BAB IV BAHAN PO LIMER

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 5 POLIMER. 5.1 Pendahuluan

BAB XI POLIMER. C dan C mempunyai ikatan ganda : ikatan tunggal = : ikatan ganda

BAB 6 BAHAN POLYMER Part 1

11.1 Pemrosesan Material Plastik

BAB III BAHAN KERAMIK. Bahan keramik merupakan senyawa inorganik dan merupakan logam (non metallic material). Keramik tersusun dari unsur logam

BAB VIII SENYAWA ORGANIK

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA BAHAN AJAR KIMIA DASAR BAB VII KIMIA ORGANIK

berupa ikatan tunggal, rangkap dua atau rangkap tiga. o Atom karbon mempunyai kemampuan membentuk rantai (ikatan yang panjang).

TEKNOLOGI POLIMER. Oleh: Rochmadi Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada

LKS HIDROKARBON. Nama : Kelas/No.Abs :

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 2 POLIMER, CIRI-CIRI DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI. (mer). Akhiran mer mewakili unit struktural kimiawi berulang yang paling sederhana dari

12. Elastomers (Rubbers: Karet)

BAB 7 HIDROKARBON DAN MINYAK BUMI

KIMIA. Sesi. Polimer A. PENGELOMPOKAN POLIMER. a. Berdasarkan Asalnya

HIDROKARBON DAN POLIMER

Yang akan dibahas: 1. Kristal dan Ikatan pada zat Padat 2. Teori Pita Zat Padat

Terjemahan ZAT PADAT. Kristal padat

BAB 4. WUJUD ZAT 1. WUJUD GAS 2. HUKUM GAS 3. HUKUM GAS IDEAL 4. GAS NYATA 5. CAIRAN DAN PADATAN 6. GAYA ANTARMOLEKUL 7. TRANSISI FASA 8.

Bab IV Hasil dan Pembahasan

04 05 : DEFORMASI DAN REKRISTALISASI

PEMBAHASAN UMUM Perubahan Sifat-sifat Kayu Terdensifikasi secara Parsial

BAB 7 KERAMIK Part 2

Alkena dan Alkuna. Pertemuan 4

pendinginan). Material Teknik Universitas Darma Persada - Jakarta

Kimia Organik Pertemuan 1

k = A. e -E/RT Secara sistematis hubungan suhu dan laju reaksi dapat ditulis sebagai berikut: v 2 = 2n x v 1 dan t 2 = t 1/ 2 n

Titik Leleh dan Titik Didih

MATERIAL PLASTIK DAN PROSESNYA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Gambar 7. Jenis-jenis serat alam.

KISI-KISI PENULISAN SOAL USBN

PENGARUH PENAMBAHAN UNSATURATED POLYESTER RESIN TERHADAP MUTU BETON K-350 EFFECT OF ADDITION UNSATURATED POLYESTER RESIN IN MIXED CONCRETE K-350

Struktur atom, dan Tabel periodik unsur,

TUGAS MATA KULIAH ILMU MATERIAL UMUM THERMAL PROPERTIES

BAB I PENDAHULUAN. fungsional, maupun piranti ke dalam skala nanometer.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Polimer terbentuk oleh satuan struktur secara berulang (terdiri dari susunan monomer) H H H H H

Atom unsur karbon dengan nomor atom Z = 6 terletak pada golongan IVA dan periode-2 konfigurasi elektronnya 1s 2 2s 2 2p 2.

STUDI SIFAT-SIFAT REOLOGI ASPAL YANG DIMODIFIKASI LIMBAH TAS PLASTIK

Senyawa Polimer. 22 Maret 2013 Linda Windia Sundarti

APAKAH LUMPUR DI SIDOARJO MENGANDUNG SENYAWA HIDROKARBON?

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Keramik. Ikatan atom pada keramik. Sifat-sifat bahan keramik 04/10/2016. Lukhi mulia s

Komponen Materi. Kimia Dasar 1 Sukisman Purtadi

kimia HIDROKARBON 1 Tujuan Pembelajaran

2 Tinjauan Pustaka. 2.1 Polimer. 2.2 Membran

CHAPTER 2. MATTERS & THEIR PHASE BAB 2. ZAT DAN WUJUDNYA

BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang B. Tinjauan Pustaka

SINTESIS DAN KARAKTERISASI SIFAT MEKANIK BAHAN NANOKOMPOSIT EPOXY-TITANIUM DIOKSIDA

kimia MINYAK BUMI Tujuan Pembelajaran

Sifat dan Struktur Polimer untuk Material Elektronika Organik

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sama yaitu isolator. Struktur amorf pada gelas juga disebut dengan istilah keteraturan

TUGAS AKHIR. Oleh : Pembimbing Prof. Ir. Djuanda Suraatmadja. Co-Pembimbing Ir. Budi Lationo, MT

Bahan yang memiliki struktur molekuler yang sangat besar dan berikatan kovalen. Bahan yang sebagian besar merupakan senyawa organik

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENENTUAN Mv DAN DIMENSI POLIMER SECARA VISKOMETER

Rheologi. Stress DEFORMASI BAHAN 9/26/2012. Klasifikasi Rheologi

MODUL PRAKTIKUM REKAYASA BAHAN

K13 Revisi Antiremed Kelas 11 Kimia

II. TINJAUAN PUSTAKA

C. ( Rata-rata titik lelehnya lebih rendah 5 o C dan range temperaturnya berubah menjadi 4 o C dari 0,3 o C )

BAB II PERANCANGAN PRODUK

Penentuan Berat Molekul (M n ) Polimer dengan Metode VIiskositas

2.6.4 Analisis Uji Morfologi Menggunakan SEM BAB III METODOLOGI PENELITIAN Alat dan Bahan Penelitian Alat

Gaya Antarmolekul dan Cairan dan Padatan

PENGOLAHAN LIMBAH KANTONG PLASTIK JENIS KRESEK MENJADI BAHAN BAKAR MENGGUNAKAN PROSES PIROLISIS

MAKALAH ILMU ALAMIAH DASAR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sampai 10 atom karbon yang diperoleh dari minyak bumi. Sebagian diperoleh

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. No Jenis Pengujian Alat Kondisi Pengujian

BAB II A. KONSEP ATOM

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang hilang serta jaringan sekitarnya (Zweemer, 1993). Penggunaan gigi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

2. Karakteristik Pasta Selama Pemanasan (Pasting Properties)

BAB 9 HIDROKARBON. Gambar 9.1 Asam askorbat Sumber: Kimia Dasar Konsep-konsep Inti

BAHAN BAKAR KIMIA. Ramadoni Syahputra

Pengolahan Kantong Plastik Jenis Kresek Menjadi Bahan Bakar Menggunakan Proses Pirolisis

KISI UJI KOMPETENSI 2013 MATA PELAJARAN KIMIA

BAB II DASAR TEORI. FeO. CO Fe CO 2. Fe 3 O 4. Fe 2 O 3. Gambar 2.1. Skema arah pergerakan gas CO dan reduksi

Keramik. KERAMIKOS (bahasa Yunani) sifat yang diinginkan dari material ini secara normal dapat dicapai melalui proses perlakuan panas Firing

BAB I PENDAHULUAN. sejumlah kecil bagian bukan karet, seperti lemak, glikolipid, fosfolid, protein,

Sudaryatno Sudirham ing Utari. Mengenal Sudaryatno S & Ning Utari, Mengenal Sifat-Sifat Material (1)

BAB V DIAGRAM FASE ISTILAH-ISTILAH

BAB I PENDAHULUAN. berubah; dan harganya yang sangat murah (InSWA). Keunggulan yang dimiliki

JURNAL PRAKTIKUM SENYAWA ORGANIK DAN ANORGANIK 12 Mei 2014

SAP DAN SILABI KIMIA DASAR PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN UNIVERSITAS PASUNDAN

VII ELASTISITAS Benda Elastis dan Benda Plastis

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

LOGO KOMPOSIT SERAT INDUSTRI KREATIF HASIL PERKEBUNAN DAN KEHUTANAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Pengaruh Variasi Fraksi Volume, Temperatur, Waktu Curing dan Post-Curing Terhadap Karakteristik Tekan Komposit Polyester - Hollow Glass Microspheres

I. Judul : Membandingkan Kenaikan Titik Didih Larutan Elektrolit dan Non-Elektrolit.

Penentuan Berat Molekul Polimer (M n ) Dengan Metode Viskositas

BAB 3 IKATAN KRISTAL. 3.1 Macam-Macam Ikatan Kristal

KISI UJI KOMPETENSI 2014 MATA PELAJARAN KIMIA

BAB I PENDAHULUAN. kimia yang tidak berwarna dan berbau khas, larut dalam air, alkohol, aseton,

1. Perhatikan struktur senyawa berikut!

PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA DASAR II KI1201

Transkripsi:

BAB IV BAHAN PO LIMER Polimer (polymer) berasal dari bahasa Greek (Yunani) yaitu dari suku kata poly (banyak) dan meros (bagian). Polimer digunakan untuk nama suatu bahan yang tersusun dari satuan (unit) yang berulang dengan jumlah banyak, biasanya ribuan. Polimer tersusun dari unsur C sehingga merupakan senyawa organik. Polimer dibedakan menjadi 2 yaitu : Polimer alam : kayu, karet, wool dan sutra Polimer sintetis : plastik dan bahan fiber Molekul Hidrokarbon Kabanyakan polimer berupa hidrokarbon yaitu senyawa antara C dan H yang berbentuk rantai lurus (hidrokarbon aliphatic) atau cincin benzena. Gambar 4.1. Molekul hidrokarbon Atom C mempunyai 4 elektron terluar (elektron valensi) sehingga membentuk ikatan kovalen yaitu ikatan yang terjadi karena pemakaian bersama elektron terluar. Tanda, = dan menunjukkan ikatan ikatan kovalen tunggal, ganda dan tripel. Ikatan kovalen ganda dan tripel disebut tak jenuh karena atom C tidak mengikat 4 (maksimum) atom lain. Dengan demikian, hidrokarbon dengan ikatan tunggal dinamakan hidrokarbon jenuh dimana setiap atom C mengikat atom lainnya. Gambar 4.2. (a) Normal butana dan (b) isobutana

Senyawa hidrokarbon dengan komposisi yang sama bisa mempunyai susunan atom yang berbeda sehingga dinamakan isomerism sebagai contoh adalah butana (C 4 H 10 ) ) seperti pada gambar 4.2. di atas. Reaksi Polimerisasi Reaksi polimerisasi dibedaka an menjadi 2 yaitu : 1. Polimerisasi rantai (chain polymerization) Reaksi penggabungan dari monomer-monomer sebagai akibat dari pemecahan ikatan ganda oleh bahan lain yang dinamakan initiator. Gambar 4.3. Polimerisasi rantai 2. Polimerisasi bertahap (step reaction polymerization) Reaksi penggabungan 2 monomer yang berbeda dengan produk samping berupa air (H 2 0).

Gambar 4.4. Polimerisasi bertahap Jenis-jenis Polimer Elastomer Elastomer merupakan merupakan salah satu dan kelompok dari polimer amorphous (non kristal) dan biasanya digunakan digunakan pada suhu di atas T g Struktur molekul terdiri dan ikatan kovalen ganda yang dapat dipecah dengan bantuan unsur tertentu seperti belerang (S). Contoh : elastomer polyisopropene atau dinamakan karet (ditemukan oleh Charles Goodyear, tahun 1839). Gambar 4.5. Elastomer polyisopropene Polimer Thermosetting Polimer, yang sekali reaksi polimerisasi selesai dengan bantuan papas atau katalis, tidak mengalami deformasi lanjutan. Contoh : prepolymer phenolic resin seperti terlihat pada gambar 4.6 di bawah.

Gambar 4.6. Reaksi pembentukan phenol-formaldehyde resin Struktur Kristal Potimer 1. Jika polimer dengan rantai lurus (tinier) dipanaskan hingga mencair maka molekulmolekulnya tersusun secara acak atau tidak mempunyai struktur kristal tertentu atau random (amorphous) seperti terlihat pada gambar 4.7(a). 2. Jika polimer tersebut didinginkan maka molekul-molekulnya akan membentuk struktur kristal pada suhu T. (melting point) berupa rantai yang berjajar, lihat gambar 4.7 (b). 3. Pada keadaan tertentu, polimer tidak membentuk struktur seperti no.2 akan tetapi berbentuk bulat (spherulite) seperti gambar 4.7(c). 4. Jika polimer ditarik selama pendinginan maka akan terbentuk struktur memanjang seperti kebab, gambar 4.7(d). Gambar 4.7. Struktur kristal polimer

Hubungan T. (titik cair) dan Suhu Transisi Gelas (T g ) Titik cair (T m ) dan suhu transisi gelas (T 8 ) sangat penting pada fabrikasi polimer dan didefinisikan sbb. : Titik cair (T m ) : suhu terjadinya transformasi dari zat padat (kristal) menjadi zat cair dengan susunan molekul acak saat pemanasan. Suhu transisi gelas (T g ) ) : suhu dimana tidak terjadi pembentukan kristal saat pendinginan. Biasanya terjadi pada polimer amorphous atau polimer gelas. Bahan non kristal (gelas) Perubahan volume jenis pada T m bersifat kontinyu tetapi terjadi perubahan gradien pada T g Bahan Kristal Terjadi perubahan volume jenis secara mendadak (discontinuity) pada titik cairnya T m Gambar 4.8. Kurva volume jenis vs suhu Sifat-sifat Mekanis Polimer Kekuatan tank bahan polimer dapat dinyatakan dengan kurva cs s seperti pada gambar 4.9 di bawah.

Gambar 4.9. Kurva a s pada berbagai suhu Gambar (a) : bahan polimer menjadi getas pada suhu di bawah T g Gambar (b) : peningkatan suhu menyebabkan turunnya modulus elastisitas sehingga kekuatan tank turun pula Gambar (c) : terbentuknya hysteresis loop dimana deformasi elastis saat kenaikan dan penurunan beban berbeda. Sifat Alir Polimer Jika polimer dipanaskan maka mlekul-molekulnya dapat bergerak satu terhadap lainnya hingga menyerupai aliran zat cair. Pada kondisi ini berlaku persamaan fluida sbb. : Gambar 4.10. Sifat alir polimer dengan i adalah tegangan geser, rl koefisien viskositas, y = dv/dh gradien kecepatan, A konstanta bahan, E energi aktivasi, R tetapan gas dan T suhu. Viskositas meningkat jika berat molekul bertambah karena ikatan sekunder bertambah banyak. Sifat alir polimer sangat penting di dalam proses pengolahan polimer.

Proses Pengolahan Polimer Beberapa metode yang biasanya digunakan untuk pengolahan polimer adalah : Pengecoran (Casting) Bahan polimer dipanaskann hingga mencair kemudian dituang ke dalam cetakan hingga membeku. Cetakan Tekan (Compressio on Molding) Bahan polimer dimasukkan ke dalam cetakan kemudian dipanaskan sehingga bersifat viscous (seperti zat cair) lalu ditekan seperti pada gambar di bawah. Injection Molding Injection molding paling banyak digunakan dalam proses pengolahann polimer. Bahan polimer dalam bentuk peletet dan diumpankan dari hopper masuk ke dalam silinder oleh gerakan lengan (ram). Pelet kemudian masuk ruang pemanas sehingga mencair dan didorong ram masuk rongga cetakan. Tekanan dipertahankan sampai bahan polimer membeku dan kemudian cetakan dibuka. Gambar 4.11. Compression molding

Gambar 4.12. Injection molding