BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP TINDAKAN ASUSILA DAN PENGANIAYAAN OLEH OKNUM TNI

Tafsir Depag RI : QS Al Baqarah 284

ISLAM IS THE BEST CHOICE

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM ATAS PUTUSAN HAKIM PENGADILAN NEGERI SIDOARJO TERHADAP TINDAK PIDANA PENGANIAYAAN YANG DILAKUKAN ANAK DIBAWAH UMUR

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBERIAN PEMBEBASAN BERSYARAT BAGI NARAPIDANA MENURUT PERMEN NO.M.2.PK.

BAB IV ANALISIS TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN NEGERI PAMEKASAN TENTANG HUKUMAN AKIBAT CAROK MASAL (CONCURSUS) MENURUT HUKUM ISLAM

BAB IV TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN HAKIM NOMOR :191/PID.B/2016/PN.PDG

BAB II PEMIDANAAN MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM

Berkompetisi mencintai Allah adalah terbuka untuk semua dan tidak terbatas kepada Nabi.

Tafsir Depag RI : QS Al Baqarah 285

ISBN:

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP KLAIM ASURANSI DALAM AKAD WAKALAH BIL UJRAH

BAB IV ANALISIS JARI<MAH TA ZI<R TERHADAP SANKSI HUKUM MERUSAK ATAU MENGHILANGKAN TANDA TANDA BATAS NEGARA DI INDONESIA

Maka dirikanlah shalat karena Rabbmu; dan berkorbanlah. (QS. al-kautsar:2)

Bulan Penuh Rahmat itu Telah Meninggalkan Kita. Written by Mudjia Rahardjo Friday, 15 November :41 -

MATERI UJIAN KOMPREHENSIF: KOMPETENSI KHUSUS. Meliputi ujian tentang ayat dan hadis yang berkaitan dengan bimbingan dan konseling

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh pendidikan formal informal dan non-formal. Penerapan

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan primer manusia sebagai makhluk sosial bahkan pada situasi tertentu,

BAB IV STUDI KOMPARASI ANTARA HUKUM PIDANA DAN FIQH JINAYAH TERHADAP TINDAK KEJAHATAN PERDAGANGAN ORGAN TUBUH

BAB IV ANALISIS HUKUM BISNIS ISLAM TERHADAP PENGAMBILAN KEUNTUNGAN PADA PENJUALAN ONDERDIL DI BENGKEL PAKIS SURABAYA

IPTEK, DAN SENI DALAM ISLAM 1. Konsep Ipteks Dalam Islam a. Pengetahuan dan ilmu pengetahuan Pengetahuan : segala sesuatu yang diketahui manusia

BAB IV. A. Pertimbangan Hakim Pengadilan Negeri Meulaboh dalam Putusan No. 131/Pid.B/2013/PN.MBO tentang Tindak Pidana Pembakaran Lahan.

Akal Yang Menerima Al-Qur an, dan Akal adalah Hakim Yang Adil

BAB IV ANALISIS. keterangan ahli sebagai alat bukti yang sah. Malah tempatnya diletakkan pada. yang penting, artinya dalam pemeriksaan perkara pidana.

Iman dan Pengaruhnya dalam Kehidupan

Berkahilah untuk ku dalam segala sesuatu yang Engkau keruniakan. Lindungilah aku dari keburukannya sesuatu yang telah Engkau pastikan.

Jawaban yang Tegas Dari Yang Maha Mengetahui dan Maha Merahmati

FATWA DEWAN SYARI'AH NASIONAL NO: 81/DSN-MUI/III/2011 Tentang

IDDAH DALAM PERKARA CERAI TALAK

ISLAM DAN TOLERANSI. Disampaikan pada perkuliahan PENDIDIKAN AGAMA ISLAM. MUHAMMAD ALVI FIRDAUSI, S.Si, MA. Modul ke: Fakultas TEHNIK

Dengan nama Allah, maha pengasih dan penyayang. Salam kepada semua Nabi dari yang terdahulu hingga yang akhir.

KOMPETENSI DASAR INDIKATOR:

BAB I PENDAHULUAN. berpasang-pasangan termasuk di dalamnya mengenai kehidupan manusia, yaitu telah

BAB I PENDAHULUAN. seorang pria atau seorang wanita, rakyat kecil atau pejabat tinggi, bahkan penguasa suatu

ج اء ك م ر س ول ن ا ي ب ي ن ل ك م ك ث ير ا م ما ك ن ت م ت خ ف و ن م ن ال ك ت اب و ي ع ف و ع ن ك ث ير ق د ج اء ك م م ن الل ه ن ور و ك ت اب

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

KEMAMPUAN BERBICARA DALAM KEGIATAN PRESENTASI SISWA KELAS V DI SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan dan berhubungan dengan manusia. 1 Sebagai makhluk pribadi, ia

Dengan nama Allah yang maha pengasih, maha penyayang, dan salam kepada para Rasul serta segala puji bagi Tuhan sekalian alam.

MAKNA DUA KALIMAT SYAHADAT DAN KONSEKUENSINYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBERIAN UPAH DENGAN KULIT HEWAN KURBAN DI DESA JREBENG KIDUL KECAMATAN WONOASIH KABUPATEN PROBOLINGGO

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENETAPAN HARTA BERSAMA DALAM PERMOHONAN IZIN POLIGAMI DALAM BUKU II SETELAH ADANYA KMA/032/SK/IV/2006

Tafsir Depag RI : QS Al Baqarah 286

BAB I PENDAHULUAN. berpedoman penuh pada Al-Qur an dan As-Sunnah. Hukum-hukum yang melandasi

Prof. Dr. Syaikh Abdurrazzaq bin Abdil Muhsin

Bab 1 PENDAHULUAN. QS. Al-Baqarah ayat 282 berkenaan dengan aktivitas atau kegiatan ekonomi:

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN CUTI BERSYARAT DI RUTAN MEDAENG MENURUT UU NO. 12 TENTANG PEMASYARAKATAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Definisi Operasional. membudayakan manusia. Melalui pendidikan segala potensi sumber daya manusia

Dalam Bahasa Arab, kata keluhan dan aduan diungkap dengan Syakwa شكوى) ). Asal kata ini

BAB IV ANALISIS PERTANGGUNG JAWABAN PEMERIKSAAN TERSANGKA PENGIDAP GANGGUAN JIWA MENURUT HUKUM PIDANA POSITIF DAN HUKUM PIDANA ISLAM

YANG HARAM UNTUK DINIKAHI

Cece Abdulwaly. Diterbitkan oleh: melalui:

IBADAH UMROH. kapan saja di luar batas waktu haji (bulan-bulan haji).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia pada hakikatnya ketika dilahirkan telah melekat

WELCOME MATA PELAJARAN : MADRASAH ALIYAH ASSHIDDIQIYAH FIQIH. Kelas : XI (Sebelas), Semster : Ganjil Tahun Pelajaran : 2012/2013

SABAR ITU MAHAL. Oleh: Dr. Marzuki, M.Ag.

Oleh: Shahmuzir bin Nordzahir

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI SAWAH BERJANGKA WAKTU DI DESA SUKOMALO KECAMATAN KEDUNGPRING KABUPATEN LAMONGAN

BAB I PENDAHULUAN. dalam kesehariannya. Dalam al-qur an dan al-hadist telah menjelaskan bahwa Allah SWT

Khutbah Pertama. Jamaah Jum'at yang dirahmati Allah.

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT MELALUI LAYANAN M-ZAKAT DI PKPU (POS KEADILAN PEDULI UMAT) SURABAYA

Adab makan berkaitan dengan apa yang dilakukan sebelum makan, sedang makan dan sesudah makan.

BAB IV. A. Analisis tentang Ketentuan Aborsi dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan

Dalam memeriksa putusan pengadilan paling tidak harus berisikan. tentang isi dan sistematika putusan yang meliputi 4 (empat) hal, yaitu:

Diantara rahasia dan hakekat shiyam Ramadhan dapat disimpulkan menjadi tujuh perkara yang dapat dirasakan kenikmatannya dalam ibadah Ramadhan:

BAB I PENDAHULUAN. Untuk menjamin, melindungi dan menjaga kemaslahatan kemaslahatan

BAB IV. A. Analisis Pertimbangan Hakim pada Putusan Pengadilan Negeri Jombang No.23/Pid.B/2016/PN.JBG tentang Penggelapan dalam Jabatan

BAB IV ANALISIS TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN NEGERI BANGKALAN NO.236/PID.B/2014/PN.BKL TENTANG PENGANIAYAAN YANG MENYEBABKAN KEMATIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Al-Qur an merupakan kitab suci umat Islam yang berisi firman Allah

Nawaqidhul Islam: Matan dan Terjemah Pustakasyabab.blogspot.com

BAB I PENDAHULUAN. itu tersebut sebagai narapidana ke dalam Lembaga Permasyarakatan, tugas negara

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan bermasyarakat ialah tentang kejahatan. Kejahatan adalah suatu

Golongan yang Dicintai Allah di Dalam Al-Qur an Oleh: Ahmad Pranggono

BAB I PENDAHULUAN. dapat dikatakan sebagai kunci ilmu pengetahuan adalah mata pelajaran bahasa

Tindak pidana perampasan kemerdekaan orang lain atas dasar. keduanya, diantaranya persamaan-persamaan itu adalah sebagai berikut:

BAB IV KOMPARASI HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF MENGENAI SANKSI PROSTITUSI ONLINE. A. Persamaan Sanksi Prostitusi Online Menurut Hukum Positif dan

Lailatul Qadar. Surah Al Qadr 97 : 1-5

Kesadaran Akan Keberadaan. Ahmad Munir

IMAM / BILAL BERTUGAS USTAZ ASWANZIE ABBYD BIN ZAINAL ABIDIN USTAZ MUHAMMAD ALI BIN JANAS MUAZZIN/BILAL KHATIB /IMAM

PENYERANGAN AMERIKA SERIKAT DAN SEKUTUNYA TERHADAP IRAK

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP AKAD PEMBIAYAAN MUDHARABAH DENGAN SISTEM KELOMPOK DI BMT KUBE SEJAHTERA KRIAN SIDOARJO

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan keterampilan yang berguna dalam menjalani hidup.

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN SEWA MENYEWA POHON UNTUK MAKANAN TERNAK

BAB I PENDAHULUAN. Diantara larangan Allah yang tertulis di Al-Qur an adalah tentang larangan

PEMERINTAH KABUPATEN SUMENEP

BAB IV ANALISIS PERSAMAAN DAN PERBEDAAN PERTANGGUNG JAWABAN PIDANA

PERAYAAN NATAL BERSAMA

Bolehkah melaksanakan perkawinan seorang perempuan dengan seorang laki laki yang bapak keduanya saudara sekandung, yaitu seayah dan seibu?

BAB IV ANALISIS PENDAPAT TOKOH NU SIDOARJO TENTANG MEMPRODUKSI RAMBUT PALSU

KAIDAH FIQH. Sama saja antara orang yang merusak milik orang lain baik dengan sengaja, tidak tahu, ataupun lupa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan usaha sadar untuk menumbuh kembangkan

HUBUNGAN SABAR MENURUT IMAM AL-GHAZALI DENGAN KECERDASAN EMOSIONAL DAN KECERDASAN SPIRITUAL PESERTA DIDIK

BAB I PENDAHULUAN. rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang.

BAB I PENDAHULUAN. dapat menghadapi segala tantangan yang akan timbul, lebih-lebih dalam

KAIDAH FIQH PENGGABUNGAN HUKUMAN DAN KAFFAROH. Publication 1437 H_2016 M. Kaidah Fiqh Penggabungan HUKUMAN dan KAFFAROH

KAIDAH FIQH. Pengakuan Adalah Sebuah Hujjah yang Terbatas. Publication 1437 H_2016 M. Kaidah Fiqh Pengakuan adalah Sebuah Hujjah yang Terbatas

BAB I PENDAHULUAN. Sehubungan dengan itu Allah Swt berfirman dalam Alquran surah At-Tahrim

BAB I PENDAHULUAN. agama. Sistem ekonomi Islam merupakan suatu sistem ekonomi yang

BAB I PENDAHULUAN. bagi umat Islam setelah puasa wajib. Disebut dianjurkan karena orang yang

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM PINJAM MEMINJAM UANG DENGAN BERAS DI DESA SAMBONG GEDE MERAK URAK TUBAN

Transkripsi:

99 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Kejahatan merupakan masalah sosial dan pemerintah telah melakukan berbagai macam cara untuk mengatasinya. Salah satu cara yang dapat mencegah dan mengendalikannya adalah dengan menggunakan hukum pidana yang sanksinya berupa pidana. Hukum pidana sering disebut sebagai hukum dengan sanksi istimewa karena hukum pidana mengatur tentang perbuatan apa yang diancam pidana serta dimana aturan pidana itu menjelma. Salah satu bentuk sanksi hukum pidana yang paling berat adalah pidana mati. Pidana mati adalah pidana yang dijatuhkan hakim apabila kesalahan terdakwa telah memenuhi syarat pidana mati diantaranya dalam kasus kejahatan terhadap keamanan Negara, pembunuhan dengan berencana, pencurian dan pemerasan yang dilakukan dalam keadaan yang memberatkan, pembajakan di laut, di pantai, dan di sungai. Hukuman yang dijatuhkan dapat mencegah semua orang untuk melakukan tidak pidana, sebelum tindak pidana itu terjadi. Apabila tindak pidana itu telah terjadi, maka hukuman itu untuk mendididk sipelaku dan mencegah dan mencegah orang lain untuk meniru dan mengikuti perbuatannya. hukuman itu bermacam-macam ada yang ringan dan ada juga yang berat. Pada pembahasan kali ini penulis ingin membahas tentang hukuman yang berat yakni hukuman mati atau yang didalam Alquran disebut qiṣāṣ. Agama Islam sebagai satu-satunya agama yang sarat dengan aturan hidup guna kelangsungan hidup manusia dengan baik, agar manusia menjadi manusiawi dalam arti yang sebenarnya, yang tidak hanya sosok jasmaninya saja, akan tetapi juga dalam bentuk esensi yaitu dalam bentuk rohaninya. Maka untuk itu datanglah Islam dalam bentuk yang sempurna. Hal ini didasarkan demi kemaslahatan kehidupan manusia dalam berinteraksi sebagai mahluk sosial. Maka diperlukan aturan dan tuntunan, agar tidak terjadi kerusakan moral yang lebih parah. Qiṣāṣ

100 adalah salah satu alternatif hukum yang prospektif, karena di dalamnya mengandung nilai-nilai kehidupan yang terpelihara dalam kehidupan sosial manusia, itu merupakan janji Allah yang absolut dan mutlak untuk diyakini tanpa harus diperdebatkan. Banyaknya fenomena yang telah memberikan indikasi terhadap pola hidup yang lebih banyak menggantungkan perasaan manusiawi moral yang semu dari suatu peristiwa yang sebenarnya, mengharuskan ditetapkannya hukum qiṣāṣ. Akibat dari mempertahankan perasaan manusiawi yang semu itulah, kini tindakan kriminalitas semakin menanjak grafiknya. Hal ini sudah bukan rahasia lagi, dan hal itu tentunya membutuhkan penanganan yang serius, kalau hanya mengandalkan hukum produk manusia saja tidak meminimalisir tindak kejahatan kalau tanpa kembali pada aturan Allah swt. yang benar adanya yaitu Alquran. Di dalam Alquran Allah yang maha bijak lagi Maha mengetahui memerintahkan qiṣāṣ dan menyuruh kapada para Hakim untuk memberlakukannya, karena memberikan suatu tindakan tegas kepada pelaku kejahatan supaya dapat membuat mereka merasa jera sehingga tidak mau mengulangi perbuatannya tersebut untuk yang kedua kalinya serta dapat menimbulkan rasa takut bagi semua orang yang mau atau berkesempatan untuk melakukan suatu pembunuhan maupun penganiayaan. Tetapi bila sipelaku pembunuhan ataupun kejahatan tersebut tidak ditindak secara tegas, dihukum qiṣāṣ, maka ketentraman pada suatu daerah tersebut akan terganggu kestabilannya dan juga secara tidak langsung dapat memberikan keleluasaan ataupun spirit bagi orang untuk melakukan suatu pembunuhan demi membalas dendam. Maka demi menjaga hal tersebut, disyariatkanlah hukuman qiṣāṣ sehingga rasa benci, dendam, dan sebagainya dalam hati dapat diredam. Selain mensyariatkan hukum qiṣāṣ Islam juga menganjurkan untuk suka memaafkan. Hukuman qiṣāṣ ini untuk waktu pemberian maaf tersebut berlangsung sampai vonis qiṣāṣ dijatuhkan secara adil. Ajaran ini semata-mata merupakan ajakan

101 untuk berbuat kebaikan, bukan merupakan sesuatu yang mengenyampikan fitrah manusiawi serta mendorong untuk melakuan sesuatu diluar batas kemampuannya. Sebagaimana firman Allah swt dalam surat al-baqarah ayat 178: ف م ن ع ف ي ل ه م ن أ خ ي ه ش ي ء فات ب اع ب ال م ع ر وف و أ د اء إل ي ه ب إ ح سان Maka Barangsiapa yang mendapat suatu pemaafan dari saudaranya, hendaklah yang memaafkan mengikuti dengan cara yang baik, dan hendaklah yang diberi maaf membayar diyat kepada yang memberi maaf dengan cara yang baik pula. Dengan ajaran agama Islam, bahwa Nabi Muhammad saw. telah mempersatukan bangsa Arab yang telah beratus tahun tidak mengenal persatuan, karena tidak ada satu cinta untuk mempersatukan. Agama pusaka Nabi Muhammad sudah tinggal hanya sebutan. Yang penting bagi mereka ialah kabilah sendiri, diantara kabilah dengan kabilah berperang. Bermusuhan dan berebut tanah penggembalaan ternak atau berebut binantang ternak itu sendiri. Niscaya terjadi pembunuhan, maka timbullah perkelahian diantara suku dengan suku atau kabilah dengan kabilah. Sehingga menderitalah suku yang kecil dan lemah, dan leluasalah kabilah yang besar dan kuat. Di zaman Jahiliayah pernah terjadi pertumpahan darah diantara dua suku arab. Yang satu kabilah kuat dan yang satu lagi dari kabilah lemah. Karena merasa kuat kabilah yang kuat mengeluarkan sumpah kalau mereka akan balas membunuh walaupun yang terbunuh dari mereka seorang budak, mereka akan meminta orang yang merdeka. Mereka akan memita laki-laki walaupun yang terbunuh dari mereka adalah seorang perempuan. Dari penjelasan ini bisa kita ketahui bahwa hukum qiṣāṣ pada zaman Jahiliayah itu bukan lah hukum akan tetapi balas dendam yang mereka sebut dengan ṡār (.(ثار Agama Islam datang, yaitu disaat perasaan dendam belum habis. Islam tidak dapat membenarkan balas dendam. Islam hanya mengakui adanya hukum qiṣāṣ bukan balas dendam. Maka kalau terjadi lagi pembunuhan manusia atas manusia, tanggung jawab penututan hukum bukan saja lagi terletak pada keluarga, tetapi terletak pada orang-orang yang beriman. Balas dendam harus dicegah yang berhutang nyawa harus dengan nyawa akan tetapi pintu maaf harus selalu terbuka.

102 Dengan perintah yang ada di dalam Alquran Allah swt. telah mengalihkan atau merubah bentuk-bentuk hukuman sebagai siksaan menjadi hukuman yang mempunyai makna lebih baik dan bernilai agung, karena hukuman-hukuman pada masa Jahiliyah adalah berfungsi sebagai siksaan, yaitu siksaan dari pihak keluarga yang dibunuh kepada si pembunuh. Mereka tidak lega sebelum dapat membalas dendan dengan cara membunuh si pembunuh juga, malahan terkadang akibat terbunuhnya satu orang, mereka membalas dengan membunuh seratus orang dari keluarga atau golongan si pembunuh. Oleh karena itu Allah menjadikan tujuan hukuman qiṣāṣ ini untuk kemaslahatan umat manusia sendiri. Allah swt. berfirman : و ل ك م يف ال ق ص اص ح ي وة ياأ وىل ا ل ل باب ل ع ل ك م ت ت قو ن Dan dalam qiṣāṣ itu ada jaminan kelangsungan hidup bagimu, Hai orang-orang yang berakal, supaya kamu bertakwa. (QS. Al-Baqarah:179). Kemudia apabila hukum qiṣāṣ dijalankan Jaminan kelangsungan hidup. Kalimat ini dinyatakan dalam bentuk kata benda yang umum yang tidak menunjukkan kepada makna tertentu, maksudnya untuk pengagungan dan kandungan maknanya tidak terbatas. Ketika hukum ini tidak diketahui hakikatnya melainkan oleh para ulama saja serta orang-orang yang mrnggunakan akalnya, maka Allah menujukan perkataan-nya itu secara khusus kepada mereka. Hal ini menunjukkan bahwa Allah sangat senang apabila hamba-hambanya mau menggunakan pemikirannya itu serta akal sehatnya untuk merenungi berbagai hikmah di balik segenap ketentuan hukum-hukumnya yang berlaku, serta kemaslahatan-kemaslahatan yang menunjukkan kesempurnaan, hikmah, pujian, keadilan serta rahmat Allah swt. yang mahaluas. Barang siapa yang memiliki keutamaan seperti itu, sungguh sangat berhak mendapatkan predikat pujian, dan termasuk orang-orang yang cerdas akalnya, dimana perkataan Allah itu sesungguhnya ditujukan pada mereka. Cukuplah hal itu menjadi bukti kemuliaan dan kehormatan bagi orang-orang yang mau berpikir.

103 Diujung ayat 179 ini Allah swt mengatakan, agar kalian bertakwa. karena barangsiapa yang mengenal tuhannya dengan baik, dan mengetahui rahasia-rahasia yang agung di balik ketentuan agama Islam itu sendiri, serta berbagai hikmah yang indah dan ayat-ayat menakjubkan yang terkandung dalam Alquran, maka kita diwajibkan untuk tunduk dan patuh dalam menjalankan perintah Allah. Sehingga kita akan menganggap dosa besar jika kita melakukan kemaksiatan kepadanya dan kita akan berusaha keras untuk meninggalkannya. Sehingga dengan perilaku yang seperti ini kita berusaha menempatkan diri kita kepada jajaran orang-orang yang bertakwa. Dari pemaparan diatas dapat dirinci lagi, hikmah hukum qiṣāṣ : 1. Menjaga masyarakat dari kejahatan dan menahan setiap orang yang akan menumpahkan darah orang lain. 2. Mewujudkan keadilan dan menolong orang yang terzalimi, dengan memberikan kemudahan bagi wali korban untuk membalas kepada pelaku seperti yang dilakukan kepada korban. 3. Menjadi sarana taubat dan penyucian dari dosa yang telah dilanggarnya, karena qiṣāṣ menjadi kafarah atau penghapus dosa bagi pelakunya. Demikian lah pemaparan penulis tentang konsep qiṣāṣ dalam Alquran semoga bermanfaat dan bisa berguna bagi penulis dan masyarakat umum lainnya. Dengan mengkaji permasalahan ini maka akan memenuhi keingintahuan penulis terhadap proses hukuman qiṣāṣ. Untuk mendorong masyarakat supaya berhati-hati dalam melakukan suatu tindakan apalagi melakukan tidakan kejahatan. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran yang bermanfaat dalam rangka pengembangan khazanah keilmuan, hususnya ilmu pengetahuan Islam. Terutama dibidang Tafsir hadis. Nantinya juga bisa bisa dijadikan sebagai rujnukan terhadap penelitian yang lebih lanjut mengenai permasalahan yang sama.

104 B. Saran-Saran Penulis telah berusaha secara maksimal dalam menyelesaikan penelitian terhadap Konsep Qiṣāṣ Dalam Alquran. Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih terdapat banyak kekurangan karena keterbatasan kemampuan penulis. Tema yang penulis bahas dalam tulisan ini adalah Konsep Qiṣāṣ Dalam Alquran. Ayatayat tentang qiṣāṣ yang terdapat di dalam Alquran dan dijelaskan oleh beberapa tafsir yang dikutip oleh penulis. Oleh karena itu hendaklah pembaca merujuk kembali dan membaca kitab-kitab Tafsir yang lainnya sehingga dapat menyempurnakan penelitian ini dan menambah khazanah keilmuan pada para pembaca terutama masalah hukum pidana. Kepada program pascasarjana UIN SU khususnya konsentrasi Tafsir Hadis yang merupakan jurusan yang mengkaji keislaman khususnya pada ilmu Tafsir dan Hadis, penelitrian ini merupakan sebuah upaya solusi dari pemaknaan terhadap hukum yang berlaku dalam Islam dan begitu juga di Negara Indonesia. Semoga penelitian ini bisa menjadi wacana baru khususnya dijurusan Tafsir Hadis dan disemua lapisan masyarakat, semoga penelitian ini bisa bermanfaat bagi kita semua khususnya di jurusan Tafsir Hadis. Kapada teman-teman seperjuangan semoga setelah menyelesaiakan pendidikan ini bisa tetap menjaga dan mengembangkan ilmu yang dtelah di dapat selama melakukan pendidikan. Semoga kita semua tetap berada dijalan yang dirahmati oleh Allah swt, dan ditetapkan iman dan Islam.