BAB I PENDAHULUAN. proses terjadinya perubahan prilaku sebagai dari pengalaman. kreatif, sehingga mampu memacu semangat belajar para siswa.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembelajaran yang terencana diarahkan untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan menjadi sangat penting dalam kehidupan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Guru merupakan salah satu unsur yang penting dalam proses belajar

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dalam Pendidikan, kita mengenal dengan Kegiatan Belajar Mengajar

BAB I PENDAHULUAN. berpikirnya dan akibatnya hasil belajar siswa menjadi rendah.

BAB I PENDAHULUAN. dalam berusaha melestarikan dan mewariskan nilai-nilai hidup. Kurikulum,

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas. Pendidikan yang berkualitas tinggi akan membawa kemajuan suatu

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pembelajaran adalah suatu proses yang tidak hanya sekedar menyerap

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia tersebut. Upaya peningkatan kualitas manusia harus

BAB I PENDAHULUAN. belajar untuk mencapai tujuan belejar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman

BAB I PENDAHULUAN. unsur yang terkait didalamnya saling mendukung. Dalam kegiatan belajar

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan suatu bangsa. Berawal dari kesuksesan di bidang pendidikan suatu

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Banyaknya materi pembelajaran dalam mata pelajaran ekonomi yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Guru memegang peranan penting terhadap keberhasilan belajar siswa,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pembelajaran yang berlangsung di dalam kelas biasanya masih berfokus

BAB 1 PENDAHULUAN. sumber daya yang profesional adalah aspek yang saling berkaitan. dapat meningkat sesuai dengan yang diharapkan.

BAB I PENDAHULUAN. kritis, kreatif dan mampu bersaing menghadapi tantangan di era globalisasi nantinya.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan upaya mempersiapkan sumber daya manusia yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Peran guru yang sesungguhnya adalah membuat siswa mau dan tahu

BAB I PENDAHULUAN. dari seluruh rakyat Indonesia, baik dari pemerhati pendidikan, birokrasi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Keberhasilan dalam proses belajar mengajar di sekolah tergantung kepada

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat penting dalam upaya pembentukan sumber daya manusia yang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. kondisi pembelajaran awal siswa sebelum diterapkan metode pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran yang lebih efektif dan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan formal maupun pendidikan informal. jawab seperti pendidikan keluarga dan lingkungan.

BAB I PENDAHULUAN. akan menghambat pembangunan negara yang bersangkutan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam peningkatan kualitas pendidikan yang juga tidak terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN. dapat berperan dalam pembangunan disegala bidang. Peningkatan mutu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Guru sebagai tenaga kependidikan memiliki tugas untuk melaksanakan proses

BAB I PENDAHULUAN. sendiri dan sejalan dengan kemampuan yang dimiliki peserta didik. dapat dimengerti dan dipahami oleh siswa dengan baik.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan Merupakan suatu kebutuhan dalam proses kehidupan. Majunya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sekolah merupakan lembaga formal untuk mencapai semua standar proses

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas sebagai modal bagi pembangunan nasional. 2010:65) Hasil survei The Political and Economic Risk Consultancy (PERC)

BAB I PENDAHULUAN. hanya mendengarkan, mencatat kemudian menghapal materi pelajaran yang

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat melahirkan sumber daya manusia yang terdidik. Seiring dengan perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. aktif dan interaktif, karena guru berinteraksi langsung dengan siswa sebagai

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuan-tujuan pembelajaran. Untuk itu guru harus menata kegiatan. sesuai dengan situasi dilingkungan siswa itu sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. Guru merupakan salah satu unsur dalam proses belajar mengajar yang bertanggung jawab

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Proses belajar dan mengajar di pengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor yang

BAB I PENDAHULUAN. kualitasnya sehingga harapan dan cita-cita pendidikan dapat tercapai.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam kegiatan belajar mengajar yang terjadi, guru selalu memiliki

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sarana yang penting dalam menyiapkan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. diharuskan memiliki profesionalisme yang tinggi dalam proses belajar- mengajar.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perkembangan suatu bangsa ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat membangkitkan kegiatan belajar yang efektif agar siswa dapat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah sarana utama dalam pembentukan sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang Masalah. Upaya yang dilakukan guru untuk meningkatkan kemampuan berpikir

BAB I PENDAHULUAN. atau maju. Suatu Negara dikatakan maju apabila memiliki sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Guru merupakan salah satu unsur yang penting dalam proses belajar

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung

BAB I PENDAHULUAN. proses interaksi antara guru dan siswa atau pembelajar beserta unsur-unsur yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan. Nasional :

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran dengan cara yang inovatif dan kreatif dalam mengelola kurikulum,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kemampuan bertanya menjadi hal yang penting bagi siswa, karena

BAB 1 PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah. Dalam era indutrialisasi, perkembangan zaman semakin maju dengan pesat.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 latar Belakang Masalah. Peningkatan mutu pendidikan tidak terlepas dari kualitas proses

BAB I PENDAHULUAN. Proses pembelajaran merupakan pola dan urutan kegiatan guru dan siswa

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sangat berkaitan erat dengan proses pembelajaran yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. melakukan banyak cara untuk meningkatkan mutu pendidikan Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Begitu pula dengan sumber belajar yang akan digunakan karena dari sumber

BAB I PENDAHULUAN. berperan penting dalam kegiatan belajar mengajar sehingga harus memperhatikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Salah satu wadah pembentukan sumber daya manusia agar berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan harus mengantisipasi tuntutan hidup untuk beradaptasi

BAB I PENDAHULUAN. Guru menempati posisi dan peran penting dalam pendidikan, karena guru

BAB I PENDAHULUAN. bermutu adalah pelaksanaan proses pembelajaran oleh guru yang prosesional yang

BAB I PENDAHULUAN. bangsa ditentukan oleh kreativitas pendidikan bangsa itu sendiri.kompleksnya

BAB I PENDAHULUAN. pada saat ini, yang mana praktik-praktik pembelajaran di lapangan cenderung

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Berbicara tentang pendidikan, berarti membicarakan tentang hidup dan kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembangunan di bidang pendidikan sebagai salah satu bagian dari

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan dirinya dengan pengetahuan, keterampilan, dan keahlian guru.

BAB I PENDAHULUAN. belajar mengajar sehingga siswa tersebut tidak merasa bosan.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan ditunjang oleh komponen pendidikan yang terdiri dari pesert didik, digunakan guru dalam proses belajar mengajar.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Guru menjadi komponen yang sangat penting untuk menciptakan

BAB I PENDAHULUAN. dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan. Melalui sekolah, siswa belajar

BAB I PENDAHULUAN. untuk membantu siswa supaya bisa belajar secara baik. yang baik dan merupakan unsur yang penting di dalam keseluruhan sistem

BAB I PENDAHULUAN. teknologi. Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Bab II Pasal 3

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Guru merupakan salah satu unsur yang penting dalam proses belajar

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan pemerintah, diantaranya dengan melakukan perbaikan dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam aktivitas kehidupan sehari-hari, manusia hampir tidak pernah dapat

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang berkualitas. Pendidikan yang berkualitas salah satunya dapat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu kebutuhan yang harus dipenuhi dalam

BAB I PENDAHULUAN. (KTSP) tahun 2006 lalu, pendidik tidak bisa lagi menggunakan paradigma lama

BAB I PENDAHULUAN. penguasaan metode pembelajaran yang kurang. Djamarah (2013:3) menyatakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan sesuatu yang paling penting dalam kehidupan kita. Seorang guru dalam pendidikan memegang

PENERAPAN COOPERATIVE LEARNING TIPE MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PECAHAN DI KELAS VII A SMP NEGERI 1 PALU

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai nilai strategis bagi kelangsungan peradaban manusia. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial) adalah gabungan dari ilmu sosial

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Tujuan pendidikan pada dasarnya adalah mengantar para siswa menuju

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia khususnya dalam bidang pendidikan.

I. PENDAHULUAN. pembelajaran di kelas, interaksi aktif antara siswa dengan guru atau siswa dengan

BAB I PENDAHULUAN. mata pelajaran yang harus diberikan di Sekolah Dasar (SD). Mata pelajaran ini

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam era industrialisasi, perkembangan zaman semakin maju dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Guru sebagai salah satu sumber belajar, selalu berusaha memberikan

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia (SDM), karena sumber daya yang berkualitas

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembelajaran yang terencana diarahkan untuk mewujudkan suasana belajar yang aktif dan kondusif dan proses belajar mengajar yang dapat berlangsung sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Pembelajaran tidak sematamata berusaha untuk mencapai hasil belajar, tetapi bagaimana memperoleh hasil atau proses belajar yang terjadi pada anak. Dimana belajar merupakan suatu proses terjadinya perubahan prilaku sebagai dari pengalaman. Siswa membutuhkan situasi pembelajaran yang kondusif yang memungkinkan untuk mengembangkan potensi dirinya. Peran guru yang sesungguhnya adalah membuat siswa mau dan tahu bagaimana cara belajar. Guru bukan hanya memberi sebanyak mungkin informasi melainkan membuat siswa menyukai kegiatan mencari informasi sebanyak mungkin. Guru menjadi komponen yang sangat penting untuk menciptakan pembelajaran yang aktif dan kreatif, sehingga mampu memacu semangat belajar para siswa. Proses pembelajaran mendorong keaktifan siswa, keaktifan siswa dalam proses pembelajaran akan menyebabkan interaksi yang tinggi antara guru dengan siswa ataupun dengan siswa itu sendiri. Hal ini akan mengakibatkan suasana kelas menjadi kondusif, dimana masing-masing siswa dapat melibatkan kemampuannya semaksimal mungkin. Aktivitas yang timbul dari siswa akan mengakibatkan terbentuknya pengetahuan dan keterampilan yang akan mengarah pada peningkatan hasil belajar.

Guru dituntut untuk mampu menguasai kelas dengan baik, menguasai materi pembelajaran dan mampu memanajemen siswanya melalui berbagai cara yang kreatif dan inovatif. Sehingga aktivitas belajar yang diharapkan terjadi dapat terwujud secara maksimal. Namun interaksi aktif antara siswa dengan guru atau siswa dengan siswa jarang terjadi. Siswa kurang terampil menjawab pertanyaan atau bertanya tentang konsep yang diajarkan. Siswa kurang bisa bekerja dalam kelompok diskusi dan pemecahan masalah yang diberikan. Mereka cenderung belajar sendiri-sendiri. Dalam pengertian aktivitas belajar yang mereka lakukan di dalam kelas rendah. Akuntansi merupakan salah satu pelajaran yang diujikan dalam Ujian Nasional dalam tingkat SMA/SMK perlu mendapatkan perhatian khusus agar nilai yang diperolehnya tinggi tidak sekedar mencapai rata-rata nilai standar kelulusan yang diterapkan pemerintah. Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti di SMA Negeri 5 Medan, mata pelajaran akuntansi menurut kebanyakan siswa sangat sulit dipelajari dan kurang menyenangkan atau tidak terlalu diminati siswa. Hal ini memicu ketidaktertarikan mereka dan memberikan dampak buruk terhadap hasil belajar siswa. Kondisi yang terjadi didalam kelas XI IPS 1 yang peneliti dapatkan pada saat mengobservasi, pelaksanaan pembelajaran masih berpusat kepada guru dengan memberikan pelayanan yang sama kepada seluruh siswa didalam kelas sehingga hasil belajar yang diperoleh setiap siswa tidak jauh berbeda atau relatif tetap.

Berdasarkan dari uraian diatas, dapat dilihat dari rata-rata nilai ulangan harian siswa kelas XI IPS 1 di SMA Negeri 5 Medan, dari 40 orang siswa didalam satu kelas sekitar 40% atau sekitar 16 siswa yang mendapatkan rata-rata yang memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) dengan nilai 70 selebihnya 60% atau 24 siswa yang masih harus mengikuti remedial dengan rata-rata 60. Tabel 1.1 Data Hasil Belajar Akuntansi Siswa Kelas XI IPS 1 Triwulan Pertama Semester Genap Tahun Pembelajaran 2012/2013 No Test KKM Siswa memperoleh nilai diatas KKM Siswa memperoleh nilai dibawah KKM Jumlah % Jumlah % 1 UH 1 70 14 35% 26 65% 2 UH 2 70 16 40% 24 60% 3 UH 3 70 18 45% 22 55% Jumlah 48 120% 72 180% Rata-rata 16 40% 24 60% Sumber : Guru bidang studi akuntansi kelas XI IPS 1 SMA Negeri 5 Medan. Rendahnya hasil belajar siswa pada mata pelajaran akuntansi yaitu terletak pada pelaksanaan proses belajar mengajar guru yang tidak memberikan peluang kepada anak didik untuk berkembang secara mandiri melalui penemuan dan proses pemikiran. Kebiasaan siswa selama mengikuti proses pembelajaran yaitu hanya mendengar, mencatat dan mengerjakan latihan yang diberikan membuat suasana membosankan dikelas. Peran aktif siswa dalam proses pembelajaran menjadi hal yang sangat langkah dijumpai. Maka perlu dikembangkan model pembelajaran yang digunakan harus mampu mengaktifkan siswa didalam proses pembelajaran. Salah satu model yang dapat digunakan untuk mengaktifkan siswa adalah dengan menggunakan model pembelajaran diskusi sehingga siswa dapat berpikir lebih kreatif.

Peneliti tertarik untuk melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dimana penelitian ini akan dilaksanakan dengan dua siklus. Model pembelajaran yang dapat mengupayakan agar pembelajaran yang berpusat pada guru berubah menjadi terpusat pada siswa. Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan adalah menerapkan kolaborasi model pembelajaran Make a Match dengan Numbered Heads Together yang diharapkan mampu mencapai keberhasilan pembelajaran di sekolah dan dapat dijadikan suatu alternatif pemecahan masalah guna meningkatkan pemahaman dan aktivitas siswa yang berkontribusi pada peningkatan hasil belajar siswa. Model Pembelajaran Make a Match atau mencari pasangan merupakan salah satu cara pembelajaran yang dapat diterapkan kepada siswa. Penerapan model ini dimulai dari teknik yaitu siswa disuruh mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban/soal sebelum batas waktunya, siswa yang dapat mencocokkan kartunya diberi poin. Dengan adanya pertandingan akademis ini siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan. Akan lebih baik lagi apabila model Pembelajaran Make a Match diikuti dengan penerapan model pembelajaran Numbered Heads Together. Model pembelajaran Numbered Heads Together menempatkan siswa sebagai suatu sistem yang bekerja sama dalam mencapai suatu hasil yang optimal dalam belajar. Keberhasilan belajar menurut model ini tidak hanya ditentukan oleh individu melainkan dilakukan bersama-sama dalam masing-masing kelompok dengan menumbuhkan dan mengembangkan cara berpikir dan sikap ilmiah, sehingga setiap siswa ikut ambil bagian di dalam kelompok.

Dari uraian di atas, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul Penerapan Kolaborasi Model Pembelajaran Make a Match dengan Numbered Heads Together Untuk Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Akuntansi Siswa Kelas XI IPS 1 SMA Negeri 5 Medan Tahun Pembelajaran 2012/2013. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimanakah meningkatkan aktivitas belajar akuntansi siswa di kelas XI IPS 1 SMA Negeri 5 Medan? 2. Bagaimanakah meningkatkan hasil belajar akuntansi siswa di kelas XI IPS 1 SMA Negeri 5 Medan yang masih rendah? 3. Apakah dengan menerapkan kolaborasi model pembelajaran Make a Match dengan Numbered Heads Together dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar akuntansi siswa di kelas XI IPS 1 SMA Negeri 5 Medan? 4. Apakah ada perbedaan yang signifikan hasil belajar akuntansi antara siklus I dan siklus II melalui penerapan kolaborasi model pembelajaran Make a Match dengan Numbered Heads Together pada siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 5 Medan? 1.3 Rumusan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah dengan menerapkan kolaborasi model pembelajaran Make a Match dengan Numbered Heads Together dapat meningkatkan aktivitas belajar akuntansi siswa di kelas XI IPS 1 SMA Negeri 5 Medan? 2. Apakah dengan menerapkan kolaborasi model pembelajaran Make a Match dengan Numbered Heads Together dapat meningkatkan hasil belajar akuntansi siswa di kelas XI IPS 1 SMA Negeri 5 Medan? 3. Apakah ada perbedaan yang signifikan hasil belajar akuntansi antara siklus I dan siklus II melalui penerapan kolaborasi model pembelajaran Make a Match dengan Numbered Heads Together pada siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 5 Medan? 1.4 Pemecahan Masalah Sebagaimana yang telah dijelaskan pada latar belakang masalah, bahwa kenyataannya hasil belajar siswa belum mencapai target yang diinginkan, maka kemampuan guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar perlu ditingkatkan. Perlu diterapkan model pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan hasil belajar akuntansi siswa, khususnya pada mata pelajaran akuntansi. Oleh karena itu, peneliti berkonsultasi dengan guru mata pelajaran akuntansi untuk melakukan penelitian dalam proses belajar mengajar dengan menerapkan model pembelajaran Make a Match dengan Numbered Heads Together dalam proses belajar sehingga dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Untuk meningkatkan partisipasi dan keaktifan siswa serta membantu memudahkan siswa dalam memahami materi yang dipelajari dalam suasana yang

menyenangkan dapat dilakukan dengan penerapan model pembelajaran Make a Match dimulai dari siswa disuruh mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban/soal sebelum batas waktunya, siswa yang dapat mencocokkan kartunya diberi poin. Dalam model ini, siswa diarahkan agar lebih aktif, berpikir kreatif dan kritis terhadap masalah yang ada. Model pembelajaran ini mengandung unsur permainan sehingga diharapkan siswa tidak bosan dalam belajar akuntansi. Model pembelajaran Make a Match bertujuan agar siswa mempunyai jiwa kemandirian dalam belajar serta menumbuhkan daya kreativitas. Model ini digunakan sebagai alternatif yang dirasa lebih memahami karakteristik siswa. Karakteristik yang dimaksud disini adalah siswa menyukai belajar yang menyenangkan dalam proses belajar mengajar. Aktivitas siswa yang pasif menjadi meningkat hal ini lah yang diharapkan dengan penerapan model tersebut. Siswa yang bersemangat mempengaruhi aktivitas belajar di dalam kelas. Dengan begitu tidak hanya aktivitas yang meningkat tetapi hasil belajar siswa juga akan meningkat. Penerapan model pembelajaran Numbered Heads Together merupakan sebuah model pembelajaran dimana siswa dibagi kedalam beberapa kelompok heterogen. Satu kelompok terdiri dari 6 atau 7 orang. Keberhasilan belajar dalam model ini tidak hanya ditentukan oleh individu secara utuh, melainkan ditentukan oleh kelompok. Setiap kelompok harus bekerjasama dalam mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan bahwa setiap anggota kelompok dapat mengerjakan/mengetahui jawabannya. Melalui model pembelajaran Numbered Heads Together siswa dilatih untuk dapat saling berbagi informasi, mendengar

dengan cermat serta berbicara sesuai pendapat mereka masing-masing. Sehingga kegiatan pembelajaran yang tadinya monoton dan berpusat pada guru menjadi lebih interaktif dan tidak membosankan sehingga dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Dengan berdiskusi maka siswa akan lebih aktif di dalam menuangkan segala pemikiran yang ada. Siswa lebih berani menuangkan isi pemikirannya dengan teman kelompoknya dari pada langsung ke pada guru. Oleh karena itu model pembelajaran yang berbasis diskusi akan dapat membantu siswa. Model pembelajaran Numbered Heads Together merupakan salah satu model pembelajaran yang membuat siswa menjadi lebih aktif dan kreatif dalam menyelesaikan soal-soal dalam mata pelajaran akuntansi, menumbuhkan motivasi dan minat siswa dalam belajar sehingga hal ini mengubah kebiasaan siswa yang pasif di dalam kelas menjadi lebih aktif dengan begitu aktivitas belajar siswa di dalam kelas meningkat. Penerapan kolaborasi model pembelajaran Make a Match dengan Numbered Heads Together di dalam kelas dimaksudkan untuk membantu guru mengaitkan materi yang diajarkan dengan situasi kehidupan sehari- hari siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapannya dalam kehidupan mereka. Melalui proses pembelajaran sendiri, serta kelompok seperti bermain, maka pembelajaran menjadi menyenangkan, siswa menjadi tidak bosan dan jenuh serta tertarik dalam materi yang diajarkan. Dengan kondisi pembelajaran yang demikian, maka aktivitas belajar diharapkan dapat meningkat sehingga hasil belajar juga diharapkan mengalami peningkatan.

Penerapan kolaborasi model ini juga memupuk keberanian dan mental siswa. Dimana, setiap siswa harus berani mempresentasikan hasil diskusi kelompok mereka. Namun tidak menutup kemungkinan terjadinya kericuhan didalam kelas. Dari uraian di atas, dengan menerapan kolaborasi model pembelajaran Make a Match dengan Numbered Heads Together diharapkan dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar akuntansi siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 5 Medan Tahun Pembelajaran 2012/2013. 1.5 Tujuan Penelitian Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui peningkatan aktivitas belajar siswa di kelas XI IPS 1 SMA Negeri 5 Medan melalui kolaborasi model pembelajaran Make a Match dengan Numbered Heads Together. 2. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar akuntansi siswa di kelas XI IPS 1 SMA Negeri 5 Medan melalui kolaborasi model pembelajaran Make a Match dengan Numbered Heads Together. 3. Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar akuntansi siswa yang signifikan antara siklus I dan siklus II dengan menerapkan kolaborasi model pembelajaran Make a Match dengan Numbered Heads Together pada siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 5 Medan. 1.6 Manfaat Penelitian Dengan dilakukannya penelitian ini, maka diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :

1. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan peneliti sebagai calon guru dalam penerapan kolaborasi model pembelajaran Make a Match dengan Numbered Heads Together dalam meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. 2. Sebagai bahan masukan bagi pihak sekolah khususnya guru bidang studi akuntansi dalam meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dengan penerapan model pembelajaran Make a Match dengan Numbered Heads Together. 3. Sebagai bahan referensi dan masukan bagi civitas akademik fakultas ekonomi UNIMED dan pihak lain dalam melakukan penelitian sejenis.