Pengaruh konsumsi semangka (Citrullus lanatus) dalam menurunkan indeks debris pada anak usia 8-10 tahun

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH KONSUMSI PEPAYA (Carica papaya) DALAM MENURUNKAN INDEKS DEBRIS PADA ANAK USIA TAHUN DI SDN 103 MANADO

BAB I PENDAHULUAN. dalam perkembangan kesehatan anak, salah satunya disebabkan oleh rentannya

BAB I PENDAHULUAN. Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2007, prevalensi

BAB I PENDAHULUAN. Sebanyak 14 provinsi mempunyai prevalensi masalah gigi dan mulut di atas

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat di Indonesia (Notoharjo & Lely, 2005). Masalah kesehatan gigi dan mulut

Perbandingan pengaruh promosi kesehatan menggunakan media audio dengan media audio-visual terhadap perilaku kesehatan gigi dan mulut siswa SD

ABSTRAK. Kata kunci:berkumur, infusa jeruk nipis (Citrus aurantifolia (Cristm.) Swingle), plak gigi

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN STATUS KARIES GIGI PADA SISWA SMP KRISTEN 67 MANADO

GAMBARAN STATUS KEBERSIHAN MULUT SISWA SD KATOLIK ST. AGUSTINUS KAWANGKOAN

STATUS KEBERSIHAN GIGI DAN MULUT PASIEN POLIKLINIK GIGI PUSKESMAS PANIKI BAWAH MANADO

Hubungan pengetahan kesehatan gigi dan mulut dengan status karies pada pemulung di tempat pembuangan akhir Sumompo Manado

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian tentang perbedaan derajat keasaman ph saliva antara sebelum

PENGARUH MENGUNYAH BUAH APEL DAN JAMBU BIJI MERAH TERHADAP DEBRIS INDEKS. Siti Hidayati 1, Dwi Suyatmi 2

PENGARUH PENYULUHAN CARA MENYIKAT GIGI TERHADAP INDEKS PLAK GIGI PADA SISWA SD INPRES LAPANGAN

ABSTRAK. Efektivitas menyikat gigi, indeks plak, metode horizontal, metode roll

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesehatan merupakan bagian terpenting dalam kehidupan manusia. Manusia

EFEKTIVITAS KONSUMSI BUAH APEL (PYRUS MALUS) JENIS FUJI TERHADAP SKOR PLAK GIGI DAN ph SALIVA

EFEKTIVITAS MEDIA CERITA BERGAMBAR DAN ULAR TANGGA DALAM PENDIDIKAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT SISWA SDN 2 PATRANG KABUPATEN JEMBER

PERBANDINGAN STATUS KEBERSIHAN GIGI DAN MULUTPADA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS SLB-B DAN SLB-C KOTA TOMOHON

Pengaruh konsumsi nanas (Ananas comosus L. Merr) terhadap penurunan indeks plak pada anak usia tahun di SD Inpres 4/82 Pandu

ABSTRAK. Kata kunci: permen karet, sukrosa, xylitol, kapasitas bufer, ph saliva

STATUS KEBERSIHAN MULUT ANAK USIA 9-11 TAHUN DAN KEBIASAAN MENYIKAT GIGI MALAM SEBELUM TIDUR DI SDN MELONGUANE

Universitas Sam Ratulangi Manado Jurnal e-gigi (eg), Volume 5 Nomor 1, Januari-Juni 2017

Kata kunci: Body Mass Index (BMI), Underweight, Overweight, Obesitas, Indeks DMF-T, Karies.

PERBEDAAN ANGKA RATA-RATA KARIES GIGI ANTARA MASYARAKAT BALI VEGETARIAN DAN NONVEGETARIAN DI DESA BASARANG JAYA KABUPATEN KAPUAS

Sri Junita Nainggolan Jurusan Keperawatan Gigi Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan. Abstrak

PENURUNAN INDEKS PLAK PADA MURID SEKOLAH DASAR YANG MENGUNYAH BUAH SEMANGKA DENGAN BUAH NENAS DI KABUPATEN AGAM

PERBEDAAN INDEKS HIGIENE ORAL DAN ph PLAK KELOMPOK PEMAKAI DAN BUKAN PEMAKAI PESAWAT ORTODONTI CEKAT LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

BAB 1 PENDAHULUAN. Saliva merupakan cairan rongga mulut yang kompleks yang terdiri atas

ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN DAN PERILAKU ORANG TUA TERHADAP TINGKAT KEPARAHAN KARIES GIGI PADA ANAK KELAS 1 DI SDN X DAN Y

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kementerian Kesehatan Tahun 2010 prevalensi karies di Indonesia mencapai 60

Perilaku Pemeliharaan dan Status Kebersihan Gigi dan Mulut Masyarakat di Kelurahan Paniki Kabupaten Sitaro

INDEKS DEBRIS SEBELUM DAN SESUDAH DILAKUKAN PROMOSI KESEHATAN TENTANG MENYIKAT GIGI PADA MURID SD NEGERI POIGAR

(Kajian Pada SD Negeri Minomartani 1 Yogyakarta) Satya Bagus Pradita 1, Alfini Octavia 2. Abstract

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mempengaruhi derajat keasaman saliva. Saliva memiliki peran penting dalam

ABSTRAK. Kata kunci: Menggosok gigi, perilaku, pendidikan kesehatan.

PERBEDAAN INDEKS PLAK SEBELUM DAN SESUDAH PENGUNYAHAN BUAH APEL

PREVALENSI KARIES GIGI SULUNG ANAK PRASEKOLAH DI KECAMATAN MALALAYANG KOTA MANADO

PENGARUH KONSUMSI COKELAT DAN KEJU TERHADAP KONSENTRASI KALSIUM

Gambaran tindakan perawatan gigi anak di Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas Sam Ratulangi pada tahun 2011

BAB 5 HASIL PENELITIAN

SALIVA SEBAGAI CAIRAN DIAGNOSTIK RESIKO TERJADINYA KARIES PUTRI AJRI MAWADARA. Dosen Pembimbing : drg. Shanty Chairani, M.Si.

GAMBARAN PENGETAHUAN PENCABUTAN GIGI SISWA SMA NEGERI 1 SANG TOMBOLANG KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN SISWA TENTANG PENCABUTAN GIGI DI SMP NEGERI 2 LANGOWAN

BUAH MENTIMUN DAN TOMAT MENINGKATKAN DERAJAT KEASAMAN (ph) SALIVA DALAM RONGGA MULUT

ABSTRAK. PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN JATI BELANDA (Guazuma ulmifolia Lamk) TERHADAP PENURUNAN KADAR KOLESTEROL TOTAL

BAB I PENDAHULUAN. penanganan secara komprehensif, karena masalah gigi berdimensi luas serta mempunyai

Pengaruh air kelapa terhadap peningkatan ph saliva

NASKAH PUBLIKASI. PERBEDAAN DERAJAT KEASAMAN (ph) SALIVA ANTARA SEBELUM DAN SESUDAH MENGUNYAH BUAH NANAS. (Ananas Comosus) PADA ANAK USIA 8-10 TAHUN

EFEKTIVITAS DENTAL HEALTH EDUCATION DISERTAI DEMONSTRASI CARA MENYIKAT GIGI TERHADAP TINGKAT KEBERSIHAN GIGI DAN MULUT ANAK SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. 25,9%, tetapi hanya 8,1% yang mendapatkan perawatan. 2

ABSTRAK. Pembimbing I : DR. Felix Kasim, dr, M.Kes Pembimbing II : drg. Winny Suwendere, MS

GAMBARAN PENCABUTAN GIGI MOLAR SATU MANDIBULA BERDASARKAN UMUR DAN JENIS KELAMIN DI BALAI PENGOBATAN RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT MANADO TAHUN 2012

STATUS KEBERSIHAN GIGI DAN MULUT PADA ANAK AUTIS DI KOTA MANADO

PENINGKATAN ph SALIVA SETELAH MENGUNYAH BUAH MENTIMUN DAN TOMAT PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 2 TURI SLEMAN YOGYAKARTA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perawat gigi, hal ini terlihat bahwa penyakit gigi dan mulut masih di derita oleh

2005). JURNAL GIGI DAN MULUT VOL.3, NO. 1, APRIL 2016

ABSTRAK. Kata kunci : Kismis, Thompson Seedless, plak gigi, O Leary

STATUS KARIES PADA GIGI BERJEJAL DI SD NEGERI 12 TUMINTING

PENGARUH MENGUNYAH BUAH BELIMBING WULUH DAN JERUK KEPROK TERHADAP

Universitas Sam Ratulangi Manado

BAB I PENDAHULUAN. saliva mayor dan minor. Saliva diproduksi dalam sehari sekitar 1 2 liter,

BAB 1 PENDAHULUAN. kelenjar saliva, dimana 93% dari volume total saliva disekresikan oleh kelenjar saliva

Hubungan antara kebiasaan konsumsi makanan manis dengan karies gigi anak usia sekolah

BAB I PENDAHULUAN. tetapi juga terjadi pada anak-anak. Karies dengan bentuk yang khas dan

ABSTRAK. Kata kunci: plak gigi, seduhan kelopak bunga rosella, indeks plak. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. makanan sehingga membantu pencernaan, untuk berbicara serta untuk

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. kesehatan, terutama masalah kesehatan gigi dan mulut. Kebanyakan masyarakat

DAFTAR ISI BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ABSTRAK PERBEDAAN JUMLAH KOLONI BAKTERI AEROB DI RONGGA MULUT SEBELUM DAN SESUDAH MENGKONSUMSI YOGHURT

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Dokter Gigi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Pengambilan sampel

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia. Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun prevalensi masalah kesehatan gigi dan mulut penduduk

GAMBARAN SKOR PLAK PADA SISWA KELAS VIII SMP MUHAMMADYAH GODEAN 1

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Jurnal Care Vol.5, No2,Tahun 2017

ABSTRAK. Kata Kunci: susu formula dalam botol, indeks karies, anak usia 3 4 tahun

PENGARUH METODE MENGGOSOK GIGI SEBELUM MAKAN TERHADAP KUANTITAS BAKTERI DAN Ph SALIVA

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan adalah masa yang unik dalam hidup seorang wanita, yaitu keadaan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang masih perlu mendapat perhatian. Menurut Pintauli dan Hamada (2008),

PENGARUH PEMBERIAN PERMEN KARET YANG MENGANDUNG XYLITOL TERHADAP CURAH DAN ph SALIVA PADA LANSIA PENDERITA HIPERTENSI DENGAN TERAPI AMLODIPINE

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001,

BAB I PENDAHULUAN. Karies gigi merupakan salah satu penyakit kronis yang paling umum terjadi di

BAB 1 PENDAHULUAN. Kerusakan pada gigi merupakan salah satu penyakit kronik yang umum

Gambaran Status Karies Gigi Pada Mahasiswa Jurusan Kesehatan Gigi Poltekkes Jakarta 1,2008

Anneke A. Tahulending 1), Christy Velia Kosegeran 2) 1)3) Jurusan Keperawatan Gigi Poltekkes Kemenkes Manado, Jl. R. W. Mongisidi Malalayang

BAB 1 PENDAHULUAN. saliva yaitu dengan ph (potensial of hydrogen). Derajat keasaman ph dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan gigi dan mulut di Indonesia menjadi perhatian khusus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ABSTRAK. Kata kunci : anak SD, jajanan, sukrosa, ph saliva, indikator ph, karies

ABSTRAK. Kata kunci : Plak gigi; susu murni; indeks plak; O Leary

BAB I PENDAHULUAN. Karies gigi merupakan masalah kesehatan gigi dan mulut yang paling dominan

PENGARUH VISKOSITAS SALIVA TERHADAP PEMBENTUKAN PLAK GIGI PADA MAHASISWA POLTEKKES KEMENKES PONTIANAK

BAB I PENDAHULUAN. kotoran lain yang berada di atas permukaan gigi seperti debris, karang gigi, atau

BAB 5 HASIL PENELITIAN. Tabel 1 : Data ph plak dan ph saliva sebelum dan sesudah berkumur Chlorhexidine Mean ± SD

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Karies gigi merupakan masalah utama dalam kesehatan gigi dan mulut

GAMBARAN STATUS GINGIVA MENURUT KEBIASAAN MENYIKAT GIGI SEBELUM TIDUR MALAM HARI PADA SISWA SEKOLAH DASAR NEGERI 70 MANADO

BAB I PENDAHULUAN. pada anak usia sekolah dasar (Soebroto, 2009). mulut adalah penyakit jaringan keras gigi (karies gigi) dan penyakit

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PEMELIHARAAN KESEHATAN GIGI DAN TINGKAT KEPARAHAN KARIES GIGI SISWA SDN TUMALUNTUNG MINAHASA UTARA

NASKAH PUBLIKASI. Disusun untuk Dipublikasikan Pada Jurnal Ilmiah Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Muhammadiyah Surakarta

Transkripsi:

Jurnal e-gigi (eg), Volume 4 Nomor 1, Januari-Juni 2016 Pengaruh konsumsi semangka (Citrullus lanatus) dalam menurunkan indeks debris pada anak usia 8-10 tahun 1 Rafi Lusnarnera 2 Lydia E. N. Tendean 3 Paulina N. Gunawan 1 Kandidat Skripsi Program Studi Pendidikan Dokter Gigi Fakultas Kedokteran 2 Bagian Biologi Fakultas Kedokteran 3 Program Studi Pendidikan Dokter Gigi Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado Email: rafi_02@rocketmail.com Abstract: Fresh fruit consumption which is rich in vitamins, minerals, fibers, and water can expedite tooth self cleansing, therefore, debris width surface can be decrease. Watermelon is one of favorable fruits with sweet taste. Watermelon contains 91.45 g water and 0.4 g fiber every 100 g of watermelon flesh. Debris affects the occurrence of caries. According to Basic Health Research (RISKESDAS) in 2013, dental and oral health problems, specifically in North Sulawesi, were 31.6%; caries in North Sulawesi was 5.4%. Preventive efforts towards caries among children must be done systematically and as early as possible. Age category 8 th 10 th is the most critical on the occurrence of caries. This study aimed to find out whether watermelon consumption can decrease debris index among children aged 8-10 years old. This was an experimental study with a preexperimental design one-shot case study and a pre-test and post-test approach. This study was conducted at SDN 118 Manado, with a total population of 38 students. Samples were obtained by using the total sampling method. Based on the Wilcoxon test, the significance probability value was p = 0.000 which meant that there was a significant difference between debris index before and after watermelon consumption. Conclusion: Watermelon consumption can decrease debris index among children aged 8-10 years. Keywords: watermelon, debris index, children Abstrak: Konsumsi buah yang segar dan kaya akan vitamin, mineral, serat dan air dapat melancarkan pembersihan sendiri pada gigi, sehingga luas permukaan debris dapat dikurangi. Semangka merupakan buah yang banyak disukai karena rasanya yang manis. Dalam semangka terkandung kadar air yang cukup tinggi yaitu 91,45 g dan kadar serat sebesar 0,4 gr tiap 100 g daging buah semangka. Debris berpengaruh cukup besar terhadap proses terjadinya karies. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) pada tahun 2013, masalah gigi dan mulut khususnya di Provinsi Sulawesi Utara sebesar 31,6%, dan yang mengalami karies gigi sebesar 5,4%. Upaya preventif pada anak diperlukan untuk mengatasi karies gigi serta dilakukan secara sistematis dan sedini mungkin. Usia 8-10 tahun merupakan kelompok usia yang kritis terhadap terjadinya karies gigi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh mengonsumsi semangka dalam menurunkan indeks debris pada anak usia 8-10 tahun. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental dengan rancangan pra-eksperimental jenis one-shot case study dan pendekatan pre dan post-test perlakuan. Penelitian ini dilaksanakan di SDN 118 Manado dengan populasi sebanyak 38 siswa. Sampel penelitian ini didapatkan dengan teknik total sampling. Berdasarkan uji Wilcoxon nilai probabilitas signifikansi p = 0,000 yang artinya terdapat perbedaan bermakna antara selisih indeks debris sebelum konsumsi semangka dan setelah konsumsi semangka. Simpulan: Konsumsi semangka dapat menurunkan indeks debris pada anak usia 8-10 tahun. Kata kunci: buah semangka, indeks debris 53

Lusnarnera, Tendean, Gunawan: pengaruh konsumsi semangka (Citrullus lanatus)... Konsumsi buah yang segar dan kaya akan vitamin, mineral, serat dan air dapat melancarkan pembersihan sendiri pada gigi, sehingga luas permukaan debris dapat dikurangi dan pada akhirnya karies gigi dapat dicegah. 1 Semangka merupakan buah yang banyak disukai karena rasanya yang manis, mudah di dapat dan merupakan tanaman sumber vitamin, mineral, serat, dan mengandung enzim. Dalam semangka terdapat kadar air yang cukup tinggi yaitu sebesar 91,45 g dan terdapat kadar serat sebesar 0,4 g tiap 100 g daging buah semangka. 2 Salah satu faktor pendukung yang menyebabkan terjadinya karies gigi yaitu debris atau sisa-sisa makanan yang terdapat di sekitar gigi. Debris adalah material lunak yang terdapat pada permukaan gigi yang terdiri dari lapisan biofilm, material alba, dan sisa makanan. Debris mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap proses terjadinya karies. 3 Luas permukaan debris dapat diukur dengan indeks debris. Indeks debris adalah skor debris yang menempel pada permukaan gigi penentu. Pengukuran indeks debris ini dilakukan untuk mengukur permukaan gigi yang ditutupi oleh debris. 1 Di Indonesia kesehatan gigi dan mulut merupakan hal yang perlu mendapat perhatian serius dari pemerintah dan tenaga kesehatan gigi. Hal ini disebabkan karena tingginya angka kejadian masalah gigi dan mulut di Indonesia, yakni sekitar 90% penduduk menderita penyakit gigi dan mulut. 4 Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) pada tahun 2013, masalah gigi dan mulut khususnya di Provinsi Sulawesi Utara sebesar 31,6% dan yang mengalami karies gigi di Sulawesi utara sebesar 5,4 %. 5 Upaya preventif pada anak diperlukan untuk mengatasi karies gigi, dilakukan secara sistematis dan sedini mungkin yaitu pada usia muda. Usia 8-10 tahun merupakan kelompok usia yang kritis terhadap terjadinya karies gigi dan mempunyai sifat khusus yaitu transisi pergantian gigi susu ke gigi permanen. Pemilihan murid Sekolah Dasar sebagai objek Usaha Kesehatan Gigi Sekolah 54 (UKGS) sangat penting mengingat kurangnya perhatian akan kesehatan gigi anak usia sekolah dasar dan pada dasarnya anak usia ini sangat peka terhadap pendidikan baik dari perilaku maupun pola kebiasaan dan dalam pertumbuhan masih dapat diperbaiki. 6,7 Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsumsi semangka (Citrullus lanatus) dalam menurunkan indeks debris pada anak usia 8-10 tahun. BAHAN DAN METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini eksperimental dengan rancangan pra-eksperimental oneshot case study dengan pendekatan perlakuan pre dan post-test. Penelitian ini dilakukan pada bulan September 2015 di SDN 118 Manado. Populasi penelitian yaitu seluruh siswa yang berusia 8-10 tahun di berjumlah 41 siswa. Dengan menggunakan total sampling berdasarkan kriteria inklusi dan ekslusi yang telah dibuat, diperoleh sampel sebesar 38 siswa yang terdiri dari 22 perempuan dan 16 laki-laki. Penelitian dilakukan setelah mendapat izin dari pihak sekolah dan adanya surat persetujuan atau informed consent yang telah ditanda tangani oleh orang tua subjek penelitian Pengambilan data dilakukan dengan pemeriksaan intraoral untuk mengukur indeks debris dengan cara perhitungan dari Green dan Vermillion (Tabel 1). Tabel 1. Kriteria penghitungan indeks debris Skor Kriteria 0 tidak terdapat debris 1 ada debris lunak menutupi tidak lebih sepertiga permukaan gigi 2 adanya debris lunak menutupi lebih dari sepertiga permukaan gigi, tetapi tidak lebih dari dua pertiga permukaan gigi. 3 ada debris di lebih dari dua pertiga permukaan gigi. Skor indeks debris diperoleh dengan cara menjumlahkan debris skor tiap permukaan gigi dibagi dengan jumlah gigi yang diperiksa. Kriteria indeks debris

Jurnal e-gigi (eg), Volume 4 Nomor 1, Januari-Juni 2016 sebagai berikut: baik (0,0-0,6), sedang (0,7-1,8), dan buruk (1,9-3,0). Instrumen yang digunakan ialah formulir pemeriksaan. Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini ialah biskuit dan buah semangka. HASIL PENELITIAN Profil sekolah Penelitian ini dilaksanakan di SDN 118 Manado, Kelurahan Batukota, Kecamatan Malalayang, Kota Manado, Provinsi Sulawesi Utara dengan jumlah anak keseluruhan dari kelas 1-6 sebanyak 120 anak dengdanan guru sebanyak 11 orang. Karakteristik subjek penelitian Jumlah populasi sebanyak 41 responden, namun yang memenuhi kriteria inklusi berjumlah 38 responden. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh gambaran distribusi karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin dan gambaran distribusi karakteristik responden berdasarkan berdasarkan usia. Distribusi karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 2 yang menunjukkan responden dengan jenis kelamin perempuan berjumlah 16 responden (41,1%) dan responden lakilaki berjumlah 22 responden (57,9%). Tabel 2. Distribusi karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin Jenis N % Kelamin Perempuan 16 42,1 Laki-laki 22 57,9 Tabel 3. Distribusi karakteristik responden berdasarkan usia Usia (Tahun) N % 8 Tahun 15 39,5 9 Tahun 9 23,7 10 Tahun 14 36,8 Data pada Tabel 3 menunjukkan bahwa distribusi karakteristik responden terendah berdasarkan usia sebanyak 9 responden (23,7%) berusia 9 tahun dan dan responden tertinggi sebanyak 15 responden (39,5%) berusia 8 tahun. Hasil pemeriksaan indeks debris sebelum dan sesudah mengonsumsi semangka Hasil penelitian pemeriksaan indeks debris dengan menggunakan cara perhitungan Green dan Vermillion. Pemeriksaan indeks debris dibagi menjadi dua yaitu pemeriksaan indeks debris sebelum mengkonsumsi semangka dan pemeriksaan indeks debris sesudah mengkonsumsi semangka. Data pada tabel 4 menunjukkan Indeks debris sebelum mengkonsumsi semangka, responden yang berada dalam kategori baik tidak ada (0%), berada dalam kategori sedang 21 responden (55,3%) dan yang berada dalam kategori buruk 17 responden (44,7%). Tabel 4. Hasil pemeriksaan indeks debris sebelum mengkonsumsi semangka Kategori N % Baik 0 0 Sedang 21 55,3 Buruk 17 44,7 Data pada Tabel 5 menunjukkan Indeks debris sesudah mengkonsumsi semangka, berada dalam kategori baik 23 responden (60,5%) dan dalam kategori sedang 15 responden (39,5%); tidak ada responden yang berada dalam kategori buruk. Tabel 5. Hasil pemeriksaan indeks debris sesudah mengkonsumsi semangka Kategori N % Baik Sedang Buruk 23 15 0 60,5 39,5 0 Pengaruh konsumsi semangka dalam menurunkan indeks debris Hasil analisis menggunakan uji Wilcoxon menunjukkan terdapat perbedaan indeks debris sebelum dan sesudah 55

Lusnarnera, Tendean, Gunawan: pengaruh konsumsi semangka (Citrullus lanatus)... mengonsumsi semangka p < 0,05 Tabel 6. Hasil analisis uji Wilcoxon Indeks debris sebelum konsumsi semangka Indeks debris sesudah konsumsi semangka N Median (min-max) Rerata ±s.b 38 1,8 (1,5-2,3) 1,85± 0,27 0,000 38 0,6 (0,3-1,6) 0,70± 0,27 BAHASAN Data dari hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 38 responden, jumlah responden laki-laki lebih tinggi dari responden perempuan yaitu 22 responden (57,9%). Dilihat dari usia, responden usia 8 tahun lebih tinggi dari responden 9 dan 10 tahun yaitu 15 responden (39,5%). Data tabel 3 data menunjukkan indeks debris sebelum mengkonsumsi semangka yang berada dalam kategori sedang berjumlah 21 responden (55,3%), setelah mengkonsumsi semangka indeks debris mengalami pendurunan menjadi 15 responden (39,5%) dengan kategori sedang. Ini menunjukan bahwa sebelum mengkonsumsi semangka lebih dari setengah responden memiliki indeks debris dalam kategori sedang kemudian mengalami penurunan setelah mengkonsumsi semangka. Rata-rata selisih indeks debris sebelum konsumsi semangka sebesar 1,85 dan setelah mengonsumsi semangka rata-rata indeks debris sebesar 0,70. Berdasarkan uji Wilcoxon nilai probabilitas signifikansi p=0,05 yang artinya terdapat perbedaan yang bermakna antara selisih indeks debris sebelum konsumsi semangka dengan setelah konsumsi semangka. Dengan demikian H 0 ditolak dan H 1 diterima. Hal ini menunjukkan terdapat pengaruh konsumsi semangka terhadap penurunan indeks debris pada anak usia 8-10 tahun. Hasil penelitian ini serupa dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Mandalika yang menunjukan ada selisih indeks debris P sebelum konsumsi buah dengan sesudah mengonsumsi buah. 8 Hasil penelitian ini juga mendukung teori yang menyebutkan bahwa buah-buahan dan sayuran berserat memiliki daya membersihkan gigi sendiri atau sering disebut self cleansing effect. Dalam penelitian lain disebutkan bahwa mengunyah makanan yang bertekstur keras, kasar, dan berserat, seperti buah-buahan dan sayuran dapat menstimulasi aliran saliva, dimana hal ini dapat meningkatkan pembersihan makanan dan mengurangi retensi makanan di rongga mulut. 9 Berdasarkan hasil penelitian ini dapat dikatakan bahwa buah semangka berpengaruh terhadap penurunan indeks debris. Serat yang terkandung di dalam buah semangka merupakan pembersih alamiah pada permukaan gigi geligi, dan juga dapat membantu menyingkirkan partikel-partikel makanan dan gula selama proses pengunyahan. Serat berperan untuk meningkatkan intensitas pengunyahan dalam mulut, sehingga proses pengunyahan makanan berserat ini akan merangsang dan meningkatkan produksi saliva. 10 Fungsi utama saliva yang nyata ialah pada proses mekanisme makanan, membantu membentuk bolus makanan dan memproduksi amilase untuk mencerna serat. Kandungan saliva yaitu bikarbonat dan sulfat memberi efek bufer yaitu berfungsi mengurangi keasaman plak. Plak yang bersifat asam akan memudahkan bakteri untuk melakukan proses mineralisasi yang berakibat pada penipisan lapisan email. Pembersih mulut mengurangi potensi melekatnya makanan sebagai pelarut atau pelumas, mengandung antibodi dan antibakteri, sehingga dapat mengendalikan beberapa pertumbuhan bakteri di mulut. 11 Pada anak diberikan makan yang berserat seperti buah-buahan dan sayursayuran karena makanan ini dapat membantu pembersihan gigi dan selain itu juga merangsang pertumbuhan tulang rahang sehingga dapat mengurangi kemungkinan terjadinya pertumbuhan gigi yang berjejal-jejal. Makanan berserat perlu dikunyah lebih lama. Gerakan mengunyah 56

Jurnal e-gigi (eg), Volume 4 Nomor 1, Januari-Juni 2016 dapat merangsang pengeluaran saliva lebih banyak. Di dalam saliva terkandung zat-zat seperti substansi antibakteri, senyawa glikoprotein, kalsium, dan fluorida yang sangat berguna melindungi gigi. Dalam hal ini saliva akan membasuh gigi dari zat-zat makanan yang menempel dan menetralkan zat-zat asam sehingga terhindar dari proses demineralisasi atau kerusakan gigi. Perubahan diet merupakan salah satu hal yang harus diperhatikan untuk mencegah penyakit gigi. Tujuannya untuk mengurangi baik jumlah konsumsi gula. Salah satu cara untuk mencegah timbulnya penyakitpenyakit seperti karies, karang gigi, ginggivitis, periodontis adalah dengan makan buah-buahan berserat sebagai pencuci mulut. Contoh dari buah-buahan berserat adalah pepaya, semangka, dan apel yang merupakan buah-buahan yang mudah dijumpai dan dapat langsung dikonsumsi dalam keadaan segar. 12 Tindakan yang dilakukan untuk mencegah karies gigi dan radang penyangga gigi ialah memelihara kebersihan gigi dan mulut, memperkuat gigi dengan mineral, dan mengatur pola makanan. Salah satu cara mengatur pola makanan yaitu dengan memperbanyak makan makanan berserat berair seperti sayuran dan buah-buahan. Buah berserat berair tersebut dapat mengakibatkan pembersihan gigi geligi (self cleansing effect), karena pada waktu menguyah akan terjadi pergeseran serat-serat sehingga dapat melepaskan sisa-sisa makanan yang melekat pada permukaan gigi dengan pengunyahan akan merangsang sekresi saliva. Semangka memiliki kadar air dan serat yang tinggi sehingga diharapkan dengan mengkonsumsi semangka dapat terjadi penurunan debris dan perubahan ph saliva. 13 SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan bahasan dapat disimpulkan terdapat pengaruh konsumsi semangka dalam menurunkan indeks debris pada anak usia 8-10 tahun 57 SARAN Khususnya bagi masyarakat untuk dapat mencegah terjadinya karies gigi dianjurkan mengkonsumsi buah yang mengandung serat dan air seperti semangka. Bagi institusi kesehatan adanya partisipasi dari tenaga kesehatan di puskesmas dalam program promosi kesehatan gigi dan mulut mengenai pengaruh konsumsi buah yang mengandung serat dan air seperti semangka dapat menurunkan indeks debris dan mencegah terjadinya karies. Bagi institusi pendidikan dan peneliti adanya penelitian lebih lanjut dengan melibatkan populasi yang lebih luas untuk mengevaluasi pengaruh konsumsi semangka dalam menurunkan indeks debris. DAFTAR PUSTAKA 1. Darby ML, Walsh MM. Dental hygiene theory and practice (3rd ed). Canada: Saunders Elsevier, 2010; p.281-39. 2. Natural Resources Conservation Service. Classification. US Department of Agriculture. 2010 Available form: http://ndb.nal.usda.gov/ndb/foods/sho w/2438?fgcd=&manu=&lfacet=&for mat=&count=&max=357offset=&sort =&qlookup=watermelon. 3. Astuti Y. Gejala, medikasi, keluhan di mulut dan kemungkinan efek obat jangka panjang pada pasien Systemic lupus erythematosus [Online]. 2008 [cited 2014 Mar 1]; Available from: URL:lontar.ui.ac.id gfr 4. Thaja I, Sintawati FX, Yovita AT. Gambaran karies gigi permanen di beberapa puskesmas kota dan kabupaten Bandung, Sukabumi serta Bogor. Media Litbang Kesehatan. 2006; XVI(4):1-3. 5. Riset Kesehatan Dasar. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2013; p. 111-2. 6. Ami A. Pencegahan Primer pada Anak yang Berisiko Karies Tinggi. Dental Journal. 2005;38(3):130-4. 7. Herijulianti E, Indriani TS, Artini S. Pendidikan kesehatan gigi. Jakarta: EGC, 2001; p. 101-3.

Lusnarnera, Tendean, Gunawan: pengaruh konsumsi semangka (Citrullus lanatus)... 8. Mandalika WC. Pengaruh konsumsi papaya (Carica papaya) dalam menurunkan indeks debris pada anak usia 10-12 tahun di SDN 103 Manado. egigi. 2014;2(2):5. 9. Stegeman CA, Davis JR. The dental hygienist s guide to nutritional care (3rd ed). St Louis: Saunders Elsevier, 2010; p. 352-62. 10. Purba TR. Perilaku kebersihan gigi dan perbedaan status oral higiene [online]. 2011. [cited 2014 Feb 20]. Avalable from: URL: repository.usu.ac.id. 11. Wides C, Brody HA, Alexander CJ, Gansky SA, Mertz EA. Long-term outcomes of a dental pot baccalaureate program: increasing dental student diversity and oral health care access. Journal of Dental Education. 2012;77(5):537-47. 12. Steinaur J, Preskill F, Robertson P. Training medical students in intrauterine procedures using papayas. Medical Education. 2007;412(11):1099-100. 13. Machfoedz E, Zein AY. Gigi dan mulut anak-anak. Yogyakarta: Fitramaya, 2005; p. 45-8. 58