KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 679/MENKES/SK/V/2003 TENTANG REGISTRASI DAN IZIN KERJA ASISTEN APOTEKER

dokumen-dokumen yang mirip
KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 544/MENKES/SK/VI/2002 TENTANG REGISTRASI DAN IZIN KERJA REFRAKSIONIS OPTISIEN

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1363/MENKES/SK/XII/2001 TENTANG REGISTRASI DAN IZIN PRAKTIK FISIOTERAPIS

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1239/Menkes/SK/XI/2001 TENTANG REGISTRASI DAN PRAKTIK PERAWAT

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1392/Menkes/SK/XII/2001 TENTANG REGISTRASI DAN IZIN KERJA PERAWAT GIGI

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 867/MENKES/PER/VIII/2004 TENTANG REGISTRASI DAN PRAKTIK TERAPIS WICARA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 548/MENKES/PER/V/2007 TENTANG REGISTRASI DAN IZIN PRAKTIK OKUPASI TERAPIS

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1419/MENKES/PER/X/2005 TENTANG PENYELENGGARAAN PRAKTIK DOKTER DAN DOKTER GIGI

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1419/MENKES/PER/X/2005 TENTANG PENYELENGGARAAN PRAKTIK DOKTER DAN DOKTER GIGI

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 889/MENKES/PER/V/2011 TENTANG REGISTRASI, IZIN PRAKTIK, DAN IZIN KERJA TENAGA KEFARMASIAN

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1019/MENKES/SK/VII/2000 TENTANG REGISTRASI DAN IZIN KERJA PERAWAT GIGI

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : 184/MENKES/PER/II/1995 TENTANG PENYEMPURNAAN PELAKSANAAN MASA BAKTI DAN IZIN KERJA APOTEKER

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 889/MENKES/PER/V/2011

PEDOMAN TEKNIS IJIN KERJA PETUGAS KESEHATAN

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 357/MENKES/PER/V/2006 TENTANG REGISTRASI DAN IZIN KERJA RADIOGRAFER

NOMOR 900/MENKES/SK/VII/2002 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN Nomor : 1191/MENKES/SK/IX/2002

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2016 TENTANG IZIN DAN PENYELENGGARAAN PRAKTIK PENATA ANESTESI

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 512/MENKES/PER/IV/2007 TENTANG IZIN PRAKTIK DAN PELAKSANAAN PRAKTIK KEDOKTERAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERMENKES No. 889/MENKES/PER/V/2011 Tentang REGISTRASI, IZIN PRAKTIK, DAN IZIN KERJA TENAGA KEFARMASIAN 4/1/2013 1

a. bahwa apotek dan pedagang eceran obat merupakan pelayanan kesehatan yang dapat dilaksanakan oleh swasta;

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.02.02/MENKES/148/I/2010 TENTANG IZIN DAN PENYELENGGARAAN PRAKTIK PERAWAT

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KESEHATAN. Kosmetika. Izin Produksi.

2017, No Tahun 1997 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3671); 3. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika (

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1175/MENKES/PER/VIII/2010 TENTANG IZIN PRODUKSI KOSMETIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR: 3 TAHUN 2006 TENTANG

SALINAN PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2014 TENTANG

MENTERI KESEHATAN NOMOR : 918/MENKES/PER/X/1993 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI

Nomor : 1332/MENKES/SK/X/2002 TENTANG NOMOR. 922/MENKES/PER/X/1993

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2052/MENKES/PER/X/2011 TENTANG IZIN PRAKTIK DAN PELAKSANAAN PRAKTIK KEDOKTERAN

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2017 TENTANG IZIN DAN PENYELENGGARAAN PRAKTIK PSIKOLOG KLINIS

2011, No Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lem

MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA REGISTRASI TENAGA KESEHATAN

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PEKERJAAN PERAWAT ANESTESI

TAR== BERITA DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR TAHUN 2013 PERATURAN BUPATI TANAH DATAR NOMOR 34 TAHUN 2013 TENTANG IZIN APOTEK

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN. TAHUN 2007 No. 17 PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN NOMOR 17 TAHUN 2007

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 284/MENKES/PER/III/2007 TENTANG APOTEK RAKYAT MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 93 Tahun 2016 Seri E Nomor 45 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 93 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2005 TENTANG REGISTRASI DOKTER DAN DOKTER GIGI KETUA KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PEKERJAAN PEREKAM MEDIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PEKERJAAN DAN PRAKTIK FISIOTERAPIS

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2015 TENTANG IZIN DAN PENYELENGGARAAN PRAKTIK ELEKTROMEDIS

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PEKERJAAN REFRAKSIONIS OPTISIEN DAN OPTOMETRIS

TAR== BERITA DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR TAHUN 2013 PERATURAN BUPATI TANAH DATAR NOMOR 35 TAHUN 2013 TENTANG IZIN PEDAGANG ECERAN OBAT

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 78, Tambaha

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2014

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

SKPD Penanggungjawab : DINAS KESEHATAN DAERAH. PERSYARATAN sebagai lampiran :

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1419/MENKES/PER/X/2005 TENTANG PENYELENGGARAAN PRAKTIK DOKTER DAN DOKTER GIGI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

STANDAR PELAYANAN PUBLIK GERAI PELAYANAN PERIZINAN TERPADU SEKTOR KESEHATAN

BUPATI PEMALANG PERATURAN BUPATI PEMALANG NOMOR 27 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI IZIN KERJA APOTEKER DAN ASISTEN APOTEKER

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TENGAH TAHUN 2005 NOMOR 12 SERI C NOMOR 10

MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PEKERJAAN DAN PRAKTIK TENAGA GIZI

BUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI PENAJAM PASER UTARA NOMOR 13 TAHUN 2017 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN EMPAT LAWANG

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR

KEPUTuSANT EHTER KESEHATANREPUBL K NDoNES A HOMOR : 1 426/MENKES/SK/XV/2002 TENTANG PEBO$AN PENGELOLAAN OBAT PUBLIK DAN PERBEKALAN KESEHATAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG IZIN PRAKTEK DOKTER, PRAKTEK PERAWAT, PRAKTEK BIDAN DAN PRAKTEK APOTEKER

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PEKERJAAN RADIOGRAFER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA


Menteri Kesehatan Republik Indonesia * KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA Nomor 1076/MENKES/SK/VII/2003 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

, No.1901 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 No

Bersama ini kami mengajukan permohonan untuk mendapatkan Izin Pedagang Besar Farmasi dengan data sebagai berikut:

Peraturan Pemerintah ini mengatur Pekerjaan Kefarmasian dalam pengadaan, produksi, distribusi atau penyaluran, dan pelayanan sediaan farmasi.

MEMUTUSKAN : Menetapkan: PERATURAN MENTERI KESEHATAN TENTANG IZIN PRAKTIK DAN PELAKSANAAN PRAKTIK KEDOKTERAN. BAB...

- 2 - Mengingat ketentuan: 1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan L

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR : 918/MENKES/PER/X/1993 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI MENTERI KESEHATAN

[1] PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /PERMEN-KP/2017 TENTANG

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 03 TAHUN 2014 TENTANG IZIN PENYELENGGARAAN PELAYANAN KESEHATAN

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 03 TAHUN 2014 TENTANG IZIN PENYELENGGARAAN PELAYANAN KESEHATAN

MENTERIKESEHATAN REPUBLIK INDONESiA PERA TURAN MENTERI KESEHA TAN REPUBLIK NOMOR 1175/MENKES/PERNIII/2010 TENTANG IZIN PRODUKSI KOSMETIKA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG IZIN PRAKTEK DOKTER, PRAKTEK PERAWAT, PRAKTEK BIDAN DAN PRAKTEK APOTEKER

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 22 TAHUN 2018 TENTANG PENYELENGGARAAN APOTEK

Dengan ini mengajukan permohonan untuk mendapatkan Surat Izin Praktik Berkelompok Dokter/Dokter Gigi/Dokter Spesialis/Dokter Gigi Spesialis.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negar

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN ORGANISASI IKATAN APOTEKER INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA TUGAS BELAJAR DAN IZIN BELAJAR PEGAWAI NEGERI SIPIL KEMENTERIAN DALAM NEGERI

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1191/MENKES/PER/VIII/2010 TAHUN 2010 TENTANG PENYALURAN ALAT KESEHATAN

Transkripsi:

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 679/MENKES/SK/V/2003 TENTANG REGISTRASI DAN IZIN KERJA ASISTEN APOTEKER MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa sebagai pelaksanaan lebih lanjut Pasal 4 Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan perlu ditetapkan Keputusan Menteri Kesehatan tentang Registrasi dan Izin Kerja Asisten Apoteker; Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 100, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3495); 2. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan (Lembaran Negara Tahun 1996 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3637); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi Sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3952); 5. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pembinaan dan Pengawasan Atas Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4090); 6. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2001 tentang Penyelenggaraan Dekonsentrasi (Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor 62, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4095); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2003 tentang Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Negara Tahun 2003 Nomor 14, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4262); 1

8. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1277/Menkes/SK/XI/2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kesehatan; M E M U T U S K A N : Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG REGISTRASI DAN IZIN KERJA ASISTEN APOTEKER. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Keputusan Menteri ini yang dimaksud dengan: 1. Asisten Apoteker adalah tenaga kesehatan yang berijazah Sekolah Asisten Apoteker/Sekolah Menengah Farmasi, Akademi Farmasi Jurusan Farmasi Politeknik Kesehatan, Akademi Analis Farmasi dan Makanan Jurusan Analis Farmasi dan Makanan Politeknik Kesehatan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku; 2. Surat Izin Asisten Apoteker selanjutnya disebut SIAA adalah bukti tertulis atas kewenangan yang diberikan kepada pemegang ijazah Sekolah Asisten Apoteker/Sekolah Menengah Farmasi, Akademi Farmasi, Jurusan Farmasi Politeknik Kesehatan, Akademi Analis Farmasi dan Makanan, Jurusan Analis Farmasi dan Makanan Politeknik Kesehatan untuk menjalankan pekerjaan kefarmasian sebagai Asisten Apoteker; 3. Surat Izin Kerja Asisten Apoteker selanjutnya disebut SIKAA adalah bukti tertulis yang diberikan kepada Pemegang Surat Izin Asisten Apoteker (SIAA) untuk melakukan pekerjaan kefarmasian di sarana kefarmasian; 4. Sarana Kefarmasian adalah tempat yang digunakan untuk melakukan pekerjaan kefarmasian antara lain industri farmasi termasuk obat tradisional dan kosmetika, instalasi farmasi, apotik, dan toko obat; 5. Pimpinan penyelenggara pendidikan Asisten Apoteker adalah Kepala Sekolah, Direktur Akademi dan Direktur Politeknik Kesehatan; 6. Kepala Sekolah adalah Pimpinan Sekolah Menengah Farmasi/Sekolah Menengah Kejuruan yang menyelenggarakan pendidikan Jenjang Pendidikan Menengah (JPM) Farmasi; 7. Direktur Akademi adalah Pimpinan Akademi Farmasi atau Pimpinan Akademi Analis Farmasi dan Makanan; 2

8. Direktur Politeknik Kesehatan adalah Pimpinan Politeknik Kesehatan yang menyelenggarakan program D III Farmasi atau D III Analis Farmasi dan Makanan; 9. Ketua Jurusan adalah Pimpinan Jurusan Farmasi atau Jurusan Analis Farmasi dan Makanan pada Politeknik Kesehatan yang menyelenggarakan program D III Farmasi atau D III Analis Farmasi dan Makanan; 10. Kepala Dinas adalah Kepala Dinas Kesehatan Propinsi dan/atau Kabupaten/Kota; 11. Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal Pelayanan Kefarmasian dan Alat Kesehatan; 12. Menteri adalah Menteri yang bertanggung jawab di bidang kesehatan. BAB II PELAPORAN DAN REGISTRASI Pasal 2 (1) Pimpinan penyelenggara pendidikan Asisten Apoteker wajib menyampaikan laporan secara tertulis kepada Kepala Dinas Kesehatan Propinsi setempat mengenai peserta didik yang baru lulus, selambat-lambatnya 1 (satu) bulan setelah dinyatakan lulus. (2) Pimpinan penyelenggara pendidikan harus mengirimkan tembusan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada Asisten Apoteker yang baru lulus. (3) Bentuk dan isi laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Formulir I terlampir. Pasal 3 (1) Asisten Apoteker sebagaimana dimaksud Pasal 2 ayat (2) harus mengirimkan kelengkapan registrasi kepada Kepala Dinas Kesehatan Propinsi di mana penyelenggara pendidikan berada guna memperoleh SIAA selambatlambatnya 1 (satu) bulan setelah menerima ijazah pendidikan Asisten Apoteker. (2) Kelengkapan registrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: a. Fotokopi ijazah Asisten Apoteker yang disahkan oleh pimpinan penyelenggara pendidikan Asisten Apoteker; b. Fotokopi lafal sumpah Asisten Apoteker; c. Surat keterangan sehat dan tidak buta warna dari dokter yang memiliki SIP; d. pas foto ukuran 4 X 6 sebanyak 3 (tiga) lembar. 3

Pasal 4 (1) Kepala Dinas Kesehatan Propinsi melakukan registrasi atas nama Menteri Kesehatan, berdasarkan kelengkapan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 untuk menerbitkan SIAA. (2) SIAA sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diterbitkan oleh Kepala Dinas Kesehatan Propinsi atas nama Menteri Kesehatan, dalam waktu selambatlambatnya 1 (satu) bulan sejak permohonan diterima dan berlaku secara nasional. (3) Bentuk dan isi SIAA sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Formulir II terlampir. Pasal 5 (1) Kepala Dinas Kesehatan Propinsi harus membuat pembukuan registrasi mengenai SIAA yang telah diterbitkan; (2) Kepala Dinas Kesehatan Propinsi melaporkan secara berkala kepada Menteri Kesehatan melalui Sekretaris Jenderal c.q Kepala Biro Kepegawaian Departemen Kesehatan mengenai SIAA yang telah diterbitkan untuk kemudian diterbitkan dalam buku registrasi nasional. Pasal 6 (1) Asisten Apoteker lulusan luar negeri wajib melakukan adaptasi untuk melengkapi persyaratan mendapatkan SIAA. (2) Adaptasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan pada sarana pendidikan yang terakreditasi yang ditunjuk Pemerintah. (3) Untuk melakukan adaptasi Asisten Apoteker mengajukan permohonan kepada Kepala Dinas Kesehatan Propinsi. (4) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dengan melampirkan : a. Fotokopi ijazah yang telah dilegalisir oleh Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi; b. Fotokopi transkrip nilai akademik yang bersangkutan. (5) Kepala Dinas Kesehatan Propinsi berdasarkan permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) menerbitkan rekomendasi untuk melaksanakan adaptasi. (6) Asisten Apoteker yang telah melaksanakan adaptasi diberikan surat keterangan selesai adaptasi oleh pimpinan sarana pendidikan. 4

(7) Asisten Apoteker yang telah melaksanakan adaptasi, berlaku ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 dan Pasal 4. (8) Bentuk permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) sebagaimana tercantum dalam Formulir III terlampir. Pasal 7 (1) SIAA berlaku 5 (lima) tahun dan dapat diperbaharui kembali serta merupakan dasar untuk memperoleh SIKAA. (2) Pembaharuan SIAA sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan pada Dinas Kesehatan Propinsi dimana tenaga kefarmasian melaksanakan pekerjaan kefarmasian, dengan melampirkan: a. SIAA yang telah habis masa berlakunya; b. Surat keterangan sehat dan tidak buta warna dari dokter yang memiliki SIP; c. Pas foto ukuran 4 x 6 cm sebanyak 2 (dua) lembar. BAB III PERIZINAN Pasal 8 (1) Setiap Asisten Apoteker untuk menjalankan pekerjaan kefarmasiaan pada sarana kefarmasiaan pemerintah maupun swasta harus memiliki SIKAA. (2) Pekerjaan kefarmasian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan pengadaan, penyimpanan dan distribusi obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional. (3) Pekerjaan kefarmasian dilakukan oleh Asisten Apoteker dilakukan dibawah pengawasan apoteker, tenaga kesehatan atau dilakukan secara mandiri sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pasal 9 (1) SIKAA sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 diperoleh dengan mengajukan permohonan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat. (2) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan dengan melampirkan: a. Fotokopi SIAA yang masih berlaku; b. Fotokopi ijazah Asisten Apoteker yang disahkan oleh pimpinan penyelenggara pendidikan Asisten Apoteker; 5

c. Surat keterangan sehat dan tidak buta warna dari dokter yang memiliki SIP; d. Pas foto ukuran 4 X 6 cm sebanyak 2 (dua) lembar; e. Surat keterangan dari pimpinan sarana kefarmasiaan atau apoteker penanggung jawab yang menyatakan masih bekerja pada sarana yang bersangkutan. (3) Bentuk permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Formulir IV terlampir. Pasal 10 SIKAA hanya berlaku pada 1(satu) sarana kefarmasiaan. Pasal 11 Asisten Apoteker yang menjalankan pekerjaan kefarmasian pada sarana kefarmasiaan wajib memiliki SIKAA selambat-lambatnya dalam waktu 1(satu) bulan setelah diterima bekerja. Pasal 12 (1) SIKAA berlaku sepanjang SIAA belum habis masa berlakunya dan selanjutnya dapat diperbaharui. (2) Pembaharuan SIKAA sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat dengan melampirkan: a. Fotokopi SIAA yang masih berlaku; b. Fotokopi SIKAA yang lama; c. Surat keterangan sehat dan tidak buta warna dari dokter yang memiliki SIP; d. Surat keterangan dari pimpinan sarana kefarmasiaan atau apoteker penanggung jawab yang menyatakan masih bekerja; e. Pas foto ukuran 4 x 6 cm sebanyak 2(dua) lembar. BAB IV PEJABAT YANG BERWENANG MENGELUARKAN DAN PENCABUTAN IZIN KERJA Pasal 13 (1) Pejabat yang berwenang mengeluarkan dan mencabut SIKAA adalah Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dimana sarana kefarmasiaan berada. (2) Dalam hal tidak ada pejabat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dapat menunjuk pejabat lain. 6

Pasal 14 (1) Permohonan SIKAA yang disetujui atau ditolak harus disampaikan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota kepada pemohon dalam waktu selambat-lambatnya 1 (satu) bulan sejak tanggal permohonan diterima. (2) Apabila permohonan disetujui Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota harus menerbitkan SIKAA selambat-lambatnya 1 (satu) bulan sejak tanggal permohonan diterima. (3) Apabila permohonan SIKAA ditolak, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, harus memberi alasan penolakan tersebut. (4) Bentuk dan isi SIKAA yang disetujui sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tercantum dalam Formulir V terlampir. (5) Bentuk surat penolakan SIKAA sebagaimana dimaksud pada ayat (3) sebagaimana Formulir VI terlampir. Pasal 15 Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota menyampaikan laporan secara berkala kepada Kepala Dinas Kesehatan Propinsi tentang pelaksanaan pemberian atau penolakan SIKAA di wilayahnya dengan tembusan kepada organisasi profesi. BAB V PEMBINAAN DAN PENGAWASAN Pasal 16 (1) Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan/atau organisasi terkait melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap Asisten Apoteker yang melakukan pekerjaan kefarmasian di wilayahnya. (2) Kegiatan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan melalui pemantauan yang hasilnya dibahas dalam pertemuan periodik sekurang-kurangnya 1(satu) kali dalam 1(satu) tahun. Pasal 17 Pimpinan sarana kefarmasiaan wajib melaporkan Asisten Apoteker yang melakukan pekerjaan kefarmasian dan yang berhenti kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan tembusan kepada organisasi profesi. 7

Pasal 18 Asisten Apoteker dalam menjalankan pekerjaan kefarmasian wajib mematuhi semua ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pasal 19 (1) Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan/atau organisasi profesi dapat memberi tindakan disiplin berupa teguran lisan, teguran tertulis sampai dengan pencabutan izin kepada Asisten Apoteker yang melakukan pelanggaran tehadap ketentuan Keputusan ini. (2) Pengambilan tindakan disiplin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pasal 20 Sebelum pencabutan SIKAA ditetapkan, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/kota terlebih dahulu mendengar pertimbangan dari organisasi profesi. Pasal 21 (1) Keputusan pencabutan SIKAA disampaikan kepada Asisten Apoteker yang bersangkutan dalam waktu selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari terhitung sejak keputusan ditetapkan. (2) Dalam surat keputusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disebutkan lama pencabutan SIKAA. (3) Terhadap keputusan pencabutan SIKAA sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diajukan keberatan kepada Kepala Dinas Kesehatan Propinsi dalam waktu 14 (empat belas) hari setelah keputusan diterima, apabila dalam waktu 14 (empat belas) hari tidak diajukan keberatan, maka keputusan pencabutan SIKAA tersebut dinyatakan mempunyai kekuatan hukum tetap. (4) Kepala Dinas Kesehatan propinsi memutuskan ditingkat pertama dan terakhir semua keberatan mengenai pencabutan SIKAA. (5) Sebelum prosedur keberatan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ditempuh Pengadilan Tata Usaha Negara tidak berwenang mengadili sengketa tersebut sesuai dengan maksud Pasal 48 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara. 8

Pasal 22 Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melaporkan setiap pencabutan SIKAA kepada Kepala Dinas Kesehatan Propinsi dan Organisasi Profesi setempat. Pasal 23 (1) Dalam keadaan luar biasa untuk kepentingan Nasional, Menteri atas rekomendasi organisasi profesi dapat mencabut untuk sementara SIKAA yang melanggar ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. (2) Pencabutan izin sementara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) selanjutnya diproses sesuai dengan ketentuan Keputusan ini. BAB VI SANKSI Pasal 24 Asisten Apoteker yang dengan sengaja: a. Melakukan pekerjaan kefarmasian tanpa mendapat pengakuan/adaptasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 dan/atau; b. Melakukan pekerjaan kefarmasian tanpa izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1); dipidana sesuai ketentuan Pasal 86 Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan. Pasal 25 Pimpinan sarana kefarmasian yang tidak melaporkan Asisten Apoteker sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 dan/atau mempekerjakan Asisten Apoteker yang tidak mempunyai SIKAA dapat dikenakan sanksi pidana sesuai ketentuan Pasal 86 Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan. BAB VII KETENTUAN PERALIHAN Pasal 26 (1) Asisten Apoteker yang saat ini telah memiliki SIK dan SIK sementara berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 257/Menkes/Per/III/1995 tentang Ijin Kerja Bagi Asisten Apoteker dinyatakan tetap berlaku sebagai SIAA. (2) SIK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku selama 5 (lima) tahun sejak Keputusan ini ditetapkan. 9

(3) Asisten apoteker yang saat ini telah memiliki SIK sementara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus menyesuaikan diri dengan ketentuan ini setelah habis masa berlakunya SIK sementara tersebut. (4) Asisten apoteker yang saat ini telah di visum ijazahnya dianggap telah memiliki SIKAA berdasarkan Keputusan ini. (5) Visum sebagaimana dimaksud ayat (4) berlaku selama 5 ( lima ) tahun sejak Keputusan ini ditetapkan. Pasal 27 (1) Asisten Apoteker yang saat ini sedang melakukan pekerjaan kefarmasian yang belum memiliki SIK dan atau visum ijazah wajib memiliki SIAA dan SIKAA. (2) SIAA sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diperoleh dengan mengajukan permohonan secara kolektif kepada Kepala Dinas Kesehatan Propinsi ditempat di mana bekerja. (3) SIKAA sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diperoleh dengan mengajukan permohonan secara kolektif kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota ditempat di mana bekerja. (4) Permohonan SIAA sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dengan melampirkan: a. Fotokopi ijazah Asisten Apoteker yang disahkan oleh pimpinan penyelenggara pendidikan Asisten Apoteker; b. Surat keterangan sehat dan tidak buta warna dari dokter yang memiliki SIP; c. Pas foto ukuran 4 X 6 sebanyak 3 (tiga) lembar. (5) Permohonan SIKAA sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dengan melampirkan: a. Fotokopi SIAA yang masih berlaku; b. Fotokopi ijazah Asisten Apoteker yang disahkan oleh pimpinan penyelenggara pendidikan Asisten Apoteker; c. Surat keterangan sehat dan tidak buta warna dari dokter yang memiliki SIP; d. Pas foto ukuran 4 X 6 cm sebanyak 2 (dua) lembar; e. Surat keterangan dari pimpinan sarana kefarmasiaan atau apoteker penanggung jawab yang menyatakan masih bekerja pada sarana yang bersangkutan. 10

(6) Asisten Apoteker yang saat ini tidak melakukan pekerjaan kefarmasian dapat memperoleh SIAA dengan mengajukan permohonan kepada Kepala Dinas Kesehatan Propinsi setempat dengan melampirkan: a. Fotokopi ijazah Asisten Apoteker yang disahkan oleh pimpinan penyelenggara pendidikan Asisten Apoteker; b. Surat keterangan sehat dan tidak buta warna dari dokter yang memiliki SIP; c. Pas foto ukuran 4 X 6 sebanyak 3 (tiga) lembar. (7) Asisten apoteker yang pada saat ini tidak di visum ijazahnya dapat mengajukan SIKAA dengan melampirkan persyaratan sebagaimana dimaksud ayat (5) kepada Kepala Dinas Kabupaten/Kota. BAB IX KETENTUAN PENUTUP Pasal 28 Dengan ditetapkannya Keputusan ini, maka Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 275/Menkes/Per/III/1995 tentang Ijin Kerja Bagi Asisten Apoteker dinyatakan tidak berlaku. Pasal 29 Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan keputusan ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 13 Mei 2003 MENTERI KESEHATAN, Dr. ACHMAD SUJUDI 11

Formulir I Nomor : Lampiran : Perihal : Laporan Lulusan Pendidikan Tenaga Asisten Apoteker Kepada Yth, Kepala Dinas Kesehatan Propinsi... di... Dengan ini kami laporkan lulusan pendidikan Sekolah Asisten Apoteker/ Sekolah Menengah Farmasi / Akademi Farmasi, Jurusan Farmasi Politeknik Kesehatan / Akademi Analis Farmasi dan Makanan Politeknik Kesehatan, sebagai berikut: No. Nama Lengkap L/P Tempat dan Tanggal Lahir Lulusan Tahun Ajaran Alamat Keterangan...200... Pimpinan... (...) Tembusan : 1. Kepala Badan PPSDM, Depkes RI; 2. Kepala Biro Kepegawaian Setjen Depkes RI. 12

Formulir II KOP DINAS KESEHATAN PROPINSI... SURAT IZIN ASISTEN APOTEKER NOMOR... Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor... tentang Registrasi dan Izin Kerja Asisten Apoteker, maka kepada: Nama :... Tempat/Tanggal Lahir :... Lulusan :...Tahun... Dinyatakan telah terdaftar sebagai Asisten Apoteker pada Departemen Kesehatan dengan nomor registrasi... dan diberikan kewenangan untuk dapat melakukan pekerjaan kefarmasian sebagai Asisten Apoteker lulusan ( jenis pendidikan ) di seluruh wilayah Republik Indonesia. Surat Izin Asisten Apoteker berlaku sampai dengan tanggal... Pas foto 4 X 6 Dikeluarkan pada tanggal... a.n. Menteri Kesehatan Kepala Dinas Kesehatan Propinsi.... Nama... NIP... 13

Formulir III Perihal : Permohonan Adaptasi Kepada Yth, Kepala Dinas Kesehatan Propinsi.... Di. Dengan hormat, Yang bertanda tangan dibawah ini, Nama Lengkap :... Alamat :... Tempat, tanggal lahir :... Jenis kelamin :... Tempat Pendidikan :... Tahun Lulusan :... Dengan ini mengajukan permohonan untuk melaksanakan adaptasi. Sebagai bahan pertimbangan terlampir : a. Fotokopi Ijazah Asisten Apoteker yang telah dilegalisir oleh Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi; b. Fotokopi Transkrip Nilai Akademik; Demikian atas perhatian bapak/ibu kami ucapkan terima kasih....,... yang memohon,... 14

Formulir IV Perihal : Permohonan Surat Izin Kerja Asisten Apoteker (SIKAA) Kepada Yth, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota... di... Dengan hormat, Yang bertanda tangan di bawah ini, Nama Lengkap :... Alamat :... Tempat/Tanggal Lahir :... Jenis Kelamin :... Tahun Lulusan :... Dengan ini mengajukan permohonan untuk mendapatkan Surat Izin Kerja pada... (sebut nama sarana kefarmasiaannya, alamat, nama kota, kabupaten/kota) sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor... tentang Registrasi dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian. Sebagai bahan pertimbangan bersama ini kami lampirkan: a. Fotokopi SIAA yang masih berlaku; b. Fotokopi ijazah Asisten Apoteker yang disahkan oleh pimpinan penyelenggara pendidikan Asisten Apoteker; c. Surat keterangan sehat dan tidak buta warna dari dokter yang memiliki SIP; d. Pas foto ukuran 4 X 6 cm sebanyak 2 (dua) lembar; e. Surat keterangan dari pimpinan sarana kefarmasiaan atau apoteker penanggung jawab yang menyatakan masih bekerja pada sarana yang bersangkutan. Demikian atas perhatian Bapak/Ibu kami ucapkan terima kasih....200... Yang memohon, (...) 15

KOP DINAS KESEHATAN KABUPATEN/KOTA... Formulir V SURAT IZIN KERJA ASISTEN APOTEKER NOMOR... Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor... tentang Registrasi dan Izin Kerja Asisten Apoteker, maka kepada: Nama :... Tempat/Tanggal Lahir :... Alamat Rumah :... SIAA Nomor :... Dikeluarkan oleh :... Pada tanggal :... Diberikan izin kerja untuk melakukan pekerjaan kefarmasian sebagai Asisten Apoteker lulusan...( jenis pendidikan ) pada... (sebut nama sarana kefarmasiaannya, alamat, nama kota, kabupaten/kota) Surat Izin Kerja ini berlaku samapi dengan tanggal...(sesuai tanggal SIAA). Pas foto 4 X 6 Dikeluarkan pada tanggal... Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota... Nama... NIP... Tembusan : 1. Kepala Dinas Kesehatan Propinsi; 2. Organisasi Profesi; 3. Pertinggal. 16

Formulir VI Nomor : Lampiran : Perihal : Penolakan Surat Izin Kerja Asisten Apoteker (SIKAA) Kepada Yth,... di... Sehubungan dengan surat Saudara, perihal Permohonan Surat Izin Kerja Asisten Apoteker, setelah dilakukan penilaian, diberitahukan bahwa permohonan Saudara tidak dapat disetujui karena: 1.... 2.... 3.... Selanjutnya Saudara diminta untuk... Demikian untuk dimaklumi....,... 200... Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota... Nama... NIP... Tembusan : 1. Kepala Dinas Kesehatan Propinsi; 2. Organisasi Profesi; 3. Pertinggal. 17

18