BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia, peranan Industri Kecil Menengah (IKM) dikaitkan dengan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Usaha Kecil dan Menengah (UKM) merupakan salah satu pendorong yang

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan industri.pengembangan Industri kecil merupakan salah satu jalur

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan UMKM di Indonesia dari tahun telah. Tabel 1.1. Jumlah Unit UMKM dan Industri Besar

BAB I PENDAHULUAN. yang ditawarkannya pun semakin beraneka ragam. Setiap Pelaku usaha saling

BAB I PENDAHULUAN Latar Be lakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Perkembangan Jumlah Usaha Kecil, Menengah (UKM) dan Usaha Besar (UB) di Jawa Barat Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Sejak terjadinya krisis ekonomi dan moneter yang dialami oleh bangsa

99,37 % Kecil dan Menengah Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Bandung

BAB I PENDAHULUAN. Kota Bandung dengan luas 167,67 km 2 ini berpenduduk jiwa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam perekonomian Indonesia, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. tanah dan bangunan tempat usaha. Dan usaha yang berdiri sendiri. Menurut Keputusan Presiden

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh negara-negara berkembang

2015 PENGARUH KREATIVITAS, INOVASI DAN DIFERENSIASI PRODUK TERHADAP LABA PENGUSAHA

BAB I PENDAHULUAN. untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari atau disebut masyarakat miskin dan

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi bertujuan untuk mewujudkan ekonomi yang handal. Pembangunan ekonomi diharapkan dapat meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan sosial, yaitu berupa kegiatan-kegiatan yang dilakukan suatu negara

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sakur, Kajian Faktor-Faktor yang Mendukung Pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah, Spirit Publik, Solo, 2011, hal. 85.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Jumlah Unit Usaha Kota Bandung Tahun

BAB III BERBAGAI KEBIJAKAN UMKM

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mulyadi, 2014 Pengaruh Perilaku Kewirausahaan Terhadap Keberhasilan Usaha

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ides Sundari, 2013

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tempe merupakan makanan yang terbuat dari biji kedelai atau beberapa

BAB I PENDAHULUAN. terkecuali di Indonesa. Peranan UMKM dalam perekonomian Indonesia diakui

I. PENDAHULUAN. dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan

BAB 1 PENDAHULUAN. dikaitkan dengan proses industrialisasi. Industrialisasi di era globalisasi

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki peranan yang penting bagi pertumbuhan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. banyak pengetahuan yang dimiliki oleh stakeholder dari sebuah perusahaan,

2015 ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN PENGUSAHA AIR MINUM ISI ULANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya perekonomian nasional yang optimal. Inti dari tujuan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia, yang

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan industri kecil menengah sebagai salah satu

BAB I PENDAHULUAN. parah bagi perekonomian nasional. Deputi Gubernur Bank Indonesia Ronald

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

DAMPAK RESTRUKTURISASI INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN JAWA BARAT (ANALISIS INPUT-OUTPUT)

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya dalam jangka panjang akan berdampak terhadap perubahan

PENDAHULUAN. Sektor Usaha Kecil Menengah (UKM) memiliki kontribusi yang cukup. penting didalam pembangunan nasional. Kemampuannya untuk tetap bertahan

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. kecil merupakan bagian dari dunia usaha nasional yang. mempunyai kedudukan, potensi dan peranan yang sangat strategis dalam

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Data Perkembangan UMKM Kota Bandung

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang sedang

BAB I PENDAHULUAN. berbagai masalah yang sedang dihadapi (Sandika, 2014). Salah satu usaha untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Reformasi yang terjadi di Indonesia menyebabkan terjadinya pergeseran

BAB I PENDAHULUAN. pemerataan pendapatan di Indonesia. Usaha kecil yang berkembang pada

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Muhammad Rizki, 2015

I. PENDAHULUAN , , ,99. Total PDRB , , ,92

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

Kata Kunci : Modal, Jam Kerja, Pendidikan, Produksi, Pendapatan

BAB I PENDAHULUAN. persebaran penduduk yang tidak merata, dan sebagainya. Pada Maret 2016,

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sasaran yang ingin dicapai dalam pembangunan nasional adalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang UMKM merupakan unit usaha yang sedang berkembang di Indonesia dan

wbab I PENDAHULUAN No Indikator Satuan Tahun 2011 *) TAHUN 2012 **) PERKEMBANGAN TAHUN Jumlah % Jumlah % Jumlah %

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Usaha Kecil Menengah (UKM) sangat berperan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pada sebuah pembangunan dapat mendatangkan dampak berupa manfaat yang

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang sedang

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang sangat cepat

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan situasi global dan lokal bagi dunia bisnis, perusahaanperusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor potensial yang memiliki peranan

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan dengan cara menghasilkan dan memberdayakan kemampuan berkreasi

BAB I PENDAHULUAN. Industri pertekstilan merupakan industri yang cukup banyak. menghasilkan devisa bagi negara. Tahun 2003 devisa ekspor yang berhasil

BAB I PENDAHULUAN. sentral dalam perekonomian Indonesia khususnya Jawa Barat. Walaupun krisis

BAB I PENDAHULUAN. agar mampu berkembang secara mandiri dan pendapatan ekonomi daerah. Sektor industri

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Sumatera Utara sebagai bagian integral dari Negara Kesatuan

BAB I PENDAHULUAN. alam dan budayanya, serta memiliki potensi yang cukup besar di sektor pertanian. Sebagian

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sebagai Kota yang telah berusia 379 tahun, Tanjungbalai memiliki struktur

BAB I PENDAHULUAN. Kelompok industri kecil memiliki peran strategis dalam peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi dalam periode jangka panjang mengikuti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan Negara yang kaya dengan Sumber Daya Alam dan

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Kawasan Industri Utama Kota Bandung. Unit Usaha Tenaga Kerja Kapasitas Produksi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Akuntansi biaya merupakan proses pencatatan, penggolongan, peringkasan,

BAB I PENDAHULUAN. melonjak, dan krisis energi yang dibarengi dengan harga minyak dunia yang terus

BAB I PENDAHULUAN. Nilai PDRB (dalam Triliun) Sumber :Data nilai PDRB Pusdalisbang (2012)

BAB I PENDAHULUAN. berkembang bahwa industri dipandang sebagai jalan pintas untuk meningkatkan

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I P E N D A H U L U A N. sebagai sarana untuk memperlancar mobilisasi barang dan jasa serta sebagai

Latar Belakang. Furnitur kayu Furnitur rotan dan bambu 220 Furnitur plastik 17 Furnitur logam 122 Furnitur lainnya 82 Sumber: Kemenperin 2012

BAB I PENDAHULUAN. terpenuhinya kebutuhan pokok rakyat. karyawan, meniadakan jam lembur, mengurangi pos-pos pengeluaran yang

BAB I PENDAHULUAN. kepada negara-negaara ASEAN dan Cina. Pembukaan pasar ini merupakan

BAB I PENDAHULUAN. 80-an telah berubah, dari paradigma government driven growth ke public

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional adalah pembangunan manusia seutuhnya serta

PENDAHULUAN. Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) adalah suatu usaha yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi nasianal. Pada saat krisis ekonomi, usaha kecil menengah mampu

BAB I PENDAHULUAN. lapangan kerja, menaikan devisa negara serta mengangkat prestise nasional.

BAB IV INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH DI KABUPATEN BOGOR Perkembangan Industri Kecil dan Menengah

1. PENDAHULUAN. Tabel 1. Batas Kemiskinan, Jumlah dan Persentase Masyarakat Miskin ( ) Presentase Penduduk Miskin. Kota& Desa Kota Desa

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Di Indonesia, peranan Industri Kecil Menengah (IKM) dikaitkan dengan upaya pemerintah untuk mengatasi pengangguran, memperluas kesempatan kerja, memerangi kemiskinan dan pemerataan pendapatan. Namun keadaan industri kecil dan kerajinan saat ini dinilai lemah, terutama jika ditinjau dari segi laju pertumbuhannya. Menurut UU No.2 Tahun 2008 yang menyebutkan Usaha Kecil adalah entitas yang memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, serta memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah). Kebijakan yang dikeluarkan pemerintah lebih diarahkan pada industri besar yang bercorak padat modal dan sudah memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Seharusnya pemerintah dapat mengusahakan secara optimal keberadaan industri kecil. Namun pemerintah masih kurang terlihat adanya usaha untuk memperbaiki kemampuan usaha padat karya untuk bisa bersaing. Pemerintah seharusnya membina dan mengembangkan industri kecil agar mampu berkembang secara luas. 1

2 Sektor industri khususnya Industri Kecil Menengah (IKM) merupakan salah satu sektor yang menjadi bahan perhatian pemerintah dalam usaha membangkitkan kembali perekonomian nasional. Industri Kecil Menengah (IKM) memegang peranan penting dalam perekonomian di hampir semua negara yang sedang berkembang. Besarnya peranan sektor usaha kecil menengah ini, maka maju dan mundurnya industri kecil di Indonesia turut mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Industri Kecil Menengah (IKM) merupakan salah satu struktur perindustrian yang keberadaan nya sering dikaitkan dengan konotasi tradisional, modal rendah, skill yang rendah, dan kurang efisien. Tabel 1.1 PDRB Kota Bandung atas dasar harga konstan atas dasar harga berlaku Lapang Usaha Juta juta 2010 % 2011 % 2010 % 2011 % Pertanian 63,34 0,20 62,609 0,18 161,743 0,20 186,526 0,19 Industri pengolahan 8.067.254 25,45 8.357.999 24,29 19.990.518 24,38 24.074.439 24,70 listrik,gas,dan air 761,964 2,40 842,797 2,45 1.892.657 2,31 2.258.612 2,32 bangunan/kontruksi 6 5,19 3.826.7 5,02 1.786.956 5,19 3.826.745 4,67 4.760.554 4,89 perdagangan,hotel dan restauran 12.623.317 39,82 14.045.570 40,81 33.301.560 40,61 39.602.893 40,64 pengangkutan dan komunikasi 3.501.283 11,05 3.889.174 11,30 9.813.959 11,97 11.291.464 11,59 keuangan,persewaan,dan jasa-jasa perusahaan 1.670.210 5,27 1.772.672 5,15 5.110.879 6,23 5.833.199 5,99 jasa-jasa 3.417.482 10,78 3.657.746 10,63 7.904.116 9,64 9.444.215 9,69 Total 31.697.282 100,00 34.415.522 100 82.002.176 100,00 97.451.902 100 Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS)

3 Dilihat dari tabel diatas, industri dan perdagangan di Kota Bandung mempunyai peranan yang sangat penting untuk perekonomian Kota Bandung. Industri memegang 25,45 % untuk PDRB di Kota Bandung, sedangkan perdagangan memegang 39,82 %. Dalam perhitungan pendapatan nasional, IKM merupakan salah satu kontributor terbesar menurut kriteria sektor industri. Kontributor sektor industri khususnya Industri Kecil Menengah (IKM) adalah subsektor non-migas, yaitu berupa komoditi tekstil, barang dari kulit, dan alas kaki. Dengan peranan Industri Kecil Menegah (IKM) yang sangat penting, maka sebetulnya IKM merupakan sektor ekonomi yang tidak hanya memberikan kegiatan usaha pada rakyat kecil saja, namun juga dapat berperan sebagai alternatif pemecahan masalah sosial seperti ledakan jumlah tenaga kerja yang terus bertambah di Indonesia. Peranan-peranan penting inilah yang menjadikan alasan agar IKM tetap dikembangkan di Indonesia khususnya Kota Bandung. Selain itu, terdapat beberapa alasan lain yang melandasi agar usaha atau industri kecil tetap dikembangkan di Indonesia. Kota Bandung merupakan kota yang mempunyai potensi bisnis yang sangat baik. Bandung yang dikenal sebagai kota fashion memang memiliki potensi yang cukup besar untuk mengembangkan industri pakaian. Salah satunya adalah pakaian rajutan yang di produksi oleh para pengrajin Industri Kecil Menengah (IKM) di sentra industri rajutan Binong Jati Bandung. Sentra industri rajutan Binong Jati merupakan salah satu industri kecil yang cukup potensial, dan dapat memberikan

4 kontribusi terhadap perekonomian di Kota Bandung. Pakaian rajutan yang dihasilkan industri tersebut mampu bersaing dengan rajutan yang di produksi oleh pabrik-pabrik besar. Selain harganya relatif murah, model pakaiannya mengikuti selera konsumen, corak pakaian bervariatif, sehingga konsumen menjadi tertarik. Hal ini tidak terlepas dari inovasi dan kreativitas para pengrajinnya, sehingga hasil produksi rajutan Binong Jati semakin dikenal dan disukai oleh masyarakat. Rajutan Binong jati ini berkembang di awal tahun 1970. Didirikan oleh beberapa masyarakat setempat yang bekerja dalam sistem makloon dengan para pengusaha Tionghoa. Karena meningkatnya permintaan rajutan, maka pengusaha Tionghoa meminta mereka mengerjakan pesanan rajutan di rumah. Sambil mengerjakan pesanan, mereka juga mengajarkan keluarga, saudara maupun tetangganya untuk membuat baju rajutan. Industri ini terus mengalami perkembangan sejak tahun 1970, semakin banyak masyarakat setempat yang tertarik dan mulai mengembangkan sendiri usaha ini secara kecil-kecilan. Mesin rajutnya pun hanya mesin rajut sederhana dan manual. Seiring dengan berjalan nya waktu rajutan Binong Jati mengalami peningkatan drastis di tahun 90-an. Tingginya permintaan rajut pada saat itu membuat seluruh buruh bisa menabung sehingga mampu membeli mesin sendiri. Sambil mengerjakan pesanan majikan, mereka juga mengajar beberapa orang di Binong Jati membuat baju rajutan. (Hasil wawancara dengan Eka, pengurus Koperasi Rajut Binong Jati Tanggal 23 desember 2012)

5 Kesuksesan sentra industri rajut Binong Jati ini terus berlangsung hingga tahun 2005, dan ketika krisis melanda Negara Indonesia pada tahun 1998, sentra rajut Binong Jati ini berhasil menyelamatkan dirinya dalam tekanan ekonomi Indonesia. Hal ini didukung pula oleh masih adanya minat dan permintaan terhadap produk produk mereka. Namun, menjelang tahun 2006, seiring dengan meredupnya industri tekstil dan produksi tekstil di Kabupaten Bandung. Bisnis rajutan berbahan utama benang ini pun kian meredup ditambah lagi adanya kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) pada akhir tahun sebelumnya. Kenaikan harga BBM ini berakibat pada kenaikan harga bahan baku benang, sehingga pada waktu itu, sekitar 40% pengrajin Binong Jati tidak mampu meneruskan bisnis rajutnya kembali. (Hasil wawancara dengan pengurus Koperasi Rajut Binong Jati Tanggal 23 desember 2012) Kenaikan BBM yang semakin melambung ini terus berlangsung hingga tahuntahun berikutnya. Para pengusaha di sentra rajut Binong Jati ini mengalami penurunan output produksi dikarenakan menurun nya permintaan dari para konsumen. Kondisi terparah adalah pada tahun 2010 ketika output produksi anjlok hingga 50% dari tahun sebelumnya. Turunnya output produksi rajut disebabkan oleh kenaikan bahan baku, kenaikan Tarif Dasar Listrik (TDL), dan adanya perdagangan bebas dan produk-produk impor yang membanjiri pasar lokal.

6 Hasil Produksi (dalam lusin) 4000 3000 2000 1000 0 2700 3000 2500 1500 1700 2007 2008 2009 2010 2011 Hasil Produksi (dalam lusin) Gambar 1.1 Rata-rata Hasil Produksi Rajut Per Hari Sentra Industri Rajut Binong Jati Pada Tahun 2007-2011 (Dalam Lusin) Sumber: Koperasi Industri Rajut Binong Jati (KIRBI) data diolah. Gambar 1.1 menggambarkan fluktuatif nya hasil produksi pada sentra industri rajut Binong Jati dikarenakan adanya kenaikan bahan baku, kenaikan tarif dasar listrik, dan adanya produk produk impor yang berharga murah akibat adanya perdagangan bebas. Pada tahun 2007 sentra rajut Binong Jati mampu memproduksi 2700 lusin per hari. Memasuki tahun 2008 hasil produksi di sentra industri rajut Binong jati menurun hingga 2500 lusin per hari. Pada tahun 2009 hasil produksi pada sentra rajut Binong Jati naik kembali dengan 3000 lusin per hari. Namun kenaikan hasil produksi pada sentra rajut Binong Jati tidak berlangsung lama hingga pada tahun 2010 sentra rajut Binong Jati mengalami penurunan jumlah produksi hingga 50% nya yaitu 1500 lusin per hari, dan pada tahun 2011 mengalami kenaikan jumlah produksi, tetapi hanya naik hingga 1700 lusin per hari. Hal ini dikarenakan adanya barang-barang impor murah dan inovatif yang membanjiri pasar lokal.

7 Menyusutnya margin keuntungan yang diperoleh pengrajin Binong Jati ternyata mengakibatkan menyusutnya jumlah pengrajin rajut di Binong Jati. Kondisi ini dapat dilihat pada tabel 1.2. Tabel 1.2 Jumlah Pengusaha Sentra Industri Rajutan Binong Jati Bandung tahun 2009-2011 TAHUN JUMLAH PENGUSAHA PERTUMBUHAN (%) 2009 400-2010 250-37,5 2011 200-20 2012 293-17 Sumber: Koperasi Industri Rajut Binong Jati (KIRBI) Pada tahun 2009 sampai dengan 2011 Berkurangnya jumlah pengusaha Binong Jati sampai pada puncaknya dikarenakan mereka tidak mampu bertahan karena ongkos produksi yang tinggi sehingga tidak mampu bersaing dengan harga produk yang murah. Selain itu, mereka ingin menghindari kerugian yang terlalu besar sehingga mereka beralih profesi, yang sebelumnya menjadi produsen kini menjadi pedagang. Sebagaimana industri atau industri rumahan lainnya, kepemilikan industri rajutan Binong Jati ini pada umumnya merupakan usaha yang bersifat turun menurun. Modal yang digunakan oleh para pengrajin rajutan relatif kecil dan berasal dari

8 tabungan sendiri sehingga tidak sedikit pemilik usaha rajutan Binong Jati yang memulai usahannya dari bawah dengan menjadi seorang buruh rajut. Sebelum menjadi pengusaha dengan berbekal pengalaman dan kemampuannya sebagian dari,mereka berhasil mendirikan usaha rajutan sendiri. Selain itu manajemen pada industri kecil cenderung sederhana, seperti yang terjadi pada industri rajutan Binong Jati Bandung belum terlihat adanya manajemen yang terkelola dengan baik. Pengusaha rajutan biasanya merangkap sebagai manajer yang mengatur semua manajemen usaha rajutan. Hal tersebut dikarenakan tingkat pendidikan masyarakat di daerah Binong Jati masih sebatas SMU, yang menempuh tingkat pendidikan sampai jenjang kesarjanaan jumlahnya masih minoritas, rata-rata merupakan anak dari pemilik usaha rajutan. Masalah ini tidak dapat berlarut-larut begitu saja, karena berhasil atau tidaknya sebuah usaha akan ditentukan oleh kompetensi yang dimilikinya. Yang diantaranya yaitu inovasi dan kreativitas yang dimiliki oleh para pelaku usaha tersebut. Jika kondisi ini terus berlangsung, maka akan berdampak pada kinerja usaha yang terus memburuk dan kesulitan untuk bersaing dengan produk lain terutama produk impor dengan harga yang lebih murah sehingga mengancam daya tahan perusahaan itu sendiri. Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk mengambil topik mengenai inovasi dan kreativitas pengusaha terhadap keberhasilan usaha terutama pada sentra industri rajut Binong Jati. Maka, penulis mengambil judul penelitian

9 Pengaruh Inovasi dan Kreativitas Pengusaha Terhadap Keberhasilan Usaha (Survey Terhadap Para Pengusaha di Sentra Industri Rajut Binong Jati Bandung) 1.2 Identifikasi Masalah dan Perumusan Masalah 1.2.1 Identifikasi masalah Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan wirausaha kecil, menurut Tulus Tambunan (2004:11), bahwa keberhasilan usaha atau kegagalan usaha suatu perusahaan pada umumnya ditentukan oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah kekuatan dari dalam perusahaan sendiri untuk tumbuh berkembang mandiri secara berkesinambungan, dan faktor eksternal adalah kekuatan dari luar perusahaan yang dapat membantu perusahaan dapat berkembang secara berkesinambungan. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan wirausaha adalah sebagai berikut: 1. Faktor Internal Faktor internal perusahaan terdiri dari: kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), penguasaan teknologi, struktur organisasi, sistem manajemen partisipasi, kultur atau budaya bisnis, modal yang kuat, jaringan dalam berbisnis, dan tingkat entrepreneurship. 2. Faktor Eksternal

10 Faktor eksternal terdiri dari: kebijakan ekonomi, birokrat, politik, tingkat demokrasi, sistem perekonomian, sosio-kultur masyarakat, sistem perburuhan dan kondisi pasar buruh, kondisi lingkungan, dan tingkat pendidikan masyarakat. 1.2.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas, maka penulis merumuskan masalah penelitian ini sebagai berikut : a. Bagaimana gambaran tingkat inovasi pengusaha di sentra industri rajut Binong jati. b. Bagaimana gambaran tingkat kreativitas pengusaha di sentra industri rajut Binong Jati. c. Bagaimana gambaran tingkat keberhasilan usaha pengusaha di sentra industri rajut Binong Jati. d. Bagaimana pengaruh inovasi pengusaha terhadap keberhasilan usaha. e. Bagaimana pengaruh kreativitas pengusaha terhadap keberhasilan usaha f. Bagaimana pengaruh inovasi dan kreativitas pengusaha terhadap keberhasilan usaha. 1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian Maka dengan dilakukan nya penelitian ini adalah untuk mengetahui:

11 a. Gambaran tingkat inovasi pengusaha di sentra industri rajut Binong jati. b. Gambaran tingkat kreativitas pengusaha di sentra industri rajut Binong Jati. c. Gambaran tingkat keberhasilan usaha pengusaha di sentra industri Binong Jati. d. Pengaruh dari inovasi pengusaha terhadap keberhasilan usaha. e. Pengaruh dari kreativitas pengusaha terhadap keberhasilan usaha. f. Gambaran pengaruh inovasi dan kreativitas pengusaha terhadap keberhasilan usaha. 1.3.2 Kegunaan Penelitian Dari hasil penelitian ini, penulis mengharapkan kegunaan dan manfaat, diantaranya adalah : 1. Kegunaan Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu manajemen khususnya bagi bidang manajemen kewirausahaan yang berkaitan dengan inovasi dan kreativitas dalam meningkatkan keberhasilan usaha. 2. Kegunaan Praktis

12 Adapun hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberi kegunaan praktis yang dapat diuraikan seperti berikut ini : a. Bagi pengusaha, penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dalam upaya meningkatkan keberhasilan usaha, semoga hasil penelitian ini dapat menjadi bahan masukan bagi pengusaha, khususnya pengusaha rajut di sentra industri rajut Binong Jati Bandung, untuk dijadikan bahan pertimbangan dan apabila diperlukan dapat digunakan untuk melakukan tindakan perbaikan bagi perusahaan yang dikelolanya. b. Bagi penelitian selanjutnya yang terkait dengan inovasi dan kreativitas, serta keberhasilan usaha. c. Bagi pihak lain diharapkan dapat bermanfaat dan berguna untuk memberikan informasi, menambah wawasan pengetahuan serta dapat dijadikan sebagai bahan referensi untuk pengkajian topik yang berkaitan dengan masalah ini selanjutnya.