PERBANDINGAN GAYA KEPEMIMPINAN CAMAT DI KECAMATAN SANGATTA UTARA DAN KECAMATAN SANGATTA SELATAN KABUPATEN KUTAI TIMUR

dokumen-dokumen yang mirip
Karmila Dew 1. Universitas Mulawarman.

Pengertian Kepemimpinan

BAB II TELAAH PUSTAKA. Kepemimpinan merupakan ilmu terapan dari ilmu-ilmu sosial, sebab prinsipprinsip

PENGARUH HUMAN RELATION DAN DISIPLIN KERJA TERHADAP PRESTASI KERJA PEGAWAI DI KANTOR KECAMATAN MUARA BENGKAL KABUPATEN KUTAI TIMUR

BAB II LANDASAN TEORI. Kepemimpinan dimasukkan dalam kategori ilmu terapan dari ilmu-ilmu sosial,

PENGARUH KEPEMIMPINAN TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA PEGAWAI DI KANTOR DINAS KESEJAHTERAAN SOSIAL KOTA SAMARINDA

Syabab Azhar Basyir 1

MOTIVASI PEGAWAI DI KANTOR CAMAT Pegaruh Motivasi Kerja Pegawai Terhadap Semangat Kerja Pegawai Di Kantor Camat Sangatta Selatan Kabupaten Kutai Timur

PENERAPAN PRINSIP ALOKASI DANA KAMPUNG (ADK) DALAM PEMBANGUNAN DI KAMPUNG INTU LINGAU KECAMATAN NYUATAN KABUPATEN KUTAI BARAT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berkembangnya suatu organisasi tentunya tidak terlepas dari sumber daya

KEPEMIMPINAN KEPALA DESA DALAM MENINGKATKAN DISIPLIN KERJA PEGAWAI PADA KANTOR DESA MUARA BENGKAL ULU KECAMATAN MUARA BENGKAL KABUPATEN KUTAI TIMUR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN RELEVAN. mampu mempengaruhi orang-orang lain untuk bersama-sama melakukan

Muhamad Syarif 1. Kata Kunci: Kinerja Pegawai Kantor Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia Perwakilan Provinsi Kalimantan Timur di Samarinda.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang di kemukakan oleh Martoyo (2000), bahwa kepuasan kerja adalah

BAB III METODE PENELITIAN. Yosomulyo, Kecamatan Gambiran, Kabupaten Banyuwangi.

BAB II METODE PENELITIAN. Berbicara tentang bentuk penelitian, lazimnya dunia keilmuan membagi

PERAN KEPEMIMPINAN LURAH DALAM MENINGKATKAN SEMANGAT KERJA PEGAWAI DI KELURAHAN BARU ILIR KECAMATAN BALIKPAPAN BARAT

KOORDINASI CAMAT DENGAN KEPALA DESA DALAM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DI DESA WANASARI KECAMATAN MUARA WAHAU KABUPATEN KUTAI TIMUR

BAB III METODE PENELITIAN. salah satu atau jalan pengaturan atau pemeriksaan sesuatu dengan benar. 2 Dengan

BAB I PENDAHULUAN. dan siswa. Pola umum ini oleh Lapp et al. (1975) diistilahkan Gaya

Pendahuluan. Bab I. GBHN menyatakan bahwa sasaran utama pembangunan jangka panjang

Kepemimpinan Lurah Dalam Meningkatkan Kinerja Pegawai Pada Kantor Lurah Muara Kembang di Kecamatan Muara Jawa Kabupaten Kutai Kartanegara

PEMBAHASAN. 1.Pengertian Gaya Kepemimpinan Partisipatif

Peningkatan Aktivitas Belajar Siswa Melalui Metode Diskusi Pada Bidang Studi PKn Di Kelas V SD Inpres 2 Tada

III. METODE PENELITIAN. penelitian (sesorang, lembaga, masyarakat, dan lain-lain) pada saat sekarang

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian merupakan metode ilmiah (scientific method). Metode ilmiah

HUBUNGAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DENGAN KINERJA PEGAWAI NEGERI SIPIL DI BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR.

I PENDAHULUAN. Pemimpin merupakan orang yang mempunyai kemampuan untuk. mempengaruhi sekelompok orang dalam usaha mencapai tujuan organisasi dan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang penulis lakukan tergolong sebagai penelitian lapangan

BAB III METODE PENELITIAAN. Brebes Jawa Tengah. Penelitian ini dilakukan diwilayah tersebut karena

BAB I PENDAHULUAN. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

PENGARUH LINGKUNGAN KERJA DAN PEMBERIAN INSENTIF TERHADAP PRESTASI KERJA PEGAWAI DI KANTOR KECAMATAN MUARA BENGKAL KABUPATEN KUTAI TIMUR

BAB III METODE PENELITIAN. karena lokasi ini terdapat komunitas Islam Aboge serta jumlah. keagamaannya bersama sama dan berkumpul bersama.

BAB III METODE PENELITIAN. di daerah Gunungkidul masih banyak terdapat pelaku bank plecit yang. memberikan pinjaman dengan bunga tinggi kepada

Oleh : JELLY MAMANGKEY (NIM : , JUR : ILMU PEMERINTAHAN)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Selviana Anggraini 1. Universitas Mulawarman.

Jurnal Manajemen Pendidikan Islam Vol 1. No 1. Januari - Juni 2017 Halaman ISSN

PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN DAN KREATIVITAS TERHADAP PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA KONTRAK DI SEKRETARIAT KABUPATEN MAHAKAM ULU

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain secara

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan memiliki peranan penting dalam meningkatan sumber daya

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. dari sudut atau perspektif partisipasipan. Partisipasipan adalah orang-orang yang

BAB III METODE PENELITIAN. tersebut didasarkan pada pertimbangan bahwa SPBU di atas adalah SPBU yang

BAB III METODE PENELITIAN. sosial sesuai dengan indicator yang dijasikan penelitian.dengan

BAB III METODE PENELITIAN. dilakukan yaitu: penelitian lapangan, penelitian pustaka, dan penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian lapangan (field research) karena didasarkan atas datadata

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. adalah pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif adalah penelitian yang

PERAN PIMPINAN KEPALA BIRO UMUM SEKRETARIAT DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR DALAM UPAYA MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS KERJA PADA BIRO UMUM

BAB I PENDAHULUAN. diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain secara

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia yang bermanfaat bagi lingkungan masyarakat,

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Dinas pendidikan pemuda dan olahraga memiliki kebijakan mutu yaitu

KEPEMIMPINAN. Bab 12

NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

KEPEMIMPINAN WALI NAGARI SE-KECAMATAN KOTO PARIK GADANG DIATEH KABUPATEN SOLOK SELATAN ARTIKEL ILMIAH

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian merupakan suatu cara atau proses yang digunakan di

PENGARUH PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DENGAN PRODUKTIVITAS PEGAWAI PADA KANTOR DINAS PEKERJAAN UMUM PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

BAB I PENDAHULUHAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN

KEPEMIMPINAN KEPALA DESA DALAM MENINGKATKAN PARTISIPASI MASYARAKAT DI DESA KEBON AGUNG KECAMATAN RANTAU PULUNG KABUPATEN KUTAI TIMUR.

JURNAL STUDI TENTANG CIRI-CIRI KEPRIBADIAN KONSELOR SEKOLAH SISWA KELAS XI SMKN 3 BOYOLANGU TULUNGAGUNG

Kepemimpinan. Triwahyono SE.MM. Modul ke: Fakultas EKONOMI. Program Studi Manajemen.

BAB I PENDAHULUAN. perguruan tinggi. Azzra (Ambarita, 2010:37) mengatakan seorang guru yang

BAB III METODE PENELITIAN. memahami fenomena sosial dari sudut atau perspektif partisipasipan.

BAB III METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Dinas Pendidikan Kota Bandar Lampung merupakan unsur pelaksana. bertanggung jawab kepada Walikota Bandar Lampung melalui Sekretaris

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

METODE PENELITIAN. mengungkapkan fenomena atau peristiwa sosial tertentu dan pemahaman atau

PENGARUH KOMPETENSI DAN SEMANGAT KERJA TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA DI KANTOR KECAMATAN LONG HUBUNG KABUPATEN MAHAKAM ULU

KOORDINASI KEPALA DESA DAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA (BPD) DALAM PEMBANGUNAN DESA DI DESA MENDIK KECAMATAN LONG KALI KABUPATEN PASER

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

2 pemerintah yang dalam hal ini yaitu Pegawai Negeri Sipil (PNS). 2 Tantangan yang dihadapi oleh pemerintah bidang sumber daya manusia aparatur sebaga

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian kualitatif. Pendekatan

Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif, Rake Sarasin, Yogyakarta, 2000, hal. 6. 2

BAB III METODE PENELITIAN. keluarga yang sering mengikuti kegiatan parenting, alasan penulis menjadikan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Deskripsi Latar, Sumber Data, Satuan Kajian. Peneliti melakukan pengamatan secara langsung di PT.

PENGARUH PENDIDIKAN, PENGALAMAN KERJA DAN PRESTASI KERJA TERHADAP PENGEMBANGAN KARIR PEGAWAI DI DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN KUTAI TIMUR

PERBANDINGAN PENGELOLAAN ALOKASI DANA DESA DI DESA MENDIK DAN DESA MENDIK BHAKTI KECAMATAN LONG KALI KABUPATEN PASER.

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam konteks penelitian ini, penelitian yang dilakukan termasuk jenis

STUDI TENTANG PELAYANAN PEMBUATAN SERTIFIKAT TANAH DI KANTOR PERTANAHAN KABUPATEN KUTAI TIMUR

STUDI TENTANG PROSEDUR PENERIMAAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DI BADAN KEPEGAWAIAN DAN DIKLAT DAERAH (BKDD) KABUPATEN NUNUKAN

KEPEMIMPINAN KEPALA DINAS PARIWISATA DALAM MENINGKATKAN KINERJA PEGAWAI DI KANTOR DINAS PARIWISATA KABUPATEN KUTAI TIMUR

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II URAIAN TEORITIS. lebih dari lima puluh orang. Usaha kecil memiliki ciri-ciri: (1) manajemen

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan

HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DENGAN KINERJA GURU DI SMK NEGERI 2 PARIAMAN

Aji Yerico Defriandi 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pemimpin adalah merupakan inisiator, motivator, stimulator, dinamisator, dan

III. METODE PENELITIAN. Pada penelitian yang dilakukan oleh peneliti, metode penelitian yang

EFEKTIVITAS GAYA KEPEMIMPINAN LURAH DALAM PELAYANAN PUBLIK PADA KANTOR KELURAHAN RAWA MAKMUR KECAMATAN PALARAN KOTA SAMARINDA

BAB III METODE PENELITIAN

PERAN KEPALA DESA DALAM PEMBANGUNAN DESA GUNUNG BAYAN KECAMATAN MUARA PAHU KABUPATEN KUTAI BARAT. Sunarsih 1

Transkripsi:

ejournal Pemerintahan Integratif, 2017, 5 (1): 16-24 ISSN 2337-8670 (online), ISSN 2337-8662 (print), ejournal.pin.or.id Copyright 2017 S1 PIN PERBANDINGAN GAYA KEPEMIMPINAN CAMAT DI KECAMATAN SANGATTA UTARA DAN KECAMATAN SANGATTA SELATAN KABUPATEN KUTAI TIMUR Arpianor Hidayah 1 Abstrak Penelitian ini dilaksanakan di Kantor Kecamatan Sangatta Utara dan Kecamatan Sangatta Selatan Kabupaten Kutai Timur. Pengumpulan data dilakukan dengan cara penelitian kepustakaan, observasi, wawancara dan penelitian dokumen. Narasumber dari penelitian ini adalah Camat Sangatta Utara, Camat Sangatta Selatan, Sekretaris Camat Sangatta Utara, Kasi PMD Kecamatan Sangatta Selatan, Sub Bagian Pelayanan Umum Sangatta Utara, Sub Bagian Pelayanan Umum Sangatta Selatan, dan lain yang merupakan staf di Kecamatan Sangatta Utara maupun Kecamatan Sangatta Selatan. Hasil penelitian menunjukan bahwa bekerja secara aktif dengan bawahan baik perseorangan maupun kelompok Sangatta Utara yang berjenis kelamin pria dalam cara berkomunikasi yang dilakukan kepada bawahannya kurang aktif dalam sikap berkomunikasi kepada bawahan, sedangkan Camat Sangatta Selatan yang berjenis kelamin wanita cukup bagus, mudahnya berkomunikasi serta sifat bersahaja yang dimiliki oleh Camat tersebut. Dalam hal mengikutsertakan bawahan dalam pengambilan keputusan, Camat Sangatta Utara memiliki sifat yang kurang berkomunikasi dengan bawahannya sehingga sering terjadi kesalahpahaman. Selain itu dalam hal menerima masukan Camat Sangatta Utara memiliki sifat kurangnya menerima pendapat dari bawahan karena kurangnya komunikasi dengan bawahan sehingga seringnya terjadi perbedaan pemikiran. Sedangkan Camat Sangatta Selatan mempunyai sifat yang menoleransi kritikan atau masukan dari bawahan. Dalam pemberian motivasi Camat Sangatta Selatan bisa untuk memotivasi bawahannya serta bahasanya yang halus dan mudah dipahami bawahan. Temuan lainnya adalah bahwa yang menjadi faktor pendukung dari gaya kepemimpinan adalah sudah berkembangnya suatu organisasi tersebut, sedangkan yang menjadi faktor penghambatnya adalah tingkat emosional yang berbeda yang dimiliki oleh masing-masing camat. Kata kunci: perbandingan gaya kepemimpinan 1 Mahasiswa semester akhir pada Program Studi Ilmu Pemerintahan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Mulawarman. Email: Arpianorh@gmail.com

Perbandingan Gaya Kepemimpinan di Kec. Sangatta Utara dan Selatan (Hidayah) Pendahuluan Pemimpin artinya seseorang yang mempunyai kemampuan dalam penyelenggaraan suatu kegiatan organisasi agar kegiatan tersebut teselenggara dengan efesien. Disinilah penulis tertarik untuk meneliti bagaimana cara atau kemampuan seorang pemimpin dalam menjalankan tugasnya dalam menyelenggarakan proses pembangunan yang berada di Kecamatan tersebut. Penulis tertarik untuk meneliti kemampuan seorang camat antara Camat Sangatta Utara dan Camat Sangatta Selatan, kemampuan yang dimiliki seorang camat masing-masing berbeda dari jenis kelamin seperti Camat Sangatta Utara adalah seorang pria dan Camat Sangatta Selatan adalah seorang wanita. Perbedaan jenis kelamin Camat Sangatta Utara dan Camat Sangatta Selatan mempengaruhi gaya kepemimpinan yang dimiliki oleh Camat Sangatta Utara dan Camat Sangatta Selatan tersebut. Dilihat dari Camat Sangatta Utara yang berjenis kelamin pria dalam berinteraksi dengan para pegawainya yang kurang interaktif. Hal ini terbukti dari sikap Camat yang jarang berinteraksi dengan para pegawai, jarang melihat permasalahan yang terjadi dan bersikap membiarkan pegawainya. Camat Sangatta Selatan yang berjenis kelamin wanita dalam berinteraksi dengan pegawainya lebih interaktif. Hal ini dapat dibuktikan dengan sikap Camat yang sering melihat apa yang dilakukan oleh pegawainya, sering menanyakan permasalahan yang ada di lingkungan organisasi dengan para pegawai dan ramah dengan para pegawai. Dari masalah gaya kepemimpinan yang berbeda antara Camat Sangatta Utara dan Camat Sangatta Selatan maka penulis tertarik untuk meneliti di Kecamatan Sangatta Utara dan Kecamatan Sangatta Selatan yang masing-masing Kepala Camat berbeda gaya kepemimpinan yang dimiliki oleh masing-masing camat. Oleh karena itulah penulis mengambil judul Perbandingan Gaya Kepemimpinan Camat di Kecamatan Sangatta Utara dan Kecamatan Sangatta Selatan Kabupaten Kutai Timur Kerangka Dasar Teori Gaya Kepemimpinan Menurut Alan Keith (2013:15) menjelaskan bahwa kepemimpinan adalah sesuatu yang berkaitan erat dengan upaya untuk menciptakan cara agar rakyat dapat berkonstruksi dalam pencapaian suatu hasil yang lebih baik. Menurut Richard L.Daft (2013:15) menjelaskan bahwa kepemimpinan merupakan salah satu fenomena yang paling mudah di observasi tetapi menjadi salah satu hal yang paling sulit dipahami. Selanjutnya istilah kepemimpinan yang berasal dari kata dasar pimpin yang artinya bimbing atau tuntun. Dari kata pimpin lahirlah kata kerja memimpin yang artinya memimbing atau menuntun. Di dalam kehidupan sehari-hari dan juga dalam kepustakaan munculah istilah yang serupa dengan itu dan kadang-kadang dipergunakan silih berganti seakan-akan tidak ada bedanya satu dengan yang lainnya yaitu pemimpin, pimpinan dan kepemimpinan. 17

ejournal Pemerintahan Integratif, Volume 5, Nomor 1, 2017: 16-24 Kepemimpinan atau leadership merupakan ilmu terapan dari ilmu-ilmu social, sebab prinsip-prinsip dan rumusannya diharapkan dapat mendatangkan manfaat bagi kesejahteraan manusia. Ada banyak pengertian yang dikemukakan oleh para pakar menurut sudut pandang masing-masing, definisi-definisi tersebut menunjukkan adanya beberapa kesamaan. Pengertian kepemimpinan menurut Hemhill dan Coons adalah perilaku dari seorang individu yang memimpin aktivitas-aktivitas suatu kelompok ke suatu tujuan yang ingin dicapai bersama (shared goals). Menurut Tead; Terry; Hoyt (dalam Kartono, 2003) Pengertian Kepemimpinan yaitu kegiatan atau seni mempengaruhi orang lain agar mau bekerjasama yang didasarkan pada kemampuan orang tersebut untuk membimbing orang lain dalam mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan kelompok. Menurut Young (dalam Kartono, 2003) Pengertian Kepemimpinan yaitu bentuk dominasi yang didasari atas kemampuan pribadi yang sanggup mendorong atau mengajak orang lain untuk berbuat sesuatu yang berdasarkan penerimaan oleh kelompoknya, dan memiliki keahlian khusus yang tepat bagi situasi yang khusus. Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa gaya kepemimpinan merupakan kemampuan mempengaruhi orang lain, bawahan atau kelompok, kemampuan mengarahkan tingkah laku bawahan atau kelompok, memiliki kemampuan atau keahlian khusus dalam bidang yang diinginkan oleh kelompoknya, untuk mencapai tujuan organisasi atau kelompok. Teori-teori Kepemimpinan Menurut Hemhill dan Coons, Teori Kepemimpinan dapat terbagi menjadi empat teori, yaitu: 1) Teori genetis dimana menjelaskan bahwa seseorang akan dapat menjadi pemimpin karena ia telah dilahirkan untuk bisa menjadi pemimpin, dia telah memiliki bakat dan mempunyai pembawaan untuk bisa menjadi pemimpin. Menurut teori kepemimpinan seperti teori genetis ini mengasumsikan bahwa tidak setiap orang dapat menjadi pemimpin, hanya beberapa orang yang memiliki pembawaan dan bakat saja yang dapat menjadi pemimpin. Hal tersebut memunculkan Pemimpin tidak hanya sekedar dibentuk tapi dilahirkan. 2) Teori sosial yang menyatakan bahwa seseorang akan dapat menjadi pemimpin karena lingkungannya yang mendukung, keadaan dan waktu memungkinkan ia bisa menjadi pemimpin. Setiap orang dapat memimpin asal diberikan kesempatan dan diberikan pembinaan untuk dapat menjadi pemimpin meskipun ia tidak memiliki pembawaan atau bakat. Adapun istilah dari teori kepemimpinan sosial ini yaitu pemimpin itu dibentuk bukan dilahirkan. 3) Teori ekologis, dalam teori kepemimpinan ekologis ini menyatakan bahwa gabungan dari teori genetis dan sosial, dimana seseorang akan menjadi pemimpin membutuhkan bakat dan bakat tersebut mesti selalu dibina agar berkembang. Kemungkinan untuk bisa mengembangkan bakat tersebut itu tergantung dari lingkungannya. 18

Perbandingan Gaya Kepemimpinan di Kec. Sangatta Utara dan Selatan (Hidayah) 4) Teori situasi, dalam teori kepemimpinan situasi ini menyatakan bahwa seseorang dapat menjadi pemimpin ketika berada dalam situasi tertentu karena dia memiliki kelebihan-kelebihan yang dibutuhkan dalam situasi tersebut. Akan tetapi pada situasi yang lainnya, kelebihannya tersebut tidak dibutuhkan, akhirnya ia tidak akan menjadi pemimpin lagi, bahkan bisa jadi menjadi pengikut saja. Oleh karena itu, jika seorang ingin menjadi pemimpin dan ingin meningkatkan kecakapannya dan kemampuannya dalam memimpin maka dibutuhkan untuk bisa mengetahui segala ruang lingkup gaya kepemimpinan yang efektif. Adapun para ahli dalam bidang kepemimpinan sudah meneliti dan mengembangkan beberapa gaya kepemimpinan yang berbeda dimana sesuai dengan adanya evolusi dari teori kepemimpinan. Untuk ruang lingkupnya, gaya kepemimpinan terbagi atas tiga pendekatan yaitu pendekatan sifat kepribadian pemimpin, dan pendekatan perilaku pemimpin dan pendekatan situasional atau kontingensi. Model dan Gaya Kepemimpinan Semua pendekatan yang dapat digunakan dan sekaligus membawa pengaruh terhadap bagaimana model dan gaya kepemimpinan diimplementasikan dalam mencapai tujuan. Biasanya mdel dan gaya kepemimpinan merupakan perilaku yang digunakan seseorang pada saat seorang pemimpin berusaha atau mencoba mempengaruhi orang lain, yaitu bawahan atau pengikut. Perilaku pemimpin tersebut sering disebut juga gaya kepemimpinan (style of leadership). Dengan demikian, gaya kepemimpinan sangat besar pengaruhnya terhadap keberhasilan seorang pemimpin dalam mempengaruhi perilaku bawahannya dan kemudian pencapaian tujuan yang diinginkannya. Dari berbagai gaya kepemimpinan yang telah diteliti dan ditemukan bahwa setiap pemimpin bisa mempunyai gaya kepemimpinan yang berbeda antara yang satu dengan yang lain. Di antara gaya kepemimpinan yang diterapkan tidak otomatis berarti gaya kepemimpinan yang satu lebih baik atau lebih jelek daripada gaya kepemimpinan yang lainnya. Dalam konteks upaya mencapai tujuan, model, dan gaya kepemimpinan yang satu bisa saja lebih efektif dan efisien dalam kasus tertentu dan dalam kurun waktu tertentu. Gaya kepemimpinan demokratis misalnya, seringkali gagal dalam mencapai tujuan yang diinginkan, sehingga memunculkan pemikiran dari sebagian orang untuk menerapkan gaya kepemimpinan yang otoriter atau bahkan sepenuhnya menyarahkan kepada bawahan atau masyarakat untuk mengambil alih peran kepemimpinan. Sedangkan menurut H. Hadari Nawawi (2006:131-133) dalam bukunya kepemimpinan mengefektifkan organisasi menuliskan bahwa kepemimpinan partisipatif sama pemahamannya dengan kepemimpinan kompromi (compromiser) yang menunjukkan karakteristik, sebagai berikut: 1. Seorang pemimpin dalam gaya ini untuk mempertahankan kekuasaanya tidak berorientasi pada anggota organisasi, tetapi pada pimpinan atasanya yang berpengaruh dan menentukan jabatan kepemimpinannya. 19

ejournal Pemerintahan Integratif, Volume 5, Nomor 1, 2017: 16-24 2. Mengikutsertakan bawahan dalam mengambil keputusan, bukan untuk kesempatan menyampaikan gagasan, kreativitas dan lain-lain. 3. Dalam pembuatan keputusan dan pelaksanaan pekerjaan, pemimpin selalu memperhitungkan untung rugi bagi dirinya bukan bagi bawahan atau organisasinya. 4. Tidak tertarik pada pengembangan pekerjaan dan organisasi melainkan untuk menjalankan tugas guna mempertahankan kepemimpinannya. 5. Mampu bekerja sama dengan bawahan dalam melaksanakan pekerjaan. 6. Memberikan dorongan (motivasi) secara selektif pada anggota organisasi atau bawahan. Dari beberapa pendapat diatas penulis simpulkan, ada beberapa ciri (karakteristik) dari model kepemimpinan partisipatif, ialah: 1. Bekerja secara aktif dengan bawahan baik perseorangan maupun kelompok. 2. Mengikutsertakan bawahan secara tepat dalam pengambilan keputusan. 3. Mementingkan menjalankan tugas guna untuk mempertahankan kepemimpinan dan kekuasaanya. 4. Menerima masukan dan nasehat yang bersifat membangun demi perkembangan organisasi. 5. Memberikan motivasi secara penuh pada anggota organisasi. Metode penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif, penelitian yang bermaksud mengadakan penggambaran, pemeriksaan, dan pengukuran terhadap gejala tertentu dan bertujuan untuk melakukan penafsiran terhadap fenomena sosial. Penelitian dilakukan di Kantor Kecamatan Sangatta Utara dan Kantor Kecamatan Sangatta Selatan, penulis tertarik memilih tempat tersebut karena kedua kecamatan tersebut memiliki Camat dengan karakter yang berbeda satu dengan yang lainnya, untuk itu penelitian ini dimaksudkan untuk menilai dan membandingkan sejauh mana gaya kepemimpinan seorang pemimpin dalam pekerjaanya sebagai Kepala Camat. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan informan sebagai sumber untuk memperoleh data untuk penulisan skripsi sesuai dengan fokus yang telah ditetapkan. Pengambilan sumber data dilakukan purposive sampling. Jenis data dalam penelitian ini dapat melalui sumber data sebagai berikut : Data primer adalah data yang diperoleh melalui responden/informan dengan cara melakukan tanya-jawab secara langsung dan dipandu melalui pertanyaan-pertanyaan yang sesuai dengan fokus penelitian. Adapun orang yang di jadikan Key Informan adalah 1 orang yaitu Camat. Sedangkan Informan adalah 4 orang yaitu Sekretaris Camat, Sub BagianPelayanan Umum, Sub Bagian Kepegawaian, PNS. Sedangkan data sekunder adalah data yang terdapat pada lokasi penelitian berupa bahan bacaan, dokumen-dokumen dan laporan-laporan kegiatan. Dalam pengumpulan data-data yang diperlukan untuk penelitian ini maka penulis menggunakan beberapa macam cara atau teknik pengumpulan data, 20

Perbandingan Gaya Kepemimpinan di Kec. Sangatta Utara dan Selatan (Hidayah) yaitu sebagai berikut: 1. Penelitian kepustakaan (Library Research) 2. Penelitian lapangan (Field Work Research) a. Observasi b. Wawancara c. Penelitian dokumen Dalam teknik analisis data Menurut Nasution (dalam Sugiyono 2005:89) analisis telah dimulai sejak merumuskan dan menjelask an masalah, sebelum terjun ke lapangan, dan berlangsung terus sampai penelitian hasil penelitian. Jadi analisis data dilakukan sejak merumuskan masalah dan berlangsung hingga pengumpulan data dan penarikan kesimpulan pada akhir penelitian. Hasil Penelitian dan Pembahasan Pada bagian hasil penelitian ini peneliti akan membahas hasil-hasil penelitian yang diperoleh dari lapangan seperti pada bagian-bagian sebelumnya, bagian ini merupakan rangkaian penelitian ilmiah untuk mengetahui gaya kepemimpinan yang dimiliki Camat yang ada di Kantor Kecamatan baik di Kecamatan Sangatta Utara dan Kecamatan Sangatta Selatan. Adapun hasil dari penelitian ini, peneliti memperoleh dari beberapa penelitian dilapangan baik secara observasi, wawancara, maupun dokumentasi. 1. Perbandingan Gaya Kepemimpinan Camat di Kecamatan Sangatta Utara dan Kecamatan Sangatta Selatan Kabupaten Kutai Timur a. Bekerja secara aktif dengan bawahan baik perseorangan maupun kelompok Berdasarkan dari informasi baik key informan maupun informan dan hasil penelitian/wawancara secara langsung oleh peneliti, bahwa gaya kepemimpinan yang dimiliki Camat Sangatt Utara dan Camat Sangatta Selatan memiliki perbedaan, yaitu dalam hal berkomunikasi dengan bawahan baik perseorangan maupun kelompok terlihat dari perilaku yang ditunjukkan oleh pemimpin itu sendiri. Camat Sangatta Utara cara berkomunikasi yang dilakukan dirasa kurang aktif. Sedangkan Camat Sangatta Selatan cara berkomunikasi yang dilakukan dirasa cukup bagus karena mudahnya camat berkomunikasi serta sifat yang bersahaja yang dimiliki oleh camat tersebut bisa menciptakan mudahnya komunikasi antara individiu maupun kelompok. b. Mengikutsertakan bawahan secara tepat dalam pengambilan keputusan Hasil wawancara ini menunjukkan bahwa Berdasarkan dari informasi baik Key informan maupun informan dan hasil observasi secara langsung oleh peneliti, bahwa dalam mengikutsertakan bawahan secara tepat dalam pengambilan keputusan antara Kecamatan Sangatta Utara dan Kecamatan Sangatta Selatan dapat terlihat dari hasil wawancaranya bahwa Camat Sangatta Selatan lebih tepat dalam pengambilan keputusan dan dapat mengikutsertakan bawahan atau stafnya dalam suatu rapat dan mampu mendengarkan masukan ataupun pendapat dari bawahannya dan dalam proses pengambilan keputusan Camat Sangatta Selatan bisa mengayomi stafnya untuk bekerjasama. 21

ejournal Pemerintahan Integratif, Volume 5, Nomor 1, 2017: 16-24 c. Menerima nasehat dan masukan yang bersifat membangun demi perkembangan organisasi Hasil wawancara ini menunjukkan bahwa Berdasarkan dari informasi baik Key informan maupun informan dan hasil observasi secara langsung oleh peneliti, Menerima masukan dan nasehat yang bersifat membangun demi perkembangan organisasi, dapat kita lihat dengan berbagai hasil wawancara yang ada di atas penulis menyimpulkan bahwa Camat Sangatta Utara pada saat bawahan yang ingin memberi masukan kepada beliau ada yang dapat beliau terima dan ada pula yang beliau tidak dapat terima atau hanya member senyum saja. Sama halnya dengan Camat Sangatta Selatan juga memberi senyum saat ada bawahan yang memberi masukan kepada beliau setelah beliau evaluasi lagi bagaimana masukan yang diberi pegawai, apakah baik atau buruk. Jika itu baik beliau akan mulai merubah dan melaksanakan masukan yang diberikan. Jika itu tidak baik dan dapat mempengaruhi jabatan beliau maka beliau tidak akan meresponnya. d. Memberikan motivasi secara penuh pada anggota organisasi Hasil wawancara ini menunjukkan bahwa Camat Sangatta Utara dalam memberikan motivasi kepada bawahannya cukup baik akan tetapi dalam penyampaiannya kepada bawahannya, dalam cara Camat menyampaikannya membuat pegawai merasa bahwa itu adalah gertakan atau tekanan kepada bawahan untuk bekerja lebih giat. Sedangkan di Camat Sangatta Selatan cara yang disampaikan dalam memberikan motivasi kepada bawahannya juga termasuk baik disaat ada apel di kantor Camat selalu memberikan motivasi dengan cara mengimplementasikan terlebih dahulu baru beliau akan menyuruh bawahannya untuk mengikuti juga. 2. Faktor pendukung gaya kepemimpinan camat di Kecamatan Sangatta Utara dan Kecamatan Sangatta Selatan Hasil wawancara ini mengatakan bahwa Camat Sangatta Utara memiliki sedikit kelebihan pada sifat ketegasan atau kedisiplinan kepada bawahannya, sedangkan Camat Sangatta Selatan memiliki kurangnya sifat tegas. Dibandingkan dengan kurangnya sifat ketegasan oleh Camat Sangatta Selatan. Camat Sangatta Selatan memiliki kelebihan dalam sifat ramah dan bersahaja kepada bawahan, sedangkan Camat Sangatta Utara memiliki kekurangan dalam sifat ramahnya dan berkesan kurang peduli kepada bawahannya. 3. Faktor penghambat gaya kepemimpinan camat di Kecamatan Sangatta Utara dan Kecamatan Sangatta Selatan Kabupaten Kutai Timur Hasil wawancara diatas menunjukkan bahwa faktor penghambatnya yaitu kekeurangannya sumber daya manusia yang dibutuhkan untuk perkembangan kantor, karena dengan ada sumber daya manusia yang cukup maka akan terciptanya suatu perkembangan dalam organisasi menjadi lebih maju karena sesuainya pembagian kerja antara tupoksi dan jabatan yang dimiliki. Selain itu yang merupakan penghambatnya adalah tingkat emosional yang dimiliki masing-masing camat. Camat Sangatta Utara yang berjenis kelamin pria 22

Perbandingan Gaya Kepemimpinan di Kec. Sangatta Utara dan Selatan (Hidayah) memiliki sifat tegas dan kurangnya komunikasi kepada bawahan yang membuat anggapan bawahan bahwa Camat Sangatta Utara merupakan orang yang berpribadi keras dan mudah emosi. Sedangkan Camat Sangatta Selatan yang berjenis kelamin wanita memiliki sifat ramah dan mudah untuk berkomunikasi kepada bawahan, membuat bawahan beranggap bahwa Camat Sangatta Selatan merupakan Camat yang baik akan tetapi terkadang Camat Sangatta Selatan juga dapat mengalami perubahan tingkat emosionalnya namun tidak ditampakkan kepada bawahannya. Kesimpulan Hasil penelitian menunjukan bahwa dalam hal bekerja secara aktif dengan bawahan baik perseorangan maupun kelompok Sangatta Utara yang berjenis kelamin pria dalam cara berkomunikasi yang dilakukan kepada bawahannya dirasa kurang aktif dalam memiliki sikap peduli dan sikap berkomunikasi kepada bawahannya, sedangkan Camat Sangatta Selatan yang berjenis kelamin wanita cukup bagus karena mudahnya Camat berkomunikasi serta sifat bersahaja yang dimiliki oleh Camat tersebut bisa menciptakan mudahnya komunikasi antara individu maupun kelompok. Sedangkan dalam hal mengikutsertakan bawahan dalam pengambilan keputusan memiliki kesamaan namun Camat Sangatta Utara yang berjenis kelamin pria memiliki sifat yang kurang berkomunikasi dengan bawahannya sehingga sering terjadi kesalahpahaman yang disengaja maupun tidak disengaja. Selain itu dalam hal menerima masukan Camat Sangatta Utara memiliki sifat kurangnya menerima pendapat dari bawahannya karena kurangnya komunikasi dengan bawahan sehingga seringnya terjadi perbedaan pemikiran. Sedangkan Camat Sangatta Selatan mempunyai sifat yang menoleransi kritikan atau masukan dan saran dari bawahannya sehingga mudahnya mencapai suatu pemikiran yang sama yang ingin dicapai dalam sebuah organisasi. Dan dalam pemberian motivasi Camat Sangatta Utara dirasa kurang berkenan sedangkan Camat Sangatta Selatan dirasa bisa untuk memotivasi bawahannya serta bahasanya yang halus dan mudah dipahami bawahan. Yang menjadi faktor pendukung dari gaya kepemimpinan adalah sudah berkembangnya suatu organisasi tersebut, sedangkan yang menjadi faktor penghambatnya adalah tingkat emosional yang berbeda yang dimiliki oleh masing-masing camat. 1. Untuk Camat Sangatta Utara diperlukannya sifat terbuka kepada bawahannya yaitu mau mendengarkan bawahan yang ingin memberikan masukan karena itu bersifat membangun demi organisasi. Selain itu dalam hal memberikan motivasi kepada bawahannya perlu ditingkatkan lagi agar suatu organisasi menjadi berkembang dengan adanya pemberian motivasi dari pemimpin kepada bawahan. Dan juga dalam hal berkomunikasi kepada bawahan perlu ditingkatkan dalam hal berinteraksi dan bekerjasama dengan baik kepada bawahan, hal ini didasari oleh sifat bersahaja kepada bawahannya. 2. Untuk Camat Sangatta Selatan sebenarnya sudah memiliki sifat yang baik namun seorang pemimpin seharusnya memiliki sifat yang lebih tegas lagi. Dan lebih rajin lagi mengunjungi serta bersosialisasi terhadap bawahan. Selain itu dalam hal memberikan motivasi kepada bawahannya perlu 23

ejournal Pemerintahan Integratif, Volume 5, Nomor 1, 2017: 16-24 ditingkatkan lagi agar suatu organisasi menjadi berkembang dengan adanya pemberian motivasi dari pemimpin kepada bawahan. Daftar Pustaka Hadari Nawawi, Kepemimpinan Mengefektifkan Organisasi, 2006. Milles, B Matthew dan A. Michael Huberman. 1992. Analisi Data Kualitatif, Bandung : Remaja Rosda Karya. Sugiyono. 2009, Metodelogi Penelitian Kuantitatif, kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta. Internet: http://www.landasanteori.coml http://www.informasiana.com http://www.pengertiandefinisi.com http://www.id.wikipedia.org http://www.definisimu.blogspot.co.id http://www.soddis.blogspot.co.id 24