Gb 3.9 Denah Candi Jiwa

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 3 KAJIAN TIPOMORFOLOGI ARSITEKTUR PERCANDIAN BATUJAYA

Kajian Tipomorfologi Arsitektur Percandian Kayu di Jawa

INTERAKSI KEBUDAYAAN

di JAW A TE N GAH S E LATAN

BAB I PENDAHULUAN. untuk bersemayam para dewa (Fontein, 1972: 14). Dalam kamus besar

87 Universitas Indonesia

BAB 5 KESIMPULAN PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Indonesia merupakan salah satu negara yang sejarah kebudayaannya

HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Tatanan Lanskap Situs Ratu Boko

BAB III TINJAUAN KHUSUS

BAB I. PENDAHULUAN A.

BAB III IDENTIFIKASI DATA. A. Candi Cetho

BAB IV KESIMPULAN. Universitas Indonesia. Kesesuaian Feng Shui..., Stephany Efflina, FIB UI, 2009

JENIS KOLEKSI KETERANGAN UKURAN SKALA GAMBAR RUANG TRANSISI A. Dimensi obyek = 5m x 2m 1 :1. diorama 1 : 1. Dimensi 1 vitrin B = 1,7 m x 1,2 m 1 : 1

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN

STRUKTUR KONSTRUKSI RUMAH JOGLO

Tabel 4.2. Kesesuaianan Penerapan Langgam Arsitektur Palladian Pada Istana Kepresidenan Bogor.

Masjid Cipari Garut, Masjid Berasitektur Mirip Gereja

ANALISIS BATU BATA. A. Keletakan

INTERAKSI LOKAL - HINDU BUDDHA - ISLAM

Verifikasi dan Validasi Pembelajaran, Warisan Budaya Tak Benda dan Kelembagaan. Kab. Wonosobo, Provinsi Jawa Tengah

BAB 3 KEPURBAKALAAN PADANG LAWAS: TINJAUAN GAYA SENI BANGUN, SENI ARCA DAN LATAR KEAAGAMAAN

Rumah Tinggal Dengan Gaya Bali Modern Di Ubud. Oleh: I Made Cahyendra Putra Mahasiswa Desain Interior FSRD ISI Denpasar ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. sejak berabad-abad silam dan beberapa diantaranya sekarang sudah menjadi aset

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Perkembangan Arsitektur 1

Alkulturasi Budaya Hindu-Budha pada Arsitektur Masjid Gedhe Mataram

APLIKASI PETA TEMATIK UNTUK PARIWISATA (KASUS APLIKASI PETA LOKASI DAN. Absatrak

RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS)

BAB II ISI. oleh Sir Thomas Stamford Raffles, Gubernur Jendral Britania Raya di Jawa, yang

BAB I PENDAHULUAN. Gejala Pariwisata telah ada semenjak adanya perjalanan manusia dari suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. penggambaran proses budaya masa lalu (Binford, 1972: 78-79). 1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1. BAB I

Sistem konstruksi Masjid Paljagrahan menggunakan menggunakan lantai berbentuk

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

Rumah Jawa adalah arsitektur tradisional masyarakat Jawa yang berkembang sejak abad ke- 13 terdiri atas 5 tipe dasar (pokok) yaitu:

RUMAH OSING ARSITEKTUR BANYUWANGI STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR V ISTIARA SARI D.W

by NURI DZIHN P_ Sinkronisasi mentor: Ir. I G N Antaryama, PhD

Istilah Arkeologi-Epigrafi. Oleh: Vernika Fauzan Alumni Arkeologi (Epigrafi) Universitas Indonesia

LAMPIRAN. Lampiran 1. Rencana Tapak Seluruh Kompleks Istana Kepresidenan Bogor. Sumber: Bag. Teknik Istana Bogor, 2012

Pengaruh Kepemimpinan Keraton pada Arsitektur Masjid Agung Surakarta

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah Prambanan yang meliputi Kabupaten Sleman DIY dan. Kabupaten Klaten Provinsi Jawa Tengah merupakan suatu wilayah yang

BAB I PENDAHULUAN. m.dpl. dan dikelilingi oleh Pergunungan Api Dieng. Secara administratif Plato

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. A. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Menara Kudus. (Wikipedia, 2013)

DOKUMENTASI MASJID SALMAN DAN PUSDAI

BAB II GAMBARAN UMUM MASYARAKAT DESA BEJIJONG KECAMATAN TROWULAN MOJOKERTO DAN KEBEBERDAAN CANDI BRAHU

I. PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang Masalah. Kebudayaan dipandang sebagai sarana bagi manusia dalam beradaptasi terhadap

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 PENUTUP PURA MAOSPAIT DI MASA LALU DAN MASA KINI

KAJIAN OBJEK ARSITEKTUR JAWA TIMUR

Pertemuan X & XI Contoh Kasus candi-candi Periode Jawa Timur


DAFTAR INVENTARIS BCB TAK BERGERAK DI KABUPATEN BANTUL

Pelestarian Lingkungan Candi dengan Memadukan Teknik Penanggulangan Banjir Studi Kasus Candi Blandongan di Kawasan Batujaya Kabupaten Karawang

A. GAMBAR ARSITEKTUR.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gambar 1.1 Gambar 1.2

TIPOLOGI GEREJA IMMANUEL DI DESA MANDOMAI. Abstraksi

BAB VI HASIL RANCANGAN

MODUL PERKULIAHAN. Sejarah Desain. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

PEDOMAN PEMBANGUNAN BANGUNAN TAHAN GEMPA

PETIRTHAAN KUNO DI BANJAR BUNYUH, DESA PEREAN Ancient Petirthaan in Banjar Bunyuh, Perean Village

BAB I PENDAHULUAN. Setiap bangsa memiliki ciri khas arsitektur bangunan yang berbeda-beda, baik

Pertemuan IX. Contoh Kasus candi-candi Periode Jawa Tengah. Universitas Gadjah Mada 1

KATA PENGANTAR. Akhirnya penyusun mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan proposal ini.

Tabel Bentuk Ornamen dan tanda-tanda semiotika pada ornamen Masjid Raya Al-Mashun

'; Soekanto Soerjono, Prof, Dr, SH, MA, Sosiologi Suatu Ppngantar, CV Rajawali, Jakarta, 1982.

BAB 3 METODE PENELITIAN

Pelestarian Cagar Budaya

Semiotika Arsistektur Rumah Adat Kudus Joglo Pencu

BAB III. TINJAUAN KHUSUS

BAB I PENDAHULUAN. yang diturunkan oleh Tuhan dengan terdapat suatu keistimewaan yang. memberikan manfaat bagi kehidupan manusia.

BAB III KONSEP PERANCANGAN INTERIOR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. dimiliki oleh Kabupaten Karanganyar. Berada di Dusun Cetho, Desa Gumeng,

BAB V: KONSEP PERENCANAAN

Architecture. White Simplicity in. Neoclassic. Home 80 #006 / Diary

pada bangunan yang berkembang pada masa Mesir kuno, Yunani dan awal abad

PENGARUH PERKEMBANGAN AGAMA & KEBUDAYAAN HINDU-BUDHA TERHADAP KEHIDUPAN MASYARAKAT DI BERBAGAI DAERAH DI INDONESIA

Dinamika Akulturasi Arsitektur Pada Masjid Sulthoni Plosokuning di Sleman, Yogyakarta. Laporan Penelitian Arsitektur

Akulturasi Budaya pada Bangunan Masjid Gedhe Mataram Yogyakarta

BAB 1 STRUKTUR DAN KONSTRUKSI

VERNAKULAR-TA.428-SEMESTER GENAP-2007/2008 JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ARSITEKTUR-S1 FPTK-UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

GAMBAR PRODI PEND. TEKNIK ARSITEKTUR

SIMILARITIES AND DIFFERENCES IN THE SPATIAL PATTERN AND FORM OF BUDDHIST BUILDINGS OF WORSHIP ON BALI

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Candi merupakan peninggalan arsitektural yang berasal dari masa klasik

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Gaya Arsitektur Masjid Kasunyatan, Masjid Tertua di Banten

BAB II KAJIAN TEORI. A. Perancangan

Cagar Budaya Candi Cangkuang

BAB I PENDAHULUAN. tujuan, manfaat, dan keaslian penelitian yang dilakukan.

Rekonstruksi Arsitektur Kerajaan Majapahit dari Relief, Artefak dan Situs Bersejarah

BAB IV PERBANDINGAN PERSAMAAN DAN PERBEDAAN GAYA KALIGRAFI

BAB IV HUBUNGAN BUDAYA PADA PENINGGALAN PURBAKALA ISLAM KOMPLEK SUNAN SENDANG DI DESA SENDANGDUWUR

ARSITEKTUR ABAD PERTENGAHAN (MEDIAFAL) ARSITEKTUR BIZANTIUM

BAB V : KONSEP. 5.1 Konsep Dasar Perancangan

Tugas I PERANCANGAN ARSITEKTUR V

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KOMPLEK PERCANDIAN BATUJAYA TEMPAT LAHIRNYA PERADABAN DI TATAR SUNDA. Oleh Agustijanto I.S.S.

RESUME PENELITIAN PEMUKIMAN KUNO DI KAWASAN CINDAI ALUS, KABUPATEN BANJAR, KALIMANTAN SELATAN

Transkripsi:

Gb 3.9 Denah Candi Jiwa Jika dibandingkan dengan candi-candi periode Mataram Kuno, candi dengan denah berpintu empat merupakan candi yang istimewa, seperti halnya candi Siwa Prambanan yang bersifat Hindu, Candi Sewu yang bersifat Buda, Candi Kalasan yang bersifat Buda. Dengan demikian tata ruang candi ini dapat diduga merupakan prototipe awal yang digunakan untuk candi-candi Buda bahkan Hindu pada masa Mataram Kuno. Candi Blandongan ini diduga berkaitan dengan tata letak Vajradatumandala. Dalam memaparkan Vajradatu mandala, menyangkut dua hal yaitu pertama istana Maheswara di Surga Akanistha, surga ini berada di batas ujung alam bentuk (rupadatu), kedua Pagoda Intan di puncak gunung Sumeru yang digambarkan mempunyai lima atap lingkaran pagoda dan delapan garis vajra yang merupakan sokogurunya. tataletak Vajradatu mandala dipengaruhi oleh penafsiran Vajrasekhara Sutra. Mandala ini 51

mengandung bentuk persegi dan lingkaran. Bentuk persegi digunakan untuk menandai batas-batas mandala. tata letak Vajradatu Mandala tata letak Garbhadatu Mandala Gb 3.10 Vajaradatu Mandala - Mahayana Candi Blandongan ini terdiri dari lapisan tepi dan lapisan inti. Lapisan tepi berupa selasar semacam jalur pradaksina patha yang dilingkupi oleh pagar. Di bagian entrance utama di belakangya terdapat undakan ke kanan kiri menuju ruang tertentu yang diperkirakan sebagai tempat menyimpan sesuatu. Pada bagian selasar ini didapatkan umpak-umpak berupa tempat untuk mendirikan tiang-tiang kayu. Pada bagian inti berupa bebaturan yang ditinggilan dengan pola persegi empat. Kemungkinan besar peninggian ini adalah tempat untuk meletakkan patung atau sesaji dsb. Di bagian lapisan atas inti ini terdapat saluran air yang berbentuk belahketupat diagonal melintang. Saluran ini sepertinya digunakan pada saat upacara pencucian patung. Kemungkinan besar pada bagian inti juga tedapat tiang-tiang semacam soko guru diatasnya yang sekarang sudah musnah. Selain itu pada kompleks ini juga terdapat candi-candi yang berdenah non memusat yakni persegi panjang. Pada masa Klasik Tengah terdapat candi-candi yang berdenah persegi panjang dengan entrance pada sisi panjangnya, seperti Plaosan dan Sari. Denah candi-candi ini identik dengan candi Semar di Dieng pada masa Klasik Tua. Candi yang yang berdenah persegipanjang seperti Plaosan dan Sari ini bertingkat dua. Candi yang berdenah persegipanjang biasanya dilengkapi dengan jendela sehingga dapat dikaitkan dengan fungsi untuk ditinggali (biara), berbeda dengan candi-candi yang berdenah memusat yang masif dan tanpa jendela. Bentuk-bentuk geometrik memusat seperti 52

bujursangkar, cruciform, lingkaran adalah bentuk yang digunakan sebagai simbolisasi bangunan pemujaan untuk dewa. Bentuk ini dianggap simbol surgawi yang stabil dan ideal sehingga hanya digunakan untuk kuil-kuil dewa. Sedangkan bentuk denah persegipanjang atau linier sebagai simbolisasi untuk hal-hal yang lebih profan (manusia). Gb 3.11 Denah Candi Tipe Persegi Panjang di Batujaya 3.3 Sosok Candi Berdasarkan sosoknya bangunan sakral peninggalan jaman Hindu-Buda dapat dibagi menjadi lima jenis tipe, yaitu tipe menara yang sering disebut bentuk candi seperti Candi Prambanan, Sewu, Gedongsongo, dsb; tipe punden baik berundak seperti candi di lereng penanggungan maupun tak berundak seperti candi Kotes ; tipe kolam seperti candi Watugede, candi Belahan, candi Jalatunda, Tirta empul ; tipe stupa berundak seperti Borobudur, maupun tak berundak seperti Palgading dan Sumberawan ; tipe Goa seperi goa Selomangleng Kediri, Selomangleng Tulungagung, Goa Gajah Selain kelima jenis tipe bentuk tersebut terdapat pula peninggalan yang merupakan pelengkap dari kompleks bangunan sakral atau istana dan sering pula oleh masyarakat disebut sebagai candi yaitu berupa gapura paduraksa seperti Candi Bajangratu, Jedong, 53

Plumbangan, dan gapura bentar seperti candi Wringinlawang. Dari keenam bentuk peninggalan tersebut yang paling banyak ditemukan adalah tipe menara. Tipe menara hanyalah merupakan sebutan untuk membedakannya dengan tipe lain yang sering dikarakteristikan sebagai candi, dimana sebutan candi secara fisik dianggap berbentuk menjulang seperti menara. Tetapi bila candi hanya dipandang dari sudut fungsi dimana ritual dapat berjalan disana maka tipe lain pun selain gapura juga dapat dianggap sebagai candi Gb 3.12 (atas) Tipe Menara, Punden, Stupa, (bawah) Pertirtaan, Goa, Gapura Hal yang menarik pada percandian Batujaya ini adalah sosoknya. Sosok candi ini tidak seperti ditemukan pada candi-candi yang lain, yakni ditemukan adanya umpakumpak sebagai landasan kolom dan lapisan pagar. Pola candi dengan menggunakan umpak dan pagar ini identik dengan beberapa candi lain seperti sosok candi induk Sambisari, Candi Klero, Candi Kedulan, candi di kampus UII yang menunjukkan adanya penggunaan material kombinasi yakni batu dan kayu. Candi ini diperkirakan menggunakan struktur berupa tiang-tiang kayu. Bekas umpak tiang-tiang kayu masih dapat ditemukan pada selasar keliling Candi Sambisari, Klero dan Kedulan. Diperkirakan ketiga candi memiliki konsep dinding dua layer dengan atap masing-masing. Candi yang 54

disaksikan sekarang hanya bagian intinya saja, sementara layer keduanya berupa susunan tiang-tiang yang mungkin berbentuk pendopo seperti pada masa kini. Fenomena ini juga ditunjukkan di dalam salah candi di kompleks percandian di Batujaya yang menggunakam elemen kolom di sekeliling altar pusatnya. Gb 3.13 (atas) Candi Klero,Candi Sambisari; (tengah) Candi Kedulan, Candi Sambisari (bawah) Candi Kedulan, Candi Kimpulan-UII 55