MEMORANDUM SALING PENGERTIAN ANT ARA KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA DAN SADAN ENERGI INTERNASIONAL (IEA) TENT ANG

dokumen-dokumen yang mirip
MEMORANDUM SALING PENGERTIAN ANTARA INSTITUT PENELITIAN EKONOMI UNTUK ASEAN DAN ASIA TIMUR DENGAN SADAN PUSAT STATISTIK REPUBLIK INDONESIA TENTANG

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MEMORANDUM SALING PENGERTIAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH NEGARA PALESTINA TENTANG KERJASAMA Dl BIDANG PARIWISATA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

MEMORANDUM SALING PENGERTIAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MEMORANDUM SALING PENGERTIAN ANT ARA

~ ' REPUBLIK INDONESIA

PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH FEDERASI RUSIA MENGENAI KERJASAMA EKONOMI DAN TEKNIK

REPUBLIK INDONESIA CONCERNING SISTER CITY COOPERATION

SOUTH CENTRE MENGENAI KERJA SAMA DALAM KEGIATAN PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN KEBIJAKAN

REPUBLIK INOONESIA MEMORANDUM SALING PENGERTIAN ANT ARA KOMISI PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA DAN KANTOR PEMILIHAN FIJI

REPUBLIK INDONESIA PEMBUKAAN

REPUBLIK INDONESIA. MEMPERHA TIKAN kebutuhan untuk mengembangkan dan membina pengembangan sumber daya manusia perminyakan dan sumber daya energi;

KEMENTERIAN LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA TENTANG

REPUBLIK INDONESIA PASAL1 TUJUAN

REPUBLIK INDONESIA MEMORANDUM SALING PENGERTIAN ANT ARA KEMENTERIAN PEROAGANGAN REPUBLIK INDONESIA DAN

Pasal 1. Kedua pihak sepakat untuk meningkatkan dan saling tukar menukar pengalaman di bidang penerangan, mencakup :

REPUBLIK INDONESIA. Memorandum Saling Pengertian an tara. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia dan

PENYUSUNAN NASKAH PERJANJIAN INTERNASIONAL

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

REPUBLIK INDONESIA. MEMPERCAYAI bahwa kerja sama yang dilakukan akan membawa manfaat bagi para Pihak;

REPUBLIK INDONESIA. SESUAI dengan hukum dan peraturan perundang-undangan yang berlaku di masing-masing negara; PASALI TUJUAN

Departemen Luar Negeri Indonesia dan Kementerian Luar Negeri Romania (selanjutnya disebut sebagai "Para Pihak";

PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH TURKMENISTAN MENGENAI KERJASAMA EKONOMI DAN TEKNIK

PASAL1 "PASAL4 MITRA KERJA

MEMPERTIMBANGKAN kepentingan bersama dalam mengembangkan kerja sama energi baru terbarukan antara Republik Indonesia dan Republik Federal Austria.

Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia dan Parlemen Republik Fiji, yang selanjutnya disebut sebagai "Para Pihak";

di bidang pengembangan sumber daya manusia khususnya perminyakan dan petrokimia; pengembangan sumber daya manusia penninyakan dan petrokimia;

SALING PENGERTIAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DENGAN PEMERINTAH REPUBLIK DEMOKRASI MYANMAR

PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK MOZAMBIK MENGENAI KERJSAMA EKONOMI DAN TEKNIK

Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia dan Departemen Luar Negeri dan Perdagangan Pemerintah Australia, selanjutnya disebut 'Para Pihak';

Mengakui pentingnya asas-asas persamaan dan saling menguntungkan; Sesuai dengan hukum dan perundang-undangan yang berlaku di rnasingmasing

REPIJBl,IK INDONESIA

w,= REPUBLIJ[ INDONESIA MEMORANDUM SALING PENGERTIAN ANTARA KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM REPUBLIK INDONESIA DAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

REPUBl.JK INDONESIA. Pemerintah Kata Jayapura, Republik Indonesia dan Pemerintah Kata Wewak, Papua Nugini, selanjutnya disebut sebagai para "Pihak";

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Kerajaan Denmark, selanjutnya disebut sebagai "Para Pihak";

Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Kerajaan Denmark yang selanjutnya secara tunggal disebut "Pihak" dan secara bersama disebut "Para Pihak";

Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Republik Singapura (selanjutnya disebut "Para Pihak");

BERKEINGINAN untuk memperkuat ikatan persahabatan dan kerja sama antara kedua pihak dan untuk meningkatkan arus perdagangan pada masingmasing

Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Australia; menimbulkan ancaman yang nyata terhadap stabilitas dan keamanan masyarakat kedua negara;

ditandatangani oleh kedua belah pihak.

PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK DJIBOUTI MENGENAI KERJASAMA EKONOMI DAN TEKNIK

MEMORANDUM SALING PENGERTIAN ANTARA

PASALI TUJUAN PASAL II RUANG LINGKUP KERJASAMA. Ruang lingkup kerjasama di bawah Memorandum Saling Pengertian ini adalah sebagai berikut:

MEMORANDUM SALING PENGERTIAN MENGENAI BANTUAN HIBAH YANG BERHUBUNGAN DENGAN KERJASAMA EKONOMI DANTEKNIK ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN

MENGAKUI pentingnya peningkatan kualifikasi dan kompetensi sumber daya manusia Indonesia;

REPUIP 1 ' 1 "J')(l FSL\

Pemerintah Selandia Baru dan Pemerintah Republik Indonesia (selanjutnya disebut sebagai "Para Pes ~ rta ");

REPUBLIK INDONESIA. PASALI Tujuan

REPUBLIK INDONESIA MEMORANDUM SALING PENGERTIAN TENTANG KERJA SAMA MARITIM ANT ARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH AMERIKA SERIKAT

energi terbarukan, berdasarkan prinsip kesetaraan dan manfaat bersama;

PENGATURAN ANTARA. MENGINGAT hubungan dan kerjasama yang bersahabat yang telah ada antara Republik Indonesia dan Kerajaan Kamboja;

Mempertimbangkan kepedulian bersama terhadap konservasi dan rehabilitasi lahan dan hutan tropis terdegradasi;

MEMORANDUM SALING PENGERTIAN MENGENAI KERJA SAMA EKONOMI ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH NEGARA PALESTINA

REPUBLIK INDONESIA PEMBUKAAN

~. -~ :~~ \ ) ) '../ft

REPUBLIK INDONESIA UNTUK IKAN DAN PRODUK PERIKANAN

SESUAI dengan hukum dan peraturan perundang-undangan yang berlaku di kedua negara. TELAH DICAPAI kesepahaman sebagai berikut: PASALI TUJUAN

bidang penanggulangan bencana untuk kesejahteraan dan keselamatan rakyat di kedua negara;


BERHASRA T unruk meningkatkan hubungan baik berdasarkan kemitraan clan kerjasama antara penduduk kedua kota;

''hd. pada kawasan yang dilanda konflik dan rawan konflik; manajemen konflik, serta mediasi kemanusiaan;

PERSETUJUAN ANTARA PEMERINT AH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH FEDERASI MIKRONESIA MENGENAI KERJASAMA EKONOMI DAN TEKNIK

MEMORANDUM SALING PENGERTIAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH MALAYSIA TENTANG KERJASAMA PERTANIAN

MEMORANDUM SALING PENGERTIAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH NORTHERN TERRITORY OF AUSTRALIA TENT ANG

-',... ~ TELAH mencapai kesepahaman sebagai berikut: ~ WI PO WORL D I NTEL L EC TU AL PRO P ERTY OA G C.. I T ION

1REPUBLrK NDONESIA. Article I OBJECTIVE

TENT ANG KERJASAMA PENDIDIKAN, PELATIHAN, DAN PENGKAJIAN DI BIDANG PERTAHANAN DAN KEAMANAN

ANT ARA BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA DAN

Kementerian Perdagangan Republik Indonesia dan Kementerian Perdagangan dan Perindustrian Republik Liberia (selanjutnya disebut sebagai "Para Pihak"),

r ANTARA KANTOR BERITA ANTARA REPUBLIK INDONESIA DAN KANTOR BERITA TASR REPUBLIK SLOVAKIA

Dalam rangka untuk lebih memperkuat dan memperdalam hubungan persahabatan dan kerja sama yang telah ada antara Para Pihak;

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

REPDBLIK INDONESIA. bidang-bidang geosains atas dasar keinginan dan manfaat bersama para Pihak;

EMORANDUM SALING PENGERTIAN ANTARA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA DAN ARSIP NASIONAL PUSAT REPUBLIK YAMAN MENGENAI KERJASAMA KEARSIPAN

REPUBLIK INDONESIA. MENYADARI pentingnya prinsip kedaulatan, kemerdekaan nasional, kesetaraan, dan saling menguntungkan;

MEMORANDUM SALING PENGERTIAN ANT ARA PEMERINTAH KOTA MAKASSAR REPUBLIK INDONESIA DAN INTERNATIONAL ENTERPRISE SINGAPORE REPUBLIK SINGAPURA TENT ANG

REPUBLIK INDONESIA MEMORANDUM SALING PENGERTIAN ANTARA KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA DAN

llbpublik INDONESIA Pasal 1 Tujuan

"Pihak", dan secara bersama-sama disebut sebagai "Para Pihak";

PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK FEDERASI NIGERIA MENGENAI KERJASAMA EKONOMI DAN TEKNIK

(selanjutnya masing-masing disebut sebagai "Pihak" dan secara bersama sebagai "Para Pihak"),

REPUBLIK INDONESIA PASAL1

dimana berbagai pandangan yang berbeda dapat disampaikan dan didiskusikan secara terbuka, guna meningkatkan pemahaman dan kerjasama yang lebih luas;

PENGATURAN ANTARA KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA DAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN SELANDIA BARU TENTANG KERJASAMA BIDANG PENDIDIKAN

MEMORANDUM SALING PENGERTIAN TENTANG K.ERJA SAMA EKONOMI DAN TEKNIS ANTARA PEMERINTAH REPUBUK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK RAKYAT TIONGKOK

REPUBLIKINDONESlA. BERKEINGINAN untuk menjalin dan meningkatkan hubungan kerjasama dibidang kepemudaan dan keolahragaan antara Para Pihak;

t. ' ~ _.J "'-... ~... -'

Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Republik Rakyat Tiongkok,

MEMORANDUM SALING PENGERTIAN ANT ARA KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA DAN

Kementerian Pariwisata Republik Indonesia dan Kementerian Bisnis, lnovasi, dan Tenaga Kerja Selandia Baru selanjutnya disebut "Para Peserta":

1. Perlukaran program radio dan berita mengenai sosial, pariwisata/tempat menarik, perdagangan, masalah seni dan budaya secara timbal balik.

MEMORANDUM SALING PENGERTIAN ANT ARA KEMENTERIAN EN ERG I DAN SU MB ER DA YA MINERAL (KESDM) DAN

===========================================

BERKEINGINAN untuk tersedianya mekanisme dan komitmen Para pihak untuk melakukan sebuah penelitian dan pengembangan bersama, termasuk melakukan

Transkripsi:

MEMORANDUM SALING PENGERTIAN ANT ARA KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA DAN SADAN ENERGI INTERNASIONAL (IEA) TENT ANG KERJA SAMA KEBIJAKAN EFISIENSI ENERGI DAN KERJASAMA TEKNOLOGI BERSIH DALAM KERANGKA PUSAT KEUNGGULAN ENERGI BERSIH Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral ("KESDM") dan Sadan Energi lnternasional ("IEA")), selanjutnya disebut sebagai Para Pihak secara kolektif atau Pihak secara individu. MEMPERTIMBANGKAN adanya minat bersama dari IEA dan KESDM untuk meningkatkan sektor efisiensi eneryi di Indonesia dan penyebaran efektif teknologi energi bersih ; MENGAKUI pentingnya saran kebijakan, alih pengetahuan, pelatihan dan peningkatan kapasitas bagi pemerintah Indonesia; MENGINGINKAN adanya kerja sama yang erat antara Para Pihak dan mendukung pembangunan dan operasional Pusat Keungguian Energi Bersih Indonesia untuk Energi Bersih, yang akan menjadi bagian dari program efisiensi energi dan energi terbarukan Indonesia; dan

MEMBANGUN kerja sama yang telah dibentuk pada tahun 2009 dan 2012 dalam Surat Pernyataan Minat dan dalam Program Kerja Bersama yang ditandatangani pada tahun 2011, 2013, dan 2015 antara Para Pihak. Telah mencapai pengertian-pengertian sebagai berikut: PASAL1 Tuj uan Para Pihak berupaya rnelaksanakan kegiatan kerja sama melalui Pusat Keunggulan untuk Energi Bersih (Pusat), yang akan didirikan di Bali, Indonesia, guna memperkuat dan meningkatkan kebijakan efisiensi energi dan teknologi energi bersih serta menjadikan Pusat sebagai sumber kepiawaian energi bersih di Indonesia. PASAL2 Lingkup Kerjasama 2.1 Ruang lingkup kerja sama antara Para Pihak meliputi hal-hal sebagai berikut: a. Upaya KESDM untuk meningkatkan efisiensi energi dan penyebaran teknologi energi bersih; b. Kegiatan-kegiatan kerja sama dalam rangka Program Kerja Bersama antara Para Pihak tahun 2016-2017; c. Kegiatan kerja sama Indonesia dan Badan Energi lnternasional dalam rangka Program Efisiensi Energi Badan Energi lnternasional di Negara Negara Kekuatan Ekonomi Baru(E4) ;dan d. Peningkatkan kerja sama teknologi energi Badan Energi lnternasional (selanjulnya disebut sebagai "Perjanjian Pelaksanaan"). 2.2 Badan Energi lnternasional berniat mendukung pembentukan kegiatankegiatan Pusat dan yang bersifat substanstif, termasuk:

a. Memberikan bimbingan untuk pengembangan portfolio Pusat terkait analisis energi efisiensi dan kebijakan energi terbarukan ; b. Bekerja secara erat dengan Pusat tersebut untuk mendukung entri data kebijakan efisiensi energi dan energi terbarukan lndone~i a dalam Pangkalan Data Kebijakan dan Langkah-langkah Badan Energi lnternasional (PAMS). Data mengenai Indonesia dapat dipublikasikan dalam situs Pusat dan keterhubungan dengan entri mengenai Indonesia dalam situs PAMS dengan persetujuan lebih lanjut dari KESDM ; c. Memfasilitasi kerja sama penelitian mengenai keberlanjutan teknologi berbagai energi bersih sesuai dengan iklim dan lingkungan di lndoneseiterrnasuk daratan, air, dan udara; d. Memfasilitasi pertukaran pengetahuan dan partisipasi dalam kegiatankegiatan dalam rangka Perjanjian Pelaksanaan yang mendukung pengembangan dan penyebaran teknologi energi bersih di lndonesia;dan e. Mendukung Pusat dalam upayanya untuk meningkatkan penyebaran teknologi internasional terkait teknologi energi berkelanjutan dan untuk menyelaraskan standar teknis untuk pasokan dan pemeliharaan energi bersih. 2.3 Ruang lingkup kerja sama antara Para Pihak meliputi isu energi lainnya sesuai dengan kesepakatan dari Para Pihak. PASAL 3 Bentuk Kerjasama Kerja sama antara Para Pihak dalam MSP ini dapat meliputi bentuk-bentuk kegiatan sebagai berikut : a. Kerja sama dalam penelitian dan analisis terkait dengan efisiensi energi dan penyebaran teknologi energi bersih;

b. Kerja sama dalam pelatihan bersama dan peningkatan kapasitas yang bertujuan mempercepat pelaksanaan kebijakan efisiensi energi dan teknologi energi berkelanjutan; c. Fasilitasi partisipasi Pusat dalam Perjanjian Pelaksanaan; d. Kegiatan bersama;dan e. Bentuk kerja sama lainnya yang disepakati Para Pihak. PASAL4 Bia ya 4.1 Kecuali Para Pihak menentukan lain dalam perjanjian tertulis yang terpisah, masing-masing Pihak bertanggung jawab atas biaya yang ditimbulkan dari partisipasinya dalam kegiatan berdasarkan MSP ini, termasuk semua biaya administrasi, biaya overhead, biaya ketenagakerjaan, biaya asuransi, biaya perjalanan dan biaya yang serupa. 4.2 Para Pihak menyadari bahwa Badan Energi lnternasional akan membutuhkan pendanaan eksternal melalui kontribusi sukarela ataupun dana bantuan sebelum dapat memulai atau melaksanakan kegiatan apapun dalam rangka MSP ini. PASAL 5 Pelaksanaan Para Pihak perlu menentukan bidang kerja sama dan kegiatan yang terkait atas kesepakatan bersama. Ketentuan rinci yang berkaitan dengan bentuk dan metode, kewajiban keuangan serta kondisi bidang kerja sama yang disepakati dapat ditetapkan dalam pengaturan pelaksanaan atas dasar proyek per proyek

PASAL6 Koordinator Pelaksa naan (Focal Point) 6.1 Berbagai Direktorat Jenderal dalam lingkup KESDM bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan yang dilakukan berdasarkan MSP ini. Badan Penelitian dan Pengembangan ESDM akan menjadi koordinator pelaksanaan untuk KESDM dalam segala kegiatan dalam rangka MSP ini.. 6.2 Program Badan Energi lnternasional untuk Asia Tenggara (IEA SEA) akan menjadi koordinator pelaksanaan untuk Badan Energi lnternasional dan akan bergilir memberikan masukan dari kantor Badan Energi lnternasional yang terkait. 6.3 Untuk pelaksanaan harian atas MSP ini, Para Pihak telah menunjuk koordinator pelaksanaan. Pemberitahuan dan komunikasi lainnya terkait MSP ini akan dilakukan secara tertulis dan dikirim nelalui e-mail kepada koordinator pelaksanaan sebagai berikut: KESDM Sadan Penelitian dan Pengembangan Energi dan Sumber Daya Mineral Dan Direktorat.Jenderal Energi Baru dan Terbarukan dan Konservasi Energi Badan Energi lnternasional: Manajer Program Asia Tenggara Dan Kepala Program Efisiensi Energi di Negara-Negara Kekuatan Ekonomi Baru

6.4 Salah satu Pihak wajib memberitahukan kepada Pihak lainnya secara tertulis apabila terdapat perubahan atas kontak data perwakilan yang ditunjuk tersebut di atas. PASAL 7 Hak Kepemiikan lntelektual 7.1 Para Pihak perlu menyepakati hak kepemilikan intelektual yang tepat yang disediakan untuk masing-masing kegiatan berdasarkan sifat dari kegiatan tersebut. Jika kegiatan tersebut menghasilkan hak kepemilikan intelektual, maka hak kepemilikan intelektual tersebut menjadi milik bersama dan penggunaannya tunduk pada pengaturan terpisah yang antara Para Pihak. 7.2 Setiap bahan yang disediakan oleh salah satu Pihak kepada Pihak lain hanya dapat digunakan untuk kegiatan bersama yang ditetapkan dalam MSP ini. Untuk tujuan lain, Pihak penerima harus memperoleh persetujuan tertulis terlebuh dahulu dan, persetujuan yang diberikan tersebut, harus secara jelas menyebutkan Pihak penyedia sebagai sumber bahan tersebut 7.3 Guna menghindari keragu-raguan, Para Pihak wajib untuk mempertahankan kepemilikan hak kekayaan intelektual setiap materi yang ada yang disediakan untuk kegiatan bersama. PASAL 8 Kerahasiaan 8.1 Semua dokumen, data dan informasi lainnya yang belum masuk dalam ranah publik dan disediakan oleh satu Pihak kepada Pihak lainnya, baik dalam bentuk tertulis atau elektronik, sehubungan dengan MSP ini perlu diperlakukan sebagai rahasia dan tidak dapat digunakan untuk tujuan apapun selain tujuan yang diungkapkan atau seperti yang telah disetujui

secara tertulis. Tidak satupun Pihak dapat membuka atau mengungkapkan informasi rahasia tersebut kepada pihak ketiga tanpa persetujuan tertulis dari Pihak lainnya. Ketentuan ini tetap berlaku hingga berakhirnya masa berlaku atau dilakukan pengakhiran MSP ini. 8.2 Pada acara-acara publik, konferensi atau pertemuan-pertemuan media apapun, perwakilan dari Paa Pihak tidak dapat berbicara tentang kegiatan kerja sama dalam rangka MSP ini tanpa otorisasi tertulis dari Pihak lainnya. PASAL 9 Penyelesaian Perselisihan Setiap perselisihan, kontroversi atau bantahan yang timbul dari atau terkait dengan MSP ini, atau pelanggaran, pengakhiran atau ketidakabsahan, akan diselesaikan secara damai antara Para Pihak. PASAL10 Pembatasan Kerja Sama 10.1 MSP ini tidak dimaksudkan untuk menciptakan hubungan secara hukum antara Para Pihak atau mengenakan kewajiban formal pada Para Pihak selain menghormati kewajiban masing-masing Pihak yang diatur dalam Pasal 7 (Hak Kepemilikan lntelektual), Pasal 8 (Kerasahasiaan) dan Pasal 12 (Mulai Berlaku, Durasi, dan Pengakhiran) dalam MSP ini. Para Pihak mengakui bahwa MSP ini bukan merupakan komitmen yang mengikat secara hukum oleh salah satu Pihak untuk melakukan kewajiban atau tanggung jawab dan I atau untuk memberikan dukungan kepada setiap proyek atau kegiatan.

10.2 MSP ini tidak dapat ditafsirkan untuk mengganggu dengan cara apapun dengan pengambilan keputusan otonomi secara independen Para Pihak berkenaan dengan urusan dan operasional masing-masing. 10.3 Tidak ada suatu apapun yang terkar.dung dalam atau terkait dengan MSP ini dianggap sebagai pengabaian, pengungkapan atau menunjukan, salah satu hak istimewa dan kekebalan yang dimiliki IEA. PASAL11 Amandemen Ketentuan dalam MSP ini dapat diubah setiap saat dengan persetujuan tertulis dari Par3 Pihak. PASAL12 Mulai Berlaku, Durasi, da n Pengakhiran 12.1 MSP ini mulai berlaku pada tanggal penandatanganan oleh para pihak. 12.2 MSP ini akan tetap berlaku selama 2 (dua) tahun sejak tanggal penandatanganan dan dapat diperpanjang dalam jangka waktu 2 (dua) tahun berikutnya dengan persetujuan tertulis dari Para Pihak paling tidak 60 hari sebelum jangka waktu pertama berakhir. 12.3 MSP ini dapat diakhiri oleh salah satu Pihak dengan pemberitahuan tertulis kepada Pihak lainnya akan niatnya untuk mengakhiri MSP ini selambatlambatnya 90 (sembilan puluh) hari sebelum tanggal pengakhiran dimaksud.

12.4 Pengakhiran MSP ini tidak akan memperngaru hi keabsahan dan jangka waktu setiap program yang sedang berlangsung atau proyek yang dilakukan di bawah MSP ini sampai penyelesaian program atau proyek kecuali jika Para Pihak sepakat untuk melakukan sebaliknya. SEBAGAI BUKTI, yang bertanda tangan dibawah ini telah menandatangani Memorandum Saling Pengertian. DITANDATANGANI di Paris pada tanggal 17 November 2015 dalam rangkap dua asli, dalam Indonesia dan bahasa lnggris, semua naskah tersebut mempunyai kekuatan hukum yang sama. Dalam hal terjadi perbedaan penafsiran, maka naskah berbahasa lnggris yang berlaku. UNTUK KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK UNTUK BADAN ENERGI INTERNASIONAL (IEA) INDONESIA D - --- Q:.": id Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (j2.~ Fatih Birol Direktur Eksekutif Badan Energi lnternasional

MEMORANDUM OF UNDERSTANDING BETWEEN THE MINISTRY OF ENERGY AND MINERAL RESOURCES OF THE REPUBLIC OF INDONESIA AND THE INTERNATIONAL ENERGY AGENCY ON ENERGY EFFICIENCY POLICY AND CLEAN TECHNOLOGY COOPERATION UNDER THE BALI CENTER OF EXCELLENCE FOR CLEAN ENERGY The Ministry cf Energy and Mineral Resources (MEMR) of the Republic of Indonesia and the International Energy Agency (IEA}, collectively referred to as the Parties or individually as a Party, CONSIDERING the mutual interest of the IEA and MEMR in increasing the energy efficiency of Indonesia's energy sector and the effective deployment of clean energy technologies; ACKNOWLEDGING the importance of policy advice, knowledge transfer, training and capacity building for the government of Indonesia; and DESIRING to strengthen cooperation between the Parties and to support the establishment and operation of Indonesia's Centre of Excellence for Clean Energy, which will be part of Indonesia's energy efficiency and renewable energy programme. BUILDING on cooperation that was established in the 2009 and 2012 Letters of Intent between the Parties and in the Joint Programmes of Work between the Parties signed in 2011, 2013 and 2015, Have agreed to conclude the following Memorandum of Understanding (MoU):

ARTICLE 1 Objective The Parties endeavor to carry out co-operative activities through the Centre of Excellence for Clean Energy (the Centre), which is to be established in Bali, Indonesia, to strengthen and enhance energy efficiency policies and clean energy technologies and to help the Centre become the source of clean energy expertise in Indonesia. ARTICLE 2 Scope of Cooperation 2.1 The scope of cooperation between the Parties is intended to include the following: a. MEMR's efforts to enhance energy efficiency and deploy clean energy technologies; b. Collaborative activities under the Joint Work Programme between the Parties for 2016-2017; c. Indonesia and IEA collaboration under the IEA's Enargy Efficiency in Emerging Economies (E4) programme;and d. Enhanced energy technology cooperation under the IEA (hereinafter referred to as "Implementing Agreements"). 2.2 The IEA intends to support the establishment and substantive activities of the Centre, including by: a. Providing guidance on development of the Centre's portfolio of energy efficiency and renewable policy analysis; b. Working closely with the Centre to support entry of Indonesian energy efficiency and renewables policies in the IEA Policies and Measures Databases (PAMS). The data on Indonesia could be published on the

Centre's website and link to the entry on Indonesia on the PAMS website with a further agreement from MEMR; c. Facilitating collaborative research on the sustainability of different cleanenergy technologies in accordance with Indonesia's climate and environment - including land, water, and air; and d. Facilitating knowledge exchange and participation in activities of the Implementing Agreements that support the development and deployment of clean energy technologies in Indonesia. e. Supporting the Centre in its efforts to improve the transfer of international knowledge on sustainable energy technologies and to harmonize technical standards for clean energy supply and maintenance. 2.3 The scope of cooperation between the Parties may include other energyrelated issues to which the Parties agree. ARTICLE 3 Forms of Cooperation Collaboration between the Parties under this MoU may include the following forms, as appropriate: a. Collaboration on research and analysis related to energy efficiency and clean energy technology deployment; b. Joint training and capacity building cooperation aimed at accelerating the implementation of energy efficiency policies and sustainable enegy technologies; c. Facilitation of the Centre's participation in the Implementing Agreements; d. Joint outreach events;and e. Any other forms of cooperation agreed upon by the Parties.

ARTICLE 4 Costs 4.1 Unless the Parties otherwise determine in a separate written agreement, each Party is responsible for the costs it incurs in participating in activities under this MoU, including all administrative costs, overhead expenses, labor costs, insurance costs, travel expenses and similar costs. 4.2 The Parties recognise that the IEA will requ ire external funding in the way of voluntary contributions or grants befo re it can commence or implement any activities under this MoU. ARTICLE 5 Implementation The Parties shall determine specific areas of cooperation and its related activities by mutual consent. The detailed provisions relating to forms and methods, financial obligations as well as the conditions of the agreed areas of cooperation may be set out in an implementing arrangement via a separate agreement on a project per project basis. ARTICLE 6 Focal Points 6.1 The various relevant directorate generals within MEMR will be responsible for implementing activities undertaken within the scope of this MoU. The Agency of Research and Development of Energy and Mineral Resources will take the lead for MEMR on all activities under this MoU.

6.2 The IEA's Southeast Asia Programme (IEA SEA) will serve as the primary focal point for the IEA, and will in turn channel inputs from IEA's relevant offices. 6.3 For the day-to-day implementation of this MoU. the parties have identified focal points. Notices and other communications related to this MoU will be in writing and will be sent via email to the following focal points: For MEMR The Agency of Research and Development of Energy and Mineral Resources And Directorate General of New and Renewable Energy and Energy Conservation For IEA Southeast Asia Programme Manager And Head of the Energy Efficiency in Emerging Economies Programme 6.4 A Party shall advise the other Party in writing if the contact details of its representative(s) change from those set out above. ARTICLE 7 Intellectual Property Rights 7.1 The Parties shall agree upon appropriate intellectual property provisions in relation to products resulting from activities under this MoU. Intellectual property in such products may be jointly owned if agreed in the relevant implementing arrangement or separate agreement.

7.2 Any material provided by one Party to the other Party shall only be used for joint activities set out in this MoU. For any other purposes, the receiving Party must obtain prior written consent and, where such consent is granted, must clearly and prominently cite the providing Party as the source of such material. 7.3 For the avoidance of doubt, the Parties shall retain ownership of the intellectual property rights in any existing material that is provided for joint activities. ARTICLE 8 Confidentiality 8.1 All documents, data and other information which is not already in the public domain and provided by one Party to the other Party, whether in written or electronic form, in connection with this MoU shall be treated as confidential and shall not be used for any purpose other than the purpose for which they were disclosed or as otherwise agreed in writing. Neither of the Parties shall release nor disclose any such confidential information to any third parties without the prior written consent of the other Party. This provision shall continue in effect despite the expiry or termination of this MoU. 8.2 At public events, media conferences or meetings of any kind, representatives of a Party may not speak about collaborative activities under this MoU without the prior written authorization of the other Party.

ARTICLE 9 Settlement of Disputes Any dispute, controversy or claim arising out of or related to this MoU, or the breach, termination or invalidity thereof, will be settled amicably between the Parties. ARTICLE 10 Limits to Cooperation 10.1 This MoU is not intended to create legal relations between the Parties or to impose formal obligations on them other than in respect of the obligations of each Party set out in Clauses 7 (Intellectual Property), 8 (Confidentiality), and 12 (Entry Into Force, Duration and Termination) of this MoU. The Parties acknowledge that this MoU does not create any obligation under international law nor constitute a legally binding commitment by either Party to undertake any obligation or responsibility and/or to provide support to any project or activity. 10.2 This MoU will not be construed to interfere in any way with the independent decision-making autonomy of the Parties with regard to their respective affairs and operations. 10.3 This MoU does not establish any exclusive relationship between the Parties. Neither Party is restricted in any way from engaging a third party or parties to pursue the objectives and activities described in this MoU independently of the other Party. ARTICLE 11 Amendment The provisions in this MoU may be amended at any time by written agreement between the Parties:

ARTICLE 12 Entry Into Force, Duration, Termination 12.1 This MoU shall enter into force on the date of signature. 12.2 This MoU shall remain in force for a period of 2 (two) years and may be extended for subsequent additional periods of 2 (two) years if both Parties agree in writing at least 60 (sixty) days before the end of the first period. 12.3 Either Party may terminate this MoU at anytime by giving written notification to the other Parties at least 90 (ninety) days prior to the intended date of termination. 12.4 Termination of this MoU will not affect the validity and duration of any ongoing activities or projects under this MoU until the completion activities or projects unless the Parties agree otherwise in writing. of such IN WITNESS WHEREOF, the undersigned have signed this MoU. DONE in Paris on 17 November 2015, in four (4) original copies, two in each of the Indonesian and English languages, with all texts being equally authentic. In case of divergence of interpretation of this Memorandum of Understanding, the English text shall prevail. FOR THE MINISTRY OF ENERGY AND MINERAL RESOURCES OF THE REPUBLIC OF INDONESIA FOR THE INTERNATIONAL ENERGY AGENCY Sudirman Said Minister of Energy and Mineral Resources Fatih Birol Executive Director of the International Energy Agency