MENDIDIK SISWA SESUAI DENGAN BAKAT, MINAT DAN KECERDASAN Oleh Drs. Rusli, M.Si

dokumen-dokumen yang mirip
PSIKOLOGI BELAJAR DAPAT MEMBANTU PARA GURU MEMBANGUN MOTIVASI DAN MINAT BELAJAR SISWA Oleh Drs. Rusli, M.Si. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. guru. Diantaranya permasalahan yang dialami di Taman Kanak-Kanak. TK

BAB I PENDAHULUAN. pelajaran sains yang kurang diminati dan membosankan. Banyak siswa yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dan perubahan yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap manusia memiliki kecerdasan dan tingkat intelejensi yang berbedabeda.

PP No 19 Tahun 2005 (PASAL 19, AYAT 1)

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Pendidikan dijadikan sebagai dasar manusia untuk. yang timbul dalam diri manusia. Pembelajaran matematika

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bagi bangsa Indonesia merupakan kebutuhan mutlak yang harus

MULTIPLE INTELLIGENCES (Kecerdasan Ganda)

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan yang terjadi ternyata menampakkan andalan pada. kemampuan sumber daya manusia yang berkualitas, melebihi potensi

BAB I PENDAHULUAN. yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan khusus. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. arah yang positif baik bagi dirinya maupun lingkungannya. Pendidikan bukan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk multidimensional yang dapat ditelaah dari

BAB I PENDAHULUAN. dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia. pesan-pesan konstitusi serta suasana dalam membangun watak bangsa (nation

commit to user BAB I PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Rahayu Yulistia, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah sebuah proses yang memegang peranan penting dalam

PENDEKATAN PEMBELAJARAN IPS DI SMP (Oleh: Dra. Neti Budiwati, M.Si.)

BAB I PENDAHULUAN. membantu mengembangkan seluruh potensi dan kemampuan fisik,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Masalah merupakan suatu hal yang sangat melekat di. kehidupan manusia, mulai dari masalah yang dengan mudah dipecahkan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik atau

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan belajar mengajar merupakan salah satu kegiatan pokok dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik

TAHUN PELAJARAN 2013/2014 NASKAH PUBLIKASI. Guna Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Anak Usia Dini.

DAFTAR ISI. II. PEMBELAJARAN PENGAYAAN A. Pembelajaran Menurut SNP... B. Hakikat Pembelajaran Pengayaan... C. Jenis Pembelajaran Pengayaan...

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh kembang anak pada usia dini akan berpengaruh secara nyata pada

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pendidikan dalam

MEMAHAMI KECERDASAN MAJEMUK ANAK GUNA MENGOPTIMALKAN STRATEGI PEMBELAJARAN YANG SESUAI DENGAN PERKEMBANGANNYA MELALUI IDENTIFIKASI DINI

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INTERAKTIF DALAM IPS

BAB I PENDAHULUAN. dan berfungsi untuk meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia. Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul sehingga nantinya akan

PEMBELAJARAN DI TK AL AZHAR SOLO BARU DITINJAU DARI SUDUT PANDANG MULTIPLE INTELLIGENCES SKRIPSI

2014 PEMBELAJARAN SENI TARI BERBASIS PENDEKATAN SCIENTIFIC UNTUK MENINGKATKAN KECERDASAN MATEMATIKA-LOGIS SISWA

BAB I PENDAHULUAN. Persoalan lemahnya kreativitas siswa dalam proses pembelajaran Seni Tari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga merupakan tempat pendidikan yang pertama dan terutama,

I. PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan amanat pembukaan Undang-Undang Negara. kehidupan bangsa. Salah satu wahana dalam mencerdaskan setiap warga

I. PENDAHULUAN. timbul pada diri manusia. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. terhadap apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan. Anak seolah-olah tidak

BAB I PENDAHULUAN. No. Daftar 1 : 185/S/PGSD-Reg/8/Agustus/2014

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Marilah kita kaji sejenak arti kata belajar menurut Wikipedia Bahasa

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI STRATEGI PEER LESSONS DAN LEARNING START WITH A QUESTION (LSQ) PADA SISWA KELAS VII SMP

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Percaya diri adalah sikap yang timbul dari keinginan mewujudkan diri bertindak dan

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan oleh sebagian besar guru. Apakah hal tesebut dikarenakan guru kurang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan oleh orang

12. Mata Pelajaran Seni Budaya A. Latar Belakang Muatan seni budaya sebagaimana yang diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Grenita, 2013

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tujuan umum pendidikan masa kini adalah untuk memberi bekal agar kita

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini banyak sekali ditemukan permasalahan dalam belajar khususnya

STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. menghadapi kehidupan nyata sehari-hari di lingkungan keluarga dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Teknologi Mekanik merupakan salah satu mata pelajaran yang penting

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. Sementara itu, bangsa Indonesia masih mengalami hambatan dalam menciptakan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Usia kanak-kanak yaitu 4-5 tahun anak menerima segala pengaruh yang diberikan

BAB III PEMBAHASAN 3.1 Karakteristik Kompetensi Profesional yang Harus Dimiliki Guru

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kecerdasan yang seimbang. Menurut Undang-Undang RI Nomor 20

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan teknologi yang semakin maju ini. Pendidikan dalam. perkembangannya memperhatikan aspek afektif, kognitif, dan

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR, AKTIVITAS DAN SIKAP PADA MATERI GETARAN, GELOMBANG DAN BUNYI, MELALUI METODE DISKUSI, OBSERVASI, DAN EKSPERIMEN

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Hal ini sesuai dengan Peraturan Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. masa depan. Perkembangan masyarakat dalam pendidikan sekarang banyak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Riva Lesta Ariany, 2014

PERANAN METODE BERCAKAP-CAKAP DALAM PERKEMBANGAN KEMAMPUAN BERBAHASA TERPADU PADA ANAK TAMAN KANAK-KANAK. Abstrak

STRATEGI PEMBELAJARAN UNTUK MENUMBUHKEMBANGKAN KETERAMPILAN INTERPERSONAL DAN INTRAPERSONAL GURU TK/SLB

PENERAPAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS MULTIPLE INTELLIGENCES UNTUK PENINGKATAN KREATIVITAS SISWA

Pengembangan Potensi Olahraga Anak Sekolah Dasar. Wawan S. Suherman FIK UNY 2009

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia. Kualitas sumber daya manusia

Suherman Guru Fisika SMA Negeri 1 Stabat dan Mahasiswa Jurusan Pendidikan Fisika Pascasarjana Unimed

BAB I PENDAHULUAN. berkembang secara optimal. Berikut pernyataan tentang pendidikan anak usia

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk. menumbuhkembangkan potensi sumber daya manusia peserta didik dengan cara

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN SAVI DAN RME PADA POKOK BAHASAN KUBUS DAN BALOK DITINJAU DARI KREATIVITAS BELAJAR SISWA

BAB I PENDAHULUAN. kualitas pendidikan yang baik. Pendidikan menjadi pilar pembangunan bagi

BAB II KAJIAN TEORETIK. daya tarik baginya. Menurut Slameto (Djamarah, 2008) minat adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh ilmu pengetahuan. Tanpa belajar maka tidak ada ilmu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ada harus dapat mengoptimalkan fungsi mereka sebagai agen of change. sekaligus pembimbing bagi pendidikan moral peserta didiknya.

BAB I PENDAHULUAN. demi kelangsungan masa depannya. Demikian halnya dengan Indonesia menaruh

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan dalam pembelajaran yaitu: 1) kemampuan melakukan penalaran. 5) keterampilan komunikasi (Trisni dkk, 2012: 3).

Model Pembelajaran Konstekstual dalam Bidang Studi Ekonomi Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan bangsa suatu negara. Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang

Transkripsi:

MENDIDIK SISWA SESUAI DENGAN BAKAT, MINAT DAN KECERDASAN Oleh Drs. Rusli, M.Si Abstrak Tulisan ini ingin menjelaskan bagaimana seharusnya pendidik bersikap profesional dalam menjalankan tugas utamanya dalam mengajar diri siswa yang memiliki bakat, minat, dan kecerdasan yang berbeda-beda. Ada enam prinsip untuk mendidik siswa sebagaimana yang diharapkan : (a) Konteks (b) Fokus (c) Sosialisasi (d) Individualisasi (e) Sequence (f) Evaluasi. Untuk merealisasikan prinsip-prinsip di atas, maka ada sepuluh cara sederhana yang dapat dilakukan : (a) Gunakan metode dan kegiatan yang beragam (b) Jadikan siswa sebagai peserta aktif (c) Buatlah tugas yang menantang namun realistis dan sesuai (d) Ciptakan suasana kelas yang kondusif (e) Berikan tugas secara proporsional (f) Libatkan diri anda untuk membantu siswa dalam mencapai hasil (g) Berikan petunjuk pada para siswa agar sukses dalam belajar (h) Hindari kompetisi antarpribadi (i) Berikan masukan (j) Hargai kesuksesan dan keteladanan. Kata kunci : Bakat, minat, kecerdasan Pendahuluan Sasaran pendidikan adalah manusia. pendidikan bermaksud membantu peserta didik (siswa) untuk menumbuhkembangkan potensi kemanusiaannya. Potensi kemanusiaan merupakan benih kemungkinan untuk menjadi manusia. Tugas mendidik hanya mungkin dilakukan dengan benar dan tepat tujuan jika pendidik memiliki gambaran yang jelas tentang siapa manusia itu sebenarnya. Manusia memiliki ciri khas yang secara prinsipil berbeda dari hewan. Ciri khas manusia yang membedakannya dari hewan terbentuk dari kumpulan terpadu (integrated) dari apa yang disebut sifat hakikat manusia. Disebut sifat hakikat manusia karena secara hakiki sifat tersebut hanya dimiliki oleh manusia dan tidak terdapat pada hewan. Pemahaman pendidik terhadap sifat hakikat manusia akan membentuk peta tentang karakteristik manusia. Peta ini akan menjadi landasan serta memberikan acuan baginya dalam bersikap, menyusun strategi, metode dan teknik, serta memilih pendekatan dan orientasi dalam merancang dan melaksanakan komunikasi transaksional di dalam interaksi edukatif. Dengan kata 1

lain, dengan menggunakan peta tersebut sebagai acuan seorang pendidik tidak mudah terkecoh ke dalam bentuk-bentuk transaksional yang patologis dan berakibat merugikan subjek didik. 1 Dunia pendidikan dewasa saat ini sudah semakin maju dan berkembang, dengan demikian dampak yang ditimbulkannya pasti akan sangat berpengaruh kepada pendidik maupun peserta didik dalam menjalankan tugas dan fungsinya baik dalam lingkungan pendidikan informal, formal dan nonformal. Namun sayangnya, khusus dalam dunia pendidikan formal dalam hal ini sekolah, masih terdapat sebagian pendidik yang masih sangat minim pengetahuannya mengenai masalah neuropsikologi, karena boleh dikata, sebagian besar mereka yang berkutat dalam bidang pendidikan kurang sekali memahami penemuan-penemuan di bidang neurosains salah satunya menyangkut bakat, minat, serta kecerdasan majemuk manusia. Akibatnya, pendidikan cenderung statis, tidak dinamis. Padahal, yang namanya pendidikan pasti berkaitan erat dengan penggunaan dan optimalisasi otak secara keseluruhan. Perlu juga diketahui, bahwasannya otak merupakan komponen fisik dan fungsional yang mendasari proses belajar. Pengetahuan tentang otak tidak saja penting dalam proses pembelajaran (learning), tetapi keseluruhan dalam proses pendidikan. (education). Selain itu, ada juga sebagian pendidik yang kurang memahami betul 10 hukum dasar otak yang sangat relevan di pakai dalam bidang pendidikan sekaligus menjadi alat epistemologi ilmu bagi manusia yakni, 1) keunikan (unique), 2) kekhususan (specific), 3) sinergisitas, 4) hemisferik dan dominasi, 5) verba-grafis, 6) imajinasi dan fakta, 7) plastisitas sel saraf, 8) kerja serempak (simultaneous), 9) simbiosis rasio-emosi-spritualitas dan 10) otak lelaki-otak perempuan. 2 Sehingga berdampak tidak memuaskan bagi output pendidikan di negeri ini. 1 Umar Tirtarahardja & S.L. La Sulo, Pengantar Pendidikan, (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2005), Cet ke-i, h. 1 2 Taufiq Pasiak, Unlimited Potency of the Brain, (Bandung : Mizan, 2009), Cet ke-i, h.- 2

Pembahasan 1. Bakat Bakat adalah kemampuan dasar seseorang untuk belajar dalam tempo yang relatif pendek dibandingkan orang lain, namun hasilnya justru lebih baik. Bakat merupakan potensi yang dimiliki oleh seseorang sebagai bawaan sejak lahir. Menurut Kartini Kartono (1979) bakat mencakup segala faktor yang ada pada individu sejak awal pertama dari kehidupannya yang kemudian menumbuhkan perkembangan keahlian, kecakapan, dan keterampilan khusus tertentu. Bakat bersifat laten potensial (dalam arti dapat berkembang). Sedangkan menurut Bingham bakat adalah kondisi atau seperangkat sifat-sifat yang dianggap sebagai tanda kemampuan individu untuk menerima latihan (respon). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa bakat adalah kemampuan dasar yang ada di dalam diri manusia yang dibawa sejak lahir. Bakat ini berupa potensi yang masih perlu dikembangkan dan dilatih agar berkembang menjadi suatu keahlian, kecakapan, dan keterampilan khusus tertentu. Untuk menjadi suatu keahlian, kecakapan, dan keterampilan khusus tersebut, seorang individu perlu menerima rangsangan berupa latihan-latihan yang sesuai dengan kemampuan dasar individu tersebut. 2. Minat Secara sederhana, minat (interest) berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Menurut Reber (1988), minat tidak termasuk istilah populer dalam psikologi karena ketergantungannya yang banyak pada faktor-faktor internal lainnya seperti pemusatan perhatian, keingintahuan, motivasi, dan kebutuhan. Namun terlepas dari masalah populer atau tidak, minat seperti yang dipahami dan dipakai oleh orang selama ini dapat mempengaruhi kualitas pencapaian hasil belajar siswa dalam bidang-bidang studi tertentu. 3 Misalnya ada seorang siswa yang menaruh minat besar terhadap bidang studi fisika, maka otomatis akan memusatkan perhatiannya lebih banyak daripada 3 Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta : Logos Wacana Ilmu, 1999), Cet ke-i, h. 136 3

siswa lainnya. Lalu, karena pemusatan perhatian yang intensif terhadap materi tersebut yang memungkinkan siswa tadi untuk belajar lebih giat. Dengan demikian, untuk menumbuhkan minat siswa perlu ada usaha dari berbagai komponen yang terkait dengan obyek atau sasaran yang ingin di capai, misalnya seorang guru terampil mengajarkan matematika, manfaat dan filosofinya, selain hal tersebut para guru harus mengajar pakai hati, seni dan teknologi sehingga siswa tertarik dan mudah memahami, mempelajari serta mempraktekannya. Pelajaran matematika tidak membuat momok bagi siswa, dan guru matematika tidak dianggap guru kiler. Jika pelajaran matematika menjadi momok, sedangkan para gurunya kiler, maka jangan diharap minat siswa akan tumbuh untuk mempelajari matematika, malah sebaliknya mereka menjauhi mata pelajaran tersebut. 3. Kecerdasan Setelah melakukan penelitian panjang bertahun-tahun lamanya, akhirnya psikolog Howard Gardner menemukan bahwa pada diri manusia bukan hanya kecerdasan verbal dan logis saja. Tetapi sampai sekarang ditemukan sekurangkurangnya ada delapan jenis kecerdasan lain yang juga dimiliki manusia yaitu : (a) Kecerdasan linguistik yaitu kecerdasan dalam mengolah kata. (b) Kecerdasan logis-matematis yaitu kecerdasan dalam hal angka dan logika. (c) Kecerdasan spasial-visual yaitu kecerdasan mencakup berpikir dalam gambar serta kemampuan untuk mencerap, mengubah, dan menciptakan kembali berbagai macam aspek dunia visual-spasial. (d) Kecerdasan musikal yaitu kecerdasan dalam hal mencerap, menghargai, menciptakan irama dan melodi. (e) Kecerdasan kinestetis-jasmani yaitu kecerdasan fisik mencakup bakat dalam mengendalikan gerak tubuh dan keterampilan dalam menangani benda. (f) Kecerdasan interpersonal yaitu kemampuan untuk memahami dan bekerjasama dengan orang lain. (g) Kecerdasan intrapersonal yaitu kecerdasan dalam diri sendiri. (h) 4

Kecerdasan naturalis yaitu keahlian dalam mengenali dan mengkategorikan spesies, flora, dan fauna di lingkungan sekitar. 4 Mendidik siswa sesuai bakat, minat, dan kecerdasan hanya dapat dilakukan dengan efektif apabila pikiran dan hati pendidik menyatu dengan mereka. Setidaknya, ada enam prinsip untuk mendidik siswa sebagaimana yang diharapkan : (a) Konteks. Dalam belajar sebagian besar tergantung pada konteks belajar itu sendiri. Situasi problematis yang mencakup tugas untuk belajar agar dinyatakan dalam kerangka konteks yang dianggap penting dan dapat membuat peserta didik melibatkan diri dan berpartisipasi aktif serta memperoleh kesempatan dalam bereksperimentasi dan bereksplorasi. (b) Fokus. Dalam belajar, siswa harus menemukan kunci dan pembuktian yang diperlukan. Fokus yang baik bila dapat memobilisasi tujuan, terstruktur, menantang untuk mencari penemuan dan pemecahan. (c) Sosialisasi. Pembimbingan belajar siswa hendaknya dapat dikembangkan perilaku sosial melalui paket kerjasama atau diskusi kelompok. Sehingga siswa sebagai mahkluk sosial dapat melakukan interaksi dan komunikasi dengan lingkungan sosialnya dengan lebih baik. (d) Individualisasi. Sebagai mahkluk individual, perbedaan individual agar diperhatikan agar kreativitas siswa tidak terpasung. (e) Sequence. Dalam praktek sequence proses belajar dipandang sebagai suatu pertumbuhan mental. (f) Evaluasi. Evaluasi dilakukan untuk mengetahui hasil dan proses belajar siswa. 5 Untuk merealisasikan prinsip-prinsip di atas, maka penulis menyarankan agar melakukan beberapa cara berikut ini : 1. Gunakan metode dan kegiatan yang beragam Melakukan hal yang sama secara terus menerus bisa menimbulkan kebosanan dan menurunkan semangat belajar. Siswa yang bosan cenderung akan 4 Wahyu Suprapti & Sri Ratna, Pendekatan Kuantum Dalam Proses Pembelajaran, (Jakarta : Lembaga Administrasi Negara RI, 2005), Cet ke-i, h. 31-33 5 Bambang Sugema & Sri Murtini, Bimbingan Belajar Orang Dewasa, (Jakarta : Lembaga Administrasi Negara RI, 2005), Cet ke-i, h. 36-37 5

mengganggu proses belajar. Variasi akan membuat siswa tetap konsentrasi dan termotivasi. Sesekali mencoba sesuatu yang berbeda dengan menggunakan metode belajar yang bervariasi di dalam kelas. Cobalah untuk membuat pembagian peran, debat, transfer pengetahuan secara singkat, diskusi, simulasi, studi kasus, presentasi dengan audio-visual dan kerja kelompok kecil. 2. Jadikan siswa peserta aktif Pada usia muda sebaiknya diisi dengan melakukan kegiatan, berkreasi, menulis, berpetualang, mendesain, menciptakan sesuatu dan menyelesaikan suatu masalah. Jangan jadikan siswa peserta pasif di kelas karena dapat menurunkan minat dan mengurangi rasa keingintahuannya. Gunakanlah metode belajar yang aktif dengan memberikan siswa tugas berupa simulasi penyelesaian suatu masalah untuk menumbuhkan motivasi dalam belajar. Jangan berikan jawaban apabila tugas tersebut dirasa sanggup dilakukan oleh siswa 3. Buatlah tugas yang menantang namun realistis dan sesuai Buatlah proses belajar yang cocok dengan siswa dan sesuai minat mereka sehingga menarik karena mereka dapat melihat tujuan dari belajar. Buatlah tugas yang menantang namun realistis. Realistis dalam pengertian bahwa standar tugas cukup berbobot untuk memotivasi siswa dalam menyelesaikan tugas sebaik mungkin, namun tidak terlalu sulit agar jangan banyak siswa yang gagal dan berakibat turunnya semangat untuk belajar. 4. Ciptakan suasana kelas yang kondusif Kelas yang aman, tidak mendikte dan cenderung mendukung siswa untuk berusaha dan belajar sesuai minatnya akan menumbuhkan motivasi untuk belajar. Apabila siswa belajar di suatu kelas yang menghargai dan menghormati mereka dan tidak hanya memandang kemampuan akademis mereka maka mereka cenderung terdorong untuk terus mengikuti proses belajar. 6

5. Berikan tugas secara proporsional Jangan hanya berorientasi pada nilai dan coba penekanan pada penguasaan materi. Segala tugas di kelas dan pekerjaan rumah tidak selalu bisa disetarakan dengan nilai. Hal tersebut dapat menurunkan semangat siswa yang kurang mampu memenuhi standar dan berakibat siswa yang bersangkutan merasa dirinya gagal. Gunakan mekanisme nilai sepelunya, dan cobalah untuk memberikan komentar atas hasil kerja siswa mulai dari kelebihan mereka dan kekurangan mereka serta apa yang bisa mereka tingkatkan. Berikan komentar anda secara jelas. Berikan kesempatan bagi siswa untuk memperbaiki tugas mereka apabila mereka merasa belum cukup. Jangan mengandalkan nilai untuk merombak sesuatu yang tidak sesuai dengan anda. 6. Libatkan diri anda untuk membantu siswa mencapai hasil Arahkan siswa untuk meningkatkan kemampuan dalam proses belajar mengajar, jangan hanya terpaku pada hasil ujian atau tugas. Bantulah siswa dalam mencapai tujuan pribadinya dan terus pantau perkembangan mereka. 7. Berikan petunjuk pada para siswa agar sukses dalam belajar Jangan biarkan siswa berjuang sendiri dalam belajar. Sampaikan pada mereka apa yang perlu dilakukan. Buatlah mereka yakin bahwa mereka bisa sukses dan bagaimana cara mencapainya. 8. Hindari kompetisi antarpribadi Kompetisi bisa menimbulkan kekhawatiran, yang bisa berdampak buruk bagi proses belajar dan sebagian siswa akan cenderung bertindak curang. Kurangi peluang dan kecendrungan untuk membanding-bandingan antara siswa satu dengan yang lain dan membuat perpecahan diantara para siswa. Ciptakanlah metode mengajar dimana para siswa bisa saling bekerja sama. 7

9. Berikan Masukan Berikan masukan para siswa dalam mengerjakan tugas mereka. Gunakan kata-kata yang positif dalam memberikan komentar. Para siswa akan lebih termotivasi terhadap kata-kata positif dibanding ungkapan negatif. Komentar positif akan membangun kepercayaan diri. Ciptakan situasi dimana anda percaya bahwa seorang siswa bisa maju dan sukses di masa datang. 10. Hargai kesuksesan dan keteladanan Hindari komentar negatif terhadap kelakuan buruk dan performa rendah yang ditunjukan siswa anda. Akan lebih baik bila anda memberikan apresiasi bagi siswayang menunjukan kelakuan dan kinerja yang baik. Ungkapan positif dan dorongan sukses bagi siswa anda merupakan penggerak yang sangat berpengaruh dan memberikan aspirasi bagi siswa yang lain untuk berprestasi. Kesimpulan Tugas mendidik hanya mungkin dilakukan dengan benar dan tepat tujuan jika pendidik memiliki gambaran yang jelas tentang siapa manusia itu sebenarnya. Manusia memiliki ciri khas yang secara prinsipil berbeda dari hewan. bakat adalah kemampuan dasar yang ada di dalam diri manusia yang dibawa sejak lahir. Bakat ini berupa potensi yang masih perlu dikembangkan dan dilatih agar berkembang menjadi suatu keahlian, kecakapan, dan keterampilan khusus tertentu. Sedangkan minat (interest) berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Ada delapan jenis kecerdasan lain yang juga dimiliki manusia yaitu kecerdasan linguistik, kecerdasan logismatematis, kecerdasan spasial-visual, kecerdasan musikal, kecerdasan kinestetis, kecerdasan interpersonal, kecerdasan intrapersonal, dan kecerdasan natural. Pada akhirnya ketika bakat, minat, dan kecerdasan siswa dapat disinergikan satu sama lain maka kedepannya Indonesia akan menghasilkan output yang berkualitas dalam segala bidang keilmuan maupun pekerjaan. Sekiranya, bangsa Jepang dan Finlandia sudah membuktikan itu kepada kita. 8

Rekomendasi. Berdasarkan kajian sederhana dengan melihat perkembangan yang cukup luar biasa, maka penulis mengharapkan kepada pemerintah (guru, kepala sekolah,) melakukan hal-hal sebagai berikut: 1. Lakukan tugas mendidik dengan benar dan tepat tujuan. 2. Pelajari kemampuan dasar yang ada di dalam diri siswa yang dibawa sejak lahir. 3. Kembangkan potensi siswa agar menjadi suatu keahlian, kecakapan, dan keterampilan. 4. Tumbuhkan minat siswa, atau kecenderungan, kegairahan, keinginan yang besar terhadap pelajaran. 5. Identifikasi jenis kecerdasan yang dimiliki siswa seperti kecerdasan linguistik, kecerdasan logis-matematis, kecerdasan spasial-visual, kecerdasan musikal, kecerdasan kinestetis, kecerdasan interpersonal, kecerdasan intrapersonal, dan kecerdasan natural dan kembangkan melalui proses pembelajara, 6. Sinergikan bakat, minat, dan kecerdasan siswa agar menghasilkan output yang berkualitas dalam segala bidang keilmuan maupun pekerjaan. Daftar Pustaka Pasiak, Taufiq, Unlimited Potency of the Brain, Bandung : Mizan, 2009. Sugema, Bambang & Murtini, Sri Bimbingan Belajar Orang Dewasa, Jakarta : Lembaga Administrasi Negara RI, 2005. Suprapti, Wahyu & Ratna, Sri Pendekatan Kuantum Dalam Proses Pembelajaran, Jakarta : Lembaga Administrasi Negara RI, 2005. Syah, Muhibbin Psikologi Belajar, Jakarta : Logos Wacana Ilmu, 1999. Tirtarahardja, Umar & La Sulo, S.L. Pengantar Pendidikan, Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2005 9