Tabel 6 Skenario pengujian 4

dokumen-dokumen yang mirip
N, 1 q N-1. A mn cos 2M , 2N. cos. 0 p M-1, 0 q N-1 Dengan: 1 M, p=0 2 M, 1 p M-1. 1 N, q=0 2. α p =

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 15 Potongan piksel cover video. 2 Windowing

Waktu ekstrak (menit) Jumlah karakter yang tidak sesuai MSSIM

BAB III ANALISIS MASALAH

Studi Dan Implementasi Steganografi Pada Video Digital Di Mobile Phone Dengan DCT Modification

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

BAB 3 ANALISA DAN PERANCANGAN

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

DAFTAR ISI. DAFTAR ISI... vii. DAFTAR GAMBAR... x. DAFTAR TABEL... xii I. PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah...

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III IMPLEMENTASI WATERMARKING PADA VIDEO

PERANCANGAN DAN ANALISIS STEGANOGRAFI VIDEO DENGAN MENYISIPKAN TEKS MENGGUNAKAN METODE DCT

BAB IV ANALISA DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

ANALISIS METODE MASKING-FILTERING DALAM PENYISIPAN DATA TEKS

BAB IV PERANCANGAN SISTEM

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB IV ANALISA DAN PERANCANGAN

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN. perancangan dan pembuatan akan dibahas dalam bab 3 ini, sedangkan tahap

Penerapan Metode Adaptif Dalam Penyembunyian Pesan Pada Citra

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

IMPLEMENTASI DAN ANALISIS VIDEO WATERMARKING MENGGUNAKAN DISCRETE COSINE TRANSFORM DAN LOGIKA FUZZY BERDASARKAN HUMAN VISUAL SYSTEM

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

IV. RANCANG BANGUN SISTEM. Perangkat lunak bantu yang dibuat adalah perangkat lunak yang digunakan untuk

IMPLEMENTASI TEKNIK STEGANOGRAFI LEAST SIGNIFICANT BIT (LSB) DAN KOMPRESI UNTUK PENGAMANAN DATA PENGIRIMAN SURAT ELEKTRONIK

Penyembunyian Data pada File Video Menggunakan Metode LSB dan DCT

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PENERAPAN METODE MOST SIGNIFICANT BIT UNTUK PENYISIPAN PESAN TEKS PADA CITRA DIGITAL

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS

Pada tugas akhir ini citra yang digunakan adalah citra diam.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB III ANALISIS SISTEM

BAB 1 PENDAHULUAN. kebutuhan bagi sebagian besar manusia. Pertukaran data dan informasi semakin

BAB III PEMBAHASAN. 3.1 Jenis Penelitian

BAB V. IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN

BAB V IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN SISTEM

BAB III. ANALISIS MASALAH

Penyisipan Citra Pesan Ke Dalam Citra Berwarna Menggunakan Metode Least Significant Bit dan Redundant Pattern Encoding

Penerapan Steganografi Video Dengan Metode Discrete Cosine Transform

BAB I PENDAHULUAN. mengirim pesan secara tersembunyi agar tidak ada pihak lain yang mengetahui.

ANALISIS KEAMANAN PESAN MENGGUNAKAN TEKNIK STEGANOGRAFI MODIFIED ENHANCED LSB DAN FOUR NEIGHBORS DENGAN TEKNIK KRIPTOGRAFI CHAINING HILL CIPHER

ANALISIS STEGANOGRAFI METODE TWO SIDED SIDE MATCH

Studi dan Analisis Mengenai Teknik Steganalisis Terhadap Pengubahan LSB Pada Gambar: Enhanced LSB dan Chi-square

IMPLEMENTASI STEGANOGRAFI MENGGUNAKAN METODE LEAST SIGNIFICANT BIT (LSB) DALAM PENGAMANAN DATA PADA FILE AUDIO MP3

IMPLEMENTASI STEGANOGRAPHY MENGGUNAKAN ALGORITMA DISCRETE COSINE TRANSFORM

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB IV HASIL DAN UJI COBA

TEKNIK PENYEMBUNYIAN PESAN TEKS PADA MEDIA CITRA GIF DENGAN METODE LEAST SIGNIFICANT BIT (LSB)

Pengembangan Aplikasi Steganografi pada Citra dengan Metode Blowfish dan Sequential Colour Cycle

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Perbandingan Steganografi Metode Spread Spectrum dan Least Significant Bit (LSB) Antara Waktu Proses dan Ukuran File Gambar

BAB 1 PENDAHULUAN. Bab 1 Pendahuluan

BAB IV. HASIL DAN ANALISIS

STEGANOGRAFI VIDEO DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISCRETE COSINE TRANSFORM (DCT) ADITYA YUDA QADARISMAN

Grafik yang menampilkan informasi mengenai penyebaran nilai intensitas pixel-pixel pada sebuah citra digital.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latarbelakang

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

STEGANOGRAPHY CHRISTIAN YONATHAN S ELLIEN SISKORY A. 07 JULI 2015

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi informasi (TI) saat ini memberikan kemudahan

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Perandingan penyisipan pesan teks dengan metode LSB dan Bit Change. ukuran yang sama. Pada tahap implementasi diperlihatkan proses penyisipan dan

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN

Steganografi Teks Menggunakan Metode Pencocokan LSB dan Karakter Non-Breaking Space Sebagai Penanda Pesan

PENYISIPAN WATERMARK MENGGUNAKAN METODE DISCRETE COSINE TRANSFORM PADA CITRA DIGITAL

TINJAUAN PUSTAKA. Kriptografi

BAB I PENDAHULUAN. Media digital merupakan media yang sangat berpengaruh di era modern. Dengan

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah

BAB IV IMPLEMENTASI DAN PEMBAHASAN

Aplikasi Chat dengan Steganografi pada Media Gambar Menggunakan Metode Four-pixel Differencing dan Modifikasi Substitusi Least Significant Bit

Implementasi Boosted Steganography Scheme dengan Praproses Citra Menggunakan Histogram Equalization

Pembimbing 1 : TOHARI AHMAD, S.Kom., MIT., Ph.D. Pembimbing 2 : HUDAN STUDIAWAN, S.Kom., M.Kom. Melvin Simon Zepta Marbun

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Gambar 4.1 Menu Login Form

BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN

Metode Steganografi Penyisipan Karakter dengan Teknik LSB dan Penempatan Bit mengikuti Langkah Kuda Catur (L-Shape)

BAB IV PERANCANGAN SISTEM

BAB IV HASIL DAN UJI COBA

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan digital watermarking. Watermarking bekerja dengan menyisipkan

BAB II. DASAR TEORI 2.1 CITRA DIGITAL

KEAMANAN DATA DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA RIVEST CODE 4 (RC4) DAN STEGANOGRAFI PADA CITRA DIGITAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Penyembunyian Pesan Rahasia Dalam Gambar dengan Metoda JPEG - JSTEG Hendry Hermawan / ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. diakses dengan berbagai media seperti pada handphone, ipad, notebook, dan sebagainya

BAB 1 PENDAHULUAN. keamanan data sangatlah penting, terutama dalam bisnis komersil maupun. mengakses atau mendapatkan data tersebut.

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II DASAR TEORI. Terdapat dua metode dalam menampilkan atau melakukan scan pada video digital, yaitu progressive dan interlace [MED05].

1.1 Latar Belakang Sejak zaman dahulu, pentingnya kerahasiaan suatu informasi telah menjadi suatu perhatian tersendiri. Manusia berusaha mencari cara

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM. yang sering dilakukan. Pertukaran informasi dan data menggunakan internet

Transkripsi:

7 Tabel 6 Skenario pengujian 4 Cover Rhinos.avi & Vipmen.avi bit 1-8 bit Berkas pesan karakter Test.txt 197 Daftar.txt 15.384 TestCase.txt 33.792 5 Pengujian kualitas stegovideo secara objektif menggunakan SSIM dan secara subjektif melalui kuesioner kualitatif. Data hasil kuesioner kemudian dihitung dengan MOS menggunakan Persamaan 5. Ekstraksi pesan Proses ekstraksi pesan tidak dapat mengembalikan stegovideo menjadi video AVI asli karena pesan sudah menjadi bagian dari video. Proses ekstraksi pesan dilakukan terhadap stegovideo hasil penyisipan pesan. Proses ekstraksi pada dasarnya merupakan proses yang mirip dengan proses penyisipan pesan sehingga proses yang dilakukan tersusun atas aksi-aksi yang sama dengan penyisipan pesan pada cover video. Ekstraksi pesan diambil dari bit LSB pada koefisien DC dan dikonversi ke dalam karakter sehingga pesan dapat dibaca. Gambar 6 Proses ekstraksi pesan. Tahapan proses ekstraksi pada Gambar 6 dapat diuraikan sebagai berikut: 1 Ekstraksi Stegovideo Stegovideo diekstraksi dan dipecah menjadi beberapa frame. Setiap frame merupakan image RGB. 2 Makroblok piksel Setiap frame kemudian dipecah menjadi makroblok - makroblok dengan ukuran 8x8. 3 Implementasi DCT Proses DCT diterapkan untuk setiap makroblok-makroblok yang digunakan sebagai media penyimpanan pesan untuk kemudian dilakukan proses kuantisasi terhadap hasil DCT tersebut. 4 Binerisasi koefisien DC Koefisien DC hasil kuantisasi kemudian dirubah ke dalam bentuk biner. 5 Pengambilan biner pesan Bit biner hasil konversi kemudian diambil bagian LSB sejumlah bit yang digunakan untuk menyimpan pesan. 6 Kompresi Huffman Decoding ke dalam karakter menggunakan kamus biner hasil encoding pesan dengan metode Huffman yang disimpan secara terpisah. Jika penyisipan tidak menggunakan kompresi Huffman, langkah yang dilakukan adalah konversi bit biner ke dalam karakter ASCII sehingga menghasilkan susunan karakter yang sesuai dengan pesan asal. HASIL DAN PEMBAHASAN Pada penelitian ini, untuk melakukan penyisipan pesan ke dalam video dibutuhkan beberapa video dengan format AVI yang akan digunakan sebagai cover dan pesan teks dengan format TXT sebagai pesan yang akan disisipkan. Video AVI pada umumnya memiliki ukuran yang relatif besar, tetapi dengan pertimbangan efisien waktu dalam penelitian dan pengujian akan digunakan beberapa video AVI dengan ukuran yang relatif kecil. Video yang akan digunakan pada penelitian kali ini berasal dari dokumen Matlab. Adapun deskripsi video yang digunakan terdapat pada Tabel 7. Tabel 7 Cover video File Ukuran Resolusi Frame Rhinos.avi 26.6 MB 320x240 114 Vipmen.avi 16.05MB 160x120 283 Selain berkas video, penelitian ini juga menggunakan berkas dengan format TXT sebagai pesan yang akan disisipkan. Deskripsi berkas tersebut terdapat pada Tabel 8. Tabel 8 Pesan yang digunakan File Ukuran (Bytes) Test.txt 197 197 Daftar.txt 15384 15384 TestCase.txt 33792 33792 Estimasi Kapasitas Penyimpanan Setiap frame yang diambil dari video diharapkan dapat digunakan sebagai ruang penyembunyian data. Pada penelitian ini, ukuran maksimum untuk dilakukan penyembunyian pesan dapat diketahui melalui perhitungan berikut:

8 1 Video Rhinos.avi diketahui memiliki 114 frame dengan resolusi 320 x 240 piksel untuk setiap frame-nya. 2 Proses makroblok akan membagi pikselpiksel tersebut ke dalam blok-blok kecil dengan ukuran 8 x 8 sehingga setiap frame video tersebut memiliki makroblok sejumlah 40 x 30 = 1200 makroblok. 3 Setiap piksel terdiri atas 3 bytes (RGB) 4 Setiap frame = 1200 x 3 = 3600 bit (dengan estimasi penyisipan 1 bit pada setiap LSB makroblok). 5 Untuk sebuah video = 114 x 3600 = 410400 bits dan jumlah tersebut dapat menampung = 410400 / 8 = 51300 karakter. Perhitungan estimasi tersebut masih didasarkan pada penyisipan setiap 1 bit pada LSB koefisien DC. Pada penelitian ini, akan dilakukan percobaan sampai bit maksimum untuk meningkatkan kapasitas penyimpanan pesan rahasia. Estimasi perhitungan untuk keseluruhan bit dapat dilihat dari grafik Gambar 7 dan Lampiran 1. Penyisipan Pesan Setelah dilakukan pemilihan terhadap video sebagai cover dan berkas teks sebagai pesan yang akan disisipkan, tahapan selanjutnya yang dilakukan dapat diuraikan sebagai berikut : 1 Ekstraksi Cover dan Pesan Pada penggunaan video Rhinos.avi sebagai cover, proses ekstraksi akan menghasilkan 114 frame dengan masing-masing frame terdiri atas matriks nilai warna dari gambar penyusun video dengan ukuran 320 x 240 piksel dan 3 segmen warna RGB, sedangkan pesan teks akan diekstraksi ke dalam karakter ASCII desimal sebagai input pada proses encoding Huffman. Potongan matriks hasil ekstraksi video dapat dilihat pada Gambar 8. Gambar 7 Kapasitas penyimpanan per frame. Dari grafik estimasi kapasitas penyimpanan Gambar 7 dapat diturunkan Persamaan 6 untuk mengetahui jumlah frame yang dibutuhkan pada penyisipan sejumlah N Bytes pesan. Persamaan 6 Dengan : F = N 64 3 b m n F = frame N = Bytes pesan b = bit cover yang digunakan m, n = resolusi video Dari Persamaan 6, dapat diilustrasikan untuk pesan dengan jumlah karakter 5000 Bytes disisipkan pada video dengan resolusi 320 x 240 menggunakan 1 bit LSB sebagai cover akan membutuhkan frame sebanyak 2 frame (pembulatan ke atas dari 1.3888). Gambar 8 Potongan hasil ekstraksi video. 2 Makroblok piksel Matriks pada proses pertama kemudian di pecah menjadi makroblok dengan ukuran 8 x 8 sehingga dihasilkan 3600 makroblok untuk setiap frame. Proses makroblok dilakukan pada seluruh frame video. Gambar 9 menunjukkan matriks hasil makroblok dari matriks pada Gambar 8. Gambar 9 Makroblok 8 x 8 pada frame. 3 Implementasi DCT Proses DCT dilakukan terhadap makroblok yang akan digunakan sebagai penampung pesan. makroblok yang akan digunakan sesuai dengan jumlah bit karakter yang akan disisipkan. Sebelum dilakukan DCT, nilai piksel akan dikurangi 128. Hal ini dilakukan karena DCT dirancang untuk bekerja pada nilai piksel dengan rentang -128 sampai 127. Hasil

9 pengurangan makroblok dapat dilihat pada Gambar 10. Gambar 10 Makroblok setelah dikurangi 128. Tabel 9 Rasio kompresi Huffman Berkas Pesan bit asal bit kompresi Rasio (%) Test.txt 197 1.576 928 58.88 Daftar.txt 15384 123072 72511 58.92 TestCase.txt 33792 270336 160406 59.34 Tabel 9 menunjukkan kompresi Huffman dapat menghemat penggunaan bit dengan rasio kompresi rata-rata kurang dari 60%. 7 Penyisipan biner pesan Penyisipan biner pesan dilakukan dengan mengganti nilai biner LSB koefisien DC pada tahap 5 dengan bit pesan. Proses penyisipan biner diilustrasikan pada Gambar 13. Biner DC 0 0 1 0 1 0 0 1 Bit pesan 0 Gambar 11 Hasil DCT 2D pada makroblok. Gambar 11 menunjukkan hasil DCT dengan posisi pojok kiri atas pada matrik dengan nilai paling besar adalah koefisien DC dan 63 lainnya adalah koefisien AC. 4 Kuantisasi Proses kuantisasi dilakukan dengan membagi setiap komponen nilai hasil DCT dengan matriks kuantisasi pada Gambar 5. Hasil kuantisasi ditunjukkan pada Gambar 12. Biner hasil penyisipan 0 1 1 0 1 0 0 0 Gambar 13 Proses penyisipan biner. 8 Invers kuantisasi dan IDCT Nilai biner hasil penyisipan kemudian diubah kembali ke dalam bentuk desimal sebelum dilakukan invers kuantisasi. Proses invers kuantisasi dilakukan dengan mengalikan setiap nilai dengan matriks kuantisasi sesuai dengan Gambar 5. Setelah dilakukan invers kuantisasi langkah selanjutnya adalah invers DCT (IDCT) menggunakan persamaan 2. Contoh hasil invers kuantisasi makroblok pertama dapat dilihat pada Gambar 14. Gambar 12 Hasil kuantisasi. 5 Binerisasi koefisien DC Proses binerisasi dilakukan pada koefisien DC yang dibulatkan kebawah. Pada contoh hasil kuantisasi Gambar 12 koefisien DC dengan nilai 41 akan diubah ke dalam bentuk biner dengan nilai 00101001. 6 Kompresi Huffman Kompresi Huffman dilakukan terhadap pesan yang akan disisipkan. Rasio kompresi Huffman tiap pesan berbeda dan relatif terhadap frekuensi kemunculan setiap karakter di dalam pesan yang akan disisipkan. Rasio kompresi setiap pesan dapat dilihat pada Tabel 9. Gambar 14 Hasil invers kuantisasi. Proses IDCT yang dilakukan merupakan IDCT dua dimensi karena matriks yang digunakan sebagai input memiliki bentuk dua dimensi. Hasil IDCT 2 terhadap Gambar 14 ditunjukkan pada Gambar 15.

10 Tahapan paling akhir dari proses penyisipan pesan adalah pembentukan kembali frameframe hasil penyisipan ke bentuk video AVI sehingga berbentuk stegovideo. Ekstraksi Pesan Gambar 15 Hasil IDCT2. Setelah matriks hasil IDCT2 didapatkan, nilai piksel kemudian dikembalikan ke dalam rentang 0-255 dengan menambahkan 128. Hasil matriks akhir nilai piksel setelah penyisipan dapat dilihat pada Gambar 16. Gambar 16 Matriks hasil penyisipan. Pada penerapannya, nilai-nilai hasil penyisipan tidak selalu berada pada rentang 0-255. Hal ini terjadi dikarenakan modifikasi pada biner koefisien DC dapat mengubah nilai desimal warna dari piksel. Untuk menghindari kehilangan data pada saat pembentukan video, setiap selisih baik nilai yang melebihi 255 maupun yang kurang dari 0 akan disimpan untuk digunakan kembali pada saat proses ekstraksi. Tabel 10 menunjukkan salah satu potongan contoh penyimpanan delta jika nilai warna yang dihasilkan melebihi rentang 0-255. Tabel 10 Contoh penyimpanan nilai delta No makroblok Baris Kolom Nilai warna Delta 7229 8 3 256.289 1.289 8492 4 1 255.417 0.417 8492 4 2 255.484 0.484 8492 4 3 255.574 0.574 8492 4 4 255.628 0.628 8492 4 5 255.606 0.606 8492 4 6 255.510 0.510 8492 4 7 255.387 0.387 8492 4 8 255.304 0.304 8492 5 1 255.364 0.364 Proses ekstraksi pesan memiliki tahapan yang hampir sama dengan proses penyisipan pesan. Perbedaannya terletak pada operasi pengambilan bit biner LSB koefisien DC dan pada akhir proses ekstraksi, cover tidak perlu dikembalikan ke bentuk semula. Tahapan proses ekstraksi pesan dapat diuraikan sebagai berikut: 1 Ekstraksi Stegovideo Stegovideo hasil penyisipan di ekstraksi sehingga terbentuk frame-frame yang memiliki piksel nilai warna. 2 Makroblok piksel Sebelum dibentuk menjadi makroblok dengan ukuran 8x8, nilai warna sebelumnya dikurangi dengan 128 dan ditambahkan nilai delta. 3 Implementasi DCT Proses DCT dilakukan dengan menerapkan Persamaan 1 terhadap hasil matriks pada tahap kedua. 4 Binerisasi koefisien DC Koefisien DC hasil kuantisasi kemudian diubah ke dalam bentuk biner. 5 Pengambilan biner pesan LSB dari biner pada tahap empat kemudian diambil sesuai dengan jumlah digit bit yang digunakan sebagai penampung pesan. Proses ini dapat diilustrasikan pada Gambar 17. Biner DC stegovideo 0 0 1 0 1 0 0 0 6 Kompresi Huffman Proses decoding bit biner hasil pengambilan pesan dilakukan menggunakan kamus Huffman yang sesuai saat dilakukan encoding tahap penyisipan. Analisis Hasil Analisis hasil dilakukan untuk melihat tingkat keberhasilan dari proses penyisipan dan ekstrasi pesan ke dalam video. Pengukuran hasil akan dilakukan secara subjektif dan objektif. Analisis Hasil Penyisipan Bit pesan ekstraksi Gambar 17 Proses pengambilan bit pesan Analisis hasil penyisipan dapat diketahui dari pengujian beberapa skenario yang telah dilakukan. Pengujian tersebut dapat digunakan untuk mengetahui banyak pesan yang berhasil 0

11 disisipkan dan berhasil diekstrak kembali. Kebenaran penyisipan akan dilihat dari dua sudut pandang, yaitu dilihat dari kebenaran bit biner dan kebenaran nilai ASCII sebelum disisipkan dan sesudah diekstraksi kembali. Hasil pengujian kebenaran penyisipan untuk keempat skenario setelah dilakukan pengujian menghasilkan nilai 100% untuk kebenaran bit dan kebenaran ASCII untuk hasil selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 2-5. Hasil tersebut menunjukkan bahwa steganografi pada video AVI dengan menerapkan metode DCT dan Huffman code memenuhi kriteria recovery, yaitu pesan berhasil disisipkan dan didapatkan kembali setelah proses ekstraksi. Analisis Waktu Sisip dan Ekstraksi Proses penyisipan pesan dan proses ekstraksi membutuhkan waktu yang berbeda tergantung jumlah karakter pesan dan besarnya berkas cover yang digunakan. Pada analisis waktu, yang akan menjadi perbandingan adalah waktu sisip dan waktu ekstrak antara penyisipan pesan dengan menggunakan metode Huffman dan tanpa kompresi Huffman. Perhitungan waktu pada proses penyisipan dan ekstraksi dapat dilihat pada Gambar 18 sampai dengan Gambar 23. Gambar 20 Waktu sisip Daftar.txt. Gambar 21 Waktu ekstraksi Daftar.txt. Gambar 22 Waktu sisip TestCase.txt. Gambar 18 Waktu sisip pesan Test.txt. Gambar 19 Waktu ekstraksi pesan Test.txt. Gambar 23 Waktu ekstraksi TestCase.txt. Dari hasil pengujian pada Gambar 18 sampai dengan Gambar 21, pengujian dilakukan menggunakan berkas pesan Test.txt dan Daftar.txt. Untuk cover, digunakan video Rhinos.avi sedangkan pada hasil pengujian Gambar 22 dan Gambar 23 digunakan berkas pesan TestCase.txt dan video Vipmen.avi. Grafik pada gambar pengujian menunjukkan

12 bahwa semakin banyak jumlah karakter yang disisipkan ke dalam cover video, semakin banyak pula waktu yang dibutuhkan dalam proses penyisipan maupun proses ekstraksi. Selain itu, dapat diketahui pula bahwa steganografi menggunakan kompresi Huffman dapat mengurangi waktu proses penyisipan maupun proses ekstraksi. Peningkatan waktu proses secara siginifikan terlihat pada penggunaan bit ke-7 dan 8. Hal ini disebabkan pada saat konversi kembali dari matriks ke dalam frame image terjadi banyak penyesuaian terhadap nilai warna yang melebihi 255 atau kurang dari 0. Pengujian yang dilakukan sebelumnya merupakan pengujian yang dilakukan untuk mengetahui keterkaitan antara waktu proses dan jumlah karakter pesan yang sudah ditetapkan. Untuk mengetahui laju pertumbuhan waktu proses penyisipan dan ekstraksi terhadap jumlah maksimum pesan yang dapat disisipkan, dilakukan pengujian terhadap video Rhinos.avi dengan durasi 1-8 detik menggunakan pesan dengan jumlah karakter sesuai dengan kapasitas setiap video. Hasil pengujian tersebut dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11 Hasil uji waktu vs jumlah karakter Durasi (detik) Kapasitas (karakter) 1 6750 Kompresi Huffman Waktu sisip (menit) Waktu ekstrak (menit) 1.56 0.90 2 13500 3.88 2.58 3 20250 6.97 5.08 4 27000 10.96 8.28 NO 5 33750 15.81 12.54 6 40500 24.70 19.04 7 47250 30.35 24.49 8 51300 33.33 28.48 1 6750 0.76 0.49 2 13500 1.51 1.19 3 20250 2.23 2.18 4 27000 2.78 3.34 YES 5 33750 3.57 4.94 6 40500 4.24 6.70 7 47250 4.96 8.83 8 51300 5.85 10.96 Gambar 24 Waktu penyisipan vs jumlah karakter. Gambar 25 Waktu proses ekstraksi vs jumlah karakter. Dari grafik regresi linear pada Gambar 24 dan Gambar 25, dapat diketahui bahwa waktu sisip dan waktu ekstrak terhadap N Bytes didapat dengan Persamaan 7 sampai dengan Persamaan 10. Persamaan 7 Persamaan 8 Persamaan 9 Persamaan 10 Dengan : x sisip = 1.08 10-4 N- 0.0223 x ekstrak =2.29 10-4 N- 2.0582 y sisip =7.50 10-4 N- 6.6147 y ekstrak =6.33 10-4 N- 6.3375 x = Waktu dengan metode Huffman y = Waktu tanpa Huffman N = Bytes pesan (karakter) Analisis Kapasitas Penyisipan Kapasitas penyimpanan steganografi AVI dapat diketahui berdasarkan jumlah frame dan ukuran resolusi dari video yang akan dijadikan cover seperti pada penjelasan estimasi kapasitas penyimpanan sebelumnya. Untuk meningkatkan jumlah karakter pesan yang dapat disisipkan ke dalam cover video, dilakukan skenario

13 pengujian 2 dan 3. Pada skenario pengujian 2 dilakukan penyisipan pesan TestCase.txt dengan jumlah karakter 33792 tanpa kompresi Huffman ke dalam cover video Vipmen.avi menggunakan 1 bit LSB dengan kapasitas penyimpanan 31837 karakter, sedangkan pada skenario pengujian 3 dilakukan hal yang sama akan tetapi setelah dilakukan kompresi Huffman terhadap berkas pesan yang akan disisipkan. Hasil pengujian terdapat pada Tabel 12. Tabel 12 Hasil uji skenario 2 dan 3 Cover video Vipmen.avi 283 frame 160 x 120 Kompresi Huffman Kapasitas karakter berhasil disisipkan NO 31837 31837 YES 31837 33792 Dari hasil pengujian tersebut, dapat diketahui bahwa kompresi Huffman terhadap pesan dapat mengurangi pemakaian bit dalam pengodean karakter ASCII sehingga dapat meningkatkan jumlah karakter yang bisa disisipkan pada sebuah cover video. Selain kompresi Huffman, usaha yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kapasitas penyimpanan juga bisa dilakukan dengan cara meningkatkan penggunaan bit pada cover video sebagai bit penampung pesan. Skenario pengujian 4 dilakukan untuk mengetahui kemungkinan peningkatan kapasitas tersebut. Pengujian dilakukan tanpa kompresi Huffman. Hal ini dimaksudkan agar dapat diketahui kapasitas maksimum video dengan jumlah bit yang sebenarnya. Hasil pengujian skenario 4 untuk video Vipmen.avi dengan pesan TestCase.txt tanpa kompresi Huffman dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13 Hasil skenario uji 4 Cover video Vipmen.avi 283 frame 160 x 120 bit Kapasitas berhasil disisipkan 1 31837 31837 2 63675 33792 3 95512 33792 4 127350 33792 5 159187 33792 6 191025 33792 7 222862 33792 8 254700 33792 Pada Tabel 13, dapat diketahui bahwa peningkatan pemakaian jumlah bit yang digunakan sebagai penampung pesan dapat meningkatkan kapasitas penyimpanan suatu video terhadap pesan rahasia. Hasil lengkap pengujian skenario 4 dapat dilihat pada Lampiran 5. Analisis Kualitas Stegovideo Analisis terhadap kualitas stegovideo dilakukan dengan dua pendekatan berikut: 1 Kualitas secara objektif Analisis terhadap stegovideo secara objektif adalah pengukuran yang dilakukan dengan menghitung kesamaan setiap frame di antara video asli bebas distorsi dan stegovideo hasil penyisipan pesan. Video asli digunakan sebagai referensi pengukuran. Pengukuran dilakukan dengan menghitung SSIM setiap frame kedua video kemudian dicari Mean dari nilai SSIM tersebut. Perhitungan nilai SSIM dilakukan menggunakan Persamaan 4. Hasil pengukuran dapat dilihat pada Gambar 26 sampai dengan Gambar 28. Gambar 26 Nilai MSSIM Test.txt. Gambar 27 Nilai MSSIM Daftar.txt. Gambar 28 Nilai MSSIM TestCase.txt. Dari grafik pada gambar, dapat diketahui bahwa semakin banyak penggunaan bit LSB yang digunakan sebagai penampung pesan akan semakin menurunkan kualitas dari file cover. Pada penelitian yang dilakukan Wang et al. (2004) yang dicantumkan oleh Hariyanto (2008)