BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
Created by Simpo PDF Creator Pro (unregistered version)

BAB I PENDAHULUAN. bank terdiri atas bank konvensional dan bank syariah. Perbedaan yang paling

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan bank sebagai mitra dalam mengembangkan usahanya.

BAB I PENDAHULUAN. lembaga intermediasi keuangan (financial intermediary institution), yakni

BAB I PENDAHULUAN. 7 tahun 1992 tentang Perbankan, yang secara eksplisit menetapkan bahwa

No. 14/ 2 /DPM Jakarta, 4 Januari 2012 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK UMUM DAN PERUSAHAAN PIALANG PASAR UANG RUPIAH DAN VALUTA ASING

BAB I PENDAHULUAN. imbalan dan penetapan beban yang dikenal dengan bunga. Selain itu,

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan pesat. Di Indonesia sendiri perbankan syariah menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Konsep dan Perhitungan Bagi Hasil Bank Syariah Tri Irawati 4)

pengiriman uang. Piter dan Suseno (2003) menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. penentuan return yang akan diperoleh para depositornya. Bank syariah tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian yang berbasis nilai-nilai dan prinsip syariah untuk dapat diterapkan

BAB I PENDAHULUAN. Bank Syariah merupakan Bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISIS PERBANDINGAN BAGI HASIL DEPOSITO MUDHARABAH PADA BANK SYARIAH MANDIRI DENGAN BUNGA DEPOSITO PADA BANK KONVENSIONAL

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dalam menghimpun maupun menyalurkan dana, hal ini terjadi karena adanya

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang berlandaskan Al-quran dan As-sunnah. Tak lain tujuan. dan mengalirkan dana sesuai dengan undang-undang perbankan

BAB I PENDAHULUAN. (riba), serta larangan untuk berinvestasi pada usaha usaha berkategori terlarang

BAB 1 PENDAHULUAN. dan ketiga adalah ijarah dan jasa. Bagi hasil terdiri dari mudharabah dan

BAB IV ANALISIS MEKANISME AKAD MUDHARABAH PADA PRODUK SIMPANAN BERJANGKA DAN MUDHARABAH BERJANGKA DI UJKS BMT MITRA UMAT DAN UJKS BMT MINNA LANA

BAB I PENDAHULUAN. beranggapan bahwa bank syariah belum memiliki perbedaan yang esensial dan

BAB I PENDAHULUAN. perbankan di Indonesia secara umum. Sistem perbankan syariah juga diatur dalam Undang-

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini hampir semua kegiatan perekonomian. dilakukan oleh lembaga keuangan, misalnya bank, lembaga keuangan non bank,

BAB I PENDAHULUAN. untuk meminjam uang atau kredit bagi masyarakat yang membutuhkannya.

BAB I PENDAHULUAN. konvensional yang tumbuh berkisar 8%. (Otoritas Jasa Keuangan, 2015).

PRODUK PERHIMPUNAN DANA

sejak zaman Rasulullah, seperti pembiayaan, penitipan harta, pinjam-meminjam uang, bahkan pengiriman uang. Akan tetapi, pada saat itu, fungsi-fungsi

BAB I PENDAHULUAN. Di samping itu, bank juga dikenal sebagai tempat untuk menukarkan uang,

BAB I PENDAHULUAN. gerakan renaissance Islam Modern: neorevivalis dan modernis. Tujuan utama dari

BAB I PENDAHULUAN. bagi hasil. Balas jasa atas modal diperhitungkan berdasarkan keuntungan atau

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan Syari ah atau Bank Islam yang secara umum pengertian Bank Islam

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut UU Perbankan no.10 tahun 1998 Pasal 1: Menurut Ketut Rindjin pada penelitian Elionasari (2008) bank memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Bank dalam menjalankan usahanya menghimpun dana dari masyarakat dan

IV. GAMBARAN UMUM. bonus Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS). perbankan syariah. Sedangkan suku bunga kredit, presentase profit dan loss

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan industri perbankan syariah yang saat ini sedang

BAB I. PENDAHULUAN. perbankan konvensional dan sistem perbankan syariah yang berjalan secara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. sistem perbankan yang lebih adil. Dengan berlandaskan pada Undang-undang

I. PENDAHULUAN. pendapat dikalangan Islam sendiri mengenai apakah bunga yang dipungut oleh

AKUNTANSI BANK SYARIAH. Imam Subaweh

BAB I PENDAHULUAN. tersisa sepertiga dari modal awal. IDB kemudian memberikan suntikan dana

AKUNTANSI BANK SYARIAH

BAB I PENDAHULUAN. (Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008). Ditinjau dari segi imbalan atau

BAB I PENDAHULUAN. dalam negeri diikuti oleh kenaikan harga barang-barang dan jasa yang lain di

BAB I PENDAHULUAN. mengandalkan sistem bagi hasil atau profit sharing (Kasmir, 2006:23).

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

PERHITUNGAN BAGI HASIL DAN PENANGANAN PENCAIRAN DEPOSITO MUDHARABAH PADA BPR SYARIAH AMANAH UMMAH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Keberadaan bank syariah di Indonesia membawa angin segar bagi para

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perbankan syariah merupakan alternatif lembaga keuangan

BAB I PENDAHULUAN. prinsip keadilan dan keterbukaan, yaitu Perbankan Syariah. operasional bisnisnya dengan sistem bagi hasil.

BAB IV ANALISIS PENERAPAN AKAD MUDHARABAH SERTA DAMPAKNYA TERHADAP PRODUK PENGHIMPUNAN DANA DI BANK SYARI AH MANDIRI KUDUS

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan sebuah lembaga keuangan yang sangat penting dalam

ANALISIS KOMPARATIF PERHITUNGAN BONUS ANTARA PRODUK TABUNGAN (SUKU BUNGA) DAN TABUNGAN MUDHARABAH SERTA TABUNGAN WADIAH

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Karakteristik Produk Simpanan Berjangka (Simka) / Deposito Mudharabah di KSPPS Arthamadina Banyuputih

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Republik Indonesia No. 21 tahun 2008 tentang

GUBERNUR BANK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN. Kebijakan perbankan di Indonesia sejak tahun 1992 berdasarkan ketentuan

BAB II LANDASAN TEORI. Tinjauan Umum Tentang Bagi Hasil Dan Bonus Simpanan

BAB I PENDAHULUAN. dengan masyarakat yang berkekurangan dana disebut bank. Tahun 1999

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun Pada tahun 2012 hingga 2013 UMKM menyumbang kan. tahun 2013 sektor ini mampu 97,16% dari total tenaga kerja.

Question & Answer a T bu b nga g nku

BAB I PENDAHULUAN. debitur. Namun dalam sistem bagi hasil pembayaran tetap selain pokok pinjaman

BAB 1 PENDAHULUAN. Selain memiliki peran penting dalam proses perekonomian, bank juga

BAB 1 PENDAHULUAN. mikro maupun makro. Terbukti dari semakin banyak munculnya usaha baru yang

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 2/ 8 /PBI/2000 TENTANG PASAR UANG ANTARBANK BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. suatu badan usaha atau institusi yang kekayaannya terutama dalam bentuk

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 15/16/PBI/2013 TENTANG GIRO WAJIB MINIMUM DALAM RUPIAH DAN VALUTA ASING BAGI BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH

BAB I PENDAHULUAN. Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah, baik itu mencakup kelembagaan,

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dari waktu ke waktu. Diawali dengan berdirinya bank syariah di

BAB 1 PENDAHULUAN. MUI, yaitu dengan dibentuknya PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk (BMI)

FATWA DSN MUI. Fatwa DSN 01/DSN-MUI/IV/2000: Giro. 1. Giro yang tidak dibenarkan secara syari'ah, yaitu giro yang berdasarkan perhitungan bunga.

STUDI KASUS Distribusi-Bagi Hasil_sbu_2010.xls

BAB I PENDAHULUAN. pihak yang membutuhkan dana (defisit unit). Bank syariah secara resmi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terhadap deposito mudharabah. Penelitian-penelitian tersebut adalah sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perbankan syariah merupakan suatu sistem perbankan yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. dibidang keuangan dimana kegiatannya baik hanya menghimpun dana, atau menyalurkan dana atau kedua-duanya menghimpun dan menyalurkan

BAB I PENDAHULUAN. Islam dengan landasan moral dan prinsip-prinsip syariah Islam. Terutama yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. antara pihak investor atau penabung, istilahnya shahibul maal dengan pihak pengelola

BAB I PENDAHULUAN. Bank adalah lembaga perantara keuangan atau biasa disebut financial

GIRO DAN DEPOSITO A. PENGERTIAN GIRO

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. tradisional (traditional interest rate effect), jalur efek harga asset lain (other asset

BAB I PENDAHULUAN. di dalam perekonomian suatu Negara sebagai perantara lembaga keuangan. Bank dalam pasal 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1. Gambaran Umum Perkembangan Perbankan Syariah

BAB I PENDAHULUAN. bila dibandingkan dengan negara-negara Muslim lainnya, perbankan syariah di

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebagai negara dengan kuantitas penduduk mus\im terbesar di dunia, institusi

BAB I PENDAHULUAN. bentuk simpanan giro, tabungan, dan deposito. Biasanya sambil diberikan balas

BAB I PENDAHULUAN. Islam tapi bahkan juga di negara-negara barat. Hal ini terbukti. Inggris (Ismal, 2012). Menurut Antonio (2001), bank syariah muncul

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. pada Al Qur an dan Hadist Nabi SAW. Dengan kata lain, Bank syari ah adalah

BAB I PENDAHULUAN. akan sistem operasionalnya, telah menunjukkan angka kemajuan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. bidang keuangan, salah satunya adalah bank. Dalam al-qur an, istilah

This document was created by Unregistered Version of Word to PDF Converter BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Melemahnya nilai tukar rupiah yang terus berubah-ubah menjadi masalah

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini kehidupan perekonomian di dunia tidak dapat dipisahkan dengan

I. Flow-chart. Dimas Hidim, mahasiswa EPI C, Penjelasan alur/flow chat akad musyarakah :

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem bagi hasil merupakan salah satu faktor pembeda antara bank syariah dengan bank konvensional. Seiring berkembangnya aset yang dimiliki perbankan syariah sekarang, bank syariah dituntut untuk memberikan bagi hasil yang lebih baik dibandingkan suku bunga simpanan pada bank konvensional, terutama pada saat ini dengan kondisi suku bunga yang sedang turun. Adapun sistem pembagian bagi hasil itu sendiri dilakukan melalui dua pendekatan, yaitu revenue sharing dan profit loss sharing. Menurut Fatwa DSN No.15. Pada dasarnya, Lembaga Keuangan Syariah boleh menggunakan prinsip Bagi Hasil (Net Revenue Sharing) maupun Bagi Untung (Profit Sharing) dalam pembagian hasil usaha dengan mitra (nasabah)-nya. Namun, dilihat dari segi kemaslahatan (al-ashlah), saat ini pembagian hasil usaha sebaiknya digunakan prinsip Bagi Hasil (Net Revenue Sharing). Jadi dapat dikatakan bahwa bagi hasil merupakan alternatif dari penggunaan sistem bunga pada bank konvensional. Hal tersebut dapat memberikan implikasi yang sangat dalam dan berpengaruh pada aspek operasional dan produk yang dikembangkan Bank Syariah. Ayat Al-Qur an yang berlandaskan pada prinsip ini yaitu, Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba (Al-Baqoroh ayat 275). Dan ayat lain : Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu makan harta sesamamu dengan jalan yang bathil kecuali dengan perdagangan yang dilakukan dengan suka sama suka diantara kamu (An-Nisa ayat 29). Ayat tersebut menjelaskan bahwa untuk menghindari transaksi berbasis bunga, maka transaksi yang dikembangkan yaitu jual beli dan kemitraan. 1

2 Berdasarkan prinsip ini, Bank Syariah akan berfungsi sebagai mitra, baik dengan penabung maupun dengan pengusaha yang meminjam dana. Dengan penabung, bank akan bertindak sebagai mudharib (pengelola dana), sementara penabung bertindak sebagai shahibul maal (pemilik dana). Antara keduanya diadakan akad mudharabah yang menyatakan pembagian keuntungan masing-masing pihak. (Antonio, 2001) Dalam website Bank Indonesia, untuk produk pendanaan misalnya tabungan dan deposito, penentuan nisbah bagi hasil dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: jenis produk simpanan, perkiraan pendapatan investasi dan biaya operasional bank. Hanya produk simpanan dengan skema investasi (mudharabah) yang mendapatkan return bagi hasil. Sementara itu untuk produk simpanan dengan skema titipan (wadiah), return yang diberikan berupa bonus. Untuk perkiraan pendapatan investasi dan biaya operasional bank itu sendiri, tergantung dengan kondisi ekonomi pada periode yang bersangkutan. Kondisi ekonomi yang dimaksud seperti yang dijelaskan oleh penelitian yang dilakukan oleh Azmy (2009) adalah tingkat inflasi dan pertumbuhan ekonomi. Kedua variabel tersebut terbukti berpengaruh terhadap tingkat bagi hasil deposito bank syariah. Pada tahun 2009, nisbah bagi hasil untuk semua jenis simpanan mudharabah mengalami penurunan dari tahun sebelumnya. Begitu pula untuk jenis simpanan wadi ah. Hal ini terjadi akibat penurunan besarnya BI-Rate yang ditetapkan oleh Bank Indonesia pada tahun 2009 dari rata-rata 7,25 % menjadi 6,50%. Hal ini menyebabkan bank konvensional mengambil langkah menurunkan suku bunga simpanan, yang kemudian diikuti oleh bank-bank syariah termasuk Bank Syariah Mandiri yang paling agresif menurunkan besarnya bagi hasil untuk semua jenis simpanan. Berikut grafik besarnya nisbah untuk nasabah yang didapatkan dari tabel distribusi bagi hasil Bank Syariah Mandiri (BSM) pada periode 2008 dan 2009 untuk jenis simpanan mudharabah.

3 Nisbah (Sumber : Laporan keuangan Bank Syariah Mandiri Tahun 2008 dan 2009,diolah) Gambar 1.1 Nisbah Bagi Hasil Simpanan Mudharabah pada Bank Syariah Mandiri periode 2008-2009. Menurut Alfi Wijaya (2009) penurunan BI-Rate tersebut sebenarnya menguntungkan bagi bank syariah, karena membuat bank syariah lebih kompetitif jika dibandingkan dengan suku bunga pada bank konvensional. Dengan penurunan BI-Rate sebesar 6,5%, rata-rata bunga deposito pada bank konvensional sekitar 6%-8% dalam satu tahun. Sementara, jika diequivalent-kan imbal hasil deposito pada bank syariah setara 8%-9% bunga deposito konvensional. Sehingga dengan penurunan nisbah tersebut pada periode 2009 sebenarnya masih membuat bank syariah memberikan return yang besar bagi nasabah jika dibandingkan dengan return pada bank konvensional. Oleh karena itu, penurunan rate nisbah bagi hasil ini tidak membuat Bank Syariah Mandiri kehilangan nasabahnya, hal ini terlihat dari total DPK yang semakin meningkat hingga sekarang, khususnya total DPK Deposito Syariah Mandiri jangka waktu 1 bulan. 70,0% 60,0% 50,0% 40,0% 30,0% 20,0% 10,0% 0,0% Tab Dep 1 Dep 1 Dep 3 Dep 3 Dep 6 Dep 6 Dep 12 Dep 12 2009 34,0% 51,0% 16,0% 52,0% 16,0% 53,0% 16,0% 54,0% 22,0% 2008 40,0% 56,0% 60,0% 57,0% 21,0% 55,0% 64,0% 55,0% 25,0% Selain diakibatkan oleh penurunan BI-Rate, faktor-faktor yang mempengaruhi penetapan nisbah bagi hasil deposito pada bank syariah dapat dijelaskan oleh beberapa penelitian sebelumnya. Menurut Puspitasari (2009), penurunan nisbah diakibatkan oleh penurunan tingkat imbal hasil yang diterima bank dari hasil penempatan pada Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) dan

4 Pasar Uang Antar Bank Syariah (PUAS). Sebagaimana yang terdapat dalam PBI No. 10/11/PBI/2008 tentang sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS). SBIS adalah surat berharga berdasarkan Prinsip Syariah berjangka waktu pendek dalam mata uang rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia. Sedangkan Pasar Uang Antar Bank Syariah (PUAS), yaitu kegiatan investasi jangka pendek dalam rupiah antar peserta pasar berdasarkan prinsip Mudharabah. Faktor yang mempengaruhi permintaan pasar uang salah satunya adalah perubahan kurs. Penyaluran pada SBIS maupun PUAS ini bisa dilakukan oleh bank syariah apabila telah memenuhi Giro Wajib Minimum yang merupakan simpanan wajib pada Bank Indonesia sebesar 8% dari DPK. Pengembangan PUAS menjadi sangat penting dalam membantu efektivitas transmisi kebijakan moneter dan meningkatkan daya tahan sistem keuangan. Namun, sampai saat ini banyak bank syariah yang kurang aktif dalam melakukan instumen moneter tersebut. Rata-rata volume PUAS sebesar Rp154,14 miliar per hari pada 2010 lebih banyak dilakukan antara bank umum syariah (BUS) atau unit usaha syariah (UUS) dengan bank-bank konvensional. Dari 11 BUS dan 23 UUS, BI mencatat hanya 60% yang pernah bertransaksi di PUAS. Dari jumlah tersebut hanya 6-7 bank per hari yang berpartisipasi aktif di PUAS. Porsi penanamannya sendiri untuk volume PUAS dalam tiga tahun terakhir bank konvensional terus meningkat, dari 37% di tahun 2008, 49% 2009 dan 65% pada 2010. Penetapan tingkat imbalan pada PUAS tersebut tidak pasti, karena menggunakan akad mudharabah. Pembayaran imbalan baru dapat dilakukan diakhir bulan, yaitu ketika bank telah mengetahui besarnya pendapatan rill dari pooling pembiayaan yang diberikannya, sehingga instrumen ini belum dapat sepenuhnya memenuhi preferensi perbankan Syariah. Dimungkinkan hal inilah yang menyebabkan hanya 60% bank syariah yang aktif pada instrumen moneter tersebut. Berikut grafik perkembangan tingkat imbal hasil SBIS dan PUAS selama periode 2008-2009.

5 12,00 10,00 8,00 6,00 4,00 2,00 PUAS SBIS (Sumber: SEKI-BI, diolah) Gambar 1.2 Perkembangan Tingkat Imbal Hasil SBIS dan PUAS Seperti yang terlihat pada gambar diatas, perkembangan tingkat imbal hasil pada kedua instrumen tersebut mengalami penurunan pada periode 2009. Hal ini dapat menjadi pertimbangan bagi bank syariah, apakah imbal hasil dari penempatan pada instrumen tersebut akan disalurkan kembali kepada nasabah atau disalurkan melalui pembiayaan. Jika imbal hasil tersebut disalurkan kepada nasabah, maka akan mempengaruhi kebijakan bank dalam menentukan tingkat imbal hasil kepada nasabah yang melakukan investasi, karena kencenderungan tingginya tingkat imbal hasil yang bank terima akan diikuti oleh naiknya tingkat bonus dan nisbah yang diberikan kepada nasabah. (Puspitasari, 2006) Berdasarkan penjelasan diatas muncul pertanyaan dari variabel SBIS, PUAS, GWM, BI-Rate, inflasi dan kurs diatas manakah variabel yang paling dominan dalam penetapan nisbah pada PT. Bank Syariah Mandiri, serta bagaimana pengaruhnya terhadap nisbah Deposito Syariah Mandiri jangka waktu 1 bulan. Pertanyaan-pertanyaan tersebut adalah pertanyaan yang ingin diungkap dalam penelitian ini. Seperti yang telah diasumsikan sebelumnya, bahwa perubahan yang ada pada variabel tersebut akan mempengaruhi penentuan nisbah bagi hasil deposito pada bank syariah, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut dan penulis mencoba meneliti dengan memberikan judul Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penetapan Nisbah Bagi Hasil Deposito Syariah Mandiri (Studi kasus pada Bank Syariah Mandiri Periode 2006-2011)

6 1.2 Rumusan Masalah dan Batasan Masalah 1.2.1 Rumusan Masalah Rumusan masalah bertujuan untuk memfokuskan penelitian pada inti masalah yang diungkap dan memperjelas permasalahan yang akan diteliti dan dibahas, serta untuk lebih mengarahkan penelitian yang akan dilakukan. Sesuai tujuan tersebut, maka permasalahan yang akan diteliti adalah : 1. Bagaimana kondisi SBIS, PUAS, GWM, Tingkat Inflasi, BI-Rate dan Kurs USD selama periode 2006-2011. 2. Dari variabel SBIS, PUAS, GWM, Tingkat Inflasi, BI-Rate dan Kurs USD, mana saja yang menjadi faktor dominan terhadap penentuan nisbah bagi hasil Deposito Syariah Mandiri jangka waktu 1 bulan selama periode 2006-2011. 3. Bagaimana pengaruh SBIS, PUAS, GWM, Tingkat Inflasi, BI-Rate dan Kurs USD terhadap penentuan nisbah bagi hasil Deposito Syariah Mandiri jangka waktu 1 bulan selama periode 2006-2011. 1.2.2 Batasan Masalah Penelitian mengenai Faktor-faktor yang mempengaruhi penetapan nisbah bagi hasil Deposito Syariah Mandiri ini difokuskan pada batasan-batasan : a. Bagi hasil yang menjadi objek penelitian adalah nisbah bagi hasil dari sisi pendanaan yaitu nisbah bagi hasil Deposito Syariah Mandiri jangka waktu 1 bulan untuk nasabah. b. Yang menjadi variabel dalam penelitian ini yaitu tingkat imbal hasil SBIS, tingkat imbal hasil PUAS, prosentase GWM, tingkat inflasi, BI- Rate dan nilai Kurs tengah USD terhadap Rupiah (Rp). 1.3 Tujuan dan Manfaat 1.3.1 Tujuan Dalam penulisan tugas akhir ini terdapat beberapa tujuan yang hendak dicapai, yaitu : 1. Mengetahui kondisi SBIS, PUAS, GWM, Tingkat Inflasi, BI-Rate dan Kurs USD selama tahun 2006-2011.

7 2. Mengetahui dari variabel SBIS, PUAS, GWM, Tingkat Inflasi, BI-Rate dan Kurs USD mana saja yang menjadi faktor dominan terhadap penentuan nisbah bagi hasil Deposito Syariah Mandiri jangka waktu 1 bulan periode 2006-2011. 3. Mengetahui seberapa besar pengaruh SBIS, PUAS, GWM, Tingkat Inflasi, BI-Rate dan Kurs USD terhadap penentuan nisbah bagi hasil Deposito Syariah Mandiri jangka waktu 1 bulan selama periode 2006-2011. 1.3.2 Manfaat Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagi Peneliti Dapat memperoleh informasi dan mengetahui dari variabel SBIS, PUAS, GWM, Tingkat Inflasi, BI-Rate dan Kurs USD mana saja yang menjadi faktor dominan dalam penentuan nisbah bagi hasil Deposito Syariah Mandiri dan bagaimana pengaruh keenam variabel tersebut terhadap penentuan nisbah bagi hasil Deposito Syariah Mandiri jangka waktu 1 bulan. 2. Bagi Mahasiswa Dapat dijadikan sebagai bahan acuan untuk melakukan penelitianpenelitian berikutnya, khususnya dalam masalah penentuan nisbah bagi hasil Deposito Syariah Mandiri jangka waktu 1 bulan. 3. Bagi Praktisi Dapat memperoleh informasi dan pengetahuan mengenai pengaruh variabel SBIS, PUAS, GWM, Tingkat Inflasi, BI-Rate dan Kurs USD terhadap penentuan nisbah bagi hasil Deposito Syariah Mandiri jangka waktu 1 bulan. 4. Bagi Perbankan Syariah Merupakan suatu informasi dan saran yang sangat penting dalam menentukan nisbah bagi hasil Deposito Syariah Mandiri jangka waktu 1 bulan terkait pengaruh dari perubahan variabel SBIS, PUAS, GWM, Tingkat Inflasi, BI-Rate dan Kurs USD.