BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

dokumen-dokumen yang mirip
KEPUTUSAN GUBERNUR PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 92 TAHUN 2000 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Winda Inayah W L2B

KAJIAN KESESUAIAN KAWASAN SITU BABAKAN DAN SITU MANGGABOLONG SEBAGAI PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI TUGAS AKHIR

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA,

PUSAT BUDAYA BETAWI DI KAWASAN SRENGSENG SAWAH, JAKARTA SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Besarnya dampak positif yang dihasilkan dari industri pariwisata telah mendorong setiap daerah bahkan negara di dunia, untuk menjadikannya sebagai

perkampungan Setu Babakan dengan jumlah penduduk 2564 jiwa dan jumlah KK 743

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan yang mewakili daerahnya masing-masing. Setiap Kebudayaan

METODE PENELITIAN. Tempat dan Waktu

BAB III METODE PENELITIAN

PUSAT PENGEMBANGAN KESENIAN BETAWI DI SITU BABAKAN SRENGSENG SAWAH JAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

Alfitrah Subuh Pusat Pendidikan Budaya Betawi Page 1

BAB I PENDAHULUAN. Upaya pemerintah Indonesia dalam pengembangan kepariwisataan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keanekaragaman kulinernya yang sangat khas. Setiap suku bangsa di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pulau dengan luas daratan km2 dan luas perairan km2.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Udkhiyah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Kekayaan budaya itu tersimpan dalam kebudayaan daerah dari suku-suku bangsa yang

BAB II TINJAUAN UMUM PROYEK

BAB I PENDAHULUAN. Ruang Publik Yaroana Masigi berada di tengah-tengah permukiman

2013 POLA PEWARISAN NILAI-NILAI SOSIAL D AN BUD AYA D ALAM UPACARA AD AT SEREN TAUN

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan bangsa. Hermantoro (2011 : 11) menyatakan bahwa lmu pariwisata

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah , 2014 Nilai-Nilai Budaya Gotong Royong Etnik Betawi Sebagai Sumber Pembelajaran IPS

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG PERATURAN BUPATI KARAWANG

BAB 1 PENDAHULUAN. terbentuklah Kabupaten Natuna dengan kota Ranai sebagai pusat

BAB I PENDAHULUAN. Maluku Utara merupakan sebuah Provinsi yang tergolong baru. Ini adalah

2015 KEHID UPAN MASAYARAKAT BAD UY LUAR D I D ESA KANEKES KABUPATEN LEBAK BANTEN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kasus Proyek

BAB I PASAR SENI DI WAIKABUBAK SUMBA BARAT NTT ARSITEKTUR TRADISIONAL SEBAGAI ACUAN PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

9. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah;

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pariwisata sebagai sebuah sektor telah mengambil peran penting dalam membangun perekonomian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Pemilihan Project

BAB III RUMAH ADAT BETAWI SETU BABAKAN. 3.1 Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan

BAB I PENDAHULUAN. Ciwidey merupakan salah satu kawasan wisata yang terdapat di kabupaten

RENCANA PENGELOLAAN LANSKAP PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI DI SETU BABAKAN-SRENGSENG SAWAH, KECAMATAN JAGAKARSA-JAKARTA SELATAN OLEH: SITTI WARDININGSIH

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

BAB I PENDAHULUAN. menjangkau kalangan bawah. Masyarakat di sekitar obyek-obyek wisata

BAB I PENDAHULUAN. Jakarta sebagai Ibukota Negara, sehingga eksistensi kebudayaannya juga

BAB I PENDAHULUAN. Suku bangsa Melayu di Sumatera Timur mendiami daerah pesisir timur

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indra Jaya, 2014 Kesenian Janeng Pada Acara Khitanan Di Wonoharjo Kabupaten Pangandaran

BAB I PENDAHULUAN. dan adat istiadatnya inilah yang menjadi kekayaan Bangsa Indonesia, dan suku Karo

PEMERINTAH PROVINSI JAMBI

Penerapan Tema Cablak pada Rancangan Rumah Budaya Betawi

2015 KAJIAN NILAI-NILAI BUDAYA UPACARA ADAT NYANGKU DALAM KEHIDUPAN DI ERA MODERNISASI

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. masyarakat pada tahun menunjukkan hasil yang positif bagi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

INPUT PROSES OUTPUT PERENCANAAN ARSITEKTUR FENOMENA. Originalitas: Kawasan Perkampungan Budaya Betawi, terletak di srengseng

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini sedang dikembangkan oleh pemerintah Indonesia. Selain bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. Partisipasi Masyarakat Dalam, Inta Sulisdiyanti, FKIP, UMP, 2017

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB V KESIMPULAN & REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. dan seni budaya tradisionalnya, adanya desa desa tradisional, potensi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ashriany Widhiastuty, 2013

I. PENDAHULUAN. Asas otonomi daerah merupakan hal yang hidup sesuai dengan kebutuhan dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nuarisa Agossa, 2013

ini. Setiap daerah memilki ciri khas kebudayaan yang berbeda, salah satunya di

BAB I PENDAHULUAN. dan memenuhi kepentingan politis pihak yang berkuasa sari negara yang di

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pariwisata merupakan salah satu sektor pembangunan yang saat ini sedang digalakkan

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Ratu Selly Permata, 2015

BAB I PENDAHULUAN. dan ekosistemnya ini dapat dikembangkan dan dimanfaatkan sebesar-besarnya

RANCANGAN PEMBELAJARAN PROGRAM STUDI DESAIN INTERIOR FAKULTAS TEKNIK PERENCANAAN DAN DESAIN

BAB I PENDAHULUAN. karakteristik semua kebudayaan. Perubahan-perubahan yang terjadi dalam

BAB I PENDAHULUAN. Manusia pada hakikatnya akan hidup sebagai kelompok, hal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. stabilitator lingkungan perkotaan. Kota Depok, Jawa Barat saat ini juga

BAB I PENDAHULUAN. Museum Budaya Dayak Di Kota Palangka Raya Page 1

I. PENDAHULUAN. memiliki julukan lumbung beras Provinsi Bali, memiliki luas 839,33

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Khalid Saifullah Fil Aqsha, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. keberagaman suku, agama, ras, budaya dan bahasa daerah. Indonesia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai macam suku, adat istiadat dan

Rifki Muhammad Audy M. Baiquni Abstrak

BAB VII KESIMPULAN, SARAN DAN KONTRIBUSI TEORI

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian

BAB I PEDAHULUAN. tersebut telah menjadi tradisi tersendiri yang diturunkan secara turun-temurun

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

ARAHAN PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) DI KAWASAN PENDIDIKAN TEMBALANG TUGAS AKHIR. Oleh: SULISTIANTO L2D

BAB I PENDAHULUAN. halnya di daerah Sumatera Utara khususnya di kabupaten Karo, rumah adat

BAB I PENDAHULUAN. baik kepada seluruh pelaku pariwisata dan pendukungnya. Dengan adanya

PROPOSAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN. negara/wilayah baik alam maupun budaya ini, kini semakin berkembang pesat

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. seseorang akan mampu menilai banyak hal mengenai budaya seperti gaya hidup,

DAFTAR ISI BAB I... 0 PENDAHULUAN PENGERTIAN JUDUL LATAR BELAKANG Kawasan Betawi Condet Program Pemerintah

2015 ANALISIS POTENSI EKONOMI KREATIF BERBASIS EKOWISATA DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prima Suci Lestari, 2013

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Dengan semakin meningkatnya penyelenggaraan pariwisata yang

BAB I PENDAHULUAN. budaya yang semakin arif dan bijaksana. Kegiatan pariwisata tersebut

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Judul Pasar Wisata Perbelanjaan Tradisional Bakalan Krapyak di Kudus ( Maksud dari pengertian judul di atas adalah

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I (Times New Roman 16, Bold) PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. pada setiap tahunnya juga berpengaruh terhadap perkembangan pembangunan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kota Jakarta yang merupakan pusat pemerintahan, perdagangan, jasa, pariwisata dan kebudayaan juga merupakan pintu gerbang keluar masuknya nilai-nilai budaya dari berbagai penjuru dunia. Akibat dari pesatnya pembangunan dan pertumbuhan penduduk serta terbatasnya lahan di Jakarta, menyebabkan beban tugas di sektor kebudayaan menjadi sangat kompleks dan dikhawatirkan lambat laun akan memusnahkan adat istiadat tradisional budaya warganya terutama masyarakat Betawi sebagai inti warga Jakarta Suku Betawi adalah penduduk asli di Kota Jakarta, keberadaanya sedikit berbeda dengan suku-suku lain yang ada di Indonesia. Perbedaan yang paling mencolok adalah suku Betawi berada di Ibukota Jakarta dimana beragam suku, latar belakang budaya yang berbeda mendiami Kota Jakarta. Masyarakat Betawi terus berkembang dengan ciri-ciri budaya yang khas dan mudah dibedakan dengan suku-suku lainnya terutama dari bentuk-bentuk kesenian, bahasa pergaulan, pakaian serta ragam hiasnya. Karena arus urbanisasi yang membawa suku dan budaya lain masuk ke Jakarta, menyebabkan suku Betawi telah termajinalkan oleh budaya dan suku lain dari Indonesia maupun luar. Keberadaan budaya Betawi pada saat ini dirasakan mengalami kemunduran atau tidak terlihat lagi, mengingat semakin besar arus urbanisasi serta pembangunan kota tanpa berlandaskan wawasan lingkungan dan budaya yang terjadi di Ibu Kota DKI Jakarta. Apabila masyarakat DKI Jakarta berdiam diri saja, kebudayaan Betawi lambat laun akan menurun eksistensinya. Keberadaan budaya Betawi di tengah-tengah berbagai macam kultur, agama dan adat istiadat, seyogyanya dapat memberikan suatu manfaat atau nilai positif untuk berkembangnya budaya Betawi mengikuti perkembangan zaman yang ada. 1

2 Kota Jakarta memiliki jumlah Penduduk yang terus bertambah setiap tahunnya. Berikut ini Tabel 1.1 adalah jumlah penduduk DKI Jakarta. Tabel 1.1 Jumlah Penduduk DKI Jakarta Tahun Jumlah Penduduk 1961 2.906.533 1971 4.576.018 1980 6.480.645 1990 8.227.746 2000 8.347.083 2010 9.607.787 Sumber : Badan Pusat Statistik Jakarta 2012 Berdasarkan Tabel 1.1 dapat dilihat pertumbuhan penduduk Jakarta dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan. Penduduk DKI Jakarta terdiri dari berbagai macam suku bangsa.terdapat lima besar etnis yang paling banyak berada di DKI Jakarta. Berikut ini adalah Tabel 1.2 yaitu Data penduduk berdasarkan suku bangsa di DKI Jakarta pada tahun 2010. Tabel 1.2 Jumlah Penduduk DKI Jakarta menurut Suku Bangsa Suku Bangsa Jumlah Jawa 3.453.453 Betawi 2.700.722 Sunda 1.395.025 Tionghoa 632.372 Batak 326.645 Sumber : Badan Pusat Statistik Jakarta 2012 Berdasarkan Tabel 1.2 dapat dilihat bahwa suku yang paling banyak menghuni kota Jakarta adalah Suku Jawa sedangkan suku Betawi menempati urutan kedua sebagai suku terbesar yang menghuni Kota Jakarta. Jumlah suku

3 Betawi di Jakarta masih terlihat lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah suku Jawa yang berada di DKI Jakarta. Seiring dengan arus modernisasi dan maraknya pembangunan di Jakarta. Pada saat ini agak kesulitan dalam menemukan identitas dan kebudayaan suku Betawi tersebut. Maraknya pembangunan fisik di Jakarta membuat suku Betawi harus tergusur dari tanah kelahirannya dan pindah ke daerah pinggiran Jakarta. Walaupun demikian, sesungguhnya suku Betawi masih ada dan terus hidup menyesuaikan dengan perkembangan zaman. Karena itu untuk melestarikan budaya Betawi maka perlu dibangun suatu kawasan untuk melestarikan seni dan budaya Betawi. Atas desakan masyarakat Betawi, maka pada tahun 1975, oleh Gubernur DKI Jakarta didirikanlah Cagar Budaya Betawi di daerah Condet. Cagar Budaya Condet adalah suatu tempat dimana bisa ditemukan dan dinikmati kehidupan bernuansa Betawi. Namun seiring dengan perkembangannya Condet telah dianggap gagal dalam memfungsikannya sebagai Cagar Budaya Betawi. Penyebab kegagalan Condet sebagai Cagar Budaya Betawi menurut Ridwan Saidi dalam Febrianty (2002:36) salah satunya adalah pemerintah tidak pernah mengembangkan potensi Condet menjadi sesuatu yang menarik bagi wisatawan. Selain itu penyebab kegagalan Condet sebagai Cagar Budaya adalah pembangunan dan modernisasi yang terjadi di daerah Condet. Hal tersebut diperkuat oleh pendapat Marzali ( 1989:39) yang berpendapat bahwa Pertumbuhan kota Jakarta secara umum dan urbanisasi merupakan faktor yang juga ikut mempengaruhi kegagalan Cagar Budaya Condet. Akibat banyaknya pendatang baru ke wilayah Condet, maka terjadilah perubahan pola pemanfaatan tanah dari pertanian menjadi urban utility dan perubahan struktur sosial Walaupun Condet telah dianggap gagal, tetapi Pemda DKI beserta tokohtokoh Betawi tetap menganggap perlunya suatu tempat untuk pelestarian dan pengembangan Budaya Betawi dan juga suatu tempat dimana bisa ditemukan gambaran umum budaya Betawi secara lengkap Sehubungan dengan hal tersebut Pemerintah Kota Administrasi Jakarta Selatan membuat kebijakan pariwisata budaya yaitu dengan membuat Perkampungan Budaya Betawi. Berdasarkan Keputusan Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 92 Tahun

4 2000 tentang Penataan Lingkungan Perkampungan Budaya Betawi di Kelurahan Srengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa, Kotamadya Jakarta Selatan. Srengseng Sawah dipilih sebagai Perkampungan Budaya Betawi karena kawasan tersebut merupakan wilayah utama komunitas Betawi yang masih bertahan dengan lingkungannya yang masih alami dan juga Srengseng Sawah dinilai telah memiliki nuansa yang asri. Nantinya diharapkan Srengseng Sawah menjadi suatu kawasan yang memiliki karakter Betawi yang asli. Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan sendiri merupakan suatu kawasan di Jakarta Selatan dengan komunitas yang ditumbuh kembangkan budaya yang meliputi seluruh hasil gagasan dan karya baik fisik maupun non fisik yaitu : kesenian, adat istiadat, foklor, sastra, kuliner, pakaian serta arsitektur yang bercirikan kebetawian. Mengenai tujuan, sasaran dan fungsi Perkampungan Budaya Betawi tercantum di dalam Bab III Perda Provinsi DKI Jakarta No.3 Tahun 2005. Adapun tujuan penetapan Perkampungan Budaya Betawi di dalam Pasal 4 adalah untuk membina dan melindungi secara sungguh-sungguh dan terus menerus tata kehidupan serta nilai-nilai budaya Betawi, menciptakan dan menumbuhkembangkan nilai-nilai seni budaya Betawi sesuai dengan akar budayanya, menata dan memanfaatkan potensi lingkungan fisik baik alami maupun buatan yang bernuansa Betawi, mengendalikan pemanfaatan lingkungan fisik dan non fisik sehingga saling bersinergi untuk mempertahankan ciri khas Betawi (Sumlang, 2012). Perkampungan Budaya Betawi yang merupakan salah satu wisata budaya yang berada di Kota Administrasi Jakarta Selatan, telah menarik sejumlah wisatawan untuk mengunjungi Perkampungan Budaya Betawi. Motivasi wisatawan untuk mengunjungi suatu objek wisata salah satunya menurut Yoeti (1982: 7) yaitu ingin mengetahui lebih mendalam tata cara hidup, adat istiadat, kebiasaan-kebiasaan masyarakat setempat serta mempelajari seluk beluk adat istiadat itu sendiri. Sehingga wisatawan yang berkunjung ke Perkampungan Budaya Betawi dapat menyaksikan dari dekat budaya masyarakat betawi. Hal inilah yang membuat wisatawan tertarik untuk mengunjungi Perkampungan

5 Budaya Betawi. Berikut ini Tabel 1.3 adalah kunjungan wisatawan Perkampungan Budaya Betawi dari tahun ke tahun. Tabel 1.3 Data Kunjungan Wisatawan Ke Perkampungan Budaya Betawi Tahun 2001-2011 Sumber : Pengelola Perkampungan Budaya Betawi tahun 2012 Berdasarkan Tabel 1.3 dapat dilihat kunjungan wisatawan cukup mengalami peningkatan. Pengembangan Perkampungan Budaya Betawi dari tahun ke tahun terus ditingkatkan hal tersebut dilakukan untuk menarik sejumlah wisatawan untuk berkunjung. Tahun Wisnus Wisman Jumlah 2001 10.230-10.230 2002 49302 73 49378 2003 46531 12 46543 2004 51.416-51416 2005 89.716 199 89915 2006 89.482 231 98713 2007 99.110 72 99182 2008 115.500 90 115590 2009 102.739 273 103.012 2010 125018 50 125068 2011 146117 98 146215 Pemerintah menjadikan Perkampungan Budaya Betawi sebagai upaya dalam pelestarian budaya Betawi. Perkampungan Budaya Betawi tersebut di bangun pada tanggal 20 Januari 2001. Masyarakat Betawi menyambut dengan antusias mengenai kawasan mereka yang dijadikan Perkampungan Budaya Betawi Segala bentuk partisipasi dilakukan oleh masyarakat Betawi disana. Di dalam Perkampungan Budaya Betawi terdapat pemukiman penduduk yang mayoritas adalah suku betawi, tetapi pada kenyataannya ada pula suku lain yang bermukim di perkampungan budaya betawi. Sehingga masyarakat

6 perkampungan budaya Betawi merupakan masyarakat yang heterogen. Berikut ini Tabel 1.4 adalah jumlah penduduk Perkampungan Budaya Betawi Tabel 1.4 Jumlah Penduduk Perkampungan Budaya Betawi No Penduduk Jumlah Jumlah KK 1 Betawi 3220 842 2 Pendatang 2564 743 Jumlah 5784 1585 Sumber : Hasil Pendataan RW 08 Kel.Srengsengsawah 2012 Berdasarkan Tabel 1.4 dapat dilihat perbandingan jumlah penduduk di perkampungan budaya Betawi antara suku Betawi dan pendatang berdasarkan pendataan oleh RW 08 Kelurahan Srengsengsawah tidak jauh berbeda hampir seimbang. Karena itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian terhadap masyarakat pendatang yang tinggal di Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan. Sebagai masyarakat pendatang yang tinggal di Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan mau tidak mau mereka harus mengikuti aturan yang berlaku yaitu harus ikut menjaga kelestarian budaya Betawi walaupun mereka bukan suku Betawi. Dari sinilah timbul pertanyaan bagaimana partisipasi masyarakat pendatang yang tinggal di Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan dan seperti apa saja masyarakat pendatang dalam menjaga budaya Betawi. Dalam hal pelestarian kebudayaan Betawi, penulis melihat dari konsep 7 unsur kebudayaan yang dikemukakan oleh Koentjaraningrat (1974:12) yaitu sistem religi atau upacara keagamaan, sistem organisasi kemasyarakatan, sistem pengetahuan, bahasa, kesenian, sistem mata pencaharian hidup dan sistem teknologi atau peralatan hidup suku Betawi. Tetapi hanya dipilih beberapa unsur dari 7 unsur kebudayaan tersebut yang dianggap mempunyai ciri khas suku Betawi. Dari latar belakang yang dijelaskan tersebut maka penulis bermaksud melakukan penelitian mengenai Partisipasi Masyarakat Pendatang Dalam

7 Pelestarian Budaya Betawi di Perkampungan Setu Babakan Kelurahan Srengseng Sawah Kecamatan Jagakarsa Kota Jakarta. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah disebutkan diatas maka dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini, diantaranya : 1. Bagaimana partisipasi masyarakat pendatang dalam melestarikan rumah adat Betawi? 2. Bagaimana partisipasi masyarakat pendatang dalam mengikuti sistem organisasi kemasyarakatan Betawi? 3. Bagaimana partisipasi masyarakat pendatang dalam melestarikan kesenian Betawi? 4. Bagaimana partisipasi masyarakat pendatang dalam melestarikan Bahasa Betawi? 5. Bagaimana partisipasi masyarakat pendatang dalam melestarikan makanan dan minuman khas Betawi? 6. Bagaimana sumbangan penelitian ini terhadap pendidikan geografi? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan Rumusan Masalah diatas, maka tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini diantaranya : 1. Mengidentifikasi partisipasi masyarakat pendatang dalam melestarikan rumah adat Betawi 2. Mengidentifikasi partisipasi masyarakat pendatang dalam mengikuti sistem organisasi kemasyarakatan Betawi 3. Mengidentifikasi partisipasi masyarakat pendatang dalam melestarikan kesenian Betawi 4. Mengidentifikasi partisipasi masyarakat pendatang dalam melestarikan bahasa Betawi 5. Mengidentifikasi partisipasi masyarakat pendatang dalam melestarikan makanan dan minuman khas Betawi 6. Menganalisis penelitian ini terhadap pendidikan geografi

8 D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah, sebagai berikut : 1. Sebagai masukan bagi masyarakat perkampungan budaya betawi berkaitan dengan pentingnya partisipasi mereka dalam pelestarian budaya betawi 2. Sebagai bahan rekomendasi kepada instansi yang terkait lainnya yang ada di dalam kawasan Perkampungan Budaya Betawi 3. Sebagai refrensi bagi peneliti berikutnya. E. Struktur Organisasi Skripsi BAB I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan tentang latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian serta struktur organisasi skripsi. BAB II KAJIAN PUSTAKA Bab ini menguraikan berbagai kajian teori yang terkait dengan permasalahan yang diambil, meliputi pengertian mengenai partisipasi masyarakat, jenis dan bentuk partisipasi, tingkat partisipasi, tipologi partisipasi masyarakat, sifat dan ciri-ciri partisipasi masyarakat, faktorfaktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat, pengertian kebudayaan, kajian geografi terhadap kebudayaan, pelestarian kebudayaan, dan kebudayaan Betawi. BAB III PROSEDUR PENELITIAN Menjelaskan mengenai beberapa hal yang berkaitan dengan kegiatan ataupun proses yang ditempuh dalam penelitian. Sehubungan dengan hal tersebut bab ini meliputi beberapa penjelasan mengenai lokasi penelitian, metode penelitian, variabel penelitian, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data dan analisis data.

9 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini membahas tentang pengolahan dan analisis data untuk menghasilkan temuan berkaitan dengan partisipasi masyarakat pendatang dalam pelestarian budaya lokal Jakarta BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini menyajikan penafsiran dan makna peneliti terhadap analisis temuan penelitian dan saran yang diberikan dari hasil penelitian.