NEURAL NETWORK BAB II

dokumen-dokumen yang mirip
Penerapan Jaringan Saraf Tiruan Metode Backpropagation Menggunakan VB 6

BAB II DASAR TEORI Jaringan Syaraf Tiruan. Universitas Sumatera Utara

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 KONSEP DASAR PENGENAL OBJEK

Neural Network (NN) Keuntungan penggunaan Neural Network : , terdapat tiga jenis neural network Proses Pembelajaran pada Neural Network

SATIN Sains dan Teknologi Informasi

PENGENALAN KARAKTER ALFANUMERIK MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGARATION

METODOLOGI PENELITIAN

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengenalan suara (voice recognition) dibagi menjadi dua jenis, yaitu

Perbaikan Metode Prakiraan Cuaca Bandara Abdulrahman Saleh dengan Algoritma Neural Network Backpropagation

PREDIKSI CURAH HUJAN DI KOTA MEDAN MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK

BAB IV JARINGAN SYARAF TIRUAN (ARTIFICIAL NEURAL NETWORK)

ANALISIS ALGORITMA INISIALISASI NGUYEN-WIDROW PADA PROSES PREDIKSI CURAH HUJAN KOTA MEDAN MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK

BAB 2 LANDASAN TEORI. fuzzy logic dengan aplikasi neuro computing. Masing-masing memiliki cara dan proses

Jaringan Syaraf Tiruan. Disusun oleh: Liana Kusuma Ningrum

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

PENGENALAN HURUF DAN ANGKA PADA CITRA BITMAP DENGAN JARINGAN SARAF TIRUAN METODE PROPAGASI BALIK

ARTIFICIAL NEURAL NETWORK TEKNIK PERAMALAN - A

JARINGAN SARAF TIRUAN (ARTIFICIAL NEURAL NETWORK) ERWIEN TJIPTA WIJAYA, ST, M.KOM

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II NEURAL NETWORK (NN)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Model sistem presensi biometri sidik jari yang dikembangkan secara garis

BAB 2 LANDASAN TEORI

JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI CURAH HUJAN SUMATERA UTARA DENGAN METODE BACK PROPAGATION (STUDI KASUS : BMKG MEDAN)

VOL. 01 NO. 02 [JURNAL ILMIAH BINARY] ISSN :

PENERAPAN JARINGAN SYARAF TIRUAN DALAM MEMPREDIKSI TINGKAT PENGANGGURAN DI SUMATERA BARAT

Neural Networks. Machine Learning

BAB VIIB BACKPROPAGATION dan CONTOH

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

Bab 5 Penerapan Neural Network Dalam Klasifikasi Citra Penginderaan Jauh

Jaringan syaraf dengan lapisan tunggal

BAB II LANDASAN TEORI

BACK PROPAGATION NETWORK (BPN)

Aplikasi yang dibuat adalah aplikasi untuk menghitung. prediksi jumlah dalam hal ini diambil studi kasus data balita

SATIN Sains dan Teknologi Informasi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

lalu menghitung sinyal keluarannya menggunakan fungsi aktivasi,

MODEL PEMBELAJARAN JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK OTOMATISASI PENGEMUDIAN KENDARAAN BERODA TIGA

BACK PROPAGATION NETWORK (BPN)

ANALISIS PENAMBAHAN NILAI MOMENTUM PADA PREDIKSI PRODUKTIVITAS KELAPA SAWIT MENGGUNAKAN BACKPROPAGATION

Architecture Net, Simple Neural Net

Jaringan Syaraf Tiruan

APLIKASI JARINGAN SARAF TIRUAN UNTUK INVENTARISASI LUAS SUMBER DAYA ALAM STUDI KASUS PULAU PARI

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

KLASIFIKASI ARITMIA EKG MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN DENGAN FUNGSI AKTIVASI ADAPTIF

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN DALAM PENGHITUNGAN PERSENTASE KEBENARAN KLASIFIKASI PADA KLASIFIKASI JURUSAN SISWA DI SMA N 8 SURAKARTA

Pengembangan Aplikasi Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia dengan Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation

PEMILIHAN WARNA LIPSTIK BERDASARKAN INFORMASI USIA DAN WARNA KULIT DENGAN MENGGUNAKAN METODA ARTIFICIAL NEURAL NETWORK

Implementasi Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation dan Steepest Descent untuk Prediksi Data Time Series

Identifikasi Unsur-unsur Radioaktif dengan Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan

IMPLEMENTASI JARINGAN SYARAF TIRUAN MULTI LAYER FEEDFORWARD DENGAN ALGORITMA BACKPROPAGATION SEBAGAI ESTIMASI NILAI KURS JUAL SGD-IDR

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ANALISA JARINGAN SARAF TIRUAN DENGAN METODE BACKPROPAGATION UNTUK MEMPREDIKSI PRODUKTIVITAS PEGAWAI. Jasmir, S.Kom, M.Kom

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. Bab ini menguraikan analisa penelitian terhadap metode Backpropagation yang

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Citra Digital

ANALISA JARINGAN SARAF TIRUAN DENGAN METODE BACKPROPAGATION UNTUK MENGETAHUI LOYALITAS KARYAWAN

BAB VIII JARINGAN SYARAF TIRUAN

APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN MULTI LAYER PERCEPTRON PADA APLIKASI PRAKIRAAN CUACA

DEKONVOLUSI MENGGUNAKAN METODA NEURAL NETWORK SEBAGAI PRE-PROCESSING UNTUK INVERSI DATA SEISMIK TUGAS AKHIR

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Jurnal Ilmiah Komputer dan Informatika (KOMPUTA) IMPLEMENTASI JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION UNTUK MENGENALI MOTIF BATIK

T 11 Aplikasi Model Backpropagation Neural Network Untuk Perkiraan Produksi Tebu Pada PT. Perkebunan Nusantara IX

Penggunaan Jaringan Syaraf Tiruanuntuk Membaca Karakter pada Formulir Nilai Mata Kuliah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 2 LANDASAN TEORI

ANALISIS PERBANDINGAN METODE JARINGAN SYARAF TIRUAN DAN REGRESI LINEAR BERGANDA PADA PRAKIRAAN CUACA

PERANCANGAN SISTEM PENGENALAN DAN PENYORTIRAN KARTU POS BERDASARKAN KODE POS DENGAN MENGGUNAKAN ARTIFICIAL NEURAL NETWORK

APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI VOLUME PEMAKAIAN AIR BERSIH DI KOTA PONTIANAK

Prediksi Pergerakan Harga Harian Nilai Tukar Rupiah (IDR) Terhadap Dollar Amerika (USD) Menggunakan Metode Jaringan Saraf Tiruan Backpropagation

BAB II LANDASAN TEORI

TOLERANSI UNJUK PENGENALAN JARINGAN SYARAF TIRUAN PADA PENAMBAHAN DERAU DAN SUDUT PUTARAN TERHADAP POLA KARAKTER TULISAN TANGAN JENIS ANGKA

PELATIHAN FEED FORWARD NEURAL NETWORK MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA DENGAN METODE SELEKSI TURNAMEN UNTUK DATA TIME SERIES

PREDIKSI PENDAPATAN ASLI DAERAH KALIMANTAN BARAT MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION

POSITRON, Vol. IV, No. 2 (2014), Hal ISSN :

Studi Modifikasi standard Backpropagasi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha. Gambar 1.1 : Ilustrasi jaringan syaraf manusia yang diadaptasi untuk ANN (Kriesel, 2011)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Laporan Implementasi Naïve Bayes dan Feed Forward Neural Network untuk Klasifikasi

BAB II LANDASAN TEORI

BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK AS A METHOD OF FORECASTING ON CALCULATION INFLATION RATE IN JAKARTA AND SURABAYA

Farah Zakiyah Rahmanti

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

IMPLEMENTASI JARINGAN SYARAF TIRUAN METODE BACKPROPAGATION UNTUK MEMPREDIKSI HARGA SAHAM

BAB 3. METODE PENELITIAN

BAB 2 LANDASAN TEORI. suatu perusahaan yang akan memberikan keuntungan dalam bentuk deviden dan capital

BAB III PEMBAHASAN. harga minyak mentah di Indonesia dari bulan Januari 2007 sampai Juni 2017.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Machine learning (ML), bagian dari kecerdasan buatan (artificial

ANALISIS JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI JUMLAH RESERVASI KAMAR HOTEL DENGAN METODE BACKPROPAGATION (Studi Kasus Hotel Grand Zuri Padang)

Jurnal Informatika Mulawarman Vol 5 No. 1 Februari

BAB I PENDAHULUAN. paling parah dan paling lama tingkat pemulihannya akibat krisis keuangan

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pembenihan Ikan. 2.2 Pengaruh Suhu Terhadap Ikan

Metode Jaringan Saraf Tiruan Propagasi Balik Untuk Estimasi Curah Hujan Bulanan di Ketapang Kalimantan Barat

PERKIRAAN PENJUALAN BEBAN LISTRIK MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN RESILENT BACKPROPAGATION (RPROP)

III. BAHAN DAN METODE

Analisis Prediksi Indeks Harga Konsumen Berdasarkan Kelompok Kesehatan Dengan Menggunakan Metode Backpropagation

Transkripsi:

BAB II II. Teori Dasar II.1 Konsep Jaringan Saraf Tiruan (Artificial Neural Network) Secara biologis jaringan saraf terdiri dari neuron-neuron yang saling berhubungan. Neuron merupakan unit struktural dan fungsional dari sistem saraf, mempunyai kemampuan untuk mengadakan respon bila dirangsang dengan intensitas rangsangan cukup kuat. Respon neuron bila dirangsang adalah memulai dan menghantarkan impuls. Jaringan saraf tiruan merupakan gabungan sejumlah elemen yang memproses informasi dari input sehingga memberikan suatu informasi keluaran. Sekelompok obyek dipelajari oleh sistem belajar dengan tujuan untuk mengenali bentuk pola setiap bentuk tersebut. Proses ini dilakukan dengan cara melatih sistem belajar (train neural network) melalui pemberian bobot dan bias pada hubungan antar simpul. Hasil yang dicapai adalah didapatkannya sekelompok bobot dan bias (pada kesalahan minimum yang dicapai) untuk semua pola yang dipelajari, hal ini sesuai dengan anggapan menemukan energi terendah dalam proses mengenali sekelompok obyek pola yang dipelajari. Jaringan saraf tiruan mempunyai distribusi pararel arsitektur dengan sejumlah besar simpul mempunyai bobot dan bias tertentu. Gbr 1. Model struktur jaringan saraf tiruan. Kontruksi jaringan saraf tiruan terdiri dari : 1. Penentuan Perangkat Jaringan 2. Penentuan Perangkat Simpul 3. Penentuan Sistem Dinamik II.1.1 Perangkat Jaringan Jaringan saraf tiruan terdiri dari sejumlah lapisan dan simpul yang berbeda untuk tiap-tiap layer. Jenis layer dapat dibedakan menjadi 1. Input Layer : terdiri dari unit-unit simpul yang berperan sebagai input proses pengolahan data pada neural network.

2. Hidden Layer : terdiri dari unitunit simpul yang dianalogikan sebagai lapisan tersembunyi dan berperan sebagai lapisan yang meneruskan respon dari input. 3. Output Layer : terdiri dari unitunit simpul yang berperan memberikan solusi dari data input. II.1.2 Perangkat Simpul Tingkat aktivasi dari simpul (node) dapat berharga diskrit yaitu 0 dan 1, atau kontinu yaitu antara 0 dan 1. Hal tersebut bergantung dari penerapan fungsi aktivasi itu sendiri. Jika menggunakan fungsi hard limitting, maka tingkat aktivasinya bernilai 0 (atau -1) dan 1. Apabila menggunakan fungsi sigmoid maka tingkat aktivasinya terbatas pada daerah antara 0 dan 1. Pada tugas akhir kali ini lebih banyak menggunakan fungsi sigmoid terutama logsig. contoh fungsi sigmoid dengan fungsi aktivasi logsig yaitu : Gbr 2. fungsi aktivasi logsig. II.1.3 Sistem Dinamik Pemberian bobot dan bias bergantung pada model jaringan saraf tiruan yang dipilih, tetapi dalam banyak kasus pemberian bobot dapat berupa bilangan real yang kecil dan dipilih secara acak. Pelatihan (train) terhadap jaringan adalah satu hal yang terpenting dalam neural network. Train neural network menentukan bagaimana cara mengadaptasi nilai-nilai bobot dan bias dalam usaha untuk mengoptimalkan kerja suatu jaringan dalam mengenali suatu bentuk atau pola, dan menghitung besar nilai bobot (weight adjustment) dan bias selama proses berlangsung. Salah satu yang perlu diperhatikan adalah perhitungan kesalahan (error) pada jaringan dengan berubahnya nilai bobot dan bias. Pada perubahan nilai bobot neural network perlu diketahui tingkat aktivasi yang terjadi dengan tingkat aktivasi yang diinginkan. Tingkat aktivasi dari input tidak perlu dihitung tetapi yang perlu dihitung adalah tingkat aktivasi dari hidden dan output layer. Sebagai contoh, dari untuk fungsi sigmoid tingkat aktivasi dari unit i(ai) adalah i 1 1+ e = ( i i a (2.1) W ij p b )

Dimana pi adalah masukan dari unit i, W ij adalah nilai bobot pada hubungan dari unit i ke j, dan bj adalah nilai bias pada unit j. II.1.4 Pengelompokan Jaringan Saraf Tiruan Jaringan saraf tiruan mengelompokan obyek yang diberikan sesuai dengan tingkat aktivasi keluarannya dapat dibedakan menjadi : 1. Single Layer Perceptrons (SPL) SLP terdiri dari satu lapisan input dan output. Fungsi aktivasi yang digunakan adalah hard limitting yaitu unit output akan bernilai satu, jika jumlah pemberian bobot input lebih besar dari nilai bias-nya. Dalam hal pengelompokan suatu obyek akan dikelompokan oleh unit j jika memenuhi : W ij p i b i. Juga sebaliknya, suatu obyek akan dikelompokkan pada kelompok yang lain jika : W ij p i < b i. Gbr 3. Single Layer Perceptrons 2. Multi Layer Perceptrons (MLP) MLP adalah jaringan saraf tiruan alur maju dengan sedikitnya ada satu lapisan tersembunyi. Salah satu masalah dalam membentuk jaringan saraf tiruan MLP adalah berapa banyak unit tersembunyi yang memberikan hasil yang optimal pada suatu jaringan saraf tiruan. Jumlah dari unit yang tersembunyi dapat ditentukan secara empirik dengan mengeplot antara hasil jaringan saraf tiruan dengan jumlah unit tersembunyi tertentu, kemudian dipilih unit tersembunyi dengan hasil latihan terbaik atau dengan kesalahan (error) terkecil.

Gbr 4. Multi Layer Perceptrons II.1.5 Model Train Neural Network dengan Sistem Backpropagation Backpropagation adalah salah satu program komputasi untuk penerapan neural network yang banyak digunakan untuk memecahkan masalah non-linear serta network multilayer dengan menggeneralisasi persamaan widrowhoff. Metoda ini menggunakan metoda penurunan gradien. Backpropagation menggunakan pelatihan terbimbing (train neural network) dan dalam pengaturan jumlah lapisan (layer) mudah dilakukan sehingga banyak diterapkan pada berbagai permasalahan. Backpropagation merupakan sistem train neural network yang dapat menghitung tingkat kesalahan dari hasil keluarannya, sehingga neural network yang digunakan memiliki kesalahan terkecil. Neural network harus dilatih berulang-ulang dengan pola input yang sesuai, sehingga neural network dapat mengenali pola dan diperoleh bobot dan bias tiap simpul dengan kesalahan terkecil. Kelemahan Backpropagation diantaranya adalah : Backpropagation dapat mengenali pola input yang telah diajarkan tetapi tidak dapat mengenali pola input yang baru. Dalam mengenali pola input yang baru, maka pola tersebut harus diajarkan sehingga pola yang lama akan dilupakan. Parameter backpropagation : Inisiasi bobot Memasukan nilai bobot dan nilai bias untuk tiap simpul dengan bilangan acak (random). Menghitung tingkat aktivasi 1. Tingkat aktivasi dari simpul input tidak perlu dihitung 2. Menghitung tingkat aktivasi dari simpul hidden dan output dengan rumus : Untuk simpul hidden (2.2) Untuk simpul output (2.3) dengan : p i : nilai input W ij : bobot ke simpul hidden W jk : bobot ke simpul output

b j : nilai bias simpul hidden b k : nilai bias simpul output 3. Melatih bobot a. Penyesuaian bobot : mencari nilai bobot sesuai dengan keluaran yang diinginkan dengan persamaan : simpul hidden W ij (t+1) = W ij (t) + W ij (2.3) simpul output W jk (t+1) = W jk (t) + W jk (2.4) b. Perhitungan perubahan bobot dengan persamaan : simpul hidden W ij = ηδ j. p i (2.5) simpul output W jk = ηδ k. a j (2.6) 4. Perhitungan gradient error simpul hidden δ j = a j (1 - a j )Σδ k. W ij (2.7) simpul output δ k = a k (1 a k )(T k - a k ) (2.8) dengan : η : koefesien pembelajaran (antara 0 dan 1) δ j : gradien error pada unit j δ k : gradien error pada unit k T k : harga aktivasi yang diinginkan dari simpul output ke k (target) a k : harga aktivasi yang diperoleh pada simpul keluaran ke k 5. Mengulang langkah algoritma diatas sehingga dapat menentukan nilai error terkecil (yang diinginkan). II.2 Dekonvolusi Dekonvolusi merupakan suatu proses kebalikan dari konvolusi. Dekonvolusi merupakan tahapan preprocessing dalam pengolahan data seismik dan merupakan inverse filter. Dekonvolusi adalah suatu metode seismik untuk menghilangkan efek wavelet sehingga didapat estimasi reflektifitas bawah permukaan. Dengan kata lain dekonvolusi adalah proses untuk mengkompres wavelet seismik agar dapat memberikan daya pisah terhadap adanya perlapisan batuan dalam

bumi pada suatu penampang seismik. Prinsip dasar dari analisa dekonvolusi adalah mencari bentuk solusi dari filter inverse atau least square inverse filter. Dalam penentuan operator filter, sering didefinisikan bentuk output yang diinginkan. Dekonvolusi bertujuan untuk meningkatkan resolusi temporal, sehingga data seismik menjadi lebih mudah untuk diinterpretasikan. Pada metoda dekonvolusi konvensional khususnya dekonvolusi spiking input harus berfasa minimum agar memberikan output yang spike dan tanpa delay, jika tidak harus menggunakan wavelet shaping. Suatu proses dekonvolusi tidak akan menghasilkan suatu bentuk spike yang sempurna selama ada komponen frekuensi tinggi yang hilang pada proses konvolusi antara wavelet dan operator filter. Hal yang sering terjadi adalah operator filter sering berperilaku untuk menambah frekuensi, yang sebetulnya tidak terkandung dalam wavelet dari seismogram yang mengakibatkan spektrum amplitudo hasil dekonvolusi tidak memberikan bentuk yang flat. Gbr 5. konvolusi