QANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR 9 TAHUN 2003 TENTANG

dokumen-dokumen yang mirip
-1- QANUN ACEH NOMOR 13 TAHUN 2017 TATA CARA PEMBERIAN PERTIMBANGAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN ULAMA

QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 9 TAHUN 2004 T E N T A N G SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS SYARIAT ISLAM DAN KELUARGA SEJAHTERA KOTA BANDA ACEH

PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH NOMOR 43 TAHUN 2001 TENTANG PERUBAHAN PERTAMA ATAS PERATURAN DAERAH

QANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR 2 TAHUN 2003 TENTANG

OANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR 11 TAHUN 2004 TENTANG TUGAS FUNGSIONAL KEPOLISIAN DAERAH NANGGROE ACEH DARUSSALAM

QANUN ACEH NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG MAJELIS PERMUSYAWARATAN ULAMA BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR ACEH,

QANUN ACEH NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG MAJELIS PERMUSYAWARATAN ULAMA BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR ACEH,

QANUN KABUPATEN ACEH BARAT DAYA NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH NOMOR 3 TAHUN 2000 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN KEISTIMEWAAN PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH

BUPATI BENER MERIAH QANUN KABUPATEN BENER MERIAH NOMOR : 14 TAHUN 2005 T E N T A N G

Lembaran Negara Nomor 4548);

QANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR 3 TAHUN 2004 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2001 TENTANG

QANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG MAISIR (PERJUDIAN) BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA

QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT LEMBAGA KEISTIMEWAAN KOTA BANDA ACEH

QANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR 14 TAHUN 2003 TENTANG KHALWAT (MESUM) BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA

QANUN KABUPATEN ACEH TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT LEMBAGA KEISTIMEWAAN ACEH TIMUR

QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT LEMBAGA KEISTIMEWAAN KOTA BANDA ACEH

KEPUTUSAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN ULAMA ACEH NOMOR 15 TAHUN 2014 TENTANG HASIL RAPAT KOORDINASI - II MAJELIS PERMUSYAWARATAN ULAMA ACEH TAHUN 2014

BUPATI PIDIE. 4. Undang-Undang...

QANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR 14 TAHUN 2003 TENTANG KHALWAT (MESUM) BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA

WALIKOTA LHOKSEUMAWE

PROFIL MAJELIS PERMUSYAWARATAN ULAMA ACEH

QANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR 11 TAHUN 2002 TENTANG PELAKSANAAN SYARIAT ISLAM BIDANG AQIDAH, IBADAH DAN SYI AR ISLAM

KEPUTUSAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN ULAMA ACEH NOMOR : 04 TAHUN 2009 TENTANG PERATURAN TATA TERTIB MAJELIS PERMUSYAWARATAN ULAMA ACEH

QANUN ACEH NOMOR 18 TAHUN 2013 TENTANG

QANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG MAISIR (PERJUDIAN) BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA

PEMERINTAH KABUPATEN ACEH TAMIANG

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BENER MERIAH

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2001 TENTANG

QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH KOTA BANDA ACEH

BAB I PENDAHULUAN. mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN KEISTIMEWAAN PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH

QANUN KOTA SABANG NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT LEMBAGA KEISTIMEWAAN KOTA SABANG

QANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR 4 TAHUN 2003 TENTANG PEMERINTAHAN MUKIM DALAM PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM

BUPATI ACEH TAMIANG. Rancangan QANUN KABUPATEN ACEH TAMIANG NOMOR 27 TAHUN 2011

QANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR 8 TAHUN 2004 TENTANG PERLINDUNGAN,PEMELIHARAAN, DAN REHABILITASI KAWASAN SUMBER AIR

QANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR 4 TAHUN 2006 TENTANG

QANUN KABUPATEN ACEH TIMUR NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DAERAH BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

PEMERINTAH KABUPATEN KULON PROGO

KEPUTUSAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN NOMOR 05 TAHUN 2013 TENTANG HASIL RAPAT KOORDINASI MAJELIS PERMUSYAWARATAN ULAMA ACEH

-1- QANUN ACEH NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PEMBINAAN DAN PERLINDUNGAN AQIDAH

-1- BUPATI ACEH TIMUR PROVINSI ACEH QANUN KABUPATEN ACEH TIMUR NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG

QANUN KABUPATEN ACEH JAYA NOMOR 5 TAHUN

QANUN ACEH NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT ACEH

KEPUTUSAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN ULAMA ACEH NO 01 TAHUN 2012 TENTANG TATA TERTIB MUSYAWARAH BESAR ULAMA ACEH. Bismillahirrahmanirrahim

QANUN KABUPATEN ACEH TENGAH NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG

QANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR 3 TAHUN 2003

QANUN ACEH NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA ADAT BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR NANGGROE ACEH DARUSSALAM,

PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH NOMOR 33 TAHUN 2001 TENTANG

QANUN KABUPATEN ACEH BESAR NOMOR : 6 TAHUN 2009

PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH NOMOR 36 TAHUN 2001 TENTANG

GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 139 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROPINSI ISTIMEWA ACEH NOMOR : 8 TAHUN 2001 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2016 TENTANG PERANGKAT DAERAH ACEH

-1- GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 134 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN DAN PENGELOLAAN PROGRAM LEGISLASI DAERAH

QANUN KABUPATEN ACEH TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2005 TENTANG REUSAM GAMPONG DALAM KABUPATEN ACEH TIMUR

QANUN KABUPATEN ACEH TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG

QANUN PROPINSI NAGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR 8 TAHUN 2002 TENTANG BANTUAN LUAR NEGERI DAN PINJAMAN PROVINSI

FUNGSI MAJELIS PERMUSYAWARATAN ULAMA DALAM PELAKSANAAN OTONOMI KHUSUS DI PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM

WALIKOTA BANDA ACEH PROVINSI ACEH QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA MAJELIS ADAT ACEH KOTA BANDA ACEH

QANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN QANUN KABUPATEN ACEH TIMUR NOMOR TAHUN 2013 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA MAJELIS PENDIDIKAN DAERAH KABUPATEN ACEH TIMUR

QANUN KABUPATEN ACEH TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA KECAMATAN DALAM KABUPATEN ACEH TIMUR BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 45 TAHUN 2009 TENTANG KOMITE AKSI ACEH PENGHAPUSAN BENTUK-BENTUK PEKERJAAN TERBURUK UNTUK ANAK

QANUN KABUPATEN BENER MERIAH NOMOR : 02 TAHUN 2009 TENTANG PEMERINTAHAN KAMPUNG BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

QANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR 12 TAHUN 2004 TENTANG KEBUDAYAAN ACEH BISMILLAHIRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA

WALIKOTA SUBULUSSALAM PROVINSI ACEH

RANCANGAN PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR...TAHUN 2015 TENTANG PENJABARAN PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA ACEH TAHUN ANGGARAN 2015

PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI TENTANG PEDOMAN KERJASAMA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA CIMAHI

DRAFT QANUN KABUPATEN PIDIE JAYA NOMOR TAHUN 2014 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA KABUPATEN PIDIE JAYA TAHUN ANGGARAN 2015

-1- RANCANGAN QANUN ACEH NOMOR... TAHUN 2015 TENTANG

-1- BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA PENGASIH LAGI MAHA PENYAYANG

PEMERINTAH PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM QANUN ACEH NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN,

QANUN PROVINSI NANGGROEACEH DARUSSALAM NOMOR 1 TAHUN 2005 TENTANG

QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 7 TAHUN 2005 TENTANG REUSAM GAMPONG BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH SUBHANAHUWATA ALA WALIKOTA BANDA ACEH

QANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR : 21 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM

QANUN KABUPATEN PIDIE JAYA NOMOR 15 TAHUN 2008 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATAKERJA KECAMATAN DALAM KABUPATEN PIDIE JAYA

QANUN KABUPATEN ACEH TENGAH NOMOR 12 TAHUN 2008 PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DAERAH (PPNSD) DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN ACEH TENGAH

PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH NOMOR : 25 TAHUN 2001 TENTANG

KEPUTUSAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN ULAMA ACEH NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG HASIL RAPAT KOORDINASI - II MAJELIS PERMUSYAWARATAN ULAMA ACEH

QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 6 TAHUN 2005 TENTANG TUHA PEUET GAMPONG BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH SUBHANAHUWATA ALA

-1- QANUN ACEH NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI BENER MERIAH QANUN KABUPATEN BENER MERIAH NOMOR 03 TAHUN 2014

WALIKOTA BANDA ACEH PROVINSI ACEH QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 2 TAHUN 2016

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2001 TENTANG OTONOMI KHUSUS BAGI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH

-1- GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 136 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH NOMOR : 24 TAHUN 2001 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUPANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2001 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2001 TENTANG

QANUN KABUPATEN ACEH TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA MAJELIS PENDIDIKAN DAERAH KABUPATEN ACEH TIMUR

Transkripsi:

QANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR 9 TAHUN 2003 TENTANG HUBUNGAN TATA KERJA MAJELIS PERMUSYAWARATAN ULAMA DENGAN EKSEKUTIF, LEGISLATIF DAN INSTANSI LAINNYA BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM, Menimbang : a. bahwa dalam masyarakat Aceh ulama menempati posisi strategis dan terhormat sebagai warasatul ambiya yang bertugas membimbing umat dalam kehidupan beragama, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara; b. bahwa Undang-undang Nomor 44 Tahun 1999 dan semangat Undang-undang Nomor 18 Tahun 2001 telah menempatkan Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) sebagai badan independen dan mitra sejajar badan eksekutif, legislatif, dan instansi lainnya, untuk itu perlu adanya pengaturan tentang hubungan tata kerja antara lembaga-lembaga tersebut; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan b, perlu penetapan dalam Qanun. Mengingat : 1. Al-Quran; 2. Al-Hadits; 3. Pasal 18 b dan pasal 29 Undang-Undang Dasar 1945; 4. Undang-undang Nomor 24 Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah Otonomi Provinsi Aceh dan Perubahan Peraturan Pembentukan Propinsi Sumatera Utara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 195 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara Nomor 1103); 5. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1991 tentang Kejaksaan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1991 Nomor 59 Tambahan Lembaran Negara Nomor 3451); 6. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839); 7. Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3848); 8. Undang-undang Nomor 44 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Keistimewaan Propinsi Daerah Istimewa Aceh (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 172, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3893); 9. Undang-undang Nomor 18 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus bagi Propinsi Daerah Istimewa Aceh sebagai Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 114, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4134); 10. Undang-undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian

Negara Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 2, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4168); 11. Undang-undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 3, Tambahan Lembaran Negara Nomor 1469); 12. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Provinsi sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3952); 13. Peraturan Daerah (Qanun) Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam Nomor 3 Tahun 2000 tentang Pembentukan Organisasi dan tata Kerja Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) Propinsi Daerah Istimewa Aceh (Lembaran Daerah Propinsi Daerah Istimewa Aceh Tahun 2000 Nomor 23); 14. Peraturan Daerah (Qanun) Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam Nomor 5 Tahun 2000 tentang Pelaksanaan Syari at Islam (Lembaran Daerah Propinsi Daerah Istimewa Aceh Tahun 2000 Nomor 30); Dengan persetujuan DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM MEMUTUSKAN : Menetapkan: QANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM TENTANG HUBUNGAN TATA KERJA MAJELIS PERMUSYAWARATAN ULAMA DENGAN EKSEKUTIF, LEGISLATIF DAN INSTANSI LAINNYA. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Qanun ini yang dimaksud dengan: 1. Provinsi adalah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. 2. Pemerintah Provinsi adalah Gubernur beserta perangkat lain Pemerintah Daerah sebagai Badan eksekutif Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. 3. Gubernur adalah Gubernur provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. 4. Badan Eksekutif adalah kekuasaan pemerintahan yang dilaksanakan oleh Gubernur, dibantu oleh seorang wakil Gubernur dan perangkat Daerah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. 5. Badan Legislatif adalah Dewan Perwakilan Rakyat daerah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam yang dipilih melalui pemilihan umum. 6. MPU adalah Majelis Permusyawaratan Ulama Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam yang bersifat independen. 7. instansi lainnya adalah instansi vertikal yang berada di Provinsi

Nanggroe Aceh Darussalam yang meliputi KODAM Iskandarmuda, Kepolisian Daerah Nanggroe Aceh Darussalam dan Kejaksaan Tinggi Nanggroe Aceh Darussalam. 8. Tata Hubungan Kerja adalah mekanisme hubungan fungsional antara MPU, dengan Badan Eksekutif, Legislatif dan Instansi lainnya yang berkaitan dengan fungsi dan tugas MPU dalam penentuan kebijakan Daerah. 9. Kebijakan Daerah adalah Qanun Provinsi dan Keputusan Gubernur yang bersifat mengatur dan mengikat dalam penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan pembinaan kemasyarakatan. 10. Independen adalah kedudukan Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) tidak berada dibawah Gubernur, DPRD atau Lembaga lain, tetapi sebagai mitra sejajarnya. 11. Fatwa adalah Keputusan Dewan Paripurna Ulama (DPU) yang berhubungan dengan hukum syariat terhadap sesuatu masalah kenegaraan dan kemasyarakatan. 12. Pertimbangan Ulama adalah keputusan DPU yang berhubungan dengan kebijakan daerah yang disampaikan secara tertulis. 13. Saran Ulama adalah usul atau rekomendasi yang disampaikan oleh pimpinan MPU kepada pemerintah. 14. Wilayatul Hisbah adalah satuan tugas yang membantu polisi dalam urusan penegakan Syariat Islam. BAB II KEWENANGAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN ULAMA Pasal 2 Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) berwenang memberikan pertimbangan, saran/fatwa baik diminta maupun tidak diminta kepada Badan Eksekutif, Legislatif, Kepolisian Daerah Nanggroe Aceh Darussalam, Kejaksaan, KODAM Iskandarmuda dan lain-lain Badan/Lembaga Pemerintah lainnya. BAB III HUBUNGAN TATA KERJA MPU DENGAN BADAN EKSEKUTIF Pasal 3 (1) Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) merupakan mitra kerja Badan Eksekutif dalam penentuan kebijakan Daerah terutama yang berkaitan dengan Syari'at Islam. (2) Sebagai mitra kerja Badan Eksekutif, Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) wajib memberi masukan, pertimbangan dan saran-saran kepada Badan Eksekutif dalam merumuskan dan menjalankan kebijakan Daerah baik dalam bidang pemerintahan, pembangunan, kemasyarakatan dan tatanan hukum serta tatanan ekonomi yang Islami. Pasal 4 (1) Badan Eksekutif dalam menjalankan kebijakan Daerah wajib memposisikan Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) sebagai Badan independen dan mitra kerja terutama yang berkaitan dengan Syari at Islam. (2) Badan Eksekutif wajib meminta masukan, pertimbangan dan

saran-saran dari Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) dalam menjalankan kebijakan Daerah. (3) Badan Eksekutif wajib mendengar fatwa Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) dalam menjalankan kebijakan Daerah, di bidang pemerintahan, pembangunan, kemasyarakatan, tatanan hukum dan tatanan ekonomi yang Islami. BAB IV HUBUNGAN TATA KERJA MPU DENGAN BADAN LEGISLATIF Pasal 5 (1) MPU sebagai badan independen dan mitra kerja badan Legislatif dalam menjalankan fungsi legislasi, penganggaran dan pengawasan kebijakan Daerah, terutama bidang syari at Islam. a. dalam negeri; b. luar negeri. (2) Sebagai badan independen dan mitra kerja badan Legislatif, MPU wajib memberikan masukan, pertimbangan dan saransaran kepada badan legislatif dalam menjalankan fungsi legislasi, penganggaran dan pengawasan kebijakan Daerah. Pasal 6 (1) Badan Legislatif dalam menjalankan fungsi legislasi yang menyangkut dengan Syari at Islam wajib meminta masukan, pertimbangan dan saran-saran dari Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU). (2) Dalam hal Badan Legislatif menjalankan fungsi legislasi, penganggaran dan pengawasan kebijakan Daerah, menyangkut dengan Hukum Islam, wajib meminta dan mempertimbangkan Fatwa dan pertimbangan Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU). Pasal 7 Badan Legislatif dapat menerima Rancangan Qanun di bidang Syari at Islam yang diajukan MPU sebagai Rancangan Qanun hak inisiatif anggota DPRD. Pasal 8 Dalam rangka pembentukan Komisi independen Pemilihan dan Komisi Pengawas Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Badan Legislatif wajib meminta pertimbangan MPU. BAB V HUBUNGAN TATA KERJA MPU DENGAN INSTANSI LAINNYA Bagian Pertama Hubungan Tata Kerja MPU dengan Kepolisian Daerah Nanggroe Aceh Darussalam Pasal 9 MPU sebagai badan independen wajib memberikan pertimbangan dan saran-saran kepada Kepala Kepolisian Daerah Nanggroe Aceh Darussalam dalam melaksanakan kebijakan di bidang keamanan, tugas fungsional Kepolisian, ketertiban dan ketentraman masyarakat serta bidang Pendidikan Kepolisian.

Pasal 10 Kepala Kepolisian Daerah Nanggroe Aceh Darussalam dalam melaksanakan tugas dibidang keamanan, fungsional Kepolisian, ketertiban dan ketentraman masyarakat wajib memperhatikan dengan sungguh-sungguh pertimbangan/ fatwa MPU dan Ketua MPU mempunyai tanggung jawab yang sejajar. Disatu pihak wajib menyampaikan saran dan pertimbangan lembaganya, dipihak yang satu lagi wajib memperhatikan/mempertimbangkan. Kedua-duanya tidak saling mengabaikan. Pasal 11 Kepala Kepolisian Daerah Nanggroe Aceh Darussalam wajib bekerjasama dengan MPU dalam rangka pendidikan dan pembinaan Kepolisian khusus di bidang penegakan Syari at Islam, ketertiban dan ketentraman masyarakat. Bagian Kedua Hubungan Tata Kerja MPU dengan Kejaksaan Nanggroe Aceh Darussalam Pasal 12 MPU sebagai badan independen dan mitra kerja Kejaksaan Nanggroe Aceh Darussalam dalam melaksanakan tugas dan kebijakan di bidang Penuntutan dan pelaksanaan putusan Peradilan Syari at Islam serta pengawasan terhadap aliran/ajaran sesat. Bagian Ketiga Larangan Pinjaman Pasal 13 Kejaksaan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dalam melaksanakan tugas dan kebijakan di bidang Penuntutan dan pelaksanaan Putusan Peradilan Syari at Islam serta pengawasan terhadap aliran/paham sesat wajib memperhatikan sungguh-sungguh pertimbangan/fatwa MPU. Bagian Ketiga Hubungan Tata Kerja MPU dengan KODAM Iskandar muda Pasal 14 MPU sebagai badan independen dan mitra kerja Eksekutif, Legislatif dan Instansi lainnya, wajib memberikan saran/pertimbangan kepada Kodam Iskandar Muda dalam rangka penetapan kebijakan dibidang pertahanan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Pasal 15 Kodam Iskandar muda dalam menyelenggarakan kebijakan pertahanan Negara di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam wajib memperhatikan sungguh-sungguh nilai-nilai agama, budaya, adat serta saran-saran/fatwa MPU. BAB VI KETENTUAN PENUTUP Pasal 16 Hal-hal yang belum diatur dalam Qanun ini sepanjang

pelaksanaannya, akan diatur dalam Keputusan bersama antara Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) dengan Badan Eksekutif/Legislatif/Instansi lainnya. Pasal 17 Qanun ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya memerintahkan pengundangan Qanun ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Disahkan di Banda Aceh pada tanggal 15 J u l i 2003 15 Jumadil Awal 1424 GUBERNUR PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM, ABDULLAH PUTEH Diundangkan di Banda Aceh pada tanggal 16 J u l i 2003 16 Jumadil Awal 1424 SEKRETARIS DAERAH PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM THANTHAWI ISHAK LEMBARAN DAERAH PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM TAHUN 2003 NOMOR 22 SERI D NOMOR 9 PENJELASAN ATAS QANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR 9 TAHUN 2003 TENTANG HUBUNGAN TATA KERJA MAJELIS PERMUSYAWARATAN ULAMA DENGAN BADAN EKSEKUTIF, LEGISLATIF DAN INSTANSI LAINNYA I. UMUM Sejak abad ke VI M atau abad I H, Islam telah masuk ke wilayah Nanggroe

Aceh Darussalam. Dalam kurun dua abad (abad XIII XIV) Nanggroe Aceh Darussalam menjadi sebuah Kerajaan Islam yang cukup maju, sehingga mengantarkan Nanggroe Aceh sebagai pusat pedagang, ilmu pengetahuan dan pertahanan. Kondisi tersebut telah melahirkan suasana masyarakat dan budaya Aceh yang Islami. Budaya dan adat Aceh yang lahir dari renungan para ulama, kemudian dipraktekkan, dikembangkan dan dilestarikannya dalam kehidupan masyarakat Aceh sehari-hari. Fenomena tersebut terpatri dengan kokohnya dalam ungkapan bijak Adat bak Poteu-meureuhom, Hukom bak Syiah Kuala, Qanun bak Putroe Phang Reusam bak Lakseumana. Ungkapan tersebut merupakan pencerminan dari Syari at Islam yang telah menyatu dan menjadi pedoman hidup bagi masyarakat Aceh. Kondisi tersebut tidak dapat dipisahkan dari peranan para ulama sebagai pewaris para rasul. Ulama bersama-sama dengan umara sangat berperan dalam menjalankan kebijakan pemerintahan dan membimbing masyarakat. Fakta sejarah tersebut menjadi kabur sejak Indonesia merdeka. Bahkan terutama sejak pemerintah Orde Baru berkuasa peranan ulama secara sistematis dimarginalkan oleh birokrasi, politisi dan konglomerat. Sehingga para ulama tidak mampu menjalankan missinya sebagai warasatul Ambiya dan malah ditinggalkan oleh umatnya. Bersamaan dengan kondisi tersebut Syari at Islam semakin melentur dalam pengamalan dan kehidupan masyarakat Nanggroe Aceh Darussalam. Julukan Aceh SERAMBI MEKKAH hanya tinggal sebutan tanpa makna. Dengan munculnya era reformasi pada tahun 1997, semangat dan peluang yang terpendam untuk memberlakukan Syari at Islam di beberapa daerah di Indonesia muncul kembali, terutama di Aceh yang telah lama dikenal sebagai Serambi Mekkah. Semangat dan peluang tersebut kemudian terakomodir dalam Undang-undang Nomor 44 Tahun 1999 tentang pengyelenggaraan Keistimewaan Propinsi Daerah Istimewa Aceh. Dalam rangka memperjelas peranan ulama dalam penetapan kebijakan daerah sebagaimana dikehendaki oleh Undang-undang Nomor 44 tahun 1999 tersebut, telah dikeluarkan Qanun (Peraturan Daerah) Nomor 3 tahun 2000 tentang Pembentukan organisasi dan Tata Kerja Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) Propinsi Daerah Istimewa Aceh. Di dalam pasal 3 ayat (1) dan (2) Perda (Qanun) tersebut ditetapkan bahwa MPU merupakan suatu Badan yang Independen dan bukan unsur pelaksana tapi merupakan mitra sejajar Pemerintah Daerah dan DPRD. Bahwa ketentuan pasal 3 ayat (1) dan (2) Perda (Qanun) Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam Nomor 3 tahun 2000, masih diperlukan penjelasan/penjabaran lebih lanjut. Oleh karena Qanun itu sendiri tidak memberikan penjelasan, baik yang bersifat umum maupun penjelasan pasal demi pasal. Sementara itu dalam penetapan kebijakan Daerah dari aspek Syari at Islam, sebaiknya dilakukan oleh Gubernur dan perangkat daerah sebagai badan eksekutif serta DPRD, tapi juga menyentuh kebijakan pemerintah yang dilaksanakan oleh instansi lainnya, seperti Kepolisian Daerah Nanggroe Aceh Darussalam, Kejaksaan Tinggi Nanggroe Aceh Darussalam, Komando Militer Iskandarmuda dan instansi vertikal lainnya. Adanya pengaturan hubungan tata kerja MPU dengan instansi lainnya adalah dimaksudkan agar semua kebijakan pemerintah yang dilaksanakan oleh instansi vertikan untuk Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dapat mendukung atau tidak kontra produktif dengan pelaksanaan Syari at Islam. Disisi lainnya dengan adanya hubungan tata kerja dengan MPU, maka kebijakan pemerintah akan dapat diimplementasikan secara efektif dalam masyarakat, karena telah mendapat dukungan moril dari MPU. Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka kehadiran Qanun yang mengatur lebih lanjut Hubungan Tata Kerja MPU dengan Badan Eksekutif, Legislatif dan

instansi lainnya merupakan kebutuhan filosofis, yuridis dan sosiologis dalam rangka penetapan kebijakan daerah dan pemerintah yang Islami. Pasal 1 Pasal 2 Pasal 3 Yang dimaksud dengan Badan/Lembaga Pemerintah lainnya adalah Badan atau Instansi Vertikal (Pemerintah Pusat) yang berada di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, seperti Kanwil Departemen Agama, Kanwil Departemen Kehakiman dan HAM, Kanwil Anggaran Departemen Keuangan, Keluarga Berencana, Badan Pertanahan, Lembaga Perbankan dan lain-lain. Ayat (1) Yang dimaksud dengan yang berkaitan dengan Syari at Islam adalah ketentuan Syari at Islam yang mengatur semua aspek kehidupan masyarakat terutama dalam rangka penentuan dan palaksanaan kebijakan Daerah. Ayat (2) Cukup jelas Pasal 4 Ayat (1) Yang dimaksud dengan Wajib memposisikan MPU sebagai badan independen dan mitra kerja adalah untuk memposisikan MPU sebagai perangkat Daerah lainnya dalam kegiatan-kegiatan rutin, atau operasional badan eksekutif. Ayat (2) Cukup jelas Ayat (3) Cukup jelas Pasal 5 Pasal 6 Ayat (1) Yang dimaksud dengan wajib meminta masukan, pertimbangan dan saran-saran dari MPU adalah dalam hal DPRD dan menerima Rancangan Qanun bidang Syari at Islam dari Eksekutif sebelum melakukan pembahasan atau membahas bersama-sama dengan MPU. Ayat (2) Cukup jelas Pasal 7 Dalam keadaan yang dipandang sangat mendesak adanya Qanun di bidang Syari at Islam, sementara karena alasan tertentu tidak memungkinkan pengajuan Rancangan Qanun tersebut oleh Eksekutif, maka DPRD

menerima Rancangan Qanun yang diajukan oleh MPU yang dijadikan sebagai hak inisiatif anggota DPRD. Pasal 8 Pasal 9 Pasal 10 Pasal 11 Pasal 12 Pasal 13 Pasal 14 Pasal 15 Pasal 16 Pasal 17 TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR 25