BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi membawa liberalisasi di segala bidang, termasuk liberalisasi ekonomi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. memadai saja yang dapat tumbuh dan bertahan. Setiap profesi dituntut untuk

BAB I PENDAHULUAN. dengan berlakunya kesepakatan Internasional mengenai pasar bebas. Profesi

BAB I PENDAHULUAN. kode etik akuntan. Kode etik akuntan, yaitu norma perilaku yang mengatur

ANALISIS PERSEPSI DOSEN AKUNTANSI DAN MAHASISWA AKUNTANSI TERHADAP KODE ETIK AKUNTAN INDONESIA (SURVEY DI PERGURUAN TINGGI WILAYAH SURAKARTA)

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN UKDW. menjalankan suatu profesi juga dikenal adanya etika profesi.

BAB I PENDAHULUAN. diperhadapakan pada berbagai persaingan yang sangat ketat, khususnya pada bidang bisnis UKDW

BAB I PENDAHULUAN. dalam masyarakat sekarang ini. Terjadinya krisis. Indonesia menyadarkan masyarakat untuk mengutamakan perilaku

BAB I PENDAHULUAN. peluang yang besar sekaligus memberikan tantangan yang semakin. mengancam eksistensi profesi akuntan indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. global. Profesi akuntan di Indonesia di era globalisasi ini semakin berkembang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Seiring dengan meningkatnya kompetensi dan globalisasi, setiap profesi dituntut

BAB 1 PENDAHULUAN. Globalisasi membawa liberalisasi di segala bidang, termasuk liberalisasi

BAB I PENDAHULUAN. Akuntan Indonesia (Indonesian Institute of Accountants) yang disingkat IAI.

BAB I PENDAHULUAN. bebas atau free trade antara negara-negara anggota ASEAN sehingga Institut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat sekarang ini. Terjadinya krisis multidimensi di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. banyaknya perusahaan-perusahaan yang sudah go public dapat memicu

BAB I PENDAHULUAN. Organization (WTO), General Agreement on Tarrifs and Trade (GATT), dan General Agreement on Trade in Services (GATS) tidak hanya

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Seiring dengan meningkatnya kompetisi dalam dunia kerja, setiap

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan dalam setiap sektor, salah satunya dalam hal pelaporan

BAB I PENDAHULUAN. Praktek penyelenggaraan pemerintah dewasa ini menjadi potret. buram kekecewaan masyarakat yang terjadi di semua tempat dan di

SKRIPSI. Oleh : MSY. FADHILAH DWINTASARI B

1.1 Latar Belakang Penelitian Guna menghadapi era globalisasi yang menuju ke arah pasar bebas, terutama di Indonesia akan banyak masuk akuntan luar

PERSEPSI AKUNTAN, MAHASISWA AKUNTANSI DAN KARYAWAN BAGIAN AKUNTANSI TERHADAP ETIKA PROFESI AKUNTAN

BAB I PENDAHULUAN. objektif, tidak ada definisi yang pasti mengenai kualitas audit. Kualitas audit

BAB I PENDAHULUAN. oleh suatu profesi adalah suatu keharusan agar profesi tersebut mampu

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Akuntansi Keuangan (SAK) atau Prinsip Akuntansi Berterima Umum (PABU).

Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia terdiri dari tiga bagian:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Dengan meningkatnya kompetensi persaingan, profesi akuntan menghadapi

BAB 1 PENDAHULUAN. bertujuan untuk memperoleh keuntungan yang sebesar besarnya (profitmaking)

2.4 KODE ETIK AKUNTAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. informasi yang terdapat antara manajer dan pemegang saham. Untuk itu

BAB I PENDAHULUAN. menerapkan etika.etika mempunyai peranan yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. akuntansi. Pemakai informasi akuntansi diklasifikasikan menjadi dua. kreditor, dan investor atau calon investor.

KODE ETIK IKATAN AKUNTAN INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan akuntansi di Indonesia sudah cukup lama diselenggarakan

BAB I PENDAHULUAN. menyimpang jauh dari aktivitas moral, bahkan ada anggapan bahwa dunia

BAB I PENDAHULUAN. Setiap awal dan pertengahan tahun halaman-halaman surat kabar sering

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia, profesi auditor mengalami perkembangan yang

BAB I PENDAHULUAN. Pengendalian internal dalam perusahaan besar sangat sulit, dikarenakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasi saat ini akuntan dituntut untuk profesional

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan audit atas laporan keuangan tidak semata mata bekerja untuk. dituntut untuk memiliki kompetensi yang memadai.

BAB I PENDAHULUAN UKDW. menjadi dasar atau aturan bagi seseorang dalam menjalankan profesinya. Etika

BAB I PENDAHULUAN. keuangan adalah relevan (relevance) dan dapat diandalkan (reliable). Kedua

BAB I PENDAHULUAN. menolak hasil dengan memberikan rekomendasi tentang tindakan-tindakan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. bisnis. Pada umumnya, tujuan semua usaha bisnis adalah berusaha untuk

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan suatu perusahaan merupakan salah satu sumber informasi

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi informasi makin meluas dan peran teknologi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dalam melaksanakan pemeriksaan akuntan, memperoleh kepercayaan dari klien

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU ETIS AUDITOR (Survey pada Auditor di Surakarta dan Yogyakarta)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. profesi. Etika Profesi diperlukan agar apa yang dilakukan oleh suatu profesi tidak

BAB I PENDAHULUAN. milik Belanda yang beroperasi di Indonesia pada waktu itu, didirikan dan akuntansi sistem Amerika mulai dikenal, terutama melalui

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Aktivitas bisnis sudah ada sejak manusia ada di muka bumi ini karena kalau bisnis

BAB I PENDAHULUAN. bebas dan tidak memihak terhadap informasi yang disajikan oleh manajemen

PENGARUH KOMITMEN TERHADAP KEPUASAN KERJA AUDITOR DENGAN MOTIVASI SEBAGAI VARIABEL INTERVENING (Survey pada Auditor pada KAP Wilayah Jawa Tengah)

BAB I PENDAHULUAN. bersaing di dunia maju sekarang ini. Namun, selain kemampuan dan keahlian

: Tabel Distribusi Kuesioner pada KAP di Jakarta dan Tangerang

BAB I PENDAHULUAN. persaingan antar perusahaan semakin meningkat, dan masalah yang dihadapi semakin UKDW

BAB I PENDAHULUAN. bervariasi. Persaingan antara perusahaan semakin meningkat dengan dibarengi

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan bisnis yang begitu pesat ini menimbulkan berbagai kasus bisnis

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Gambar 2.1 Hirarki Standar Auditing Sumber: SPAP Per 1 Januari 2001 (IAI, 2001: )

PERSEPSI DOSEN AKUNTANSI DAN MAHASISWA AKUNTANSI TERHADAP ADVERTENSI JASA AKUNTAN PUBLIK (SURVEY DI UNIVERSITAS SE- SURAKARTA)

BAB I PENDAHULUAN UKDW. pada prakteknya di lapangan, keahlian khusus tidak menjamin. menunjang keberhasilan yaitu menerapkan suatu etika.

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan ekonomi suatu perusahaan memacu profesi akuntan untuk

BAB I PENDAHULUAN. keuangan yang telah diaudit oleh akuntan publik kewajarannya lebih dapat

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan profesionalismenya. Profesionalisme suatu profesi mensyaratkan

AKUNTANSI KEUANGAN MAGISTER PENDIDIKAN FKIP UNS. 16/04/2015 bandi.staff.fe.uns.ac.id

BAB I PENDAHULUAN. mendorong munculnya pelaku bisnis baru sehingga menimbulkan persaingan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Dalam perkembangan dunia bisnis yang semakin meningkat dari tahun ke

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Auditor merupakan profesi yang mendapat kepercayaan dari publik untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pemakai informasi akuntansi diklasifikasikan menjadi dua yaitu pihak internal dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. objektif dengan bantuan indera, (2) kesadaran dari proses-proses organis, (3)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Financial Accounting Standard Board, terdapat dua karakteristik

BAB I PENDAHULUAN. bisnis. Agar tetap bertahan dalam persaingan bisnis yang semakin tinggi para

BAB I PENDAHULUAN. belakangan ini telah menjadi sorotan bagi akuntan publik. Banyaknya kasus

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dalam melakukan audit (Mulyadi dan Puradiredja, (1998)

Perpsepsi terhadap etika bisnis antara akuntan pendidik, akuntan publik dan mahasiswa akuntansi (studi kasus di Surakarta dan Yogyakarta) Oleh:

BAB I PENDAHULUAN. harus adanya pemisahan tanggung jawab antara prinsipal dan agen. Prinsipal

Kompetensi Dasar 5.1 Mendeskripsikan akuntansi sebagai sistem informasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berkembangnya dunia usaha yang semakin pesat ini membuat pelaku bisnis

BAB I PENDAHULUAN 1 Latar Belakang Penelitian

PROFESIONALISME AUDITOR EKTERNAL TERHADAP PERTIMBANGAN TINGKAT MATERIALITAS UNTUK TUJUAN AUDIT LAPORAN KEUANGAN KLIEN

BAB I PENDAHULUAN. laporan keuangan adalah relevan (relevance) dan dapat diandalkan (reliable). Kedua

BAB I PENDAHULUAN. mengevaluasi bukti secara obyektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang

BAB I PENDAHULUAN. masih mengalami krisis ekonomi. Terjadinya krisis ekonomi ini menyadarkan. harus melakukan pemeriksaan laporan keuangan.

BAB I PENDAHULUAN. perguruan tinggi negeri maupun perguruan tinggi swasta. Hal ini membuat

BAB I PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN. Akuntansi merupakan salah satu jurusan di fakultas ekonomi yang banyak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian (

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Globalisasi membawa liberalisasi di segala bidang, termasuk liberalisasi ekonomi hendaknya semakin memicu kalangan bisnis dan pemerintah untuk responsif terhadap kebutuhan masyarakat. Pada era bisnis global ini etika menjadi salah satu faktor yang menarik dan yang paling sering dibicarakan dan ditulis dalam artikel, seminar, dan media massa. Lembaga peradilan, seorang hakim, pskilogi, kedokteran, jaksa, kepolisian, menteri bahkan Bank Indonesia dituntut bersikap etis yaitu bertindak sesuai dengan moral dan nilai-nilai yang berlaku umum. Sebagaimana profesi yang lain, profesi akuntan di Indonesia pada masa yang akan datang akan menghadapi tantangan yang semakin berat. Untuk itu persiapan yang berkaitan dengan profesionalisme profesi mutlak diperlukan. Seperti yang kita tahu bahwa Indonesia masuk dalam kategori negara yang sedang berkembang. Kita juga menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam pemerintahan kita, terutama yang menyangkut masih banyaknya kebocoran keuangan Negara dan masih rendahnya mutu pelayanan publik (www.bpkp.go.id). Sudah banyak kita mendengar kritisi dari berbagai lembaga baik itu nasional maupun internasional tentang kondisi negara kita. Peringkat yang kita peroleh dalam berbagai survey yang dilakukan oleh berbagai lembaga mendudukkan negara Indonesia dalam posisi yang dibawah kalau tidak yang terbawah dalam keterbukaan, tingkat korupsi dan lain-lain (www.berpolitik.com). Dalam 1

2 lingkungan pengendalian yang kondusif, mereka cenderung dapat menjaga diri dari perbuatan curang, menggelapkan asset, menggelembungkan harga proyek, menyulap laba, menyuap mitra dst. Dalam lingkungan pengendalian yang buruk, pelaku bisnis punya peluang yang besar untuk mengeruk keuntungan sebesarbesarnya, meskipun dengan cara yang tidak dibenarkan oleh hukum apalagi oleh nilai-nilai etika. Terjadinya pelanggaran etika profesi di Indonesia menyadarkan masyarakat untuk mengutamakan perilaku etis. Hal ini dapat dimaklumi karena selama ini bahkan sampai saat ini, akibat dan tindakan yang tidak etis yang menyebabkan kecenderungan mempunyai kepentingan memihak pada golongan atau kelompoknya. Etika merupakan nilai-nilai hidup dan norma-norma serta hukum yang mengatur tingkah laku manusia. Menurut Magniz dan Suseno (1993:14) etika pada dasarnya berkait erat dengan moral yang merupakan ajaran-ajaran, wejangan-wejangan, patokan-patokan, kumpulan aturan dan ketetapan baik lisan maupun tertulis. Etika yang dinyatakan secara tertulis atau formal disebut sebagai kode etik. Selain kaidah etika masyarakat juga terdapat apa yang disebut dengan kaidah professional. Kolbers dan Forgathy yang dikutip oleh Budisusetyo, et.al (2005:7) adalah hal penting bagi orang yang memiliki profesionalisme yaitu dedikasi terhadap profesi, tanggung jawab sosial, tuntutan ekonomi, percaya pada pengaturan sendiri. Dasar pemikiran yang melandasi penyusunan etika profesi adalah kebutuhan profesi tersebut tentang kepercayaan masyarakat terhadap mutu jasa yang diserahkan oleh profesi, terlepas dari anggota profesi yang menyerahkan jasa

3 tersebut. Setiap profesi yang menyediakan jasanya kepada masyarakat memerlukan kepercayaan dari masyarakat yang dilayaninya. Masyarakat akan sangat menghargai profesi yang menerapkan standar mutu tinggi terhadap pelaksanaan pekerjaan anggota profesinya karena dengan demikian masyarakat akan terjamin untuk memperoleh jasa yang dapat diandalkan dari profesi yang bersangkutan. Etika profesi dikeluarkan oleh organisasi profesi untuk mengatur perilaku anggotanya dalam menjalankan praktik profesi bagi masyarakat. Sejalan dengan itu, etika akuntan juga tengah menjadi topik yang banyak didiskusikan dan dikaji secara ilmiah. Di Indonesia, topik ini berkembang seiring dengan telah terjadinya beberapa pelanggaran etika yang dilakukan oleh akuntan publik, akuntan intern, maupun akuntan pemerintah. Pengertian dari etika itu sendiri menurut Arens, et. al. (2001:110) adalah: Etika sebagai serangkaian prinsip atau nilai-nilai moral. Sedangkan menurut Simamora (2002:44), menyatakan bahwa: Etika (ethics) merupakan peraturan-peraturan yang dirancang untuk mempertahankan suatu profesi pada tingkat yang bermartabat, mengarahkan anggota profesi dalam hubungannya satu dengan yang lain, dan memastikan kepada publik bahwa profesi akan mempertahankan tingkat kinerja yang tinggi. Sedangkan Kode Etik Akuntan menurut Ismaya (2006:437) merupakan: (akuntan) prinsip moral yang mengatur hubungan antara akuntan dengan para langganannya, hubungan akuntan dengan sesama rekan akuntan dan hubungan antara akuntan dengan masyarakat umum, dengan maksud agar profesi akuntan lebih dipercaya oleh masyarakat, pemerintah, dan dunia usaha. Berbagai pelanggaran etika tersebut seharusnya tidak terjadi apabila setiap akuntan mempunyai pengetahuan, pemahaman dan kemauan untuk menerapkan

4 nilai-nilai moral dan etika secara memadai dalam pelaksanaan pekerjaan profesionalnya. Pengetahuan tentang etika merupakan landasan bagi akuntan untuk berperilaku etis dalam menjalankan tanggung jawab profesinya dan dunia pendidikan akuntansi berpengaruh besar terhadap perilaku etika akuntan dan dunia pendidikan akuntansi berpengaruh besar terhadap perilaku etika akuntan. Mencermati hal tersebut, perlu kiranya untuk mengetahui bagaimana pemahaman akuntan pendidik sebagai staf pengajar akuntansi dan mahasiswa akuntansi sebagai calon akuntan Indonesia terhadap kode etik akuntan. Guna meningkatkan pemahaman terhadap kode etik maka perlu adanya kesamaan persepsi antara akuntan pendidik sebagai pengajar dan mahasiswa yang diajar. Oleh karena itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai Analisis Persepsi Akuntan Pendidik dan Mahasiswa Akuntansi terhadap Kode Etik Akuntan Indonesia 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian diatas, beberapa permasalahan yang akan dibahas oleh penulis dalam topik ini, adalah: 1. Apakah terdapat persamaan persepsi yang positif dan signifikan antara akuntan pendidik dan mahasiswa akuntansi terhadap kode etik akuntan Indonesia Kompartemen Akuntan Publik IAI? 2. Apakah cakupan muatan etika dalam kurikulum pendidikan tinggi akuntansi Indonesia dirasa sudah cukup?jika belum, bagaimanakah

5 seharusnya muatan etika dimasukkan dalam kurikulum pendidikan tinggi akuntansi di Indonesia? 1.3 Tujuan Penelitian Maksud dari penelitian ini adalah untuk menyesuaikan ilmu yang didapat dibangku kuliah dengan melakukan penelitian di perusahaan dan juga untuk mengetahui, mempelajari dan membandingkan teori dengan prakteknya terutama melalui kuesioner mengenai Persepsi Akuntan Pendidik dan Mahasiswa Akuntansi terhadap Kode Etik Akuntan Indonesia Kompartemen Akuntan Publik IAI. Penelitian ini merupakan persyaratan untuk menyelesaikan studi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi. Berdasarkan identifikasi masalah dalam penelitian diatas maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui persepsi Akuntan Pendidik dan Mahasiswa Akuntansi terhadap Kode Etik Akuntan Indonesia. 2. Untuk mengetahui cakupan muatan etika dalam kurikulum pendidikan tinggi akuntansi Indonesia. Serta untuk mengetahui bagaimana seharusnya muatan etika dimasukkan dalam kurikulum pendidikan tinggi akuntansi di Indonesia.

6 1.4 Kegunaan Penelitian Berdasarkan maksud dan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini maka diharapkan dapat berguna secara teoritis maupun praktek: 1. Bagi Penulis Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan penulis dalam memahami penerapan dan teori-teori yang didapat selama dibangku kuliah terutama yang berkaitan dengan Kode Etik Akuntan Indonesia Kompartemen Akuntan Publik IAI. 2. Bagi Universitas Penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan informasi, referensi dan masukkan bagi perusahaan dalam menjalankan kurikulum pendidikan bagi mahasiswa akuntansi. 3. Bagi Mahasiswa Penelitian ini diharapkan agar mahasiswa dapat menjadi akuntan yang paham terhadap Kode Etik Akuntan Indonesia Kompartemen Akuntan Publik IAI. 4. Bagi Peneliti Lain Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi dan rujukan untuk peneliti lainnya dengan topik yang sama dan dapat membantu pemahaman terhadap Kode Etik Akuntan Indonesia Kompartemen Akuntan Publik IAI.

7 1.5 Kerangka Pemikiran Sebagai acuan dari penulisan skripsi ini dapat disebutkan beberapa hasil penelitian didalam negeri. Di Indonesia, penelitian masalah persepsi etika dilakukan oleh Desriani (1993), Ludigdo dan Macfoedz (1999), Sihwahjoeni dan Gudono (2000), Dania (2001), Wulandari dan Sularso (2002), serta Sidharta dan Sahertian (2005). Sidharta dan Sahertiam (2005) yang meneliti persepsi akuntan pendidik dan mahasiswa akuntansi terhadap kode etik akuntan Indonesia dengan studi kasus di Universitas Kristen Indonesia (UKI) menemukan bahwa tidak terdapat persamaan persepsi yang positif dan signifikan antara kelompok akuntan pendidik dengan mahasiswa akuntansi. Akuntan pendidik juga mempunyai persepsi yang baik terhadap kode etik dibandingkan dengan mahasiswa akuntansi. Hal ini diperkirakan karena akuntan pendidik memiliki pengalaman yang lebih banyak dibandingkan dengan mahasiswa akuntansi mengenai kode etik akuntan. Untuk hasil mengenai cakupan materi dalam kurikulum pendidikan tinggi akuntansi Indonesia menunjukkan bahwa kebutuhan terhadap pendidikan etika yang lebih mendalam dirasakan penting bagi profesi akuntansi. Atas ketidakcukupan muatan etika dalam kurikulum pendidikan tinggi akuntansi sekarang ini, sebagian besar responden mengusulkan untuk mengintegrasikannya ke mata kuliah-mata kuliah tertentu. Adanya keterbatasan dalam penelitian diatas sehingga membuat penulis melakukan penelitian dengan topik yang sama dengan area survey yang diperluas tidak hanya terbatas kampus UKI saja, tetapi diperluas untuk 2 Universitas yang ada di Bandung.

8 Berdasarkan uraian pada latar belakang, banyak pihak yang berkepentingan didalam sebuah organisasi bisnis. Investor yang menanamkan dananya kedalam perusahaan atau kreditur yang meminjamkan dananya, sehingga pihak-pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan perusahaan tidak terbatas kepada manajemen saja, tetap meluas kepada investor dan kreditor serta calon kreditor dan calon investor. Para pihak tersebut memerlukan informasi mengenai perusahaan, sehingga seringkali ada dua pihak yang berlawanan dalam situasi ini. Di satu pihak, manajemen perusahaan ingin pertanggungjawaban pengelolaan dana yang berasal dari pihak luar, di lain pihak, pihak eksternal ingin memperoleh informasi yang andal dari manajemen perusahaan. Profesi akuntan timbul untuk memberikan informasi yang terpercaya bagi kedua belah pihak dalam situasi seperti ini. Etika merupakan suatu prinsip moral dan perbuatan yang menjadi landasan bertindaknya seseorang sehingga apa yang dilakukannya dipandang oleh masyarakat sebagai perbuatan yang terpuji dan meningkatkan martabat dan kehormatan seseorang (Munawir 1995:58). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1998:96) etika memiliki tiga arti, salah satunya adalah nilai mengenai benar salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat. Perilaku etis diperlukan oleh para professional sebagai bentuk pertanggungjawaban profesi kepada masyarakat. Akuntan pendidik dan mahasiswa akuntansi tidak terlepas dari pertanggungjawaban kepada masyarakat. Etika profesional dikeluarkan oleh organisasi profesi untuk mengatur perilaku anggotanya dalam menjalankan praktik profesinya bagi masyarakat. Etika profesional bagi praktik akuntan di

9 Indonesia sering disebut dengan istilah kode etik dan dikeluarkan oleh IAI sebagai organisasi profesi akuntan. Pada umumnya kode etik merupakan perluasan dari prinsip-prinsip moral tertentu untuk diterapkan pada suatu keadaan tertentu. Tujuan dibuatnya kode etik adalah keprcayaan masyarakat terhadap kualitas atau mutu jasa yang diberikan oleh profesi akuntan tanpa memandang siapa individu yang melaksanakannya (Munawir 1995:58). Jika kode etik sesuai dengan prinsip moral, maka kode etik oleh seseorang dari profesi tertentu dapat dihindari. Kode etik akuntan merupakan norma perilaku yang mengatur hubungan antara akuntan dengan klien, antara akuntan dengan sejawatnya dan antara profesi dengan masyarakat (Sularso 2002:182). Adanya kode etik akuntan menyatakan bahwa ada beberapa kriteria perilaku yang harus ditaati oleh profesi akuntan. Kode etik yang berlaku sekarang adalah yang disahkan pada penyempurnaan terakhir pada LAMPIRAN KEPUTUSAN SIDANG PLENO TETAP Nomor: 05/KLB/IAI/V/2007. Kode etik IAI adalah aturan perilaku etika akuntan dalam memenuhi tanggung jawab profesionalnya (Anggaran Dasar Ikatan Akuntan Indonesia 2007:4). Kode etik IAI dirumuskan oleh Badan yang khusus di bentuk untuk tujuan tersebut oleh Dewan Pengurus Nasional. Kode etik IAI dibagi menjadi tiga bagian berikut ini yaitu prinsip etika, aturan etika, dan interpretasi. Prinsip etika memberikan rerangka dasar bagi aturan etika yang mengatur pelaksanaan pemberian jasa profesional oleh anggota. Prinsip etika disahkan oleh Kongres IAI dan berlaku bagi seluruh anggota IAI, sedangkan aturan etika disahkan oleh Rapat Anggota Kompartemen dan hanya mengikat anggota

10 kompartemen yang bersangkutan. Interprestasi etika merupakan interprestasi yang dikeluarkan oleh pengurus kompartemen setelah memperhatikan tanggapan dari anggota dan pihak-pihak yang berkepentingan lainnya, sebagai panduan penerpan aturan etika, tanpa dimaksudkan untuk membatasi lingkup dan penerapannya. Tanya dan jawab memberikan penjelasan atas setiap pertanyaan dari anggota kompartemen tentang aturan etika beserta interprestasinya. Dalam kompartemen akuntan publik, tanggung jawab ini dikeluarkan oleh Dewan Standar Akuntan Publik (DSAP). Anggota IAI yang berpraktik sebagai akuntan publik harus menjadi anggota kompartemen akuntan publik. Anggota kompartemen akuntan publik bertanggung jawab untuk mematuhi delapan Prinsip Etika dalam Kode Etik IAI dan Aturan Etika yang dikeluaran oleh kompartemen akuntan publik. Kewajiban untuk memenuhi aturan etika ini tidak terbatas pada akuntan yang menjadi anggota kompartemen akuntan publik saja, namun mencakup pula semua orang yang bekerja dalam praktik profesi akuntan publiknya, seperti karyawan dan staff. Anggota kompartemen akuntan publik juga tidak diperkenankan membiarkan pihak lain melaksanakan pekerjaan atas namanya yang melanggar aturan etika yang dikeluarkan oleh kompartemen akuntan publik. Gambar di bawah ini melukiskan struktur hubungan antara Prinsip etika, Aturan etika, Interprestasi Aturan Etika, dan Tanya Jawab dalam kompartemen Akuntan Publik.

11 GAMBAR 1.1 KERANGKA KODE ETIK IAI DAN ATURAN ETIKA KOMPARTEMEN AKUNTAN PUBLIK Tanggung jawab profesi Kepentingan umum Integritas Prinsip Etika Objektivitas Kompetensi dan kehatihatian profesional Kerahasiaan Perilaku profesioanl IAI-PUSAT Standar teknis ------------------------------------------------------------------------------------------------------ Aturan Etika IAI-KAP 100 Independen si, integritas, objektivitas 200 standar umum, prinsip akuntansi 300 Tanggung jawab kepada klien 400 Tanggung jawab kepada rekan 500 Tanggung jawab dan Praktek lain Rapat anggota Interprestasi Aturan Etika Sumber: Sidharta dan Sahertian (2005:85) dan direvisi oleh penulis. Loeb (1988) seperti yang dikutip oleh Sularso (2003:184) mengungkapkan bahwa munculnya kebutuhan awal dilaksanakan pendidikan etika dalam pendidikan tinggi akuntansi adalah karena adanya tuntutan agar akuntan praktisi diseluruh bidang akuntansi dapat memahami standar etika dalam akuntansi beserta mekanisme pelaksanaanya dan kemudian dapat menerapkannya dalam

12 dunia kerja. Loeb juga mengungkapkan beberapa tujuan pendidikan etika di pendidikan tinggi akuntansi sebagai berikut: a. menghubungkan pendidikan akuntansi kepada persoalan-persoalan moral. b. mengenalkan persoalan-persoalan dalam akuntansi yang mempunyai implikasi etis. c. mengembangkan kemampuan yang berkaitan dengan konflik etis. d. mengembangkan suatu perasaan berkewajiban dan bertanggungjawab secara moral. e. menyusun tahapan untuk suatu perubahan dalam perilaku etis. f. mengoperasikan dan memahami sejarah dan komposisi seluruh aspek etika akuntansi dan hubungannya terhadap bidang umum dari etika. Dari keterangan diatas dapat di ambil suatu kesimpulan bahwa akuntan pendidik dan mahasiswa dapat digunakan untuk menganalisis persepsi akuntan pendidik dan mahasiswa terhadap kode etik akuntan Indonesia. 1.6 Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan pendekatan survey. Metode deskriptif yaitu suatu metode dalam meneliti, sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa mendatang (Nazir, 2005:54). Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat gambaran secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diteliti (Nazir, 2005:54). Metode survey adalah penyelidikan yang diadakan untuk

13 memperoleh fakta-fakta dan mencari keterangan-keterangan secara faktual baik tentang intuisi sosial ekonomi atau politik dari suatu kelompok atau daerah (Nazir, 2005:55). Metode ini membedah masalah-masalah serta mendapat pembinaan terhadap keadaan dan praktek-praktek yang sedang berlangsung. Penyelidikan dilakukan pada waktu yang bersamaan pada sejumlah individu atau unit baik sensual atau menggunakan sampel (Nazir, 2005:56). Sesuai dengan judul penelitian yaitu Analisis Persepsi Akuntan Pendidik dan Mahasiswa Akuntansi Terhadap Kode Etik Akuntan Indonesia Kompartemen Akuntan Publik IAI, maka terdapat dua variabel, yaitu: 1. Persepsi akuntan pendidik dan mahasiswa akuntansi (X) 2. Kode etik akuntan Indonesia kompartemen akuntan publik IAI (Y) Kedua variabel ini merupakan variabel kualitatif yang diukur dengan menggunakan alat bantu berupa kuesioner yang dibagikan kepada beberapa akuntan pendidik dan mahasiswa. Rancangan hipotesis ini berkaitan dengan ada atau tidaknya hubungan antara variabel independen atau variabel bebas (X), variabel dependen atau variabel tidak bebas (Y), dimana hipotesis nol (H ) O yaitu suatu hipotesis yang umumnya diinformasikan untuk ditolak dan hipotesis alternatif (H 1 ) yang merupakan hipotesis penelitian dari penulis. (H O ) dan (H 1 ) tersebut dinyatakan sebagai berikut: (H O ) : terdapat persamaan persepsi yang positif dan signifikan antara akuntan pendidik dan mahasiswa akuntansi terhadap kode etik akuntan Indonesia.

14 (H 1 ): tidak terdapat persamaan persepsi yang positif dan signifikan antara akuntan pendidik dan mahsiswa akuntansi terhadap kode etik akuntan Indonesia. Untuk memperoleh data primer dan data sekunder tersebut, penulis menjalankan 2 macam pendekatan yaitu: 1. penelitian lapangan pengumpulan data dengan cara mengadakan penelitian langsung pada perusahaan yang menjadi objek penelitian. Penelitian lapangan ini bertujuan untuk memperoleh data primer. Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah melalui: a. observasi observasi merupakan teknik pengumpulan data dengan mengarahkan secara langsung sumber data yang dianalisis kemudian dituangkan dalam bentuk uraian tertulis. b. wawancara Menurut Nazir (2003:193) yang dimaksud dengan wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab, sambil tatap muka antara pewawancara dengan responden. Pada penelitian ini dilakukan dengan cara, penulis mengajukan pertanyaan kepada pihak yang memperoleh kepentingan atau bersangkutan dengan tanya untuk memperoleh berbagai informasi tentang perusahaan. 2. Penelitian Kepustakaan yaitu penelitian dengan pengumpulan data berupa data sekunder melalui studi kepustakaan, yaitu dengan cara mempelajari, meneliti, mengkaji, serta

15 menelaah literatur-literatur yang ada kaitannya dengan masalah yang diteliti. Adapun kegunaan data ini adalah untuk memperoleh dasar-dasar teori yang dapat digunakan sebagai landasan teoritis dalam menganilisis masalah yang teliti, sebagai pedoman untuk melaksanakan studi dan penelitian lapangan. 1.7 Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian Lokasi Penelitian untuk memperoleh data dalam rangka penulisan skripsi ini adalah dan Universitas Padjajaran. Penelitian ini dimulai pada bulan September 2008 dan diperkirakan akan selesai pada bulan Januari 2009.