KEPUTUSAN TENTANG PEDOMAN IDENTIFIKASI PRODUK, NASABAH, USAHA DAN NEGARA YANG BERISIKO TINGGI BAGI PENYEDIA JASA KEUANGAN

dokumen-dokumen yang mirip
VI PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN (PPATK)


DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN SALINAN

-2- c. Pengaturan Customer Due Dilligence (CDD) sederhana khusus untuk Nasabah yang tergolong berisiko rendah; dan

GUBERNUR BANK INDONESIA,

2 tersebut perlu disesuaikan dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang serta Undang-Un

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 30/PMK.010/2010 TENTANG PENERAPAN PRINSIP MENGENAL NASABAH BAGI LEMBAGA KEUANGAN NON BANK

IDENTIFIKASI TRANSAKSI KEUANGAN MENCURIGAKAN (TKM) DAN TRANSAKSI KEUANGAN TUNAI (TKT)


Prosedur Prinsip Prinsip Mengenal Nasabah

Non Bank. Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG

- 2 - PASAL DEMI PASAL. Pasal 1 Cukup jelas. Pasal 2 Cukup jelas. Pasal 3 Huruf a Cukup jelas.

- 2 - PASAL DEMI PASAL. Pasal 1. Cukup jelas. Pasal 2...

V PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN (PPATK)

KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN,

Lampiran Keputusan Kepala Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan Nomor: 2/4/KEP.PPATK/2003

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

Pedoman Standar Penerapan Program Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme DIREKTORAT PENELITIAN DAN PENGATURAN PERBANKAN

Dalam penerapan program Anti Pencucian Uang (APU) dan Pencegahan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA Pusat Pelaporan Dan Analisis Transaksi Keuangan. Pertukaran. Informasi.

PENILAIAN RISIKO INDONESIA TERHADAP TINDAK PIDANA PENDANAAN TERORISME PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN

MATRIKS PERUBAHAN PERATURAN V.D.10

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 14/27/PBI/2012 TENTANG PENERAPAN PROGRAM ANTI PENCUCIAN UANG DAN PENCEGAHAN PENDANAAN TERORISME BAGI BANK UMUM

BAGI PIHAK PELAPOR DAN PIHAK LAINNYA. Bagian Kedua, Pengenalan Prinsip Mengenali Pengguna Jasa

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN

PENEGAKAN HUKUM. Bagian Kedelapan, Permintaan Keterangan Kepada PPATK (Berdasarkan Informasi PPATK

FREQUENTLY ASKED QUESTIONS (FAQS)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

-2- kewenangan tersebut, Bank Indonesia menerbitkan Peraturan Bank Indonesia mengenai penerapan Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 22/ POJK.04 / 2014 TENTANG PRINSIP MENGENAL NASABAH OLEH PENYEDIA JASA KEUANGAN DI SEKTOR PASAR MODAL

2017, No Kepala Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi tentang Pedoman Penerapan Program Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan T

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI REPUBLIK INDONESIA,

PEDOMAN STANDAR PENERAPAN PROGRAM ANTI PENCUCIAN UANG DAN PENCEGAHAN PENDANAAN TERORISME BAGI BANK UMUM

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 11/ 28 /PBI/2009 TENTANG PENERAPAN PROGRAM ANTI PENCUCIAN UANG DAN PENCEGAHAN PENDANAAN TERORISME BAGI BANK UMUM

DENGAN RAHMATTUHAN YANG MAHA ESA KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

- 4 - dan sanksi lainnya atas pelanggaran Peraturan OJK ini selain kewajiban pelaporan.

2 dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Kepala Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan tentang Pengenaan Sa

PETUNJUK PENYUSUNAN PEDOMAN PELAKSANAAN PENERAPAN PRINSIP MENGENAL NASABAH LEMBAGA PEMBIAYAAN EKSPOR INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN,

FREQUENTLY ASKED QUESTIONS (FAQS)

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2015 TENTANG PIHAK PELAPOR DALAM PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

1. Direksi Perusahaan Efek yang melakukan kegiatan usaha sebagai Penjamin Emisi Efek dan/atau Perantara Pedagang Efek;

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PRINSIP MENGENAL NASABAH OLEH PIALANG BERJANGKA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 12/ 20 /PBI/2010

BAGI PIHAK PELAPOR DAN PIHAK LAINNYA. Bagian Ketiga, Identifikasi, Verifikasi Dan Pemantauan Transaksi Pengguna Jasa

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 117, T

10. Kategori Nasabah: Modal.

POTENSI RISIKO TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG (TPPU) PADA PROFESI BERDASARKAN HASIL NATIONAL RISK ASSESSMENT

PT Bank OCBC NISP, Tbk Anti Money Laundering & Counter Financing Terrorism KUTIPAN KEBIJAKAN ANTI PENCUCIAN UANG DAN PENCEGAHAN PENDANAAN TERORISME

REZIM ANTI PENCUCIAN UANG DI INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

576\; 2. Peraturan Presiden Nomor 50 Tahun 2OII. tentang Tata Cara Pelaksanaan Kewenangan Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PIHAK PELAPOR DALAM PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG. Pasal 1 Dalam P

Modul E-Learning 1. Modul bagian pertama yaitu Pengenalan Pencucian Uang bertujuan untuk menjelaskan:

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

LATAR BELAKANG PERUBAHAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II PRINSIP MENGENAL NASABAH DI PASAR MODAL. uang dengan cara mengenal dan mengetahui identitas nasabah, memantau

Direktorat Kredit, BPR dan UMKM (DKBU) Direktorat Perbankan Syariah (DPbS) Lampiran 1 Surat Edaran Bank Indonesia No.13/14 /DKBU Tanggal 12 Mei 2011

1. Undang-Undang Nomor B Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana PUSAT PEUTPORAN DAN ANATISIS TRANSAKSI KEUANGAN

1.4. Modul Mengenai Pengaturan Pemberantasan Pencucian Uang Di Indonesia

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

No pelanggaran berat terhadap hak asasi manusia, terutama hak untuk hidup. Rangkaian tindak pidana terorisme yang terjadi di wilayah Negara Ke

PEDOMAN PENERAPAN PROGRAM ANTI PENCUCIAN UANG DAN PENCEGAHAN PENDANAAN TERORISME PADA PIALANG BERJANGKA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

STRATEGI ASSET TRACING

2017, No pemberantasan tindak pidana pencucian uang dan pendanaan terorisme sehingga perlu diganti; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaim

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

PENEGAKAN HUKUM. Bagian Kesatu, Wewenang-Wewenang Khusus Dalam UU 8/2010

S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA. Penerapan Program Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme bagi Bank Umum.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

Lampiran 1 Kamus Data, Dokumentasi Input Proses Output

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 5/ 23 /PBI/2003 TENTANG PENERAPAN PRINSIP MENGENAL NASABAH (KNOW YOUR CUSTOMER PRINCIPLES)

(Pasal 39 UU No. 8 Tahun 2010)

PERATURAN NOMOR : PER- 02 / 1.02 / PPATK / 02 / 15 TENTANG KATEGORI PENGGUNA JASA YANG BERPOTENSI MELAKUKAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

RANCANGAN PENJELASAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 38 /SEOJK.01/2017

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.21, 2010 PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN. Informasi Publik. Keterbukaan.

BAB I PENDAHULUAN

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 37 /SEOJK.05/2017 TENTANG

2011, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN TENTANG PENERAPAN PRINSIP MENGENALI PENGGUNA

2013, No.50 2 Mengingat c. bahwa Indonesia yang telah meratifikasi International Convention for the Suppression of the Financing of Terrorism, 1999 (K

Transkripsi:

KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN KEPUTUSAN KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN NOMOR: KEP-47/1.02./PPATK/06/2008 TENTANG PEDOMAN IDENTIFIKASI PRODUK, NASABAH, USAHA DAN NEGARA YANG BERISIKO TINGGI KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN, Menimbang : a. bahwa untuk mencegah praktik pencucian uang dan pendanaan teroris, Penyedia Jasa Keuangan (PJK) perlu melakukan identifikasi produk, nasabah, usaha dan negara yang dapat menimbulkan berbagai risiko bagi PJK seperti risiko hukum, reputasi dan sebagainya; b. bahwa untuk menghindari berbagai risiko yang timbul, perlu adanya pedoman bagi PJK dalam melakukan identifikasi produk, nasabah, usaha dan negara yang berisiko tinggi sehingga dapat membantu menciptakan stabilitas sistem keuangan; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, dan huruf b, perlu membentuk Pedoman Identifikasi Produk, Nasabah, Usaha dan Negara yang Berisiko Tinggi Bagi PJK; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 30, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4191) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2003 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4324); Jl. Ir. H. Juanda No. 35 Jakarta 10120 Indonesia Telephone : +6221-3850455 +6221-3853922 Facsimile +6221-3856809 +6221-3856826 Email : Contact-us@ppatk.go.id Website : www.ppatk.go.id

KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN 2. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2003 tentang Pengesahan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2002 tentang Tindak Pidana Terorisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 45, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4284); 3. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2003 tentang Tata Cara Pelaksanaan Kewenangan Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan; MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERTAMA : Pedoman identifikasi produk, nasabah, usaha dan negara yang berisiko tinggi sebagaimana terlampir dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Keputusan ini. KEDUA : Pedoman identifikasi produk, nasabah, usaha dan negara yang berisiko tinggi ini berlaku bagi Penyedia Jasa Keuangan baik yang berbentuk bank umum, bank perkreditan rakyat, perusahaan efek, pengelola reksa dana, bank kustodian, perusahaan perasuransian, dana pensiun, lembaga pembiayaan, usaha jasa pengiriman uang, dan pedagang valuta asing. KETIGA : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan dalam Keputusan ini, akan diadakan perubahan sebagaimana mestinya. Jl. Ir. H. Juanda No. 35 Jakarta T0120 Tndonesia Telephone : +6221-3850455 +6221-3853922 Facsimile +6221-3856809 +6221-3856826 Email : Contact-us@ppatk.go.id Website : www.ppatk.go.id

KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN KEEMPAT : Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengumuman Keputusan Kepala Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di: Jakarta Pada tanggal: 2 Juni 2008 Jl. Ir. H. JuanUa No. 35 Jakarta 10120 Indonesia Telephone : +6221-3850455 +6221-3853922 Facsimile +6221-3856809 +6221-3856826 Email : Contact-us@ppatk.go.id Website : www.ppatk.go.id

Lampiran Keputusan Kepala Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan Nomor: KEP-47/1.02/PPATK/06/08 P e d o m a n VI PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN (PPATK) Pedoman Identifikasi Produk, Nasabah, Usaha, dan Negara Berisiko Tinggi bagi Penyedia Jasa Keuangan

PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN PEDOMAN VI Pedoman Identifikasi Produk, Nasabah, Usaha, dan Negara Berisiko Tinggi bagi Penyedia Jasa Keuangan Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) E-mail: helpline@ppatk.go.id Tel: +6221-3850455, +6221-3853922 Fax: +6221-3856809, +6221-3856826 Jakarta 2008

Daftar Isi BAB 1: UMUM...1 A. Pendahuluan...1 B. Kegunaan Pedoman...1 BAB 2: IDENTIFIKASI PRODUK, NASABAH, USAHA, DAN NEGARA BERISIKO TINGGI BAGI PENYEDIA JASA KEUANGAN...3 A. Produk BerisikoTinggi...3 B. Nasabah BerisikoTinggi...4 C. Usaha BerisikoTinggi.. 5 D. Negara Berisiko Tinggi...6 E. Identifikasi Risiko...6

Bab 1 BAB 1: UMUM A. Pendahuluan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Republik IndonesiaNomor 25 Tahun 2003 yang selanjutnya disebut UU TPPU dalam Pasal 13 ayat (1) huruf a menyebutkan, bahwa Penyedia Jasa Keuangan yang selanjutnya disebut PJK, wajib menyampaikan Laporan Transaksi Keuangan Mencurigakan kepada Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan yang selanjutnya disebut PPATK sebagai upaya untuk mendeteksi kegiatan pencucian uang sejak dini. Sesuai dengan ketentuan Pasal 26 huruf e UU TPPU, PPATK mempunyai tugas mengeluarkan pedoman untuk membantu PJK dalam mendeteksi ketidakwajaran transaksi keuangan nasabah. Mengingat banyaknya kesulitan yang dialami PJK dalam melakukan hal tersebut, maka PPATK perlu menetapkan Pedoman Identifikasi Produk, Nasabah, Usaha, dan Negara Berisiko Tinggi bagi Penyedia Jasa Keuangan. Pedoman dimaksud merupakan penjabaran lebih lanjut dari Pedoman Identifikasi Transaksi Keuangan Mencurigakan. B. Kegunaan Pedoman Tujuan penyusunan Pedoman ini adalah untuk memberikan pemahaman dan acuan kepada PJK tentang bagaimana melakukan Identifikasi Produk, Nasabah, Usaha, dan Negara Berisiko Tinggi untuk menghasilkan Laporan Transaksi Keuangan Mencurigakan yang berkualitas. Adapun sistematika dari Pedoman ini terdiri atas: 1. Produk berisiko tinggi; 2. Nasabah berisiko tinggi; 1

3. Usaha berisiko tinggi; 4. Negara berisiko tinggi; dan 5. Identifikasi risiko. Selain untuk membantu PJK, Pedoman ini juga dapat digunakan oleh lembaga pemerintah lainnya atau lembaga pembuat peraturan sebagai acuan dalam mencegah serta memberantas tindak pidana pencucian uang dan pendanaan teroris. 2

Bab 2 BAB 2: Identifikasi Produk, Nasabah, Usaha, dan Negara Berisiko Tinggi bagi Penyedia Jasa Keuangan A. Produk Berisiko Tinggi Risiko pada produk tergantung dari seberapa jauh produk tersebut digunakan sebagai sarana untuk pencucian uang dan pendanaan teroris. Produk yang sering dianggap berisiko tinggi adalah: 1. Transfer Dana (Wire transfer) PJK harus berhati-hati dan teliti terhadap transaksi transfer yang rawan terhadap pencucian uang dan pendanaan teroris seperti transfer yang diikuti dengan pengambilan uang ataupun pentransferan pada rekening lain dalam jangka waktu relatif singkat atau transfer dalam jumlah besar yang tidak memiliki alasan yang logis. 2. Hubungan dengan Bank Koresponden PJK harus berhati-hati dan teliti dalam menentukan risiko yang berhubungan dengan setiap Rekening Bank Koresponden, memperhatikan faktor-faktor seperti: tujuan pembukaan rekening, lokasi dari bank koresponden, sifat dan jenis dari izin bank koresponden, pengendalian deteksi dan pencegahan pencucian uang dan tingkat pengawasan dan peraturan di negara bank koresponden berada. 3. Private Banking Private Banking biasanya menawarkan semua jasa khusus dan personal kepada nasabah penting seperti: individual, usaha komersil, firma hukum, penasehat investasi, perusahaan investasi pribadi. dan pejabat publik asing 3

senior termasuk anggota keluarga dan relasi mereka. Dalam private banking, proses identifikasi yang mendalam dan menyeluruh adalah penting untuk mengetahui sumber pendapatan/kekayaan, kebutuhan dan transaksi yang diharapkan oleh nasabah. Bentuk dan jenis transaksi yang diinginkan nasabah private banking harus didokumentasikan. Hubungan private banking dapat menjadi sangat rumit dan sistem untuk mengawasi dan melaporkan aktivitas yang mencurigakan harus didesain untuk mengevaluasi, dengan pertimbangan yang rasional akan aktivitas keseluruhan/total dari nasabah. 4. Electronic Banking Electronic Banking adalah istilah yang luas meliputi penyampaian informasi, produk melalui media elektronis (contohnya phone banking, internet banking, dan ATM). Electronic Banking rawan terhadap pencucian uang dan pendanaan teroris karena kerahasiaan identitas pelaku, kecepatan transaksi dan ketersediaan lingkup geografisnya yang luas. B. Nasabah Berisiko Tinggi Pihak-pihak yang dianggap sebagai nasabah berisiko tinggi adalah: 1. Orang yang populer secara politis (Politically Exposed Persons/ PEP ), adalah individu yang merupakan atau dipercayakan dengan fungsi-fungsi yang dikenal umum di suatu negara asing, misalnya kepala negara atau kepala pemerintahan, politisi senior, pejabat pemerintahan senior, petugas pengadilan atau militer, eksekutif senior BUMN, partisan, partai politik besar. Hubungan usaha dengan anggota keluarga atau sejawat terdekat PEP melibatkan risiko reputasi nama baik yang sama dengan dirinya sendiri. Definisi ini tidak termasuk ranking menengah atau individu yang lebih junior dalam kategori sebelumnya. Hal ini berlaku bagi Warga Negara Indonesia maupun Warga Negara asing. Contoh dari PEP adalah: Kepala Negara atau Kepala Pemerintahan; Wakil Kepala Negara atau Kepala Pemerintahan; Pejabat setingkat Menteri; Eksekutif Senior perusahaan negara: Direktur Badan Usaha Milik Negara (BUMN); Eksekutif dan ketua partai politik; Pejabat senior di bidang militer dan/atau kepolisian; 4

Pejabat Senior di lingkungan Mahkamah Agung dan Kejaksaan Agung; Pejabat yang diangkat berdasarkan Keputusan Presiden; Anggota keluarga (pasangan, orang tua, saudara, anak, menantu, cucu) dari kategori-kategori di atas; dan Siapapun orang yang tidak termasuk di atas namun karena posisinya yang tinggi di masyarakat, pengaruhnya yang signifikan, status selebriti dan/atau kombinasi dari posisinya dapat menempatkan PJK dalam posisi berisiko harus masuk dalam kategori berisiko tinggi. 2. Pegawai instansi pemerintah yang terkait dengan pelayanan publik. 3. Orang-orang yang tinggal dan/atau mempunyai dana yang berasal dari negara-negara yang diidentifikasi oleh sumber-sumber terpercaya memiliki standar anti pencucian uang yang tidak mencukupi atau mewakili tindak pidana tingkat tinggi dan korupsi. 4. Orang-orang yang terlibat dalam jenis-jenis kegiatan atau sektor usaha yang rentan terhadap pencucian uang, seperti pegawai PJK. 5. Pihak-pihak yang disebutkan dalam daftar PBB atau daftar lainnya yang dikeluarkan oleh organisasi internasional sebagai teroris, organisasi teroris ataupun organisasi yang melakukan pendanaan atau melakukan penghimpunan dana untuk kegiatan terorisme. C. Usaha Berisiko Tinggi Faktor yang harus dipertimbangkan oleh PJK pada saat melakukan transaksi keuangan dengan bidang-bidang usaha berisiko tinggi karena berpotensi untuk digunakan oleh pelaku pencucian uang, tingkat risiko, dan kemampuan PJK untuk mengendalikan risiko. Hal-hal yang secara umum diidentifikasi sebagai usaha berisiko tinggi adalah: 1. Jasa keuangan, seperti money changer (Pedagang Valuta Asing), money remittance (Usaha Jasa Pengiriman Uang); 2. Offshore company termasuk PJK yang berlokasi di tax and/or secrecy havens dan yurisdiksi yang tidak secara memadai melaksanakan rekomendasi FATF; 3. Dealer mobil; 5

4. Agen perjalanan; 5. Pedagang perhiasan, batu permata dan logam berharga; 6. Perusahaan perdagangan ekspor/impor; 7. Usaha yang berbasis tunai seperti minimarket, jasa pengelola parkir, rumah makan, Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU), pedagang isi ulang pulsa; 8. Penjual grosir (wholesalers) dan pengecer barang elektronik (khususnya di zona perdagangan bebas); 9. Pengacara, akuntan atau konsultan keuangan; 10. Dealer barang antik dan seni; 11. Agen properti. D. Negara Berisiko Tinggi PJK harus mengerti dan mengevaluasi risiko tertentu yang terkait dengan membukakan rekening untuk nasabah, atau memfasilitasi transaksitransaksi yang berhubungan dengan lokasi-lokasi geografis berisiko tinggi, walau telah terdefinisi. Lokasi geografis potensial berisiko tinggi dapat ditemukan di beberapa daftar yang dikeluarkan FATF, PBB, dan organisasi internasional lainnya. Daftar berikut ini disediakan untuk membantu mengidentifikasi lokasilokasi tersebut:. Yurisdiksi yang oleh organisasi yang melakukan mutual assessment terhadap suatu negara (seperti FATF, APG, CFATF, MONEYVAL, ESAAMLG, EAG, GAFISUD, GIABA atau MENAFATF) diidentifikasi sebagai tidak secara memadai melaksanakan Rekomendasi FATF. Negara yang diidentifikasi sebagai yang tidak cooperative atau Tax Haven oleh Organization for Economic Cooperation and Development (OECD). Negara yang memiliki tingkat good governance yang rendah sebagaimana ditentukan oleh World Bank. Negara yang memiliki tingkat risiko korupsi yang tinggi sebagaimana diidentifikasi dalam Transparancy International Corruption Perception Index. E. Identifikasi Risiko PJK mengidentifikasi produk, nasabah, usaha, dan negara berisiko ke dalam klasifikasi tertentu, sekurang-kurangnya terdiri dari risiko rendah, menengah dan tinggi (risk rating). Tingkat risiko tersebut didasarkan pada: 6

Kemungkinan penyalahgunaan produk untuk kegiatan pencucian uang atau pendanaan teroris; Kemungkinan nasabah yang bersangkutan melakukan pencucian uang atau pendanaan teroris; Kemungkinan usaha yang dilakukan oleh nasabah digunakan sebagai sarana pencucian uang atau pendanaan teroris; atau Seberapa jauh negara tersebut rentan terhadap pencucian uang. Terhadap transaksi yang memiliki risiko pencucian uang dan pendanaan teroris yang tinggi, PJK harus melakukan prosedur pemeriksaan secara mendalam dan seksama (enhanced due dilligence). Apabila transaksi tersebut memenuhi kriteria mencurigakan, PJK wajib melaporkannya kepada PPATK. Pedoman ini merupakan standar minimum kebijakan penilaian terhadap produk, nasabah, usaha, dan negara berisiko tinggi. Selanjutnya, PJK dapat mengembangkannya secara lebih rinci sesuai dengan kebijakan internal dan perkembangan international best practices. PJK harus membuat ketentuan internal berupa Standar Operasional Prosedur (SOP) sebagai acuan untuk mengidentifikasi produk, nasabah, usaha, dan negara berisiko tinggi. 7