Volume 16, Nomor 2, Hal. 51-58 Juli Desember 2014 ISSN:0852-8349 BOBOT LAHIR DAN PERTUMBUHAN ANAK KAMBING PERANAKAN ETAWAH SAMPAI LEPAS SAPIH BERDASARKAN LITTER ZISE DAN JENIS KELAMIN Adriani Fakultas Peternakan Universitas Jambi Kampus Pinang Masak, Mendalo Darat Jambi 36361 ABSTRAK Penelitian ini menggunakan 53 ekor anak kambing Peranakan Etawah untuk mengetahun bobot lahir dan pertumbuhan anak kambing Peranakan Etawah sampai lepas sapih berdasarkan litter size dan jenis kelamin. Sampel penelitian awalnya 63 ekor anak kambing, namun yang bisa dikumpulkan datanya sampai anak kambing lepas sapih sebanyak 53 ekor yang teriri dari anak kambing tunggal, anak kambing 2 dan anak kambing 3. Peubah yang diamati meliputi bobot lahir anak kambing, bobot badan sampai disapih, dan pertumbuhan anak kambing sampai lepas sapih. Data yang diperoleh selama penelitian dianalisis menggunakan uji T. Hasil penelitian menujukkan bahwa semakin tinggi littes size maka semakin rendah bobot lahir anak kambing PE. Kambing yang mempunyai anak satu mempunyai bobot lahir yang lebih tinggi 7.10% (4.10 vs 3.81) dibandingkan dengan anak kambing kembar 2, sementara bobot lahir anak 1 lebih tinggi sebesar 48.29% dibandingkan dengan anak kambing kembar 3 (4.10 vs 2.12). Bobot lahir anak jantan lebih tinggi sebesar 8.43% ( 3.5 vs.3.2 kg) dapipada anak betina. Bobot sapih anak kambing jantan lebih tinggi dibandingkan dengan bobot sapih anak kambing betina 6.86% (10.2 vs 9.5 kg). Bobot sapih kambing anak satu lebih tinggi daripada kambing anak 2 sebesar 3.85% (11.16 vs 10.73 kg), dan bobot sapih anak kambing satu juga lebih tinggi daripada anak kambing lahir 3 sebesar 31.89% (11.16 vs7.60 kg). Pertambahan bobot badan kambing sampai lepas sapi jantan lebih tinggi dibandingkan kambing betina sebesar 6.44% (74.5 vs 69.7 gram/ekor/ hari). Sementara pertumbuhan kambing anak satu lebih tinggi daripada kambing anak dua sebesar 2.14% (78.51 vs 76.83 gram/ekor/hari), pertumbuhan kambing anak satu juga lebih tinggi daripada kambing anak tiga yaitu sebesar 22.39% (78.51 vs 60.93 gram/ekor /hari). Kesimpulan penelitian adalah anak kambing jantan mempuyai bobot lahir, bobot sapih dan pertumbuhan yang lebih tinggi dibandingkan anak anak kambing betina. Sementara bobot badan kambing anak satu lebih tinggi daripada anak kambing kembar 2 atau kembar 3. Kata Kunci : Kambing PE, bobot lahir, pertumbuhan PENDAHULUAN Usaha peternakan kambing di Indonesia bukan merupakan hal yang asing lagi bagi peternak. Usaha ini sudah menyebar diseluruh wilayah Indonesia dengan populasi kambing pada tahun 2014 sebanyak 18.576.190 dengan peningkatan selama 5 tahun terakhir sebesar 3.74% per tahun 51
Jurnal Penelitian Universitas Jambi Seri Sains (Ditektorat Jendral Peternakan, 2013). Disisi lain kambing sangat berpotensi sebagai salah satu ternak penyedia kebutuhan daging di dalam negeri. Secara reproduksi kambing mempunyai kemampuan menghasilkan anak 1-4 ekor per kelahiran (litter size) (Ahmed et al., 1998; Manalu dan Sumaryadi, 1998b; Adriani et al., 2003). Namun pada perkembangannya bahwa litter size yang lebih tinggi menghasilkan bobot lahir yang lebih rendah dengan pertumbuhan anak yang lebih rendah, dengan tingkat mortalitas tinggi. Kondisi ini sangat mempengaruhi pertumbuhan anak sampai lepas sapih dan produktivitas kambing setelah dewasa. Produktivitas kambing dipengaruhi semenjak kambing tersebut berada dalam kandungan, setelah lahir, saat disapih sampai dewasa (Manalu dan Sumaryadi, 1998a; Adriani et al., 2003). Namun kenyataannya banyak peternak yang kurang menyadari pentingnya memberi perhatian pada kambing sejak kelahiran bahkan sejak dari dalam kandungan (Cowie et al., 1980; Adriani et al., 2004; Adriani et al., 2007). Kebanyakan peternak kurang memperhatikan anak kambing karena dianggap belum dapat memberikan hasil yang berarti dari segi ekonomis. Tentunya pendapat ini tidak bisa dibenarkan karena pertumbuhan anak kambing yang tidak baik diawal kehidupannya akan mengakibatkan lambatnya pertumbuhan setelah dewasa dan tertundanya siklus birahi. Berdasarkan kondisi tersebut, maka ingin diketahui bobot lahir dan pertumbuhan anak sampai lepas sapih berdasarkan litter zise dan jenis kelamin pada kambing Peranakan Etawah. METODE PENELITIAN Penelitian menggunakan anak kambing Peranakan Etawah sebanyak 63 ekor yang didapat dari peternak kambing selama 4 bulan untuk mengetahui bobot lahir, pertumbuhan dan bobot sapih anak kambing berdasarkan litter zise. Namun anak kambing yang dapat diamati sampai akhir penelitian hanya 53 ekor dan sebanyak 10 ekor mengalami kematian pada 3 minggu pertama kelahiran. Anak kambing yang dilahirkan ditempatkan bersama induknya untuk bisa mendapat air susu sesuai kebutuhannya. Pada saat anak kambing lahir dilakukan pembersihan lendirlendir yang melekat pada tubuh anak, kemudian dilakukan penimbangan bobot lahir paling lama 24 jam setelah lahir. Untuk memperoleh data maka dilakukan penimbangan bobot badan setiap 2 minggu sekali sebagai gambaran pertumbuhan anak kambing sampai lepas sapih ( umur 90 hari). Peubah yang diamati meliputi bobot lahir anak kambing, bobot badan sampai disapih, dan pertumbuhan anak kambing sampai lepas sapih. Bobot lahir anak kambing diperoleh dengan cara menimbang anak kambing yang baru lahir dengan umur tidak lebih 24 jam setelah lahir. Pertumbuhan bobot hidup anak ditentukan dengan menimbang bobot hidup anak sekali dalam dua minggu sejak anak tersebut lahir sampai lepas sapih. Bobot sapih didapat dari hasil penimbangan bobot badan kambing setelah 90 hari. Data yang diperoleh selama penelitian dianalisis menggunakan uji T (steel dan Torrie, 1991) 58
Adriani: Bobot Lahir dan Pertumbuhan Anak Kambing Peranakan Etawah Sampai Lepas Sapih Berdasarkan Litter Zise dan Jenis Kelamin HASIL DAN PEMBAHASAN Bobot lahir anak kambing Peranakan Etawah berdasarkan litter size dan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Bobot Lahir Anak Kambing Peranakan Etawah Berdasarkan Litter Size dan Jenis kelamin Litter Size Bobot Lahir (kg) Rataan Jantan n Betina n Anak 1 4.1 12 4.1 10 4.10 ± 0.33 Anak 2 4.0 17 3.6 15 3.81 ± 0.77 Anak 3 2.2 3 2.0 3 2.12 ± 0.24 Rataan 3.5 ± 1.1 3.2 ± 1.1 3.30 ±1.10 Tabel 1 menunjukkan bahwa dari 63 ekor anak kambing yang diamati, maka didapatkan semakin tinggi littes size terdapat kecenderungan semakin rendah bobot lahir anak kambing Peranakan Etawah terutama untuk anak yang lahir lebih dari 1 ekor per kelahiran. Dimana kambing yang mempunyai anak satu mempunyai bobot lahir yang lebih tinggi sebesar 7.10% (4.10 vs 3.81 kg) dibandingkan dengan anak kambing kembar 2, sementara bobot lahir anak satu lebih tinggi sebesar 48.29% dibandingkan dengan anak kambing kembar 3 (4.10 vs 2.12 kg). Hal ini diduga karena kambing dengan litter size yang lebih tinggi didalam kandungan harus berbagi makanan dari induknya dan berbagi ruang dalam kandungan, sehingga menjadi pembatas pertumbuhan prenatal atau di dalam kandungan yang tergambar dari bobot lahir. Bobot lahir anak jantan lebih tinggi sebesar 8.43% ( 3.5 vs.3.2 kg) daripada anak betina baik anak satu maupun anak kembar. Untuk bobot lahir anak satu ekor per kelahiran didapatkan bobot yang sama antara anak jantan dan anak betina yaitu 4.1 kg ( 22 ekor), sementara untuk anak kambing kembar 2 terdapat perbedaaan bobot lahir, dimana anak jantan mempunyai bobot lahir lebih tinggi daripada anak betina sebesar 10% (4.0 vs 3.6 kg), untuk bobot lahir anak kambing kembar 3 juga didapatkan bobot jantan lebih tinggi daripada bobot lahir betina sebesar 9.10% (2.2 vs 2.0 kg). Hasil penelitian sejalan dengan penelitian Kaunang et al. (2012) bahwa bobot lahir kambing jantan lebih tinggi daripada kambing betina. Kondisi ini terjadi karena adanya pengaruh hormon dalam kandungan. Menurut Alfiansyah (2011) bahwa hormon androgen dihasilkan dari anak jantan yang menyebabkan bobot lahir lahir tinggi karena dapat memacu pertumbuhan, sementara pada ternak betina lebih banyak hormon estrogen yang dapat membatasi pertumbuhan tulang pipa pada proses pembentukan tulang fase prenatal yang sudah mulai pada hari ke-50 masa kebuntingan. Dengan demikian hormon estrogen yang dihasilkan fetus betina akan menghambat petumbuhan tulang pipa, sehingga pertumbuhan tulang menjadi 57
Jurnal Penelitian Universitas Jambi Seri Sains terbatas yang berimbas pada bobot lahir. Rataan bobot lahir anak kambing penelitian adalah sebesar 3.3 ± 1.1 kg, dengan kisaran antara 1.9 5.2 kg. Hasil penelitian ini lebih tinggi daripada penelitian lainya yang mendapatkan rataan bobot lahir kambing sebesar 2.95 ± 0.57 kg (Kaunang et al., 2012), sebesar 2.08 ± 0.54 kg pada kambing persialangan Boer dan kambing Kacang (Mahmilia dan Elieser, 2008). Relatif sama dengan penelitian lainnya yang mendapatkan bobot lahir 3.02 kg (Adhianto, et al., 2012), serta lebih rendah dari penelitian Kostaman dan Sutama (2006) mendapatkan bobot lahir kambing sebesar 3.58 ± 0,90 kg. Perbedaan ini diduga karena adanya perbedaan genetik ternak, bangsa kambing serta umur induk kambing. Menurut Adhianto et al. (2012) bahwa bobot lahir kambing sangat dipengaruhi oleh bangsa ternak, umur induk, litter size dan manajemen pemeliharaan kambing. Bobot sapih anak kambing umur 3 bulan berdasarkan jenis kelamin dan litter size disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Bobot Sapih Anak Kambing Peranakan Etawah Berdasarkan Litter Size dan Jenis kelamin Litter Size Bobot Sapih (kg) Rataan Jantan n Betina n Anak 1 10.9 11 11.4 7 11.16 ± 2.72 Anak 2 11.1 17 10.4 13 10.73 ± 1.66 Anak 3 8.5 3 6.7 2 7.60 ± 0.75 Rataan 10.2 ±1.4 9.5 ±2.5 9.8 ±1.90 Tabel 2 di atas menunujukkan bahwa bobot sapih anak kambing jantan lebih tinggi dibandingkan dengan bobot sapih anak kambing betina sebesar 6.86% (10.2 vs 9.5 kg). Adanya perbedaan ini disebabkan karena bobot lahir kambing jantan juga lebih tinggi daripada kambing betina, sehingga pertumbuhannya menjadi lebih baik. Secara umum bobot sapih lebih banyak dipengaruhi oleh bobot lahir dan lingkungan terutama ketersediaan susu dari induk. Bobot sapih anak kambing yang dilahirkan satu, kembar dua dan kembar tiga juga semakin rendah, ini berhubungan dengan bobot lahir. Bobot sapi kambing anak satu lebih tinggi daripada kambing anak 2 sebesar 3.85% (11.16 vs 10.73 kg), dan bobot sapih anak kambing lahir satu juga lebih tinggi daripada anak kambing lahir 3 sebesar 31.89% (11.16 vs7.60 kg). Hal ini diduga karena bobot sapih dipengaruhi oleh bobot lahir, ketersediaan susu induk dan pakan. Menurut Maylinda (2010) bahwa bobot sapih sangat dipengaruhi oleh lingkungan dan produksi susu induk, sementara Lu (2002) menyatakan bahwa bobot sapih lebih banyak dipengaruhi oleh genetik, umur sapih, kesehatan dan manajemen pemeliharaan terutama pemberian pakan. Rataan Bobot sapih kambing penelitian adalah 9.8 ±1.9 kg dengan kisaran antara 6.2-17.8 kg. Bobot 58
Adriani: Bobot Lahir dan Pertumbuhan Anak Kambing Peranakan Etawah Sampai Lepas Sapih Berdasarkan Litter Zise dan Jenis Kelamin sapih ini lebih rendah daripada penelitian Kaunang et al., (2012) yang medapatkan bobot sapih kambing persilangan Boer dan Peranakan Etawah sebesar 11.19 kg. Perbedaan ini diduga karena kurangnya air susu induk untuk menopang pertumbuhan anak sampai lepas sapih terutama kambing beranak kembar. Pertambahan Bobot badan anak kambing sampai lepas sapih berdasarkan litter size dan jenis kelamin disajikan pada Tabel 3. Tabel 3. Pertambahan Bobot Badan Sampai Sapih Kambing Peranakan Etawah Berdasarkan Litter Size dan Jenis kelamin Litter Size Pertambahn Bobot Badan (gram/ekor/hari) Rataan Jantan n Betina n Anak 1 75.76 11 81.27 7 78.51 ± 16.50 Anak 2 78.10 17 75.56 13 76.83 ± 7.10 Anak 3 69.63 3 52.22 2 60.93 ± 1.35 Rataan 74.5 ± 4.3 69.7 ± 15.4 72.1 ± 9.70 Pertambahan bobot badan kambing sampai lepas sapih atau umur 90 hari pada jantan lebih tinggi dibandingkan kambing betina yaitu sebesar 6.44% (74.5 vs 69.7 gram/ekor/hari). Sementara pertumbuhan kambing anak satu lebih tinggi daripada kambing anak dua sebesar 2.14% (78.51 vs 76.83 gram/ekor/hari), pertumbuhan kambing anak satu juga lebih tinggi daripada kambing anak tiga yaitu sebesar 22.39% (78.51 vs 60.93 gram/ekor/hari). Tingginya pertumbuhan kambing anak satu diduga karena kecukupan air susu dari induk lebih terjamin, sementara kambing anak 3, air susu induk berbagi untuk tiga anak sehingga kurang mencukupi kebutuhan anak yang berimbas pada pertumbuhan terutama sampai lepas sapih. Menurut Adriani, et al., (2003) bahwa pertumbuhan anak kaming sampai lepas sapih sangat tergantung pada kecukupan air susu yang diberikan induk kepada anak. Rataan pertumbuhan bobot badan anak sampai lepas sapih sebesar 72.1 ± 9.70 gram/ekor/hari, dengan kisaran antara 52.22-81.27 gram/ekor/hari. Hasil ini lebih tinggi dari beberapa peneliti terdahulu yaitu pertambahan bobot hidup anak per hari yang dipelihara dengan induk selama 90 hari adalah 63,6 10,1 gram/ekor/hari untuk jantan dan 63,7 10,7 gram/ekor/hari untuk betina (Koataman dan Sutama, 2006). Sementara Adiati et al. (2001) mendapatkan PBB anak sampai disapih berkisar antara 53,3 131,9 gram/ekor/hari. Pola pertumbuhan Anak kambing dari lahir sampai disapih berdasaran litter size dan jenis kelamin dapat dilihat pada Gambar 1. 57
Jurnal Penelitian Universitas Jambi Seri Sains Gambar 1. Pola Pertumbuhan Anak Kambing Sampai Lepas Sapih Berdasarkan Litter Size dan Jenis Kelamin Gambar 1 memperlihatkan pola partumbuhan anak kambing berdasarkan litter size dan jenis kelamin, dimana kambing berjenis kelamin jantan mempunyai bobot badan yang lebih tinggi daripada betina, Begitu juga kambing dengan jumlah anak 1 mempunyai bobot badan yang lebih tinggi daripada anak kambing kembar 2 dan kembar 3. Selain itu anak kambing yang mempunyai bobot lahir tinggi menunjukkan pertumbuhan yang baik juga sampai lepas sapih. KESIMPULAN Kesimpulan penelitian adalah bahwa anak kambing jantan mempuyai bobot lahir, bobot sapih dan pertumbuhan bobot badan yang lebih tinggi dibandingkan anak betina. Sementara bobot badan kambing anak satu lebih tinggi daripada anak kambing kembar 2 atau kembar 3. DAFTAR PUSTAKA Adiati. U., I-K. Sutama, D. Yulistiani and IGM Budiarsana. 2001. Different level pratein content in concentrate offered to Etawah Cross Bred does during late pregnancy and lactation period. Proc. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan Bogor. pp: 247 255. Adhianto, K., N. Ngadiyono, Kustantinah dan I.G. S.Budisatria. 2012. Lama Kebuntingan, Litter Size, dan Bobot Lahir Kambing Boerawa pada Pemeliharaan Pedesaan di Kecamatan Gisting Tanggamus. J. Penelitian Pertanian Terapan. 12(2):131-136. 58
Adriani: Bobot Lahir dan Pertumbuhan Anak Kambing Peranakan Etawah Sampai Lepas Sapih Berdasarkan Litter Zise dan Jenis Kelamin Adriani, A. Sudono, T. Sutardi, W. Manalu dan I-K Sutama. 2003. Optimalization of Kids and Milk Yield of Etawah- Grade Does by Superovulation and Zinc Supplementation. J. Forum Pascasarjana IPB. Vol 26(4):335-352. Adriani, A. Sudono, T. Sutardi, W. Manalu dan I-K Sutama. 2004. The Effect of Superovulation and Dietary Zinc in Does on the Prepartum and Postpartum Growth of Her Kids. J. Pengembangan Peternakan Tropis. Vol 29(4):177-183. Adriani, A. Sudono, T. Sutardi, W. Manalu dan I-K Sutama. 2007. Prenatal Growth in Uterus of Does by Superovulation. Hayati J. Biosciencce 14(2):44-48. Ahmed, M.M.M., S.E. Makawi and A.S. Jubara. 1998. Synchronization of oestrus in Nubian goats. Small Rumin. Res. 30:113-120. Alfiansyah. M. 2011. Macam dan Jenis Tulang Berdasarkan Bentuknya. http:www.sentaedukasi.com/2 011/07/macam-jenis-tulangberdasarkan-bentuknya.html. diakses tanggal 13 Maret 2013. Cowie, A.T., I.A. Forsyth and I.C. Hart. 1980. Hormonal Control of Lactation. Berlin Heidelberg. New York. Direktorat Jenderal Peternakan. 2013. Buku Statistik Peternakan. Direkturat Bina Produksi Peternakan. Dirjen Peternakan Departemen Pertanian. Jakarta. Kaunang. D. Siyadi dan S. Wahjuningsih. 2012. Analisis Litter Size, Bobot Lahir dan Bobot Sapih Hasil Perkawinan Kawin Alami dan Inseminasi Buatan Kambing Boer dan Peranakan Etwah. J. Ilmu-ilmu Peternakan. 23(3):41-46. Kostaman T dan I.K Sutama. 2006. Korelasi Bobot Induk dengan Lama Bunting, Litter Size, dan bobot lahir Anak Kambing Peranakan Etawah. Makalah Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Bogor. Lu, C.D. 2002. Boer Goat Production: Progress and Persective Vice Chancellor of Academic Affairs, University of Hawai i Hilo, Hawai. http://www.uhh.hawai.i.edu/u hh/vcaa. Diakses tanggal 3 maret 2013. Mahmelia. F. dan S. Elieser. 2008. Korelasi Lama Bunting dengan Bobot Lahir, Litter Size dan Daya Hidup Kambing BOERKA-1. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Bogor Manalu, W. and M. Y. Sumaryadi. 1998a. Maternal serum progesterone concentration during pregnancy and lamb birth weight at parturition in Javanese Thin-Tail ewes with different litter sizes. Small Rimin. Res. 30:163-169. Manalu, W. and M. Y. Sumaryadi. 1998b. Mammary gland indices at the end of lactation 57
Jurnal Penelitian Universitas Jambi Seri Sains in Javanese Thin-Tail ewes with different litter size. Asian-Aust. J. Anim. Sci. 11: 648-654. Maylinda, S. 2010. Pengantar Pemuliaan Ternak. Universitas Brawijaya Press. Malang. Steel, R.G.D. dan J.H. Torrie. 1991. Prinsip dan Prosedur Statistika. PT. Gramedia. Pustaka Utama. Jakarta. 58