PENGARUH KETEBALAN SERAT PELEPAH PISANG KEPOK (Musa paradisiaca) TERHADAP SIFAT MEKANIK MATERIAL KOMPOSIT POLIESTER-SERAT ALAM

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

SINTESIS DAN KARAKTERISASI SIFAT MEKANIK SERTA STRUKTUR MIKRO KOMPOSIT RESIN YANG DIPERKUAT SERAT DAUN PANDAN ALAS (Pandanus dubius)

SINTESIS DAN KARAKTERISASI SIFAT MEKANIK BAHAN NANOKOMPOSIT EPOXY-TITANIUM DIOKSIDA

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Material Teknik Jurusan Teknik Mesin,

BAB I PENDAHULUAN. relatif sulit, dapat mengalami korosi dan biaya produksi yang mahal. logam, salah satu material yang banyak dikembangkan saat ini

BAB I PENDAHULUAN. Dengan perkembangan dunia industri sekarang ini. Kebutuhan. material untuk sebuah produk bertambah seiring penggunaan material

PEMANFAATAN PARTIKEL TEMPURUNG KEMIRI SEBAGAI BAHAN PENGUAT PADA KOMPOSIT RESIN POLIESTER

BAB I PENDAHULUAN. saat ini belum dimanfaatkan secara optimal dalam membuat berbagai

Kekuatan tarik komposit lamina berbasis anyaman serat karung plastik bekas (woven bag)

ANALISA PENGARUH KETEBALAN INTI (CORE) TERHADAP KEKUATAN BENDING KOMPOSIT SANDWICH

Pengaruh Persentase Serat Sabut Pinang (Areca Catechu L. Fiber) dan Foam Agent terhadap Sifat Fisik dan Mekanik Papan Beton Ringan

JURNAL FEMA, Volume 1, Nomor 3, Juli 2013 PENGARUH PANJANG SERAT TERHADAP KEKUATAN TARIK KOMPOSIT BERPENGUAT SERAT IJUK DENGAN MATRIK EPOXY

ANALISIS PENGARUH VARIASI FRAKSI VOLUME TERHADAP KEKUATAN TARIK BAHAN KOMPOSIT POLIESTER DENGAN FILLER ALAMI SERABUT KELAPA MERAH

Kata kunci : Serat batang pisang, Epoxy, Hand lay-up, perbahan temperatur.

Fajar Nugroho Sekolah Tinggi Teknologi Adisutjipto, Yogyakarta. Jl. Janti Blok R Lanud Adisutjipto

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan sambungan material komposit yang telah. banyak menggunakan jenis sambungan mekanik dan

Upaya Peningkatan Kualitas Sifat Mekanik Komposit Polyester Dengan Serat Bundung (Scirpus Grossus) Erwin a*, Leo Dedy Anjiu a

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV DATA HASIL PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi pada era globalisasi mengalami. perkembangan yang sangat pesat dengan berbagai inovasi yang

PENGARUH PENAMBAHAN SERAT PINANG (Areca catechu L. Fiber) TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN SIFAT FISIS BAHAN CAMPURAN SEMEN GIPSUM

PENGARUH FRAKSI VOLUME SERAT KAYU GELAM(MELALEUCE LEUCANDENDRA) KEKUATAN TARIK DAN IMPAK KOMPOSIT BERMATRIK POLYESTER

I. PENDAHULUAN. komposit alternatif yang lain harus ditingkatkan, guna menunjang permintaan

STUDI PENGARUH PENAMBAHAN SERAT TERHADAP KUAT TEKAN DAN KUAT LENTUR ATAP SERAT BULU AYAM

Jurusan Teknik Mesin, Universitas Brawijaya Jl. MT Haryono 167, Malang

Kevin Yoga Pradana Dosen Pembimbing: Prof. Dr. Ir. Wajan Berata, DEA

PENGARUH PENAMBAHAN PROSENTASE FRAKSI VOLUME HOLLOW GLASS MICROSPHERE KOMPOSIT HIBRIDA SANDWICH TERHADAP KARAKTERISTIK TARIK DAN BENDING

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. Menurut penelitian Hartanto (2009), serat rami direndam pada NaOH 5%

Momentum, Vol. 10, No. 2, Oktober 2014, Hal ISSN

Pengaruh Fraksi Volume Dan Panjang Serat Pelepah Lontar (Borassus Flabellifer) Terhadap Kekuatan Tarik Dan Kekuatan Impak Komposit Bermatrik Epoksi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGARUH PERENDAMAN (NaOH) TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN BENDING BAHAN KOMPOSIT SERAT BAMBU TALI (GIGANTOCHLOA APUS) BERMATRIKS POLYESTER

PENGARUH KEKUATAN BENDING DAN TARIK BAHAN KOMPOSIT BERPENGUAT SEKAM PADI DENGAN MATRIK UREA FORMALDEHIDE

I. PENDAHULUAN. Dewasa ini penggunaan komposit semakin berkembang, baik dari segi

PENGARUH KOMPOSISI RESIN POLIESTER TERHADAP KEKERASAN DAN KEKUATAN TARIK KOMPOSIT PAPAN PARTIKEL ONGGOK LIMBAH SINGKONG

Mohammad Bagus E. H. 1, Hari Arbiantara 2, Dedi Dwilaksana 2. Abstrak. Abstract. Pendahuluan

PEMBUATAN POLIMER KOMPOSIT RAMAH LINGKUNGAN UNTUK APLIKASI INDUSTRI OTOMOTIF DAN ELEKTRONIK

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI KOMPOSIT SERAT KULIT JAGUNG DENGAN MATRIKS EPOKSI. Eldo Jones Surbakti, Perdinan Sinuhaji,Tua Raja Simbolon

Opa Slamet S,Burmawi,Kaidir

MODIFIKASI POLIPROPILENA SEBAGAI POLIMER KOMPOSIT BIODEGRADABEL DENGAN BAHAN PENGISI PATI PISANG DAN SORBITOL SEBAGAI PLATISIZER

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang

ANALISA KEKUATAN BENDING KOMPOSIT EPOXY DENGAN PENGUATAN SERAT NILON

BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN

Pengaruh Variasi Fraksi Volume, Temperatur, Waktu Curing dan Post-Curing Terhadap Karakteristik Tekan Komposit Polyester - Hollow Glass Microspheres

Universitas Bung Hatta Kampus III Jl. Gajah Mada Gunung Pangilun Telp. (0751) Padang

Volume 1, Nomor 1 Juni 2008 Jurnal Flywheel, ISSN :

III. METODOLOGI PENELITIAN

LOGO KOMPOSIT SERAT INDUSTRI KREATIF HASIL PERKEBUNAN DAN KEHUTANAN

BAB III METODE PENELITIAN. Alat yang digunakan pada penelitian ini antara lain :

PENGARUH PENAMBAHAN SERAT IJUK TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIK PAPAN SEMEN-GIPSUM

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kekuatan Tarik Komposit Partikel Tempurung Kelapa

I. PENDAHULUAN. alami dan harga serat alam pun lebih murah dibandingkan serat sintetis. Selain

ANALISIS SIFAT FISIS DAN MEKANIK PAPAN KOMPOSIT GIPSUM SERAT IJUK DENGAN PENAMBAHAN BORAKS (Dinatrium Tetraborat Decahydrate)

BAB I PENDAHULUAN. relatif sulit, dapat mengalami korosi dan biaya produksi yang mahal. (Suwanto, 2006). Oleh karena itu, banyak dikembangkan material

NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH

SIFAT FISIS DAN MEKANIS PADA KOMPOSIT POLYESTER SERAT BATANG PISANG YANG DISUSUN ASIMETRI [ 45 o / -30 o / 45 o / -30 o ]

PENGARUH VARIASI FRAKSI VOLUME, TEMPERATUR CURING DAN POST-CURING TERHADAP KARAKTERISTIK TEKAN KOMPOSIT EPOXY - HOLLOW GLASS MICROSPHERES IM30K

Studi Eksperimental Pengaruh Jumlah Lapisan Stainless Steel Mesh dan Posisinya Terhadap Karakteristik Tarik dan Bending Komposit Serat Kaca Hibrida

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Jember 2

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 2, (2012) ISSN:

BAB III METODOLOGI. Mulai

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA PUBLIKASI ILMIAH

RIYAN HERI SETYAWAN NIM. D

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Material Teknik Mesin Jurusan Teknik

NASKAH PUBLIKASI TUGAS AKHIR

Analisis Serat Pelepah Batang Pisang Kepok Material Fiber Komposit Matriks Recycled Polypropylene (RPP) Terhadap Sifat Mekanik dan SEM

TUGAS AKHIR. PENGARUH WAKTU RENDAM BAHAN KIMIA NaOH TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS KOMPOSIT SERAT BULU KAMBING SEBAGAI FIBER DENGAN MATRIK POLYESTER

I. PENDAHULUAN. mempunyai sifat lebih baik dari material penyusunnya. Komposit terdiri dari penguat (reinforcement) dan pengikat (matriks).

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Material Teknik Mesin Jurusan Teknik

NASKAH PUBLIKASI. SIFAT FISIS DAN MEKANIS AKIBAT PERUBAHAN TEMPERATUR PADA KOMPOSIT POLYESTER SERAT BATANG PISANG YANG DI TREATMENT MENGGUNAKAN KMnO 4

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Material, Laboratorium

Jurnal Einstein 3 (2) (2015): Jurnal Einstein. Available online

ANALISIS PERBANDINGAN KEKUATAN TARIK ORIENTASI UNIDIRECTIONAL 0 DAN 90 PADA STRUKTUR KOMPOSIT SERAT MENDONG DENGAN MENGGUNAKAN EPOKSI BAKELITE EPR 174

PENGARUH VARIASI FRAKSI VOLUME, TEMPERATUR DAN WAKTU POST-CURING TERHADAP KARAKTERISTIK TARIK KOMPOSIT POLYESTER PARTIKEL HOLLOW GLASS MICROSPHERES

Analisa Sifat Fisis dan Mekanis Komposit Serat Ijuk Dengan Bahan Matrik Poliester

SIFAT MEKANIK TALI SERABUT BUAH LONTAR

Perubahan Sifat Mekanis Komposit Hibrid Polyester yang Diperkuat Serat Sabut Kelapa dan Serat Ampas Empulur Sagu

PENGARUH FRAKSI VOLUME DAN PANJANG SERAT TERHADAP SIFAT BENDING KOMPOSIT POLIESTER YANG DIPERKUAT SERAT LIMBAH GEDEBOG PISANG

BAB 3 RANCANGAN PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

SINTESIS DAN SIFAT MEKANIK BIOKOMPOSIT SERAT HELICONIA-POLIESTER

Uji Mekanik Komposit Berpenguat Serat Pandan Duri dan Resin Polyester Dengan Variasi Komposisi Metoda Fraksi Berat

: SYAIFUL ANWAR SANI D JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

PENGARUH KOMPOSISI CAMPURAN HARDENER DENGAN RESIN POLYESTER TERHADAP KUAT TARIK DAN BENDING POLIMER TERMOSET

Pengaruh Moisture Content dan Thermal Shock Terhadap Sifat Mekanik Komposit Hibrid Berbasis Serat Gelas dan Coir (Aplikasi: Blade Turbin Angin)

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2012 hingga bulan April 2013 di

TUGAS AKHIR. PENGARUH PROSENTASE BAHAN KIMIA 4%, 5%, 6%, 7% NaOH TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS KOMPOSIT SERAT BULU KAMBING DENGAN MATRIK POLYESTER

PENGARUH MOISTURE CONTENT DAN THERMAL SHOCK TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN FISIK KOMPOSIT HIBRID BERBASIS SERAT GELAS DAN COIR

III.METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan terhitung pada bulan Februari Mei

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Juni 2013 di

PENGARUH KOMPOSISI RESIN POLIYESTER TERHADAP KEKUATAN BENDING KOMPOSIT YANG DIPERKUAT SERAT BAMBU APUS

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dalam bidang material komposit,

Pengaruh Penambahan Prosentase Fraksi Volume Hollow Glass Microsphere Komposit Hibrid Sandwich Terhadap Karakteristik Tarik dan Bending

KARAKTERISTIK KOMPOSIT SERAT KULIT POHON WARU (HIBISCUS TILIACEUS) BERDASARKAN JENIS RESIN SINTETIS TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN PATAHAN KOMPOSIT

Momentum, Vol. 14, No. 1, April 2018, Hal ISSN

PENGUKURAN KOEFISIEN ABSORBSI MATERIAL AKUSTIK DARI SERAT ALAM AMPAS TEBU SEBAGAI PENGENDALI KEBISINGAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

PENGARUH KETEBALAN SERAT PELEPAH PISANG KEPOK (Musa paradisiaca) TERHADAP SIFAT MEKANIK MATERIAL KOMPOSIT POLIESTER-SERAT ALAM Noni Nopriantina, Astuti Jurusan Fisika FMIPA Universitas Andalas Kampus Unand, Limau Manis, Padang, 25163 e-mail: n.nopriantina@gmail.com ABSTRAK Telah dilakukan penelitian tentang pengaruh ketebalan serat pelepah pisang kepok (Musa paradisiaca) terhadap sifat mekanik material komposit poliester - serat alam. Dalam penelitian ini digunakan metode hand lay-up untuk pembuatan spesimen komposit dengan mengacu pada ASTM D-4762 sedangkan karakterisasi kuat tekan mengacu pada ASTM D-695 dan kuat tarik mengacu pada ASTM D-638 (GALDABINI 1987 series 32558). Analisis data dilakukan dengan melihat grafik hubungan antara ketebalan serat terhadap tekanan yang diberikan. Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai kuat tekan komposit maksimum yaitu 12,92 N/mm 2 pada penambahan serat dengan variasi ketebalan serat 0,70 mm namun kuat tarik komposit maksimum yaitu 2,53 N/mm 2 pada penambahan serat dengan ketebalan 0,82 mm. Kata kunci : komposit, metode hand lay-up, kuat tekan, kuat tarik. ABSTRACT The research on influence of the fiber thickness of banana kepok (Musa paradisiaca) on the mechanical properties of composite materials polyester - natural fibers has been carried out. This study used hand lay-up methods for the manufacture of composite specimens which refer to ASTM D-4762. The compressive strength of composites were characterized by ASTM D-695 and tensile strength to ASTM D-638 (GALDABINI 1987, 32558 series). The data was analyzed by using graph of pressure as a fuction of fiber thickness. The characterization shows that the maximum compressive strenght is produced by 0.70 mm fiber thickness is about 12.92 N/mm 2, otherwise the maximum tensile strength is 2.53 N/mm 2 found by 0.82 mm fiber tickness. Keywords: composite, method of hand lay-up, compressive strength, tensile strength. I. PENDAHULUAN Penggunaan material logam pada berbagai komponen produk semakin berkurang. Hal ini diakibatkan oleh beratnya komponen yang terbuat dari logam, proses pembentukannya yang relatif sulit, dapat mengalami korosi dan biaya produksinya mahal (Suwanto, 2006). Oleh karena itu, banyak dikembangkan material lain yang mempunyai sifat yang sesuai dengan karakteristik material logam yang diinginkan seperti baja stenlis mempunyai kekuatan tarik 2,4 GN/m 2 dan modulus young 200 GN/m 2 (Hardoyo, 2008). Salah satu material yang banyak dikembangkan saat ini adalah komposit. Komposit adalah suatu material yang terbentuk dari kombinasi dua atau lebih material yang mempunyai sifat mekanik lebih kuat dari material pembentuknya. Komposit terdiri dari dua bagian yaitu matrik sebagai pengikat atau pelindung komposit dan filler sebagai pengisi komposit. Serat alam merupakan alternatif filler komposit untuk berbagai komposit polimer karena keunggulannya dibanding serat sintetis. Serat alam mudah didapatkan dengan harga yang murah, mudah diproses, densitasnya rendah, ramah lingkungan, dan dapat diuraikan secara biologi (Kusumastuti, 2009). Serat pelepah pisang diperoleh dari pohon pisang kepok (Musa paradisiaca) merupakan serat yang mempunyai sifat mekanik yang baik. Sifat mekanik dari serat pelepah pisang mempunyai densitas 1,35 gr/cm 3, kandungan selulosanya 63-64%, hemiselulosa (20%), kandungan lignin 5%, kekuatan tarik rata-rata 600 Mpa, modulus tarik rata-rata 17,85 Gpa dan pertambahan panjang 3,36 % (Lokantara, 2007). Diameter serat pelepah pisang adalah 5,8 μm, sedangkan panjang seratnya sekitar 30,92-40,92 cm. Resin poliester tak jenuh atau sering disebut poliester merupakan matrik dari komposit. Resin ini termasuk juga dalam resin termoset. Pada polimer termoset resin cair diubah menjadi 195

padatan yang keras dan getas yang terbentuk oleh ikatan silang kimiawi yang membentuk rantai polimer yang sangat kuat. Menurut Mubarak (2006) resin termoset tidak mencair karena pemanasan. Pada saat pencetakan, resin ini tidak perlu diberikan tekanan, karena ketika masih cair memiliki viskositas yang relatif rendah, mengeras dalam suhu kamar dengan penggunaan katalis tanpa menghasilkan gas (tidak seperti resin termoset lainnya). Pada umumnya resin poliester kuat terhadap asam kecuali asam pengoksida, tetapi memiliki ketahanan yang rendah terhadap basa. Jika resin ini dimasukkan ke dalam air mendidih selama 300 jam maka akan pecah dan retak-retak. Secara luas poliester digunakan dalam bentuk bahan komposit. Beberapa penelitian yang berhubungan dengan komposit serat alam ini adalah, Suwanto (2006) telah mengamati pengaruh temperatur post-curing terhadap kekuatan tarik komposit epoxy resin yang diperkuat dengan anyaman serat pisang. Kekuatan tarik maksimum yang terjadi pada komposit mengalami proses post-curing pada temperatur 1000 0 C sebesar 42,82 MPa, sehingga terjadi peningkatan kekuatan tarik sebesar 40,26% jika dibandingkan dengan komposit tanpa pemanasan. Kekuatan tarik yang terjadi pada komposit lebih kecil jika dibandingkan dengan kekuatan tarik dua material penyusunnya. Hal ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu porositas yang cukup tinggi pada komposit, kondisi serat yang kurang seragam, terjadinya delaminasi antara serat dan matriks, dan ikatan permukaan yang rendah antara serat dengan matriks. Suranni (2010) meneliti tentang pemanfaatan batang pisang (Musa sp.) sebagai bahan baku papan serat dengan perlakuan termo-mekanis. Perlakuan termo-mekanis dilakukan melalui pembentukan mat dengan cara basah (wet process). Kualitas papan serat terbaik didapatkan pada perlakuan suhu perebusan serpih 100 C tanpa menggunakan perekat sintetik. Sifat fisis dan mekanis papan serat yang dihasilkan memenuhi standar FAO (Food and Agriculture Organization) dan JIS (Japanese Industrial Standards) kecuali nilai penyerapan airnya yang sangat tinggi. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dalam penelitian ini, disintesis material komposit dengan pengaruh ketebalan serat pelepah pisang kepok (Musa paradisiaca) terhadap sifat mekanik material komposit poliester-serat alam, dan diharapkan sifat mekanik komposit poliester-serat pelepah pisang lebih baik daripada sifat mekanik poliester murni. Hasil yang bisa dicapai adalah material yang ringan dengan kekuatan tinggi. II. METODE Alat dan bahan yang digunakan untuk karakterisasi sampel pada penelitian ini adalah UTM-GALDABINI Testing Machine 1987 Series 32558 dengan sfesifikasi kapasitas maksimum 10 ton, range kecepatan 1-20 inchi/menit dan kontrol pengujian otomatis dengan com-touch total control dan serat pelepah pisang digunakan sebagai penguat komposit, poliester yukalac- 157 BQTN-EX dan katalis MEKPO (metil etil keton peroxide) digunakan sebagai matrik atau pengikat komposit. Gambar 1 Skema penyusunan serat uji kuat tekan Penelitian ini menggunakan metode hand lay-up meliputi persiapan cetakan, pelapisan, perataan, dan pengeringan. Setelah itu pengambilan serat dilakukan dengan memilih pelepah pisang yang masih dalam keadaan bagus, lembab, dan mulai mongering, membuang daun pada 196

pelepah pisang dan memotong bagian pelepah yang sudah mongering, melepaskan kulit luar (keras) pelepah pisang, penjemuran dilakukan di tempat yang tidak terkena sinar matahari secara langsung. Kemudian dilakukan pembuatan sampel. Bahan-bahan yang telah disiapkan seperti poliester dan katalis diaduk dalam wadah (gelas kimia) selama 15 menit hingga campuran menjadi homogen. Pembuatan komposit mengacu pada standar ASTM D-4762. Campuran homogen tesebut dituangkan pada cetakan uji tarik dengan ukuran cetakan (16,5cm x 1,9cm x 0,6cm) dan cetakan uji tekan dengan ukuran cetakan (5cm x 5cm x 5cm) diratakan dengan kuas. Untuk sampel uji kuat tekan campuran dituangkan ke dalam cetakan. Pada lapisan pertama dengan tinggi 1cm serat pelepah pisang dengan ketebalan serat yang telah 0,55 mm disusun secara memanjang dan searah dengan jarak masing 1 cm, setelah lapisan pertama setengah kering dilapisi lagi poliester yang telah diaduk untuk lapisan keduanya, dengan tinggi dan jarak yang sama dengan lapisan pertama, diulangi langkah tersebut sampai pada lapisan kelima. Untuk sampel 2, 3, dan 4 dengan variasi ketebalan serat 0,60 mm, 0,65 mm dan 0,70 mm. Gambar 2 Skema uji kuat tarik Untuk sampel uji kuat tarik serat pelepah pisang disusun memanjang di atas cetakan sejajar dengan ukuran cetakan. Diulangi langkah tersebut untuk sampel 2,3 dan 4. Setelah pembuatan sampel selesai, dikeringkan selama 24 jam, kemudian dilakukan karakterisasi sifat mekanik dari komposit tersebut berupa uji kuat tekan dan uji kuat tarik. III. HASIL DAN DISKUSI 3.1 Pengujian Kuat Tekan Poliester Murni Pengujian kuat tekan komposit diperoleh dari besar gaya penekan maksimum tegak lurus permukaan dibagi dengan luas penampang yang ditekan, dengan volume poliseter 99%, katalis 1% dan luas bidang tekan 2500 mm 2. Pengujian yang dilakukan menghasilkan grafik hubungan pertambahan beban terhadap defleksi yang dihasilkan oleh material uji seperti pada Gambar 3. Gambar 3 Grafik kuat tekan poliester murni Dari Gambar 3 terlihat hubungan linear beban terhadap defleksi. Komposit akan mengalami kehancuran pada saat diberikan Gaya maksimum terhadap poliester murni ini sebesar 30400 N. Dari hasil pengujian kuat tekan komposit poliester murni, didapatkan nilai kuat tekannya sebesar 12,16 N/mm 2. 197

3.2 Pengujian Kuat Tekan Komposit Poliester setelah penambahan Serat Pelepah Pisang dengan Ketebalan serat (0,55 ; 0,60 ; 0,65 ; 0,70)mm Komposit poliester dengan variasi ketebalan serat pelepah pisang yang telah disintesis diuji kekuatan tekannya untuk melihat kombinasi terbaik antara poliester dan serat pelepah pisang sehingga didapatkan sifat mekanik yang diharapkan. Data hasil pengukuran kuat tekan poliester terhadap variasi ketebalan serat pelepah pisang ditunjukkan pada Tabel 1. Tabel 1 Hasil pengujian kuat tekan komposit poliester setelah penambahan serat pelepah pisang dengan ketebalan serat dengan variasi 0,55 ; 0,60 ; 0,65 ; 0,70 mm. Komposisi Bahan No Volume polieste (%) Volume Katalis (%) Ketebalan Serat (mm) Jumlah Serat F c (N) A c (mm 2 ) Kuat Tekan (N/mm 2 ) 1 99 1 0,55 25 20200 2500 8,08 2 99 1 0,60 25 31100 2500 12,44 3 99 1 0,65 25 26400 2500 10,56 4 99 1 0,70 25 32300 2500 12,92 Untuk variasi ketebalan serat pelepah pisang 0,55 mm diperoleh grafik hubungan antara beban dan defleksi ditunjukkan pada Gambar 4. Gambar 4 Grafik kuat tekan komposit poliester setelah penambahan serat pelepah pisang dengan ketebalan serat 0,55 mm. Dari Gambar 4 dapat diketahui bahwa komposit akan mengalami kehancuran pada saat diberikan beban sebesar 2,02 ton. Gaya tekan maksimum yang diberikan pada komposit sebesar 20200 N dibagi dengan luas penampang yang ditekan sebesar 2500 mm 2, sehingga diperoleh kuat tekannya sebesar 8,08 N/mm 2. Untuk variasi ketebalan serat pelepah pisang 0,60 mm diperoleh grafik hubungan antara beban dan defleksi ditunjukkan pada Gambar 5. Gambar 5 grafik kuat tekan komposit poliester setelah penambahan serat pelepah pisang dengan ketebalan serat 0,60 mm. Dari Gambar 5 dapat diketahui bahwa komposit akan mengalami kehancuran pada saat diberikan beban sebesar 3,11 ton. Gaya tekan maksimum yang diberikan pada komposit sebesar 31100 N dibagi dengan luas penampang yang ditekan sebesar 2.500 mm 2, sehingga diperoleh kuat tekannya sebesar 12,44 N/mm 2 Untuk variasi ketebalan serat pelepah pisang 0,65 mm diperoleh grafik hubungan antara beban dan defleksi ditunjukkan pada Gambar 6. 198

Gambar 6 Grafik kuat tekan komposit poliester setelah penambahan serat pelepah pisang dengan ketebalan serat 0,65 mm. Dari Gambar 6 dapat diketahui bahwa komposit akan mengalami kehancuran pada saat diberikan beban sebesar 2,35 ton. Gaya tekan maksimum yang diberikan pada komposit sebesar 26400 N dibagi dengan luas penampang yang ditekan sebesar 2.500 mm 2, sehingga diperoleh kuat tekannya sebesar 10,56 N/mm 2. Untuk variasi ketebalan serat pelepah pisang 0,70 mm diperoleh grafik hubungan antara beban dan defleksi ditunjukkan pada Gambar 7. Gambar 7 Grafik kuat tekan komposit poliester setelah penambahan serat pelepah pisang dengan ketebalan serat 0,70 mm. Dari Gambar 7 dapat diketahui bahwa komposit akan mengalami kehancuran pada saat diberikan beban sebesar 3,23 ton. Gaya tekan maksimum yang diberikan pada komposit sebesar 32.300 N dibagi dengan luas penampang yang ditekan sebesar 2500 mm 2, sehingga diperoleh nilai kuat tekannya sebesar 12,92 N/mm 2. Kuat tekan material komposit sangat dipengaruhi oleh komposisi bahan pembentuknya, yaitu ikatan antara penguat dan pengisi komposit ini. Dari data hasil pengujian yang dilakukan terhadap kuat tekan dan kuat tarik komposit poliester, kuat tekan komposit bernilai lebih besar dibandingkan kuat tarik, sehingga kuat tekan inilah yang dijadikan acuan untuk mengetahui mutu dan kekuatan suatu bahan komposit. Kuat tekan material komposit diperoleh dari empat buah benda uji dengan variasi ketebalan serat pelepah pisang masing-masing 0,55 mm, 0,60 mm, 0,65 mm, 0,70 mm yang berbentuk kubus berukuran 50 x 50 x 50 mm 3. Dari hasil pengujian terhadap kuat tekan diperoleh hasil kuat tekan dari keempat variasi tersebut dengan nilai masing-masing 8,08 N/mm 2, 12,44 N/mm 2, 9,40 N/mm 2, 12,92 N/mm 2. Gambar 4 menunjukkan bahwa dengan variasi ketebalan serat pelepah pisang 0,55 mm, kuat tekan terendah yang diperoleh dengan nilai sebesar 8,08 N/mm 2, sedangkan nilai kuat tekan tertinggi diperoleh nilai sebesar 12,92 N/mm 2 dengan ketebalan serat pelepah pisang 0,70 mm ditunjukkan pada gambar 7. Kuat tekan material komposit dengan variasi 0,65 mm mengalami penurunan nilai dari material komposit dengan variasi 0,55 mm dan 0,60 mm. Hal ini dipengaruhi oleh timbulnya void pada komposit. Void atau gelembung udara sangat mempegaruhi ikatan antara matriks dan serat, yaitu adanya celah pada serat atau bentuk serat yang kurang sempurna yang dapat menyebabkan matriks tidak akan mampu mengisi ruang kosong pada cetakan. Jika komposit tersebut menerima beban, maka daerah tegangan akan berpindah kedaerah void sehingga akan mengurangi kekuatan komposit tersebut. Kekuatan komposit berbanding terbalik dengan void yaitu semakin banyak void maka komposit akan semakin rapuh dan apabila voidnya sedikit 199

maka komposit akan semakin kuat (Porwanto, 2008). Berikut ini adalah grafik hubungan antara ketebalan serat pelepah pisang dengan kuat tekan komposit yang telah dikarakterisasi ditunjukkan pada Gambar 8. Gambar 8 Grafik hubungan ketebalan serat pelepah pisang terhadap kuat tekan komposit Dari gambar 8 dapat diketahui bahwa, dengan komposisi poliester 99% dan katalis 1% terhadap ketebalan serat pelepah pisang, nilai kuat tekan yang paling besar didapatkan pada variasi ketebalan serat 0,70 mm sebesar 12,92%. Nilai kekuatannya lebih tinggi daripada polieter murni. Semakin tebal serat yang dicampurkan ke dalam poliester maka nilainya akan semakin baik, sampai diperoleh nilai ketebalan optimum sehingga ketebalan serat sangat mempengaruhi kekuatan suatu komposit. Kekuatan tekan suatu komposit secara keseluruhan dihasilkan dari sifat mekanik dari resin poliester itu sendiri, dimana sifat dan kekuatan resin poliester dapat menjaga kontinyuitas serat sebagai pengisi komposit (Bramayanto, 2008). Ketebalan serat yang optimum didapatkan pada variasi serat 0,70 mm. Kuat tekan komposit poliester serat pelepah pisang ini mampu menahan beban sebesar 32300 N. 3.3 Pengujian Kuat Tarik Poliester Murni Kuat tarik komposit adalah batas kekuatan suatu bahan atau material untuk menerima tarikan. Pengujian kuat tarik ini dilakukan sampai bahan mengalami patah atau putus jika diberikan gaya tertentu dan menentukan luas penampang benda uji. Gaya yang dibutuhkan oleh material hingga terputus merupakan gaya maksimum. Nilai kuat tarik yaitu besarnya gaya tarik maksimum yang bekerja pada saat benda uji putus dengan volume poliester 99%, dan volume katalis 1%, sedangkan luas bidang tariknya 750 mm 2. Pengujian yang dilakukan menghasilkan grafik hubungan pertambahan beban terhadap defleksi yang dihasilkankan oleh material uji seperti pada Gambar 9. Gambar 9 Grafik kuat tarik poliester murni Dari gambar 9 dapat diketahui bahwa grafik hubungan beban yang diberikan terhadap 0,17 ton dengan gaya 1700 N, sehingga diperoleh nilai defleksinya sebesar 3,50 mm dan kuat tariknya 2,26 N/mm 2. Pada saat komposit diberikan beban 0,06 ton, nilai defleksi diperoleh sebesar 1,15 mm, komposit masih bersifat elastis dimana material kembali ke bentuk semula jika pembebanan dilepaskan dan komposit bersifat plastis pada saat pembebanan sebesar 0,17 200

ton dengan defleksi 3,50 mm dimana daerah material tidak akan kembali ke bentuk semula apabila beban dilepaskan 3.4 Pengujian Kuat Tarik Komposit Poliester Setelah Penambahan Serat Pelepah Pisang dengan Ketebalan Serat 0,67 ; 0,70 ; 0,80 ; 0,82 mm Kuat tarik komposit sangat dipengaruhi oleh matrik dan fillernya. Matrik yaitu bahan pengikat atau pelindung komposit sedangkan filler yaitu bahan pengisi (serat). Berikut ini adalah data pengujian kuat tarik komposit poliester setelah penambahan serat pelepah pisang ditunjukkan pada Tabel 2. Pengujian tarik untuk variasi 0,67 mm didapatkan grafik seperti yang ditunjukkan pada Gambar 10. Tabel 2 Hasil pengujian kuat tarik komposit poliester setelah penambahan serat pelepah pisang dengan ketebalan serat dengan variasi 0,67 ; 0,70 ; 0,80 ; 0,82 mm. Komposisi Bahan No Volume polieste (%) Volume Katalis (%) Ketebalan Serat (mm) Jumlah Serat F T (N) A T (mm 2 ) Kuat Tarik (N/mm 2 ) 1 99 1 0,67 5 1500 750 2,00 2 99 1 0,70 5 1700 750 2,26 3 99 1 0,80 5 1500 750 2,00 4 99 1 0,82 5 1900 750 2,53 Gambar 10 Grafik kuat tarik komposit poliester setelah penambahan serat pelepah pisang dengan ketebalan serat 0,67 mm Dari Gambar 10 dapat diketahui bahwa grafik hubungan beban yang diberikan terhadap 0,17 ton dengan gaya 1.500 N, sehingga diperoleh nilai defleksinya sebesar 5,40 mm dan kuat tariknya 2 N/mm 2. Komposit bersifat elastis pada saat pembebanan 0,03 ton dengan defleksi sebesar 2,00 mm dan bersifat plastis pada saat 0,09 ton dengan defleksi 4,00 mm. Pengujian kuat tarik pada variasi ketebalan serat 0,70 mm diperoleh grafik seperti yang ditunjukkan pada Gambar 11. Gambar 11 Grafik kuat tarik komposit poliester setelah penambahan serat pelepah pisang dengan ketebalan serat 0,70 mm 201

Dari Gambar 11 dapat diketahui bahwa grafik hubungan beban yang diberikan terhadap 0,17 ton dengan gaya 1.700 N, sehingga diperoleh nilai defleksinya sebesar 1,65 mm dan kuat tarik sebesar 2,26 N/mm 2. Komposit bersifat elastis pada saat pembebanan 0,09 ton dengan defleksi sebesar 0,50 mm dan bersifat plastis pada saat 0,16 ton dengan defleksi 1,60 mm. Pengujian kuat tarik pada variasi ketebalan serat 0,80 mm diperoleh grafik seperti yang ditunjukkan pada Gambar 12. Gambar 12 Grafik kuat tarik komposit poliester setelah penambahan serat pelepah pisang dengan ketebalan serat 0,80 mm Dari Gambar 12 dapat diketahui bahwa grafik hubungan beban yang diberikan terhadap 0,15 ton dengan gaya 1.500 N, sehingga diperoleh nilai defleksinya sebesar 2,15 mm dan kuat tarik sebesar 2 N/mm 2. Komposit bersifat elastis pada saat pembebanan 0,01 ton dengan defleksi sebesar 0,10 mm dan bersifat plastis pada saat 0,15 ton dengan defleksi 2,10 mm. Pengujian kuat tarik pada variasi ketebalan serat 0,82 mm diperoleh grafik seperti yang ditunjukkan pada Gambar 13. Gambar 13 Grafik kuat tarik komposit poliester setelah penambahan serat pelepah pisang dengan ketebalan serat 0,82 mm Dari Gambar 13 dapat diketahui bahwa grafik hubungan beban yang diberikan terhadap 0,19 ton dengan gaya 1.900 N, sehingga diperoleh nilai defleksinya sebesar 3,00 mm dan kuat tarik sebesar 2.53 N/mm 2. Komposit bersifat elastis pada saat pembebanan 0,07 ton dengan defleksi sebesar 0,95 mm dan bersifat plastis pada saat 0,19 ton dengan defleksi 2,95 mm. Untuk kekuatan tarik secara keseluruhan dapat dilihat pada grafik hubungan antara ketebalan serat terhadap kuat tarik komposit poliester ditunjukkan pada Gambar 14. Dari Gambar 14 dapat diketahui bahwa nilai kekuatan tarik komposit pada variasi 0,67 mm, 0,70 mm, 0,80 mm, dan 0,82 mm diperoleh nilai masing-masing sebesar 2 N/mm 2, 2,26 N/mm 2, 2 N/mm 2 dan 2,53 N/mm 2. Dari hasil yang diperoleh, untuk variasi 0,80 mm mengalami penurunan nilai kuat tariknya. Semakin besar ketebalan serat maka nilai kuat tarik yang diperoleh akan semakin baik. Penurunan nilai kuat tarik disebabkan oleh adanya gelembung udara, sehingga bentuk komposit menjadi berongga dan kekuatannya akan menurun. Selain timbulnya gelembung udara, ketidak lurusan serat juga mempengaruhi kekuatan komposit. Pada saat benda uji diberi beban gaya, serat yang tidak lurus akan mengakibatkan 202

penumpukan tegangan pada satu daerah serat saja. Pada serat yang lurus tegangan akan diterima oleh kesuluruhan serat panjang sehingga menyebabkan daerah tersebut mengalami kerenggangan antara serat dan matrik. Renggangan inilah yang menjadi faktor suatu komposit sangat cepat mengalami retak dan menjadi patah. Pada pengujian tarik komposit akan berakibat lolosnya serat dari matrik. Hal ini disebabkan karena kekuatan atau ikatan antara matrik dan serat yang kurang besar (Schwartz, 1984). Gambar 14 Grafik hubungan ketebalan serat pelepah pisang terhadap kuat tarik komposit poliester IV. KESIMPULAN Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa nilai kuat tekan poliester murni diperoleh sebesar 12,16 N/mm 2 dan nilai kuat tekan komposit poliester bernilai maksimum setelah penambahan serat pelepah pisang dengan ketebalan optimum 0,70 mm memiliki kekuatan tekan sebesar 12,92 N/mm 2. Semakin tebal serat yang digunakan, nilai kekuatan tekannya akan semakin baik hingga mencapai titik maksimum. Nilai kuat tarik poliester murni adalah 2,93 N/mm 2 sedangkan kuat tarik komposit poliester bernilai maksimum setelah penambahan serat pelepah pisang adalah dengan ketebalan optimum 0,82 mm. DAFTAR PUSTAKA ASTM D 638, 2005, Standard Test Methodefor Tensile Properties of Plastics, American Society for Testing Materials, Philadelphia, PA. ASTM D 695-02A, 2005, Test Method for Compressive Properties of Plastics, American Society for Testing Materials, Philadelphia, PA. ASTM D D4762-04, 2005, Guide for Testing Polymer Matrix Composite Materials, American Society for Testing Materials, Philadelphia, PA Bramayanto, A., 2008, Pengaruh Konsentrasi terhadap Sifat Mekanik Material Komposit Poliester Serat Alam, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia. Hardoyo, K., 2008, Karakterisasi Sifat Mekanis Komposit Partikel SiO2 dengan Matrik Resin Polyester, Tesis FMIPA, Program Studi Ilmu Material, UI. Kusumastuti, A., 2009, Aplikasi Serat Sisal sebagai Komposit Polimer, Jurusan Teknologi Jasa dan Produksi, Universitas Negeri Semarang, Jurnal Kompetensi Teknik Vol. 1, No. 1, November 2009 27 Lokantara, P., 2012, Analisis Kekuatan Impact Komposit Polyester-Serat Tapis Kelapa Dengan Variasi Panjang Dan Fraksi Volume Serat Yang Diberi Perlakuan NaOH, Fakultas Teknik, Universitas Udayana, Kampus Bukit Jimbaran, Bali, Indonesia. Mubarak, A., 2006, Karakterisasi Sifat Mekanis Material Biokomposit Unidirectional Laminae Serat Heliconia-Resin Poliester, jur. Fisika, FMIPA, IPB. Schwartz, M.M., 1984, Composite Materials Handbook, McGraw-Hill Book Co, New York. Surrani, L., 2010, Pemanfaatan Batang Pisang (musa sp.) sebagai Bahan Baku Papan Serat dengan Perlakuan Termo-Mekanis, Balai Penelitian Kehutanan, Manado. Suwanto, B., 2006, Pengaruh Temperatur Post-Curing terhadap Kekuatan Tarik Komposit Epoksi Resin yang diperkuat Woven Serat Pisang, Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Semarang, Semarang. 203