BAB III METODOLOGI PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN Sejarah Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN. Sejak era reformasi bergulir di tengah percaturan politik Indonesia, sejak itu pula

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR PER.15/MEN/2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23/PERMEN-KP/2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR PER.15/MEN/2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

2 2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara R

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG

Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 8);

DAFTAR ISI BAB I : KEDUDUKAN, TUGAS, DAN FUNGSI... 3 BAB II : SUSUNAN ORGANISASI... 4

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 50 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 130 TAHUN 2003

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PENGAWASAN SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR 56/KEP-DJPSDKP/2015 TENTANG

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 72 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR 84 TAHUN 2016 TENTANG

GUBERNUR BALI, Mengingat

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 36 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 17 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN SUMBAWA.

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER. 14/MEN/2009 TENTANG MITRA BAHARI

BUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 18 TAHUN 2008 T E N T A N G

BAB I PENDAHULUAN. baik dalam pengelolaan keuangan negara. yang bersifat umum meliputi penetapan arah, kebijakan umum, strategi,

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR: KM 60 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2015 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN KESEHATAN

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : 1065 TAHUN 2003 TENTANG

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER. 10/MEN/2009 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KESEHATAN. Organisasi. Tata Kerja.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rencana Kerja Tahunan

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

: 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara; 2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara;

GUBERNUR KALIMANTAN UTARA

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 189 TAHUN 2015 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 80 TAHUN 2008 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 94 TAHUN 2008

-1- GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 125 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR 06 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 08/M-DAG/PER/2/2016 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN PERDAGANGAN

MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA

- 1 - PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KP 934 TAHUN 2017 TENTANG RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN TAHUN 2017

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

c. memantau, mengevaluasi dan menilai hasil kerja bawahan dalam

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

A. Gambaran Umum 1. Organisasi Perangkat Daerah

*47349 KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA (KEPPRES) NOMOR 48 TAHUN 1997 (48/1997)

BAB I PENDAHULUAN. tidak, sebelum munculnya reformasi akuntansi, Indonesia masih. menggunakan UU Perbendaharaan Indonesia atau ICW Staatblads 1928.

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG ORGANISASI KEMENTERIAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60/KEPMEN-KP/SJ/2017 TENTANG

STRUKTUR ORGANISASI SEKRETARIAT KABINET

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 15 TAHUN 2009 TENTANG

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 136 TAHUN 1999 TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI, SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DEPARTEMEN

I. PENDAHULUAN. Telah menjadi kesepakatan nasional dalam pembangunan ekonomi di daerah baik tingkat

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 19 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI SEKRETARIAT DAERAH DAN SEKRETARIAT DPRD KABUPATEN BANDUNG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG ORGANISASI KEMENTERIAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 85 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2005 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN DAN ORGANISASI KEMENTERIAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN DAN ORGANISASI KEMENTERIAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

d. merencanakan penyelenggaraan pembinaan, pengendalian, pengawasan evaluasi penyelenggaraan kegiatan Balai; e. merencanakan bahan dan memfasilitasi r

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 136 TAHUN 1999 TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI, SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DEPARTEMEN

Peraturan...

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN

PERATURAN NOMOR 009 TAHUN 2015 TENTANG BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Penyusunan instrument evaluasi organisasi. Pengumpulan data. evaluasi organisasi. Pengolahan dan analisis data evaluasi organisasi

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 20 TAHUN 2011 SERI : D NOMOR : 2

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 39 TAHUN 2006 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT JENDERAL DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK DAN LOKASI PKLM A. SEJARAH UMUM BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN (BALITBANG) PROVINSI SUMATERA UTARA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 41 TAHUN TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 100 TAHUN 2008

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 43 TAHUN 2016 TENTANG

BKN. Organisasi. Tata Kerja. Pencabutan.

ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

SALINAN. Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 114, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5887);

1 of 5 02/09/09 11:41

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 97 TAHUN 2008

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PELALAWAN NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 85 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 92 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BANTUL PERATURAN BUPATI BANTUL

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA SEKRETARIS UTAMA INSPEKTORAT UTAMA SEKOLAH TINGGI PERTANAHAN NASIONAL

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 98 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/PERMEN-KP/2013 TENTANG

Menteri Perindustrian Republik Indonesia

DEWAN ENERGI NASIONAL

2017, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PRESIDEN TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG BADAN NASIONAL PENGEL

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR PER.18/MEN/2008 TENTANG AKREDITASI TERHADAP PROGRAM PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL

Gubernur Jawa Barat GUBERNUR JAWA BARAT,

BUPATI GRESIK PROVINSI JAWA TIMUR

Transkripsi:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Gambaran Umum Dalam rangka penyusunan skripsi ini penulis melakukan penelitian di Biro Umum, Sekretariat Jenderal Kementerian Kelautan dan Perikanan Jalan Medan Merdeka Selatan No.16 Jakarta Pusat. Sejak era reformasi bergulir di tengah percaturan politik Indonesia, sejak itu pula perubahan kehidupan mendasar berkembang di hampir seluruh kehidupan berbangsa dan bernegara. Seperti merebaknya beragam krisis yang melanda Negara Kesatuan Republik Indonesia. Salah satunya adalah berkaitan dengan Orientasi Pembangunan. Dimasa Orde Baru, orientasi pembangunan masih terkonsentrasi pada wilayah daratan. Sektor kelautan dapat dikatakan hampir tak tersentuh, meski kenyataannya sumber daya kelautan dan perikanan yang dimiliki oleh Indonesia sangat beragam, baik jenis dan potensinya. Potensi sumberdaya tersebut terdiri dari sumberdaya yang dapat diperbaharui, seperti sumberdaya perikanan, baik perikanan tangkap maupun budidaya laut dan pantai, energi non konvensional dan energi serta sumberdaya yang tidak dapat diperbaharui seperti sumberdaya minyak dan gas bumi dan berbagai jenis mineral. Selain dua jenis sumberdaya tersebut, juga terdapat berbagai macam jasa lingkungan lautan yang dapat dikembangkan untuk

pembangunan kelautan dan perikanan seperti pariwisata bahari, industri maritim, jasa angkutan dan sebagainya. Tentunya inilah yang mendasari Presiden Abdurrahman Wahid dengan Keputusan Presiden No.355/M Tahun 1999 dalam Kabinet Periode 1999-2004 mengangkat Ir. Sarwono Kusumaatmaja sebagai Menteri Eksplorasi Laut. Selanjutnya pengangkatan tersebut diikuti dengan pembentukan Departemen Eksplorasi Laut (DEL) beserta rincian tugas dan fungsinya melalui Keputusan Presiden Nomor 136 Tahun 1999 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Kementerian. Ternyata penggunaan nomenklatur DEL tidak berlangsung lama karena berdasarkan usulan DPR dan berbagai pihak, telah dilakukan perubahan penyebutan dari Menteri Eksplorasi Laut menjadi Menteri Eksplorasi Laut dan Perikanan berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 145 Tahun 1999. Perubahan ini ditindaklanjuti dengan penggantian nomenklatur DEL menjadi Kementerian Eksplorasi Laut dan Perikanan (DELP) melalui Keputusan Presiden Nomor 147 Tahun 1999. Dalam perkembangan selanjutnya, telah terjadi perombakan susunan kabinet setelah Sidang Tahunan MPR tahun 2000, dan terjadi perubahan nomenklatur DELP menjadi Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP) sesuai Keputusan Presiden Nomor 165 Tahun 2000 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Wewenang, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Kementerian. Dengan ditetapkannya Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara, maka Nomenklatur 2

Departemen Kelautan dan Perikanan berubah menjadi Kementerian Kelautan dan Perikanan, sedangkan struktur organisasi pada Kementerian Kelautan dan Perikanan tidak mengalami perubahan. 1. Tugas dan Fungsi Terbentuknya Kementerian Kelautan dan Perikanan pada dasarnya merupakan sebuah tantangan, sekaligus peluang bagi pengembangan sektor kelautan dan perikanan Indonesia. Artinya, bagaimana Kementerian Kelautan dan Perikanan ini menempatkan sektor kelautan dan perikanan sebagai salah satu sektor andalan yang mampu mengantarkan Bangsa Indonesia keluar dari krisis ekonomi yang berkepanjangan. Setidaknya ada beberapa alasan pokok yang mendasarinya,sebagai berikut: Pertama, Indonesia sebagai negara kepulauan dengan jumlah pulau 17.508 dan garis pantai sepanjang 81.000 km tidak hanya sebagai negara kepulauan terbesar di dunia tetapi juga menyimpan kekayaan sumberdaya alam laut yang besar dan belum dimanfaatkan secara optimal. Kedua, selama beberapa dasawarsa, orientasi pembangunan negara ini lebih mangarah ke darat, mengakibatkan sumberdaya daratan terkuras. Oleh karena itu wajar jika sumberdaya laut dan perikanan tumbuh ke depan. Ketiga, dikaitkan dengan laju pertumbuhan penduduk serta meningkatnya kesadaran manusia terhadap arti penting produk perikanan dan kelautan bagi kesehatan dan kecerdasan manusia, sangat diyakini masih dapat meningkatkan 3

produk perikanan dan kelautan di masa datang. Keempat, kawasan pesisir dan lautan yang dinamis tidak hanya memiliki potensi sumberdaya, tetapi juga memiliki potensi bagi pengembangan berbagai aktivitas pembangunan yang bersifat ekstrasi seperti industri, pemukiman, konservasi dan lain sebagainya. 2. Visi dan Misi Kementerian Kelautan dan Perikanan Visi dan Misi dari Kementerian Kelutan dan Perikanan, adalah : a. Visi Pengelolaan sumber daya kelautan dan perikanan yang lestari dan bertanggungjawab bagi kesatuan dan kesejahteraan anak bangsa. b. Misi 1) Meningkatkan kesejahteraan masyarakat nelayan, pembudidaya ikan dan masyarakat pesisir lainnya. 2) Meningkatan peran sektor Kelautan dan Perikanan sebagai sumber pertumbuhan ekonomi. 3) Memelihara daya dukung dan meningkatkan kualitas lingkungan perairan tawar, pesisir, pulau-pulau kecil dan lautan (sumber daya kelautan dan perikanan). 4) Meningkatkan kecerdasan dan kesehatan bangsa melalui peningkatan konsumsi ikan. 5) Meningkatkan peran laut sebagai pemersatu bangsa. 4

6) Meningkatkan budaya bahari sebagai ciri bangsa Negara Kepulauan. 3. Struktur Organisasi Instansi Dalam rangka menindaklanjuti Keputusan Presiden Nomor 165 Tahun 2000 tersebut, pada November 2000 telah dilakukan penyempurnaan organisasi DKP. Pada akhir tahun 2000, diterbitkan Keputusan Presiden Nomor 177 Tahun 2000 tentang Susunan Organisasi dan Tugas Kementerian, dimana organisasi Kementerian Kelautan dan Perikanan yang baru menjadi : a. Menteri Kelautan dan Perikanan; b. Sekretaris Jenderal; c. Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap; d. Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya; e. Direktorat Jenderal Pengendalian Sumberdaya Kelautan dan Perikanan; f. Direktorat Jenderal Peningkatan Kapasitas Kelembagaan dan Pemasaran; g. Direktorat Jenderal Pesisir dan Pulau-pulau Kecil; h. Inspektorat Jenderal; i. Badan Riset Kelautan dan Perikanan; j. Staf Ahli. Sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kementrian Negara Republik Indonesia, sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 94 Tahun 2006, maka struktur organisasi DKP menjadi : 5

a. Menteri Kelautan dan Perikanan; b. Sekretaris Jenderal; c. Inspektorat Jenderal; d. Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap; e. Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya; f. Direktorat Jenderal Pengawasan & Pengendalian Sumberdaya KP; g. Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan; h. Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil; i. Badan Riset Kelautan dan Perikanan; j. Badan Pengembangan Sumberdaya Manusia Kelautan dan Perikanan; k. Staf Ahli. Berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.15/MEN/2010, Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kelautan dan Perikanan, Biro Umum dan Perlengkapan mempunyai tugas melaksanakan koordinasi dan fasilitasi pengelolaan rumah tangga, perlengkapan, tata usaha dan persuratan, serta pemberian pelayanan yang menunjang pelaksanaan tugas kantor pusat Kementerian Kelautan dan Perikanan. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud, Biro Umum dan Perlengkapan menyelenggarakan fungsi: a. Koordinasi, fasilitasi, dan pelaksanaan urusan tata usaha KKP; b. Koordinasi pelaksanaan urusan tata usaha Menteri, Sekretaris Jenderal, dan Staf Ahli Menteri, serta keprotokolan dan persandian; 6

c. Koordinasi, fasilitasi, dan pengelolaan rumah tangga kantor pusat KKP, serta administrasi penggajian lingkup Setjen; d. Pelaksanaan koordinasi dan pembinaan pengelolaan Barang Milik Negara lingkup KKP; e. Pelaksanaan urusan persuratan dan kearsipan, penggandaan, ekspedisi, dan pencetakan, dan f. Pelaksanaan tata usaha dan rumah tangga biro Biro Umum dan Perlengkapan secara struktural dan fungsional berada di bawah lingkup Sekretariat Jenderal dan mempunyai tugas mendukung unit kerja teknis/ supporting unit. Pelayanan yang dimaksud adalah pelayanan yang ditujukan untuk memberikan kepuasan kepada masyarakat pada umumnya dan unit kerja di lingkungan KKP khususnya, dimana sasaran akhirnya adalah tercapainya pelayanan prima. 7

Gambar 1 BAGAN STRUKTUR ORGANISASI KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN Sumber : Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.15/MEN/2010, Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kelautan dan Perikanan 8

Gambar 2 BAGAN STRUKTUR ORGANISASI SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN Sumber : Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.15/MEN/2010, Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kelautan dan Perikanan 9

Gambar 3 BAGAN STRUKTUR ORGANISASI BIRO UMUM DAN PERLENGKAPAN SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN STRUKTUR ORGANISASI BIRO UMUM DAN PERLENGKAPAN BAGIAN TATA USAHA PIMPINAN BAGIAN RUMAH TANGGA BAGIAN PERLENGKAPAN BAGIAN TATA USAHA DAN PERSURATAN PROTOKOL URUSAN DALAM PERENCANAAN PERLENGKAPAN PERSURATAN TATA USAHA MENTERI ANGKUTAN DAN PERJALANAN DINAS PENGADAAN DAN PENYALURAN ARSIP TATA USAHA PERBANTUAN KEPEGAWAIAN INVENTARISASI DAN PENGHAPUSAN TATA USAHA BIRO KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL Sumber : Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.15/MEN/2010, Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kelautan dan Perikanan 4. Kebijakan Instansi mengenai SIMAK-BMN Kementerian Kelautan dan Perikanan dalam melaksanakan program Sistem Informasi Manajemen dan Akuntansi Barang Milik Negara mempunyai kebijakan sendiri sesuai dengan peraturan dan pedoman yang berlaku. 10

B. Metode Penelitian Dalam penelitian terhadap Sistem Informasi Manajemen dan Akuntansi Barang Milik Negara, penulis menggunakan jenis metode deskriptif yang bertujuan untuk membuat deskripsi atau gambaran secara sistematik, faktual dan akurat. Alasan pemilihan jenis penelitian deskriptif ini adalah karena jenis ini berusaha untuk meneliti suatu obyek penelitian dengan mencari dan menemukan fakta-fakta yang ada. Hasil penelitian tersebut diharapkan dapat memberikan rekomendasirekomendasi untuk keperluan peningkatan dan pembaharuan di masa yang akan datang terutama bagi para pengguna dan pengelola Barang Milik Negara di lingkungan Kementerian/Lembaga Pemerintah Republik Indonesia. C. Metode Pengumpulan Data Guna memperoleh gambaran yang cukup jelas dalam penyusunan skripsi ini, metode pengumpulan data yang digunakan oleh penulis adalah metode penelitian lapangan (field research) dan Penelitian Kepustakaan (Library Research). D. Jenis Data Dalam rangka mengumpulkan dan menyajikan data yang dibutuhkan dengan disertai analisa, penulis memperoleh data yang berasal dari : 1. Data Primer 11

Data primer merupakan data yang penulis kumpulkan langsung dari perusahaan dengan cara penelitian lapangan (field research) pada objek yang dituju guna mendapatkan data secara nyata. Adapun untuk mendapatkan data dalam penelitian dilakukan dengan cara berikut : a. Observasi, yaitu teknik pengumpulan data langsung dilapangan dimana penulis mengadakan penelitian ke perusahaan untuk memperoleh data yang berhubungan. b. Wawancara dilakukan secara langsung dengan pejabat atau staf yang mempunyai wewenang terhadap data-data yang dibutuhkan penulis. 2. Data Sekunder Data sekunder merupakan data yang dikumpulkan penulis Melalui Penelitian Kepustakaan (Library Research) dengan mempelajari bukubuku dan literature-literatur yang berhubungan dengan obyek penelitian yang dipilih. Penulis berusaha mendapatkan data dengan membaca literature berupa teori-teori dari text book, kemudian diolah dan dianalisis untuk membuat kesimpulan dan saran. E. Definisi Operasional Variabel Variabel yang dijadikan fokus pembahasan dalam penelitian ini adalah: 1. Sistem Informasi Manajemen dan Akuntansi Barang Milik Negara (SIMAK-BMN) merupakan subsistem dari Sistem Akuntansi Instansi (SAI). SIMAK-BMN diselenggarakan dengan tujuan untuk menghasilkan informasi yang diperlukan sebagai alat pertanggungjawaban atas 12

pelaksanaan APBN serta pengelolaan/pengendalian Barang Milik Negara yang dikuasai oleh suatu unit akuntansi barang. Disamping menghasilkan informasi sebagai dasar penyusunan Neraca Kementerian Negara/Lembaga. SIMAK-BMN juga menghasilkan informasi-informasi untuk memenuhi kebutuhan pertanggungjawaban pengelolaan Barang Milik Negara dan kebutuhan-kebutuhan manajerial Kementerian Negara/Lembaga lainnya. 2. Aset adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh Pemerintah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi dan/atau sosial di masa depan diharapkan dapat diperoleh, baik oleh pemerintah maupun masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan uang, termasuk sumber daya non keuangan yang diperlukan untuk penyediaan jasa bagi masyarakat umum dan sumber-sumber daya yang dipelihara karena alasan sejarah dan budaya. Barang Milik Negara merupakan bagian dari aset pemerintah pusat. 3. Barang Milik Negara adalah meliputi semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban APBN atau berasal dari perolehan lainnya yang sah. Perolehan lainya yang sah antara lain berupa transfer masuk, hibah, pembatalan penghapusan, dan rampasan/sitaan, Barang Milik Negara dari pelaksanaan perjanjian/ kontrak, Barang Milik Negara yang diperoleh berdasar ketentuan UU dan Barang Milik Negara yang diperoleh berdasar keputusan pengadilan. 13

F. Unit Analisa Unit Analisa adalah responden individual yang dihubungi dalam rangka mendapatkan data penelitian. Penulis dalam hal ini berada dalam Bagian Perlengkapan sub bagian Perencanaan dan Pemanfaatan yang merupakan unit kerja pada Biro Umum dan Perlengkapan Sekretariat Jenderal Kementerian Kelautan dan Perikanan sehingga bisa mengamati dan memahami mengenai aplikasi Sistem Informasi Manajemen dan Akuntansi Barang Milik Negara (SIMAK-BMN). G. Metode Analisis Data Dalam penelitian ini penulis menjelaskan bagaimana menganalisis datadata yang telah diperoleh agar lebih mudah dipahami, oleh karena itu penulis menggunakan analisis deskriptif kualitatif dalam menganalisis data yaitu dengan menggunakan data yang diperoleh dari hasil penelitian, wawancara dan studi kepustakaan. Penulis membandingkan antara prosedur yang telah ditetapkan dengan keadaan yang sebenarnya sehingga dapat ditarik kesimpulan serta saran dan masukan kepada objek yang diteliti. 14