KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

dokumen-dokumen yang mirip
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Metode uji kuat geser langsung tanah tidak terkonsolidasi dan tidak terdrainase

Kepada Yth.: Para Pejabat Eselon I di Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat SURAT EDARAN NOMOR : 46/SE/M/2015 TENTANG

Spesifikasi kereb beton untuk jalan

Spesifikasi blok pemandu pada jalur pejalan kaki

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum No. 07/SE/M/2009. tentang

Spesifikasi bahan lapis penetrasi makadam (LAPEN)

PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

PEDOMAN Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil

PEDOMAN Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil

Tata cara pengukuran tekanan air pori tanah dengan pisometer pipa terbuka Casagrande

III. METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini menggunakan metode-metode dengan analisis studi kasus yang

PEDOMAN. Perencanaan Separator Jalan. Konstruksi dan Bangunan DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH. Pd. T B

Spesifikasi bata beton TiOO sebagai pereduksi polutan udara

Spesifikasi lembaran bahan penutup untuk perawatan beton

SNI 7827:2012. Standar Nasional Indonesia. Papan nama sungai. Badan Standardisasi Nasional

Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum No. 04/SE/M/2010. tentang

PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perkerasan kaku (rigid pavement) atau perkerasan beton semen adalah perkerasan

Spesifikasi batang baja mutu tinggi tanpa pelapis untuk beton prategang

PEDOMAN. Perencanaan Median Jalan DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH. Konstruksi dan Bangunan. Pd. T B

Cara uji berat isi, volume produksi campuran dan kadar udara beton

Cara uji keausan agregat dengan mesin abrasi Los Angeles

Spesifikasi material baja tahan karat unit instalasi pengolahan air

PEDOMAN. Perencanaan Trotoar. Konstruksi dan Bangunan DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN 1-27

Spesifikasi anyaman kawat baja polos yang dilas untuk tulangan beton

Cara uji kelarutan aspal

ANALISIS PERBANDINGAN PERHITUNGAN TEBAL PERKERASAN KAKU DENGAN METODE BINA MARGA 2013 DAN AASHTO 1993 (STUDI KASUS JALAN TOL SOLO NGAWI STA

Cara uji geser langsung batu

Cara uji daktilitas aspal

Cara uji keausan agregat dengan mesin abrasi Los Angeles

Cara uji kepadatan ringan untuk tanah

Spesifikasi saluran air hujan pracetak berlubang untuk lingkungan permukiman

Spesifikasi agregat untuk lapis fondasi, lapis fondasi bawah, dan bahu jalan

SNI 6832:2011. Standar Nasional Indonesia. Spesifikasi aspal emulsi anionik

BAB 3 Bab 3 METODOLOGI PENELITIAN

Baja tulangan beton SNI 2052:2014

Spesifikasi bangunan pelengkap unit instalasi pengolahan air

Spesifikasi aspal keras berdasarkan kelas penetrasi

PEDOMAN Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil

Cara uji slump beton SNI 1972:2008. Standar Nasional Indonesia

Metode uji penentuan campuran semen pada aspal emulsi (ASTM D , IDT)

SNI Standar Nasional Indonesia. Baja tulangan beton. Badan Standardisasi Nasional

Spesifikasi material baja unit instalasi pengolahan air

Metode uji bahan yang lebih halus dari saringan 75 m (No. 200) dalam agregat mineral dengan pencucian (ASTM C , IDT)

1. PENDAHULUAN. Jalan memiliki syarat umum yaitu dari segi konstruksi harus kuat, awet dan kedap. Supardi 1)

ANALISIS PERHITUNGAN PERKERASAN KAKU PADA PROYEK JALAN TOL MEDAN-KUALANAMU KABUPATEN DELI SERDANG LAPORAN

SESI 9 KERUSAKAN DAN PENANGANAN SIAR MUAI. Kementerian Pekerjaan Umum

Spesifikasi bukaan pemisah jalur

Spesifikasi aspal emulsi kationik

Tata cara pengukuran kecepatan aliran pada uji model hidraulik fisik (UMH-Fisik) dengan alat ukur arus tipe baling-baling

PERENCANAAN JALAN DENGAN PERKERASAN KAKU MENGGUNAKAN METODE ANALISA KOMPONEN BINA MARGA (STUDI KASUS : KABUPATEN LAMPUNG TENGAH PROVINSI LAMPUNG)

Cara uji kekakuan tekan dan kekakuan geser bantalan karet jembatan

Pengemasan ular hidup melalui sarana angkutan udara

Cara uji berat jenis aspal keras

Cara uji kadar air total agregat dengan pengeringan

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. Pekerjaan persiapan berupa Bahan bangunan merupakan elemen

Kawat baja tanpa lapisan untuk konstruksi beton pratekan (PC wire / KBjP )

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PEMELIHARAAN JALAN: 13. STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PEMELIHARAAN BERKALA JEMBATAN

KUMPULAN SOAL SOAL UNTUK UJIAN KOMPETENSI

Cara uji slump beton SNI 1972:2008

PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN KAKU PADA RUAS JALAN LINGKAR MAJALAYA MENGGUNAKAN METODE BINA MARGA 2002

ASPEK GEOTEKNIK PADA PEMBANGUNAN PERKERASAN JALAN

Cara uji kemampuan penyelimutan dan ketahanan aspal emulsi terhadap air

SNI. Baja Tulang beton SNI Standar Nasional Indonesia. Badan Standardisasi Nasional BSN

PEDOMAN Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil

METODE PENGAMBILAN DAN PENGUJIAN BETON INTI

Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan pondasi untuk konstruksi bangunan gedung dan perumahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah umum Jalan sesuai dalam Undang-Undang Republik Indonesia. Nomor 38 Tahun 2004 tentang JALAN, sebagai berikut :

Cara uji kuat lentur beton normal dengan dua titik pembebanan

PELAKSANAAN PEMBANGUNAN JALAN BETON SEMEN (RIGID PAVEMENT) DI PALU SULAWESI TENGAH Oleh : Ir. Peter L. Barnabas, MT

PERANCANGAN STRUKTUR KOMPOSIT PERKERASAN DI LENGAN SEBELAH TIMUR PERSIMPANGAN JALAN PALAGAN DAN RING ROAD UTARA YOGYAKARTA

Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan beton untuk konstruksi bangunan gedung dan perumahan

Tata cara pengambilan contoh uji campuran beraspal

Spesifikasi lapis fondasi agregat semen (LFAS)

Metode uji densitas tanah di tempat (lapangan) dengan alat konus pasir

Revisi SNI Daftar isi

Revisi SNI Daftar isi

Cara uji ketahanan campuran beraspal terhadap kerusakan akibat rendaman

Spesifikasi aspal keras berdasarkan kekentalan

Revisi SNI T C. Daftar isi

Semen portland campur

Spesifikasi lapis tipis aspal pasir (Latasir)

RANCANGAN RIGID PAVEMENT UNTUK OVERLAY JALAN DENGAN METODE BETON MENERUS DENGAN TULANGAN

Penempatan marka jalan

Cara uji elastisitas aspal dengan alat daktilitas

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan di dua tempat, yaitu sebagai berikut :

METODE PELAKSANAAN DAN ESTIMASI (PERKIRAAN) BIAYA PADA LAPIS PERKERASAN JALAN BETON

Baja profil siku sama kaki proses canai panas (Bj P Siku sama kaki)

Tata cara pemasangan lembaran bitumen bergelombang untuk atap

BAB VII TINJAUAN KHUSUS METODE PEKERJAAN PELAT LANTAI UNTUK TOWER D DI PROYEK PURI MANSION APARTMENT. beton bertulang sebagai bahan utamanya.

Spesifikasi lapis fondasi agregat dan campuran beraspal panas menggunakan batukarang kristalin

PEDOMAN. Penggunaan tailing untuk lapis pondasi dan lapis pondasi bawah DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH. Konstruksi dan Bangunan

Perencanaan Ulang Jalan Raya MERR II C Menggunakan Perkerasan Kaku STA Kota Surabaya Provinsi Jawa Timur

Lampiran A...15 Bibliografi...16

Cara uji penetrasi aspal

Cara uji viskositas aspal pada temperatur tinggi dengan alat saybolt furol

Baja profil kanal U proses canai panas (Bj P kanal U)

REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA SPESIFIKASI KHUSUS INTERIM SEKSI 6.6

Transkripsi:

SURAT EDARAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT NOMOR: 06/SE/M/2016 TANGGAL 15 MARET 2016 TENTANG PEDOMAN PENJAHITAN MELINTANG PADA PEMELIHARAAN PERKERASAN KAKU KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA Kepada Yth.: 1. Para Pejabat Eselon I di lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat; 2. Para Pejabat Eselon II di Direktorat Jenderal Bina Marga Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. SURAT EDARAN NOMOR : 06/SE/M/201620 13 TENTANG PEDOMAN PENJAHITAN MELINTANG PADA PEMELIHARAAN PERKERASAN KAKU A. Umum Penjahitan melintang (cross stitching) merupakan metode pemeliharaan yang dirancang untuk mempertahankan kekuatan perkerasan kaku, baik yang mengalami retak memanjang ataupun untuk pengikat sambungan memanjang yang mengalami pemisahan. B. Dasar Pembentukan 1. Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4655); 2. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Provinsi, Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737); 3. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2015 tentang Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 16); 4. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 121/P Tahun 2014 tentang Pembentukan Kementerian dan Pengangkatan Menteri Kabinet Kerja Periode Tahun 2014-2019;

5. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 13/PRT/M/2011 tentang Tata Cara Pemeliharaan dan Penilikan Jalan; 6. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 07/PRT/M/2012 tentang Penyelenggaraan Penelitian dan Pengembangan di Bidang Jalan; 7. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 15/PRT/M/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. C. Maksud dan Tujuan Surat Edaran ini dimaksudkan sebagai acuan bagi Pejabat Eselon I dan Eselon II di Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, perencana, pelaksana dan pengawas dalam kegiatan penjahitan melintang yang bertujuan untuk mencegah pergerakan vertikal dan horizontal, sehingga lebar celah retak/sambungan tetap dalam keadaan rapat. D. Ruang Lingkup Pedoman ini menetapkan ketentuan dan prosedur, rancangan, pelaksanaan, dan pengendalian mutu pada pekerjaan penjahitan melintang pada pemeliharaan (retak dan sambungan memanjang) perkerasan kaku. E. Penutup Ketentuan lebih rinci mengenai Pedoman Penjahitan Melintang pada Pemeliharaan Perkerasan Kaku ini tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Surat Edaran Menteri ini. Demikian atas perhatian Saudara disampaikan terima kasih. Tembusan disampaikan kepada Yth.: Sekretaris Jenderal, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.

LAMPIRAN SURAT EDARAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 06/SE/M/2016 TENTANG PEDOMAN PENJAHITAN MELINTANG PADA PEMELIHARAAN PERKERASAN KAKU PEDOMAN Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil Penjahitan melintang pada pemeliharaan perkerasan kaku KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT i

Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii Pendahuluan... iii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3 Istilah dan definisi... 1 4 Ketentuan... 2 4.1 Aplikasi penjahitan melintang... 2 4.2 Bahan... 2 4.2.1 Batang pengikat... 2 4.2.2 Bahan pengisi... 2 4.3 Peralatan... 3 4.4 Rancangan dan tata letak batang pengikat... 3 5 Prosedur perancangan... 4 5.1 Survei lapangan... 4 5.2 Penentuan dimensi batang pengikat dan lokasi serta sudut pengeboran... 5 6 Prosedur pelaksanaan... 5 6.1 Pengendalian mutu... 5 Lampiran A (informatif) Gambar - gambar pelaksanaan... 7 Bibliografi... 9 i

Prakata Pedoman penjahitan melintang (cross stitching) pada perkerasan kaku merupakan hasil penelitian kinerja melalui uji coba skala lapangan yang dilaksanakan oleh Puslitbang Jalan dan Jembatan. Penelitian ini mengacu pada Federal Highway Administration (2008), Concrete Pavement Preservation. Pedoman ini disiapkan oleh Komite Teknis 91-01 Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil pada Subkomite Teknis 91-01-02 Rekayasa Jalan dan Jembatan melalui Gugus Kerja Bahan dan Perkerasan Jalan Pusat Litbang Jalan dan Jembatan. Tata cara penulisan disusun mengikuti Pedoman Standardisasi Nasional (PSN) 08:2007 dan dibahas dalam forum rapat Konsensus yang diselenggarakan pada tanggal 13 Mei 2015 di Bandung oleh Subkomite Teknis, yang melibatkan para narasumber, pakar dan lembaga terkait. ii

Pendahuluan Penjahitan melintang (cross stitching) merupakan metode pemeliharaan yang dirancang untuk mempertahankan kekuatan perkerasan kaku, baik yang mengalami retak memanjang ataupun untuk pengikat sambungan memanjang yang mengalami pemisahan. Tujuan penjahitan melintang adalah untuk mencegah pergerakan vertikal dan horizontal, sehingga lebar celah retak/sambungan tetap dalam keadaan rapat. Penjahitan dinilai efektif bila dapat menyalurkan beban perkerasan kaku yang mengalami retak/sambungan memanjang, sehingga dapat memperlambat terjadinya kerusakan yang lebih parah. Pekerjaan penjahitan melintang biasanya dilakukan bersama-sama dengan restorasi penyalur beban. Pelaksanaan penjahitan pada dasarnya mencakup pemasangan batang pengikat profil yang berupa batang baja ulir (berdiameter 19 mm) dengan kemiringan antara 35 0 sampai 45 0 pada lubang yang dibuat secara melintang terhadap retakan atau sambungan. iii

Penjahitan melintang pada pemeliharaan perkerasan kaku 1 Ruang lingkup Pedoman ini menetapkan ketentuan dan prosedur, rancangan, pelaksanaan, dan pengendalian mutu pada pekerjaan penjahitan melintang pada pemeliharaan (retak dan sambungan memanjang) perkerasan kaku. 2 Acuan normatif Dokumen referensi di bawah ini harus digunakan dan tidak dapat ditinggalkan untuk melaksanakan pedoman ini. SNI 03-6764-2002, Spesifikasi baja struktural. SNI 03-4814-1998, Spesifikasi bahan penutup sambungan beton tipe elastis tuang panas. 16/SE/M/2015, Pedoman penutupan ulang sambungan dan penutupan retak pada perkerasan kaku. Pd T-12-2003, Pedoman perambuan sementara untuk pekerjaan jalan. AASHTO M 235, Standard specification for epoxy resin adhesives. ASTM D6690, Standard specification for joint and crack sealants, hot applied, for concrete and asphalt pavements. ASTM D5893, Standard specification for cold applied, single component, chemically curing silicone joint sealant for portland cement concrete pavements. 3 Istilah dan definisi Untuk tujuan penggunaan pedoman ini, istilah dan definisi berikut digunakan. 3.1 batang pengikat (tie bars) batang baja ulir yang dipasang pada sambungan memanjang dengan maksud untuk mengikat pelat agar tidak bergerak horizontal 3.2 patahan (faulting) perbedaan elevasi antara sambungan yang bersebelahan atau daerah retak yang terjadi pada perkerasan kaku tanpa ruji 3.3 penyemprotan udara (airblasting) penyemprotan dengan udara bertekanan tinggi dengan tujuan untuk menghilangkan kotoran yang terdapat dalam lubang bor, celah retak atau sambungan yang mengganggu pelekatan antara bahan pengisi dengan beton 1 dari 9

3.4 penjahitan melintang (cross stitching) cara penanganan retak memanjang pada perkerasan kaku, yang bertujuan untuk mencegah agar retak tidak bertambah lebar 3.5 retak memanjang kerusakan pada perkerasan kaku berupa retak tunggal dengan pola memanjang relatif sejajar sumbu jalan 4 Ketentuan 4.1 Aplikasi penjahitan melintang Penjahitan melintang diaplikasikan pada perkerasan kaku yang mengalami retak memanjang atau sambungan memanjang yang mulai mengalami patahan: a. Retak memanjang Penjahitan pada retak memanjang ditujukan untuk memperkuat, mencegah pemisahan pelat dan mempertahankan penguncian antar agregat. b. Sambungan memanjang Penjahitan pada sambungan memanjang, baik sambungan memanjang antara lajur lalu lintas ataupun sambungan memanjang antara lajur lalu lintas dan bahu jalan, yang mengalami pemisahan serta sudah mulai mengalami patahan diperlukan adanya pengikatan. Pemisahan pada sambungan memanjang pada umumnya sebagai akibat kesalahan pelaksanaan, seperti batang pengikat pada sambungan yang tidak dipasang atau terlewat. Penjahitan melintang tidak boleh diaplikasikan untuk lajur yang baru. 4.2 Bahan 4.2.1 Batang pengikat a. Batang pengikat yang digunakan dimensinya harus sesuai dengan tebal pelat beton dan kemiringan lubang bor (lihat Tabel 1). b. Kualitas batang pengikat harus memenuhi persyaratan sesuai SNI 03-6764-2002. 4.2.2 Bahan pengisi a. Bahan pengisi penjahitan melintang 1) Bahan pengisi merupakan bahan yang digunakan untuk mengisi lubang sehingga tidak terdapat celah antara batang pengikat dengan beton. 2) Sifat-sifat bahan pengisi yang disyaratkan adalah: a) mempunyai lekatan yang baik dengan beton yang lama b) dalam waktu singkat dapat mengeras sehingga perkerasan dapat dilewati oleh lalu lintas. 3) Jenis bahan pengisi untuk penjahitan melintang: a) bahan mengikat cepat (rapid-setting materials), umumnya merupakan produk bahan jadi dalam kemasan. Keunggulan utama jenis bahan tersebut adalah sifatnya yang cepat mengikat sehingga memungkinkan perkerasan dapat secepatnya dibuka untuk lalu-lintas. Penggunaan bahan tersebut perlu mengikuti prosedur yang dikeluarkan oleh produsen. 2 dari 9

b) bahan adhesif-epoxy digunakan untuk meningkatkan lekatan antara beton lama dengan batang pengikat. Bahan tersebut harus memenuhi persyaratan AASHTO M 235 dan aplikasinya harus mengikuti rekomendasi produsen. b. Bahan pengisi dan penutup celah retak atau sambungan memanjang Bahan pengisi celah retak atau sambungan memanjang mengacu pada Surat Edaran Menteri PUPR No.16/SE/M/2015, adapun jenis bahan pengisi atau penutup celah retak atau sambungan memanjang, diantaranya adalah: 1) SNI 03-4814-1998, Spesifikasi bahan penutup sambungan beton tipe elastis tuang panas 2) ASTM D6690, Standard specification for joint and crack sealants, hot applied, for concrete and asphalt pavements 3) ASTM D5893, Standard specification for cold applied, single component, chemically curing silicone joint sealant for portland cement concrete pavements 4.3 Peralatan a. Satu unit alat bor yang digerakkan secara hidraulis dan dilengkapi dengan mata bor yang ukurannya lebih besar 10 mm dari diameter batang pengikat (Tabel 1). b. Mal pelat baja untuk melakukan pengeboran dengan sudut pengarah batang pengikat sesuai yang diperlukan (Tabel 1). c. Alat penyemprotan udara (airblasting) untuk menghilangkan debu dan kotoran. d. Alat penuang bahan pengisi pada lubang hasil pengeboran. e. Alat rambu lalu lintas sesuai Pd T-12-2003. 4.4 Rancangan dan tata letak batang pengikat Batang pengikat yang digunakan berupa besi ulir dengan persyaratan sesuai SNI 03-6764- 2002 dan dimensi sesuai dengan Tabel 1. Pada Tabel 1 terlihat bahwa selain dimensi batang pengikat yang tergantung dari tebal pelat beton, juga jarak serta sudut atau kemiringannya. Tata letak atau posisi pemasangan batang pengikat untuk perkerasan yang melayani lalu-lintas berat, batang pengikat dipasang pada jarak 500 mm, sedangkan untuk perkerasan yang melayani lalu-lintas ringan dan perkerasan pada lajur tengah, batang pengikat dipasang pada jarak 750 mm. Skema lokasi pemasangan batang pengikat seperti ditunjukkan pada Gambar 1. Tabel 1 - Dimensi batang pengikat dan lokasi lubang pengeboran Sudut Batang Pengikat 3 dari 9 TEBAL PELAT, mm 175 200 225 250 275 300 325 350 Jarak dari retak ke lubang, mm 35 0 125 145 165 180 195 210 - - 40 0 - - - - 165 180 195 205 45 0 - - - - - 150 165 175 Panjang batang pengikat, mm 35 0 200 240 275 315 365 400 - - 40 0 - - - - 315 350 400 465 45 0 - - - - - 300 350 415 Diameter batang pengikat, mm 13 19 19 19 19 19 25 25

a. Tampak atas lokasi pemasangan batang pengikat b. Potongan melintang penjahitan melintang pada retak Gambar 1 - Skema lokasi pemasangan batang pengikat 5 Prosedur perancangan 5.1 Survei lapangan Dalam merancang pekerjaan penjahitan melintang, terlebih dahulu harus dilakukan survei lapangan pada ruas jalan yang akan ditangani. Tujuan survei adalah untuk: - mengetahui jenis kerusakan yang terjadi, apakah retak memanjang atau sambungan memanjang mengalami pemisahan - mengetahui kuantitas kerusakan yang relevan untuk diperbaiki - mengetahui tebal pelat beton pada perkerasan kaku eksisting dan - mengetahui kondisi lalu-lintas yang ada, apakah lalu lintas ringan atau berat. 4 dari 9

5.2 Penentuan dimensi batang pengikat dan lokasi serta sudut pengeboran Berdasarkan hasil survei (Pasal 5.1), yaitu data lalu lintas yang dilayani, tebal pelat serta kuantitas kerusakan maka mengacu pada Pasal 4.4 (Tabel 1) dapat diperoleh: 1) Dimensi dan kuantitas batang pengikat 2) Mal pelat baja untuk ngebor dengan sudut pengarah sesuai yang diperlukan 3) Dimensi mata bor 4) Kuantitas bahan pengisi penjahitan melintang 5) Kuantitas bahan pengisi dan penutup celah retak atau sambungan memanjang 6 Prosedur pelaksanaan Proses pelaksanaan penjahitan mencakup langkah-langkah dan ketentuan sebagai berikut: a. Siapkan seluruh peralatan serta bahan yang akan digunakan b. Sebelum pelaksanaan dimulai, pasang pemisah jalur dan rambu-rambu lalu lintas sesuai Pd T-12-2003. c. Tandai tata letak atau posisi penjahitan untuk pelaksanaan pembuatan lubang bor. d. Buat lubang (sesuaikan dengan tata letak pada Gambar 1) dengan kemiringan yang sesuai dengan hasil perancangan (lihat Tabel 1) dan memotong retak di tengah-tengah panjang dari batang lubang dengan alat bantu mal. Untuk membuat lubang perlu digunakan alat bor yang dapat mengurangi kerusakan permukaan beton (misal bor yang digerakkan secara hidraulis) dan usahakan agar diameter lubang lebih besar 10 mm dari diameter batang pengikat. e. Bersihkan lubang hasil pengeboran dengan alat penyemprotan udara (airblasting) untuk menghilangkan debu dan kotoran. f. Isi lubang dengan bahan pengisi dan sisakan ruang dalam lubang untuk menampung batang pengikat. g. Masukkan batang pengikat pada lubang yang sudah diisi bahan pengisi. h. Buang kelebihan bahan pengisi dan rapihkan permukaan bahan pengisi sehingga rata dengan permukaan perkerasan di sekitar lubang. i. Isi atau tutup celah retak atau celah sambungan sesuai dengan Surat Edaran Menteri PUPR No. 16/SE/M/2015, yaitu pedoman Penutupan ulang sambungan (joint resealing) dan penutupan retak (crack sealing) pada perkerasan kaku. j. Buka perkerasan untuk lalu-lintas setelah bahan pengisi dan bahan penutup celah retak atau celah sambungan benar-benar mantap atau sesuai dengan rekomendasi produsen. 6.1 Pengendalian mutu Pekerjaan hasil penjahitan melintang mempunyai kinerja yang sangat tergantung pada pengendalian mutu selama pelaksanaan. a. Pekerjaan persiapan 1) Pastikan bahan pengisi sudah tersedia di lokasi dan penggunaan bahan tersebut harus mengikuti prosedur yang dikeluarkan oleh produsen 2) Pastikan batang pengikat sudah sesuai dengan dimensi yang sudah ditentukan. 3) Pastikan kuantitas semua bahan telah mencukupi untuk menyelesaikan seluruh pekerjaan. 4) Pastikan peralatan yang akan digunakan seperti bor hidrolis, penyemprot udara (air blasting) dalam kondisi dapat beroperasi dengan baik. 5 dari 9

b. Pelaksanaan 1) Perhatikan bahwa pembuatan lubang perlu dimulai pada jarak yang konsisten dari retak, agar tengah-tengah lubang selalu berpotongan dengan retak. 2) Pastikan agar diameter lubang tidak lebih besar 10 mm dari diameter batang pengikat. 3) Pengeboran lubang jangan sampai setebal pelat, untuk mencegah bahan pengisi masuk ke lapisan bawah. 4) Pastikan lubang dalam kondisi bersih, kering dan bebas dari kotoran yang dapat mengganggu pelekatan antara bahan pengisi dengan dinding lubang beton. c. Ketentuan cuaca Pemasangan batang pengikat dan aplikasi bahan pengisi tidak boleh dilakukan apabila diperkirakan akan turun hujan. Lubang untuk batang pengikat yang telah selesai dibuat harus ditutup untuk mencegah kotoran dan air hujan masuk. d. Pengendalian lalu lintas Menjelang pelaksanaan penjahitan harus dipastikan semua rambu dan perlengkapan untuk pengendalian lalu lintas telah sesuai dengan rencana. Setelah penjahitan selesai, lalu lintas tidak diizinkan melewati perkerasan sampai bahan pengisi mengeras. 6 dari 9

Lampiran A (informatif) Gambar - gambar pelaksanaan A1. Gambar gambar pelaksanaan penjahitan melintang (cross stitching) pada perkerasan kaku Pembuatan lubang menggunakan mal dengan kemiringan atau sudut yang sesuai dengan ketentuan dan memotong retak di tengahtengah lubang Pengecekan jarak dari retak ke lubang Pembersihan lubang untuk menghilangkan debu dan kotoran Batang pengikat dimasukkan pada lubang yang sudah diisi bahan pengisi Kelebihan bahan pengisi dibuang dan dirapihkan sehingga rata dengan permukaan perkerasan di sekitar lubang. Penutupan lubang penjahitan melintang telah selesai dilakukan 7 dari 9

Setelah celah retak atau celah sambungan ditutup dan bahan pengisi penjahitan melintang telah mengeras, perkerasan dapat dibuka untuk lalu-lintas 8 dari 9

Bibliografi American Concrete Pavement Association (ACPA). 2001a. Stitching Concrete Pavement Cracks and Joints. Special Report SR903P. American Concrete Pavement Association, Skokie, IL. 9 dari 9

Daftar nama dan lembaga 1. Pemrakarsa Pusat Penelitian dan Pengembangan Jalan dan Jembatan, Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. 2. Penyusun Nama Neni Kusnianti, ST, MT Instansi Pusat Litbang Jalan dan Jembatan 3. Subkomite Teknis 91-01-S2 Rekayasa Jalan dan Jembatan No Nama Instansi Kedudukan Wakil dari 1. Ir. Herry Vaza, M.Eng.Sc Pusat Litbang Jalan dan Ketua Subkomite Jembatan Teknis 2. Prof. Dr.Ir. M. Sjahdanulirwan, Pusat Litbang Jalan dan Wakil Ketua M.Sc Jembatan Subkomite Teknis 3. Ir. Nandang Syamsudin, MT Pusat Litbang Jalan dan Sekretaris Jembatan Subkomite Teknis 4. Prof. Dr. Ir. Raden Anwar Pusat Litbang Jalan dan Anggota Yamin, MT, M.E Jembatan Subkomite Teknis 5. Prof. Ir. Wimpy Santosa, Ph.D Universitas Parahyangan Anggota (UNPAR) Subkomite Teknis 6. Abinhot Sihotang, ST., MT Institut Teknologi Nasional Anggota (ITENAS) Subkomite Teknis 7. Dr.Ir. Samun Haris, MT Himpunan Pengembangan Anggota Jalan Indonesia (HPJI) Subkomite Teknis 8. Dr. Ir. Imam Aschuri, MT Himpunan Ahli Teknik Anggota Tanah Indonesia (HATTI) Subkomite Teknis 9. Ir. Saktyanu P.S.D, M.Eng.Sc Astatindo Anggota Subkomite Teknis 10. Ir. Gompul Dairi, BRE, M.Sc PT. Pacific Prestress Anggota Indonesia (PT. PPI) Subkomite Teknis 11. Dr. Ir. Hindra Mulya, MM PT. MBT Anggota Subkomite Teknis Pemerintah Pakar Pemerintah Pemerintah Pakar Pakar Konsumen Konsumen Konsumen Produsen Produsen