BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem bagi hasil merupakan salah satu faktor pembeda antara bank syariah dengan bank konvensional. Seiring berkembangnya aset yang dimiliki perbankan syariah sekarang, bank syariah dituntut untuk memberikan bagi hasil yang lebih baik dibandingkan suku bunga simpanan pada bank konvensional, terutama pada saat ini dengan kondisi suku bunga yang sedang turun. Adapun sistem pembagian bagi hasil itu sendiri dilakukan melalui dua pendekatan, yaitu revenue sharing dan profit loss sharing. Menurut Fatwa DSN No.15. Pada dasarnya, Lembaga Keuangan Syariah boleh menggunakan prinsip Bagi Hasil (Net Revenue Sharing) maupun Bagi Untung (Profit Sharing) dalam pembagian hasil usaha dengan mitra (nasabah)-nya. Namun, dilihat dari segi kemaslahatan (al-ashlah), saat ini pembagian hasil usaha sebaiknya digunakan prinsip Bagi Hasil (Net Revenue Sharing). Jadi dapat dikatakan bahwa bagi hasil merupakan alternatif dari penggunaan sistem bunga pada bank konvensional. Hal tersebut dapat memberikan implikasi yang sangat dalam dan berpengaruh pada aspek operasional dan produk yang dikembangkan Bank Syariah. Ayat Al-Qur an yang berlandaskan pada prinsip ini yaitu, Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba (Al-Baqoroh ayat 275). Dan ayat lain : Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu makan harta sesamamu dengan jalan yang bathil kecuali dengan perdagangan yang dilakukan dengan suka sama suka diantara kamu (An-Nisa ayat 29). Ayat tersebut menjelaskan bahwa untuk menghindari transaksi berbasis bunga, maka transaksi yang dikembangkan yaitu jual beli dan kemitraan. 1
2 Berdasarkan prinsip ini, Bank Syariah akan berfungsi sebagai mitra, baik dengan penabung maupun dengan pengusaha yang meminjam dana. Dengan penabung, bank akan bertindak sebagai mudharib (pengelola dana), sementara penabung bertindak sebagai shahibul maal (pemilik dana). Antara keduanya diadakan akad mudharabah yang menyatakan pembagian keuntungan masing-masing pihak. (Antonio, 2001) Dalam website Bank Indonesia, untuk produk pendanaan misalnya tabungan dan deposito, penentuan nisbah bagi hasil dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: jenis produk simpanan, perkiraan pendapatan investasi dan biaya operasional bank. Hanya produk simpanan dengan skema investasi (mudharabah) yang mendapatkan return bagi hasil. Sementara itu untuk produk simpanan dengan skema titipan (wadiah), return yang diberikan berupa bonus. Untuk perkiraan pendapatan investasi dan biaya operasional bank itu sendiri, tergantung dengan kondisi ekonomi pada periode yang bersangkutan. Kondisi ekonomi yang dimaksud seperti yang dijelaskan oleh penelitian yang dilakukan oleh Azmy (2009) adalah tingkat inflasi dan pertumbuhan ekonomi. Kedua variabel tersebut terbukti berpengaruh terhadap tingkat bagi hasil deposito bank syariah. Pada tahun 2009, nisbah bagi hasil untuk semua jenis simpanan mudharabah mengalami penurunan dari tahun sebelumnya. Begitu pula untuk jenis simpanan wadi ah. Hal ini terjadi akibat penurunan besarnya BI-Rate yang ditetapkan oleh Bank Indonesia pada tahun 2009 dari rata-rata 7,25 % menjadi 6,50%. Hal ini menyebabkan bank konvensional mengambil langkah menurunkan suku bunga simpanan, yang kemudian diikuti oleh bank-bank syariah termasuk Bank Syariah Mandiri yang paling agresif menurunkan besarnya bagi hasil untuk semua jenis simpanan. Berikut grafik besarnya nisbah untuk nasabah yang didapatkan dari tabel distribusi bagi hasil Bank Syariah Mandiri (BSM) pada periode 2008 dan 2009 untuk jenis simpanan mudharabah.
3 Nisbah (Sumber : Laporan keuangan Bank Syariah Mandiri Tahun 2008 dan 2009,diolah) Gambar 1.1 Nisbah Bagi Hasil Simpanan Mudharabah pada Bank Syariah Mandiri periode 2008-2009. Menurut Alfi Wijaya (2009) penurunan BI-Rate tersebut sebenarnya menguntungkan bagi bank syariah, karena membuat bank syariah lebih kompetitif jika dibandingkan dengan suku bunga pada bank konvensional. Dengan penurunan BI-Rate sebesar 6,5%, rata-rata bunga deposito pada bank konvensional sekitar 6%-8% dalam satu tahun. Sementara, jika diequivalent-kan imbal hasil deposito pada bank syariah setara 8%-9% bunga deposito konvensional. Sehingga dengan penurunan nisbah tersebut pada periode 2009 sebenarnya masih membuat bank syariah memberikan return yang besar bagi nasabah jika dibandingkan dengan return pada bank konvensional. Oleh karena itu, penurunan rate nisbah bagi hasil ini tidak membuat Bank Syariah Mandiri kehilangan nasabahnya, hal ini terlihat dari total DPK yang semakin meningkat hingga sekarang, khususnya total DPK Deposito Syariah Mandiri jangka waktu 1 bulan. 70,0% 60,0% 50,0% 40,0% 30,0% 20,0% 10,0% 0,0% Tab Dep 1 Dep 1 Dep 3 Dep 3 Dep 6 Dep 6 Dep 12 Dep 12 2009 34,0% 51,0% 16,0% 52,0% 16,0% 53,0% 16,0% 54,0% 22,0% 2008 40,0% 56,0% 60,0% 57,0% 21,0% 55,0% 64,0% 55,0% 25,0% Selain diakibatkan oleh penurunan BI-Rate, faktor-faktor yang mempengaruhi penetapan nisbah bagi hasil deposito pada bank syariah dapat dijelaskan oleh beberapa penelitian sebelumnya. Menurut Puspitasari (2009), penurunan nisbah diakibatkan oleh penurunan tingkat imbal hasil yang diterima bank dari hasil penempatan pada Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) dan
4 Pasar Uang Antar Bank Syariah (PUAS). Sebagaimana yang terdapat dalam PBI No. 10/11/PBI/2008 tentang sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS). SBIS adalah surat berharga berdasarkan Prinsip Syariah berjangka waktu pendek dalam mata uang rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia. Sedangkan Pasar Uang Antar Bank Syariah (PUAS), yaitu kegiatan investasi jangka pendek dalam rupiah antar peserta pasar berdasarkan prinsip Mudharabah. Faktor yang mempengaruhi permintaan pasar uang salah satunya adalah perubahan kurs. Penyaluran pada SBIS maupun PUAS ini bisa dilakukan oleh bank syariah apabila telah memenuhi Giro Wajib Minimum yang merupakan simpanan wajib pada Bank Indonesia sebesar 8% dari DPK. Pengembangan PUAS menjadi sangat penting dalam membantu efektivitas transmisi kebijakan moneter dan meningkatkan daya tahan sistem keuangan. Namun, sampai saat ini banyak bank syariah yang kurang aktif dalam melakukan instumen moneter tersebut. Rata-rata volume PUAS sebesar Rp154,14 miliar per hari pada 2010 lebih banyak dilakukan antara bank umum syariah (BUS) atau unit usaha syariah (UUS) dengan bank-bank konvensional. Dari 11 BUS dan 23 UUS, BI mencatat hanya 60% yang pernah bertransaksi di PUAS. Dari jumlah tersebut hanya 6-7 bank per hari yang berpartisipasi aktif di PUAS. Porsi penanamannya sendiri untuk volume PUAS dalam tiga tahun terakhir bank konvensional terus meningkat, dari 37% di tahun 2008, 49% 2009 dan 65% pada 2010. Penetapan tingkat imbalan pada PUAS tersebut tidak pasti, karena menggunakan akad mudharabah. Pembayaran imbalan baru dapat dilakukan diakhir bulan, yaitu ketika bank telah mengetahui besarnya pendapatan rill dari pooling pembiayaan yang diberikannya, sehingga instrumen ini belum dapat sepenuhnya memenuhi preferensi perbankan Syariah. Dimungkinkan hal inilah yang menyebabkan hanya 60% bank syariah yang aktif pada instrumen moneter tersebut. Berikut grafik perkembangan tingkat imbal hasil SBIS dan PUAS selama periode 2008-2009.
5 12,00 10,00 8,00 6,00 4,00 2,00 PUAS SBIS (Sumber: SEKI-BI, diolah) Gambar 1.2 Perkembangan Tingkat Imbal Hasil SBIS dan PUAS Seperti yang terlihat pada gambar diatas, perkembangan tingkat imbal hasil pada kedua instrumen tersebut mengalami penurunan pada periode 2009. Hal ini dapat menjadi pertimbangan bagi bank syariah, apakah imbal hasil dari penempatan pada instrumen tersebut akan disalurkan kembali kepada nasabah atau disalurkan melalui pembiayaan. Jika imbal hasil tersebut disalurkan kepada nasabah, maka akan mempengaruhi kebijakan bank dalam menentukan tingkat imbal hasil kepada nasabah yang melakukan investasi, karena kencenderungan tingginya tingkat imbal hasil yang bank terima akan diikuti oleh naiknya tingkat bonus dan nisbah yang diberikan kepada nasabah. (Puspitasari, 2006) Berdasarkan penjelasan diatas muncul pertanyaan dari variabel SBIS, PUAS, GWM, BI-Rate, inflasi dan kurs diatas manakah variabel yang paling dominan dalam penetapan nisbah pada PT. Bank Syariah Mandiri, serta bagaimana pengaruhnya terhadap nisbah Deposito Syariah Mandiri jangka waktu 1 bulan. Pertanyaan-pertanyaan tersebut adalah pertanyaan yang ingin diungkap dalam penelitian ini. Seperti yang telah diasumsikan sebelumnya, bahwa perubahan yang ada pada variabel tersebut akan mempengaruhi penentuan nisbah bagi hasil deposito pada bank syariah, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut dan penulis mencoba meneliti dengan memberikan judul Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penetapan Nisbah Bagi Hasil Deposito Syariah Mandiri (Studi kasus pada Bank Syariah Mandiri Periode 2006-2011)
6 1.2 Rumusan Masalah dan Batasan Masalah 1.2.1 Rumusan Masalah Rumusan masalah bertujuan untuk memfokuskan penelitian pada inti masalah yang diungkap dan memperjelas permasalahan yang akan diteliti dan dibahas, serta untuk lebih mengarahkan penelitian yang akan dilakukan. Sesuai tujuan tersebut, maka permasalahan yang akan diteliti adalah : 1. Bagaimana kondisi SBIS, PUAS, GWM, Tingkat Inflasi, BI-Rate dan Kurs USD selama periode 2006-2011. 2. Dari variabel SBIS, PUAS, GWM, Tingkat Inflasi, BI-Rate dan Kurs USD, mana saja yang menjadi faktor dominan terhadap penentuan nisbah bagi hasil Deposito Syariah Mandiri jangka waktu 1 bulan selama periode 2006-2011. 3. Bagaimana pengaruh SBIS, PUAS, GWM, Tingkat Inflasi, BI-Rate dan Kurs USD terhadap penentuan nisbah bagi hasil Deposito Syariah Mandiri jangka waktu 1 bulan selama periode 2006-2011. 1.2.2 Batasan Masalah Penelitian mengenai Faktor-faktor yang mempengaruhi penetapan nisbah bagi hasil Deposito Syariah Mandiri ini difokuskan pada batasan-batasan : a. Bagi hasil yang menjadi objek penelitian adalah nisbah bagi hasil dari sisi pendanaan yaitu nisbah bagi hasil Deposito Syariah Mandiri jangka waktu 1 bulan untuk nasabah. b. Yang menjadi variabel dalam penelitian ini yaitu tingkat imbal hasil SBIS, tingkat imbal hasil PUAS, prosentase GWM, tingkat inflasi, BI- Rate dan nilai Kurs tengah USD terhadap Rupiah (Rp). 1.3 Tujuan dan Manfaat 1.3.1 Tujuan Dalam penulisan tugas akhir ini terdapat beberapa tujuan yang hendak dicapai, yaitu : 1. Mengetahui kondisi SBIS, PUAS, GWM, Tingkat Inflasi, BI-Rate dan Kurs USD selama tahun 2006-2011.
7 2. Mengetahui dari variabel SBIS, PUAS, GWM, Tingkat Inflasi, BI-Rate dan Kurs USD mana saja yang menjadi faktor dominan terhadap penentuan nisbah bagi hasil Deposito Syariah Mandiri jangka waktu 1 bulan periode 2006-2011. 3. Mengetahui seberapa besar pengaruh SBIS, PUAS, GWM, Tingkat Inflasi, BI-Rate dan Kurs USD terhadap penentuan nisbah bagi hasil Deposito Syariah Mandiri jangka waktu 1 bulan selama periode 2006-2011. 1.3.2 Manfaat Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagi Peneliti Dapat memperoleh informasi dan mengetahui dari variabel SBIS, PUAS, GWM, Tingkat Inflasi, BI-Rate dan Kurs USD mana saja yang menjadi faktor dominan dalam penentuan nisbah bagi hasil Deposito Syariah Mandiri dan bagaimana pengaruh keenam variabel tersebut terhadap penentuan nisbah bagi hasil Deposito Syariah Mandiri jangka waktu 1 bulan. 2. Bagi Mahasiswa Dapat dijadikan sebagai bahan acuan untuk melakukan penelitianpenelitian berikutnya, khususnya dalam masalah penentuan nisbah bagi hasil Deposito Syariah Mandiri jangka waktu 1 bulan. 3. Bagi Praktisi Dapat memperoleh informasi dan pengetahuan mengenai pengaruh variabel SBIS, PUAS, GWM, Tingkat Inflasi, BI-Rate dan Kurs USD terhadap penentuan nisbah bagi hasil Deposito Syariah Mandiri jangka waktu 1 bulan. 4. Bagi Perbankan Syariah Merupakan suatu informasi dan saran yang sangat penting dalam menentukan nisbah bagi hasil Deposito Syariah Mandiri jangka waktu 1 bulan terkait pengaruh dari perubahan variabel SBIS, PUAS, GWM, Tingkat Inflasi, BI-Rate dan Kurs USD.