalam ranah pidana, karena pengaturan tentang pengaduan tidak dijelaskan, maka siapa saja dapat mengadukan penghinaan tersebut dan akan menyebabkan kekacauan di dalam hukum. 3. Secara perspektif kebijakan hukum pidana, rumusan Pasal 27 ayat (3) Undang-Undang ITE perlu adanya perubahan atau diperbaharui, yaitu masalah pengertian penghinaan atau pencemaran nama baik harus dijelaskan dengan spesifik atau dengan khusus, serta batasan-batasannya terhadap kebebasan kritik atau mengeluarkan pendapat yang dijaminkan oleh Undang-Undang Dasar 1945, Penjelasan delik terhadap kejahatan penghinaan atau pencemaran nama baik harus dijelaskan juga, mengingat kembali bahwa dalam Undang-Undang ITE tidak adanya pengertian dengan jelas atau pembagian deliknya apakah delik aduan atau delik biasa yang pada dasarnya siapa saja dapat melaporkan kejahatan tersebut, Proses penyidikan, penuntutan, peradilan, dan pelaksanaan pidana harus dilaksanakan, di sini adalah hal yang terpenting menurut penulis karena melalui dua uraian sebelumnya bertujuan untuk proses selanjutnya yaitu penyidikan, penuntutan, dan pelaksanaan hukum pidananya, harus dijelaskan agar tidak ada warga negara atau individu yang dirugikan karena pada dasarnya kebebasan berekspresi dan penghinaan atau pencemaran nama baik tidak jauh berbeda. 4. Saran Berdasarkan uraian permasalahan yang Volume 3, No. 3, Agustus 2015-72

terdapat dalam perbuatan tindak pidana pencemaran nama baik yang diatur dalam Pasal 27 ayat (3) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik sebelumnya sangat banyak kekurangannya, agar di masa yang akan datang dalam rancangan perubahan Pasal 27 ayat (3) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, memberikan penjelasan secara jelas tentang pencemaran nama baik, unsur-unsurnya harus diperjelas agar tidak terjadinya benturan terhadap kebebasan berekspresi menurut Pasal 28 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang bertujuan agar kebebasan berekspresi menjadi hak yang utama terhadap setiap warga negara dan tidak mengalami kriminalisasi terhadap hak tersebut. Sulistyo Irianto, dkk, Metode Penelitian Hukum, Cetakan I, Obor, Jakarta, 2009 DAFTAR KEPUSTAKAAN Abdul Wahid dan M. Labib, Kejahatan Mayantara (Cybercrime), Refika Aditama, Bandung, 2005 Budi Suhariyanto, Tindak Pidana Teknologi Informasi (Cybercrime): Urgensi Pengaturan dan Celah Hukumnya, Rajawali Pers, Jakarta 2013 Jujun S. Suria Sumantri, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, UI-Pres, Jakarta, 1984 Niniek Suparni, Cyberspace Problematika dan Pengaturannya, Sinar Grafika, Jakarta, 2009 R. Soesilo, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Serta Komentar- Komentarnya Lengkap Pasal Demi Pasal, Politea, Bandung, 1995 73 - Volume 3, No. 3, Agustus 2015