PENDAHULUAN. pluralis melihat media sebagai saluran yang bebas dan netral, semua pihak dapat

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. ini terjadi di Jalan Thamrin Jakarta. Peristiwa Bom Thamrin ini mengejutkan

BAB I PENDAHULUAN. Eksistensi pemberitaan terorisme tidak pernah hilang menghiasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

menjadi pemberitaan yang sering kali dikaitkan dengan isu agama. Budi Gunawan dalam bukunya Terorisme : Mitos dan Konspirasi (2005, 57) menekankan : K

BAB I PENDAHULUAN. cukup hangat yang dihidangkan media massa ke hadapan khalayak, terutama berita seputar

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. Dengan sendirinya perkembangan usaha penerbitan pers mulai

BAB 1 PENDAHULUAN. Surat kabar merupakan salah satu media massa yang digunakan oleh seorang

BAB I PENDAHULUAN. dalam mendapatkan informasi dari luar dirinya. Berbagai upaya dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Pada awal pemerintahan Jokowi di tahun 2015, muncul konflik antara KPK dan Polri. Hal ini berawal dari

BAB I PENDAHULUAN. dijadikan referensi oleh masyarakat untuk mengetahui fakta yang sebenarnya terjadi. dan membentuk opini public (Hamad, 2004: 15).

BAB I PENDAHULUAN. menjadi faktor determinan dalam kehidupan sosial, ekonomi dan budaya bangsa Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. berbagai elemen di dalam masyarakat. Contohnya elemen pemerintah dengan

BAB I PENDAHULUAN. Media massa dinilai mempunyai peranan yang besar dalam. menyampaikan aspirasi rakyat kepada pemerintah.

BAB IV PENUTUP. Indonesia, dimana Republika sendiri mempunyai ciri khas dalam penulisan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Kota berasal dari kata urban yang mengandung pengertian kekotaan dan

BAB I PENDAHULUAN. dalamnya mencakup struktur, pesan yang disampaikan, sudut pandang, dan nilai.

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan oleh pemuda Arab, diduga pelaku adalah warga Palestina. Seperti

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan istilah analisis bingkai merupakan salah satu bentuk alternatif dari

BAB III METODE PENELITIAN. yang bersifat menjelaskan, menggambarkan atau menuturkan dan menafsirkan

Narsum I 8.15 Sekjen Forum Umat Islam - KHMuhammad Al Khaththath-

BAB I PENDAHULUAN. Tawuran pelajar adalah fenomena sosial yang sudah lama terjadi dan. menjadi topik hangat di tengah-tengah masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. diberitakan di berbagai media massa. Pemberitaan Kisruh APBD DKI merupakan

BAB I PENDAHULUAN. harinya, masyarakat mengkonsumsi media demi memenuhi kebutuhan informasi

BAB I PENDAHULUAN. seolah tak pernah memiliki akhir dan tak selesai untuk dibahas.

BAB I PENDAHULUAN. Media (pers) disebut sebagai the fourth estate (kekuatan keempat) dalam

BAB I PENGANTAR KHAZANAH ANALISIS WACANA. Deskripsi Singkat Perkuliahan ini membelajarkan mahasiwa tentang menerapkan kajian analisis wacana.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Komisi ini didirikan berdasarkan kepada Undang-Undang Republik

BAB 6 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN TERORISME

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menelan banyak korban sipil tersebut. Media massa dan negara barat cenderung

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

[Oleh Ujang Dede Lasmana dari Buku berjudul Survival DiSaat dan Pasca Bencana Edisi 2]

BAB I PENDAHULUAN. negara hingga saat ini masih menjadi permasalahan utama pemerintah Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB V. Penutup. Dari kajian wacana mengenai Partai Komunis Indonesia dalam Surat Kabar

Bab 1 PENDAHULUAN. Komunikasi akan berjalan dengan diterapkannya sebuah bahasa yang baik

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Naiknya harga BBM selalu menjadi isu yang ramai dibicarakan dan juga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dessy Pricilla, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berdemokrasi seperti saat ini. William L. Rivers menempatkan media massa

BAB I PENDAHULUAN. lepas dari banyak kendala dan permasalahan yang dihadapi oleh pemerintah. Salah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Masalah

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

PEMBINGKAIAN BERITA BOM BUNUH DIRI DI SOLO PADA SURAT KABAR JAWA POS DAN SURYA SKRIPSI

yang sangat penting, selain aspek lain seperti ketepatan dan keakuratan data. Dengan kemunculan perkembangan internet, maka publik dapat mengakses ber

BAB I PENDAHULUAN. berjumlah 101 daerah, yang terdiri dari 7 provinsi, 18 kota, dan 76 kabupaten. Banten, Gorontalo, Sulawesi Barat, dan Papua Barat.

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. terutama sejak terjadinya peristiwa World Trade Centre (WTC) di New York,

BAB I PENDAHULUAN. karena industri media semakin mengutamakan keuntungan. Bahkan, bisnis

TERORISME DALAM BINGKAI MEDIA (Analisis Framing Pemberitaan Terorisme Di Surakarta Pada Headline Koran Solopos Edisi Agustus - September 2012)

PEMBINGKAIAN BERITA TENTANG KASUS KORUPSI SIMULATOR SIM SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 6 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN TERORISME

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. menjadi isu global dan hangat yang selalu ingin disajikan media kepada. peristiwa yang banyak menarik perhatian dan minat masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. umat islam di Indonesia. Kepercayaan, sikap-sikap dan nilai-nilai masyarakat

Idham Samawi dan Persatuan Sepakbola Indonesia Bantul (Persiba) di. Rubrik Sportmania Harian Kedaulatan Rakyat

KONSTRUKSI MEDIA MASSA DALAM PEMBERITAAN BOM SOLO (Analisis Framing Berita Harian Jawa Pos dan Republika Edisi September 2011) SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah

ANALISIS FRAMING BERITA SEPUTAR AKSI TERORISME. (Studi Berita Aksi Bom Sarinah Jakarta Pada Portal Berita Online. Detik.Com Edisi Januari 2016)

KAJIAN TERMINOLOGI TERHADAP PEMBERITAAN PERANG GAZA: TINJAUAN SEMANTIK SKRIPSI. Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah

BAB IV PENUTUP. A. Kesimpulan. Konflik merupakan bagian dari kehidupan yang tidak dapat dihindarkan,

Konstruksi TNI dalam Berita Penembakan di Lapas Cebongan Pada Media Cetak Edisi April 2013.

BAB VI PENUTUP. media yang memberitakan konflik Sunni Syiah Sampang Madura karena alasan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. rapat dengar pendapat antara komisi VII DPR RI dengan pemerintah tanggal 28

Pencitraan Abu Bakar Ba asyir di Harian Republika

BAB I PENDAHULUAN. Kasus sengketa lahan di Indonesia lebih banyak merupakan. dengan akses dan kepemilikan lahan yang kemudian berujung pada konflik

BAB I PENDAHULUAN. merupakan mediator utama dalam mengekspresikan pikiran, mengonseptualisasi, menafsirkan

PEMBINGKAIAN BERITA TENTANG KASUS KORUPSI SPORT CENTER DI HAMBALANG PADA SURAT KABAR JAWA POS DAN KOMPAS. Skripsi

BAB 1 PENDAHULUAN. konstruksionis, realitas bersifat subjektif, relitas dihadirkan oleh konsep subjektif

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media massa saat ini berkembang dengan sangat pesat. Perkembangan media massa sangat erat kaitannya dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah negara yang menganut sistem demokrasi.

BAB I PENDAHULUAN. terutama sejak terjadinya peristiwa World Trade Center (WTC) di New York,

SKRIPSI ROBIN PANGARIBUAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia atau disingkat BNP2TKI menyatakan bahwa selama periode 1

BAB 1 PENDAHULUAN. menyampaikan informasi kepada publik secara serempak. Melalui media massa,

KONSTRUKSI BERITA PERKOSAAN OLEH SITOK SRENGENGE DI MEDIA ONLINE TEMPO DAN REPUBLIKA

BAB I PENDAHULUAN. tidak adil, dan tidak dapat dibenarkan, yang disertai dengan emosi yang hebat atau

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Pemberitaan seputar eksekusi terpidana mati Amrozi cs 2008 telah menarik

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Memburu Senpi Made in Cipacing. Oleh Yohanes Rabu, 11 September :54

BAB III METODE PENELITIAN. analisis isi, dengan model analisis framingnya model Zhongdang Pan dan

KONSTRUKSI BERITA PELANGGARAN HAM DI MESUJI (Studi Analisis Framming tentang Konstruksi Pemberitaan Pelanggaran HAM di Mesuji pada Harian KOMPAS)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada awalnya film merupakan hanya sebagai tiruan mekanis dari realita atau

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan informasi pada setiap detiknya. masyarakat untuk mendapatkan gambaran dari realitas sosial. 1

BAB I PENDAHULUAN. TNI bukanlah peristiwa yang baru. Kasus-kasus serupa kerap terjadi sebelumnya

BAB I PENDAHULUAN. karena kekalahannya dalam Perang Dunia II. Jendral Douglas MacArthur yang

ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN PENEMBAKAN SOLIKIN DI HARIAN JAWA POS DAN DUTA MASYARAKAT

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Sudah lima puluh empat tahun Israel menjajah Palestina. Selama itu pula

Konsep dan Model-Model Analisis Framing. Dewi Kartika Sari, S.Sos., M.I.Kom

PEMBINGKAIAN BERITA NEGARA ISLAM INDONESIA (NII) DALAM SITUS BERITA ONLINE KOMPAS.COM DAN DETIK.COM SKRIPSI. Oleh : ARIS SAPTAHADI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Media massa berfungsi sebagai alat penyalur pesan untuk disampaikan

Pemberitaan Penangkapan Nazaruddin. Terkait Kasus Suap Wisma Atlet SEA Games. di Palembang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan saluran-saluran komunikasi. Komunikasi massa akan. didefinisikan sebagai komunikasi kepada khalayak dalam jumlah besar

Transkripsi:

PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Media dan berita yang diproduksi dapat dilihat dari berbagai sudut pandang. Kaum pluralis melihat media sebagai saluran yang bebas dan netral, semua pihak dapat menyampaikan pandangannya secara bebas. Sedangkan kaum kritis berpandangan sebaliknya. Media bukanlah saluran yang bebas, tetapi dimiliki oleh kelompok yang dominan, untuk memproduksi ideologi yang dominan pula (Eriyanto, 2001:36) Antonio Gramsci, melihat media sebagai ruang di mana berbagai ideologi dipresentasikan. Ini berarti, media bisa menjadi sarana penyebaran ideologi penguasa, alat legitimasi dan kontrol atas wacana publik. Namun, di sisi lain media juga dapat menjadi alat resistensi terhadap kekuasaan. Media dapat menjadi alat untuk membangun kultur dan ideologi dominan bagi kepentingan kelas dominan, sekaligus juga dapat menjadi instrumen perjuangan bagi kaum tertindas untuk membangun kultur dan ideologi tandingan (Sobur, 2004:30) Artinya berita yang diproduksi tidak dihasilkan dalam sebuah ruang hampa. Ada orang-orang atau pihak yang terlibat dalam proses melahirkan sebuah berita, berikut aspek kepentingan dan konflik yang menyertainya. Sejak tragedi WTC 2001 dan tragedi bom Bali 2002, berita seputar dugaan keterlibatan kelompok Islam tertentu menjadi pengisi santapan kita sehari-hari. Beberapa tokoh Islam mulai disebut-sebut mulai memiliki kaitan dengan jaringan terorisme. Begitu juga dengan media yang mempunyai peran tidak kalah dominannya dalam mengangkat isu ini dan mempopulerkan istilah terorisme. Mencermati secara kritis pemberitaan media massa tentang kasus terorisme, semakin membuat kita prihatin. Kenapa wartawan kita, terlebih wartawan asing tidak dapat

membedakan kapan ia harus menggunakan kata Islam dan kapan harus menggunakan kata muslim. Islam adalah sebuah agama, sedangkan muslim itu orang yang menganut agama Islam yang bisa saja salah kaprah dalam melaksanakan agamanya, atau bahkan tidak mengamalkan ajaran agamanya sama sekali. Tak jarang kita melihat munculnya semacam fenomena jurnalisme stereotip yang sudah lebih dulu punya asumsi dan abstraksi dalam membingkai (framing) isu atau fakta dalam bingkai (frame) yang dipengaruhi prasangka, sehingga cenderung bias bahkan terkadang keliru (Idi Subandy, 2007 :6) Kasus terorisme yang melibatkan kelompok Abu Dujana terjadi akhir bulan Maret lau, tepatnya tanggal 27 Maret 2007. Penangkapan kelompok Abu Dujana ini berawal ketika polisi berhasil mengendus aksi yang akan dilakukan oleh Agus Suryanto dan Sarwo Edi. Polisi membututi keduanya mulai dari Magelang sampai Yogyakarta. Sesampainya di Yogyakarta kedua orang ini langsung menukarkan kotak yang dibawanya dari Magelang dengan dus yang dibawa oleh Akhyas alias Sutarjo alias Abi Isa, Amir Ahmadi, dan Sikas alias Karim. Ketiganya membawa dus berukuran sama. Polisi langsung melumpuhkan orang ini sebelum mereka berhasil meninggalkan tempat. Dari penyitaan ternyata kotak yang dibawa dari Magelang hanyalah kotak kosong. Sedangkan dus yang dibawa oleh Akhyas berisi dua senapan M-16, satu pistol revorver, dan satu pistol FN, dan juga hampir seratis peluru berbagai ukuran (Tempo, 1 April, 2007). Agus yang berusaha kabur akhirnya ditembak mati polisi sedangkan Edi terluka. Dari pengangkapan tersangka ini polisi mengembangkan kasusnya. Kepada polisi Akhyas mengaku bahwa sebagai petinggi asykari alias angkatan perang Jamaah Islamiyah. Ia adalah bawahan Abu Dujana. Pernyataan ini didapat Tempo dari salah seorang polisi. Dari pemeriksaan itu juga polisi berhasil mendapat informasi bahwa kelompok akhyas menyembunyikan berbagai bahan peledak di rumah Sikas. Ketika petugas mendatangi rumah

Sikas, ternyata ditemukan timbunan detonator aktif, dua jerigen potasium cair, peluru senapan M-16 dan SS-1, 16 bom lontar dan berbagai senjata lainnya (Tempo, 1 April 2007) Sedangkan menurut pengakuan beberapa tersangka yang sudah tertangkap, bahwa Jamaah Islamiyah saat ini sudah berganti struktur. Jabatan tertinggi pada struktur terbaru itu adalah qoryah, yang artinya komandan sariyah alias komandan tentara. Posisi ini ditempati Abu Dujana. Di bawahnya ada ishobah yang juga membawahi beberapa bagian. Bertindak sebagai amir Jamaah Islamiyah saat ini adalah Zarkasih alias Mbah yang juga sudah tertangkap. Pada 9 Juni 2007 lalu Abu Dujana berhasil ditangkap polisi hendak menghadiri pemilihan kepala desa di tempat tinggalnya. Abu Dujana dilumpuhkan dengan satu tembakan di kakinya. Menurut polisi, Abu Dujana termasuk seorang yang sangat licin karena sudah beberapa kali berhasil meloloskan diri dari pantauan polisi. Ia juga dianggap bertanggungjawab terhdap serangkaian aksi pemboman di tanah air, termasuk kerusuhan di Poso. Bahkan menurut polisi dialah yang mengatur persembunyian dan pelarian Noor Din M Top, serta berkuasa penuh atas semua bahan peledak dan senjata yang dimilki oleh Jamaah Islamiyah. Menurut penyidik dari kepolisian, barang-barang tersebut adalah pesanan ustad Ryan. Ia adalah orang yang mati tertembak saat penggrebekan di Poso, Sulawesi Tengah, 11 Januari lalu. Ryanlah yang disebut-sebut mengatur pengapalan senjata dan bahan peledak dari Solo ke wilayah konflik tersebut. Selain itu, dalam edisi berikutnya (8 April 2007) Tempo juga mengangkat berita tentang tempat yang pernah dijadikan kelompok ini untuk latihan militer. Gunung Sumbing, Temanggung, Jawa Tengah, adalah tempat yang disinyalir sebagai lokasi latihan kelompok ini. Menurut tersangka kasus terorisme ini, mereka pernah dua kali melatih anak buahnya beberapa keterampilan bertempur di lokasi ini. Latihan pertama digelar akhir tahun lalu, yang

diikuti sepuluh orang yang semua berasal dari Jakarta. Latihan terakhir digelar 20 Januari lalu, dengan jumlah peserta lebih banya. Menurut para tersangka, latihan ini dilatih oleh empat orang, salah satunya adalah Zulkarnaen, buron polisi yang dituduh terlibat dalam pengeboman di Bali, 12 Oktober 2002. Latihan ini diawasi oleh Abu Dujana, yang diyakini berperan sebagai Komandan Sayap Militer Jamaah Islamiyah wilayah Jawa (Tempo, 8 April 2007) Dalam memberitakan kasus terorisme yang melibatkan kelompok Abu Dujana majalah Tempo memuat beberapa pernyataan dari nara sumber. Mulai dari pihak kepolisian, kelompok yang dianggap telah tobat dari kegiatan terorisme, orang yang oleh media dianggap sebagai sahabat dari Abu Dujana tetapi menurut pengakuannya tidak mengenal Abu Dujana, serta beberapa tetangga Abu Dujana. Akan tetapi sangat jarang keterangan nara sumber yang diambil langsung dari orang yang terlibat, dalam hal ini Abu Dujana dan kelompoknya. Dari permasalahan itulah, peneliti merasa tertarik untuk meneliti bagaimana teks atau isi berita untuk melihat proposi, ideologi, makna yang terkandung, serta proses pembingkaian dalam pemberitaan kasus terorisme yang melibatkan kelompok Abu Dujana. Dalam hal ini media yang akan diteliti adalah majalah mingguan Tempo. B. PERUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas, maka dapat dikemukakan perumusan masalah sebagai berikut: Bagaiman majalan mingguan Tempo membingkai peristiwa kasus terorisme yang melibatkan kelompok Abu Dujana C. PEMBATASAN MASALAH

Agar menghindari ruang lingkup penelitian yang terlalu luas dan agar lebih jelas terarah sehingga tidak akan mengaburkan makna penelitian, maka penulis membatasi masalah sebagai berikut: 1. Penelitian hanya dilakukan pada majalah mingguan Tempo 2. Penelitian hanya dilakukan pada pemberitaan mengenai kasus terorisme yang melibatkan kelompok Abu Dujana yang terjadi pada Bulan Maret lalu 3. Penelitian dilakukan pada majalah mingguan Tempo yang terbit pada Bulan Maret- Juli 2007 D. TUJUAN PENELITIAN 1. Untuk mengetahui dan menganalisis pemberitaan kasus terorisme yang melibatkan kelompok Abu Dujana pada majalan mingguan Tempo. 2. Untuk mengetahui makna yang tersirat di balik konstruksi berita dalam kasus terorisme yang melibatkan kelompok Abu Dujana. 3. Untuk melihat posisi media dalam memberitakan kasus terorisme yang melibatkan kelompok Abu Dujana. E. MANFAAT PENELITIAN 1. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan berguna dalam memperluas pengetahuan penulis dalam bidang jurnalistik. 2. Secara praktis, penelitian ini diharapkan menjadi sumbangsih terhadap penelitian sosial kritis, serta sumbangsih pemikiran mengenai pemberitaan kasus-kasus serupa guna meningkatkan kualitas isi berita.

3. Secara akademis, penelitian ini diharapkan mampu memperluas dan menambah khasanah penelitian di bidang Komunikasi. BAB II URAIAN TEORITIS 2..1. Sejarah Terorisme Istilah teror dan terorisme sebetulnya sudah ada sejak lama, yakni pada masa imperium Romawi pada paruh awal pertama masehi yang pada saat itu diperintah Tiberius