BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Profesi sebagai polisi mempunyai nilai penting dalam menentukan tegaknya

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISA DAN EVALUASI BULAN JUNI TAHUN 2010 TENTANG KEJADIAN /PELANGGARAN YANG DILAKUKAN OLEH ANGGOTA /PNS POLRI

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ANALISA DAN EVALUASI BULAN APRIL TAHUN 2010 TENTANG KEJADIAN /PELANGGARAN YANG DILAKUKAN OLEH ANGGOTA /PNS POLRI

BAB 1 PENDAHULUAN. melalui manajemen yang baik dengan memberikan kesempatan karyawan atau

LAPORAN ANALISA DAN EVALUASI BULAN MARET DIBANDING BULAN FEBRUARI TAHUN 2010 TENTANG KEJADIAN /PELANGGARAN YANG DILAKUKAN OLEH ANGGOTA /PNS POLRI

BAB I PENDAHULUAN. perbuatan menyimpang yang ada dalam kehidupan masyarakat. maraknya peredaran narkotika di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia adalah adalah mahluk sosial yang dianugrahkan suatu kebebasan

BAB I PENDAHULUAN. terus menerus termasuk derajat kesehatannya. dengan mengusahakan ketersediaan narkotika dan obat-obatan jenis tertentu

LAPORAN ANALISA DAN EVALUASI BULAN FEBRUARI DIBANDING BULAN JANUARI TAHUN 2010 TENTANG KEJADIAN /PELANGGARAN YANG DILAKUKAN OLEH ANGGOTA /PNS POLRI

I. PENDAHULUAN. profesi maupun peraturan disiplin yang harus dipatuhi oleh setiap anggota Polri.

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah telah mencatat bahwa Kepolisian Republik Indonesia telah terbukti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekarang ini masyarakat sangat membutuhkan peran Polisi sebagai pelindung

BAB I PENDAHULUAN. pidana yang diancamkan terhadap pelanggaran larangan 1. Masalah pertama

BAB I PENDAHULUAN. makmur yang merata materiil dan spirituil berdasarkan Pancasila dan Undang-

BNN TES URINE PEGAWAI BPK SUMUT

I. PENDAHULUAN. kita mengetahui yang banyak menggunakan narkoba adalah kalangan generasi muda

BAB I PENDAHULUAN. pidana menjadi sorotan tajam dalam perkembangan dunia hukum.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini rasanya cukup relevan untuk membicarakan masalah polisi

BAB I PENDAHULUAN. Pertama kalinya konferensi tentang psikotropika dilaksanakan oleh The United

Lampiran 1 Kuesioner Uji Coba Persepsi Sukses Polisi. Jakarta, Januari 2013

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia berdasarkan atas hukum ( rechtstaat) tidak berdasarkan atas kekuasaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Trend perkembangan kejahatan Narkoba di Indonesia akhir-akhir ini

LAPORAN BULAN JANUARI TAHUN 2010 TENTANG KEJADIAN /PELANGGARAN YANG DILAKUKAN OLEH ANGGOTA /PNS POLRI

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perubahan tersebut ditegaskan bahwa ketentuan badan-badan lain

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

BAB I PENDAHULUAN. kompleks, baik dari sudut medis, psikiatri, kesehatan jiwa, maupun psikososial

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional Indonesia bertujuan mewujudkan manusia

STANDART OPERATION PROCEDURE (SOP)

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, sehingga harus diberantas 1. hidup masyarakat Indonesia sejak dulu hingga saat ini.

BAB III ORGANISASI POLDA JAWA TENGAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. tindak pidana narkoba ini, diperlukan tindakan tegas penyidik dan lembaga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peredaran gelap narkotika di Indonesia menunjukkan adanya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hamzah, Nyorong, 2013). Sebagai instansi yang berorientasi pada pelanggan (consumeroriented),

BAB I PENDAHULUAN. Sukses merupakan harapan setiap manusia untuk mencapai tujuan hidup yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. cepat dari proses pematangan psikologis. Dalam hal ini terkadang menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Polri merupakan salah satu lembaga penegak hukum serta merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang-Undang Dasar Pasal 1 angka 3 UUD 1945 merumuskan

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESOR DOMPU STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR SAT RES NARKOBA

BAB I PENDAHULUAN. dengan pemeriksaan oleh Ankum yang menangani pelanggaran disiplin.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peredaran narkotika semakin mengkhawatirkan di Indonesia karena

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Kesatuan Republik Indonesia sesuai dengan Undang-Undang

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN PASURUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan, tanpa aspek manusia sulit kiranya instansi untuk mengembangkan

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar tahun 1945 yaitu melindungi segenap

BUPATI ALOR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN BANYUWANGI

SKRIPSI PELAKSANAAN TEKNIK PEMBELIAN TERSELUBUNG OLEH PENYELIDIK DALAM TINDAK PIDANA PEREDARAN GELAP NARKOTIKA DI KOTA PADANG

WALIKOTA BUKITTINGGI

BAB I PENDAHULUAN. pengobatan atau pelayanan kesehatan dan pengembangan ilmu pengetahuan dan di

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 19 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA BALIKPAPAN

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan norma hukum tentunya tidaklah menjadi masalah. Namun. terhadap perilaku yang tidak sesuai dengan norma biasanya dapat

STANDARD OPERASIONAL PROSEDUR TENTANG TIPIRING

BAB I PENDAHULUAN. ketergantungan bagi penggunanya dimana kecenderung akan selalu

BAB I PENDAHULUAN. baik tidak akan pernah mengabaikan sumber daya manusia mereka, karena dengan

Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Narkotika Oleh: Yeni Handayani * Naskah diterima: 8 Oktober 2015; disetujui: 15 Oktober 2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses peradilan yang sesuai dengan prosedur menjadi penentu

BAB I PENDAHULUAN. penyakit kronik (sulit disembuhkan) yang berulang kali kambuh yang hingga

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BUPATI KONAWE UTARA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG ORGANISASI DAN TATA A KERJA POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN KONAWE UTARA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG,

I. PENDAHULUAN. mengkhawatirkan. Narkotika sendiri merupakan barang yang tidak lagi dikatakan

2011, No Menetapkan : Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 2, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4168); 2. Undang-Undang No

BAB I PENDAHULUAN. keamanan dan ketertiban masyarakat,penegakan hukum,perlindungan,

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. dan terwujudnya rasa aman, tentram, tertib dan damai sebagai suatu amanah dan

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan publik yang dilakukan oleh pemerintah belum optimal.

BAB I PENDAHULUAN. dalam proses pembiusan sebelum pasien dioperasi. Seiring dengan perkembangan

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT

BAB II PROSES PENYIDIKAN BNN DAN POLRI TERHADAP TERSANGKA NARKOTIKA MENGACU PADA UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 TENTANG NARKOTIKA

I. PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat. Sebagai bagian dari sistem transportasi nasional, Lalu. dalam rangka mendukung pembangunan ekonomi.

LAMPIRAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG

PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR M.HH-02.KP TAHUN 2010 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI IMIGRASI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Galih Septian, 2014

BAB I PENDAHULUAN. untuk memproduksi barang-barang yang berkualitas demi meningkatkan daya

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini dunia mengalami perubahan dengan begitu cepatnya. Perubahan

BAB I PENDAHULUAN. (narkotika, zat adiktif dan obat obatan berbahaya) khususnya di kota Medan

I. PENDAHULUAN. Fenomena penyalahgunaan dan peredaran narkotika merupakan persoalan

STANDART OPERATION PROCEDURE (SOP)

BAB III PENUTUP. POLRI dalam memberantas peredaran minuman keras illegal khususnya di

STANDART OPERATION PROCEDURE (SOP)

DATA PIRANTI LUNAK SEKSI PROPAM POLRES SUMBAWA TAHUN 2016

BAB II PENANGGULANGAN KEJAHATAN ATAU TINDAK PIDANA NARKOBA YANG DILAKUKAN OKNUM POLRI. A. Faktor-faktor yang menjadi penyebab oknum POLRI

I. PENDAHULUAN. Permasalahan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba (narkotika,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Negara Republik Indonesia dan penyidikan oleh penyidik Badan Narkotika

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang sangat cepat pada berbagai aspek. Organisasi dituntut untuk lebih responsif

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hukum dan pelanggaran hukum dapat dikatakan merupakan satu

BUPATI LAHAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAHAT NOMOR 04 TAHUN 2013 T E N T A N G

BAB I PENDAHULUAN. Di era persaingan bisnis yang makin ketat seperti dewasa ini, sumber daya

WALIKOTA TANGERANG SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. besar peranannya di dalam mewujudkan cita-cita pembangunan. Dengan. mewujudkan suatu masyarakat yang adil dan makmur.

BAB III PENUTUP. Berdasarkan uraian dan analisis pada bab - bab sebelumnya, maka dapat. 1. Upaya yang dilakukan oleh Kepolisian Resort Sleman dalam

PERATURAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA NOMOR : 04/PU/REK/BAAK/XI/2004 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN MADIUN

BAB I PENDAHULUAN. meliputi segala bidang, diantaranya politik, sosial, ekonomi, teknologi dan

BAB I PENDAHULUAN. Di masa sekarang ini pemerintah Indonesia sedang giat-giatnya

BAB I PENDAHULUAN. khususnya sumber daya manusia yang berkualitas. Sumber daya manusia disini adalah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Profesi sebagai polisi mempunyai nilai penting dalam menentukan tegaknya hukum dalam masyarakat oleh aparat penegak hukum. Sebagai anggota polisi harus mengetahui dan sadar akan tugas tanggung jawab yang diembannya, seperti patuh hukum, taat peraturan disiplin dan Kode Etik Kepolisan harus dijunjung tinggi, jika tidak, peran anggota polisi sebagai penegak hukum akan hanya menjadi sebuah slogan saja dan bahkan tidak dapat berfungsi didalam kehidupan bermasyarakat. Dalam pelaksanaan tugas tugas Polri banyak faktor yang menjadi penentu tegaknya hukum, salah satunya adalah komitmen. Komitmen ini diperlukan dalam penegakan hukum oleh seluruh insan pengemban fungsi penegak hukum yaitu anggota Polri. Polisi sebagai salah satu pengemban fungsi hukum di Indonesia yang bertugas menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat akan mempunyai beban yang sangat berat dan kompleks. Tidak hanya sebagai pelaksana garis terdepan penegakkan hukum dan keamanan didalam negeri tetapi juga secara global menciptakan kondisi keamanan searah dengan perkembangan peradaban yang sangat pesat belakangan ini (Majalah Polisi, 2009). Tugas polisi yang berkaitan dengan penanganan narkotika dipegang oleh satuan narkoba dalam tiap kesatuan Kepolisian baik pusat maupun kewilayahan. Dalam rangka pemberantasan narkotika, polisi mempunyai visi dan misi. Visi misi

yaitu memberantas para produsen dan pengedar narkoba serta melakukan penyelidikan dan penyidikan tindak pidana penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan obat berbahaya lainnya (Narkoba), termasuk kejahatan terorganisir serta penyuluhan dan pembinaan dalam rangka pencegahan dan rehabilitasi korban penyalahgunaan Narkotika. Tujuan disiapkannya satuan Narkoba adalah untuk menekan angka peredaran narkoba dilingkungan hukum Polres Metro Tangerang Kota serta membantu badan / lembaga Negara yang bertujuan memberantas narkoba. Definisi tugas dan tanggung jawab Satuan Narkoba yaitu melakukan penyelidikan dan penyidikan serta pembinaan dan penyuluhan terhadap produsen dan pengedar. Serta bertanggung jawab dalam hal pembinaan penyuluhan terhadap masyarakat maupun korban penyalahgunaan narkotika. Struktur organisasi Satuan Narkoba yaitu berada dibawah komando dan organisasi Kapolres Metro Tangerang Kota, Satuan Narkoba dipimpin oleh Kasat Narkoba yang dibantu oleh satu orang Kepala Urusan Pembinaan Operasional dan tiga orang Kepala Unit (Narkotika, Psikotropika dan Pembinaan Penyuluhan). Undang undang yang menjadi dasar hukum Satuan Narkoba yaitu Undang - undang No 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia dan Undang undang Republik Indonesia No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika. Prestasi kerja terakhir selama 2 tahun pada satuan narkoba Polres Metro Tangerang Kota yaitu pada tahun 2009 dari 258 kasus yang ada, sebanyak 249 kasus terselesaikan atau berhasil menangkap pelaku. Pada tahun 2010 sampai bulan September 2010 sebanyak 139 kasus yang ada, sebanyak 128 kasus terselesaikan. 2

Metode pemberantasan narkobo yang dilakukan yaitu pengamatan, penyamaran dan penyuluhan. Tugas pemberantasan narkotika dapat dikatakan kompleks dikarenakan pola atau modus operandi kejahatan yang semakin bervariasi dan bertambah, mulai dari tipe tipe konvensional klasik sampai dengan kejahatan modern terorganisir. Sehingga dalam melakukan penegakkan hukum, polisi dituntut mempunyai konsistensi dan komitmen dalam menegakkan keamanan dan ketertiban, serta selalu melaksanakan tugas dengan tanpa pandang bulu atau tebang pilih kasus. Komitmen organisasi tersebut ada untuk melancarkan dan menselaraskan dalam setiap tindakan hukum anggota polri. Menurut Porter dan Smith (Yuwono, 2005) komitmen organisasi yaitu sebagai sifat hubungan seorang individu dengan organisasi yang memungkinkan seseorang dengan komitmen tinggi akan memperlihatkan : a. Keinginan kuat untuk menjadi anggota organisasi yang bersangkutan b. Kesediaan untuk berusaha sebaik mungkin demi kepentingan organisasi tersebut c. Kepercayaan dan penerimaan yang kuat terhadap nilai-nilai dan tujuan organisasi. Setiap anggota polisi yang menjalankan penegakan hukum jika tidak mempunyai komitmen maka tidak akan tercapai hasil yang maksimal, hal ini dapat terjadi jika adanya pemikiran tebang pilih permasalahan atau kasus yang sedang dihadapi oleh anggota polisi. Jika hal tersebut terjadi maka akan menggangu perilaku individu dan dan dapat pula mengganggu penyelesaian tugas. Misalnya menghindari kasus tertentu (tebang pilih), menangani kasus dengan lambat (sengaja diperlambat), kasus 3

dibiarkan kadarluarsa (pembiaran), tidak memaksimalkan penyelidikan dan pengembangan kasus serta berbagai hal lainnya. Komitmen sikap adalah keadaan dimana individu mempertimbangkan sejauhmana nilai dan tujuan pribadinya sesuai dengan nilai dan tujuan organisasi, serta sejauhmana keinginannya untuk mempertahankan keanggotaannya dalam organisasi. Pendekatan sikap ini memandang komitmen organisasi sebagai komitmen afektif dalam organisasi (Allen & Meyer,1990) Pada periode tahun 2000 sampai dengan tahun 2006 di Polres Metro Tangerang Kota telah mengungkap kasus narkoba sebanyak 1.257 kasus, dengan jenis pekerjaan dari para pelaku penyalahgunaan narkoba yang beragam. Data yang tercatat yaitu sebanyak 370 pelaku adalah karyawan dan ini merupakan pelaku paling tinggi dalam periode tersebut. Dalam jenis usia atau umur pelaku pun cukup beragam, mulai dari yang berumur 13 tahun sampai dengan 26 tahun, dan yang terbanyak adalah berusia 21-25 tahun. Namun tidak dipungkiri juga bahwa dalam adanya oknum oknum polisi yang ikut serta dalam penyalahgunaan narkoba baik sebagai pemakai, pengedar maupun yang mem-back-ingi penyalahgunaan narkoba. Dengan adanya penyalahgunaan narkoba oleh anggota polisi itu sendiri, maka anggota polisi (oknum) tersebut tidak melaksanakan tugas dan tanggung jawab sebagai penegak hukum dan bertanggung jawab kepada organisasi untuk memberantas narkoba. Hal hal tersebut terbukti dalam data pada Polres Metro Tangerang Kota periode tahun 2006 sampai dengan tahun 2010 pada Polres Metro Tangerang Kota tercatat sebanyak 6 kasus yang melibatkan anggota Polri. Data pada Seksi Profesi dan Pengamanan 4

(Seksi Propam) Polres Metro Tangerang Kota juga mencatat telah menindak tegas dengan Pemberhentian Tidak Dengan Hormat (PTDH) terhadap 1 personil pada periode tahun 2006 sampai dengan tahun 2008 dan pada tahun 2009 s/d 2010 sudah menyidangkan Kode Etik Proefesi sebanyak 4 kasus yang berkaitan dengan penyalahgunaan narkotika. Contoh kasus yang lain terjadi yaitu didaerah Jakarta Barat yaitu pada bulan Juli 2008 penangkapan dua orang oknum anggota polisi dengan berpangkat Briptu yang berdinas di Kepolisian Bandara Soekarno Hatta dengan modus menjual barang bukti shabu-shabu hasil sitaan Kepolisian Bandara Soekarno Hatta. Kedua oknum polisi tersebut tercatat sebagai anggota Satuan Narkoba Kepolisian Bandara Soekarno Hatta. Contoh kasus yang kedua pada bulan Juni 2007 yaitu pemecatan dua orang oknum polisi Polda Bali berpangkat Bripda yang kedapatan menjual atau menjadi pengedar diwilayah hukum Polda Bali. Contoh kasus ketiga adalah penyalahgunaan narkotika jenis ganja oleh oknum polisi Polres Metro Tangerang Kota berpangkat Bripda yang direspon oleh pimpinan Polres Metro Tangerang Kota dengan pemecatan dalam sidang Komisi Kode Etik Polri. Namun dalam beberapa contoh oknum oknum polisi tersebut, polisi juga sudah melakukan banyak upaya demi memberantas peredaran narkoba dalam masyarakat. Dalam data penyelesaian kasus narkoba yang ditangani oleh Polres Metro Tangerang Kota yaitu selama bulan Januari s/d Oktober 2008 telah menangani kasus penyalahgunaan narkoba dengan jumlah Crime Clearence / penyelesaian kasus sebanyak 130 kasus. Hal ini lakukan dengan berbagai cara seperti operasi rutin kepolisian, operasi terpusat, melakukan penyuluhan penyuluhan bahaya narkoba, penyamaran dan 5

terjun langsung dilapangan. Upaya pencegahan penyalahgunaan narkoba terhadap anggota polisi juga dilakukan dengan beberapa hal seperti program rutin pengecekan kesehatan, tes urine dan penyuluhan tentang bahaya narkoba. Walaupun upaya upaya tersebut diatas terus dilakukan namun masih tetap saja ada oknum oknum yang bermain. Inilah yang menjadi dilema dan polemik dalam masyarakat yang cukup sering menjadi pertanyaan tentang komitmen organisasi anggota polisi dalam memberantas narkoba. B. Identifikasi Masalah Dengan adanya data beberapa oknum anggota kepolisian Polres Metro Tangerang Kota yang tersangkut dengan penyalahgunaan narkoba membuat masyarakat mempertanyakan kinerja dan komitmen terhadap organisasi dalam memberantas penyalahgunaan narkoba. Ada beberapa anggota polisi yang mempunyai komitmen tinggi terhadap organisasi untuk memberantas narkoba dengan mengembangkan kasus kasus penyalahgunaan narkotika baik dalam skala kecil ataupun besar. Namun ada pula anggota polisi yang mempunyai komitmen rendah terhadap organisasi dengan melakukan beberapa penyalahgunaan narkoba tersebut sehingga merusak citra Kepolisian dan menjauh dari tujuan organisasi. Hal ini yang menjadi ketertarikan peneliti untuk menelusuri melalui penelitian skripsi yaitu bagaimana gambaran komitmen organisasi anggota polisi di Polres Metro Tangerang Kota dalam pemberantasan narkoba. 6

C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk : 1. Mengetahui tingkat komitmen organisasi anggota polisi pada Polres Metro Tangerang Kota dalam memberantas penyalahgunaan narkoba. 2. Mengetahui dimensi dominan dari komitmen organisasi anggota polisi pada Polres Metro Tangerang Kota dalam memberantas penyalahgunaan narkoba. 3. Melihat gambaran komitmen menurut data penunjang (jenis kelamin, usia, pendidikan terakhir, status keluarga, lama menjadi polisi, gaji, kesatuan dan pangkat) D. Manfaat Penelitian Ada beberapa manfaat yang dapat diperoleh berkaitan dengan penelitian ini, yaitu : 1. Manfaat teoritis a. Diharapkan dapat memberikan suatu sumbangan informasi yang berkaitan dengan ilmu psikologi, sehingga dapat memperkaya ilmu pengetahuan. Dan dalam hal penegakkan hukum khususnya bidang kepolisian dapat menegakkan hukum tanpa tebang pilih, sesuai prosedur dan tidak melanggar hukum. Hal ini dilakukan dengan cara memberi tambahan data empiris yang sudah teruji secara ilmiah. 7

b. Memberikan tambahan pengetahuan secara khusus bagi peneliti karena peneliti juga merupakan anggota polisi dan kepada anggota seluruh anggota polisi Polres Metro Tangerang Kota serta mahasiswa psikologi pada umumnya, tentang pentingnya komitmen organisasi dalam pemberantasan penyalahgunaan narkoba. 2. Manfaat Praktis : Untuk memberikan gambaran kepada Polres Metro Tangerang Kota tentang suatu fenomena ada atau tidaknya komitmen organisasi anggota polisi, agar anggota polisi Polres Metro Tangerang Kota dapat mengoptimalkan kemampuan dan usahanya dalam memberantas narkoba sehingga dapat mewujudkan tujuan dari organisasi tersebut yaitu penegakkan hukum dan terciptanya masyarakat yang bebas dari narkoba. Sehingga apa yang menjadi tujuan dari organisasi dapat tercapai secara efektif, maksimal dan produktif. E. Kerangka Berfikir Anggota polisi yang bertugas dalam pemberantasan narkoba dituntut untuk mampu menekan angka peredaran narkoba dalam wilayah hukumnya. Dengan sarana dan prasarana yang ada juga dengan tingkat kesulitan dalam pengembangan kasus membuat setiap anggota polisi harus mampu menahan segala godaan dari penyalahgunaan narkoba. Salah satu penunjang keberhasilan dalam memberantas narkoba adalah adanya komitmen organisasi para anggota polisi dalam 8

pemberantasan narkoba yaitu kondisi meliputi atas tiga komitmen, yaitu affective, normative dan continuance. Setiap komitmen organisasi mempunyai dasar yang berbeda, pertama, komitmen affective berkaitan dengan emosional, identifikasi dan keterlibatan anggota dalam suatu organisasi. Anggota dengan komitmen affective tinggi, akan selalu terlibat secara emosional dan psikologis bahwa tugas pemberantasan narkoba adalah tugas penyelamatan anak bangsa dan generasi penerus. Jika komitmen affective rendah maka anggota polisi justru hanya puas dengan tidak berada dalam organisasi. Kedua, komitmen normative merupakan tanggungjawab anggota terhadap kewajiban kewajiban yang harus ia laksanakan terhadap organisasi. Anggota yang memiliki komitmen normative tinggi akan melaksanakan kejar target ungkap kasus karena ia merasa wajib melakukan hal tersebut sesuai dengan visi dan misi organisasi. Sedangkan dengan komitmen normative yang rendah akan tidak melaksanakan ungkap kasus. Anggota yang dengan komitmen normative tinggi juga harus melakukan pemberantasan dengan kepatutan sesuai dengan peraturan organisasi dalam memberantas narkoba jika tidak mempunyai komitmen normative yang tinggi maka biasanya anggota tersebut akan memberantas narkoba dengan setengah hati. Ketiga, komitmen continuance berarti komitmen berdasarkan persepsi karyawan tentang kerugian yang akan diperoleh jika ia meninggalkan organisasi. Anggota dengan komitmen continuance tinggi akan bertahan pada organisasi karena merasa rugi jika keluar dari organisasi. Sedangkan yang berkomitmen continuance rendah akan meninggalkan organisasi karena menganggap berada diorganisasi tersebut adalah suatu hal yang biasa. Keinginan 9

untuk terus memberantas narkotika sesuai dengan peraturan organisasi akan dimiliki oleh para anggota dengan komitmen continuance tinggi. Namun sebaliknya jika komitmen continuance rendah maka akan merasa tidak membutuhkan kelangsungan anggota dalam organisasi untuk memberantas narkoba. Berikut adalah bagan kerangka berfikir. TUNTUTAN PEMBERANTASAN NARKOBA POLISI Tinggi - ungkap kasus tinggi - berprestasi / karir naik - masyarakat sehat - visi misi terwujud Komitmen : - afektif - normatif - kontinuasi Rendah - ungkap kasus rendah - tidak berprestasi - masyarakat tidak sehat - citra Kepolisian buruk Gambar 1.1 Komitmen organisasi dalam pemberantasan penyalahgunaan narkoba 10