BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pada pasien yang mengalami under anesthesia, neonates (bayi baru lahir yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Jantung dalam terminologi sederhana, merupakan sebuah pompa yang terbuat

BAB I PENDAHULUAN. oksigen dalam darah. Salah satu indikator yang sangat penting dalam supply

BAB III METODE PENELITIAN

A. PRINSIP KERJA. Mikrokontroller AVR ATmega16

BAB III METODE PENELITIAN

PULSE OXIMETER PORTABLE DENGAN ATMEGA 16

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

PEMROGRAMAN ROBOT PENJEJAK GARIS BERBASIS MIKROKONTROLER

Analisa Kinerja Sensor Suhu NTC dan LM35 Dalam Sistem Pendeteksian Suhu Ruangan Berbasis Mikrokontroler AVR ATmega 16

BAB III TEORI PENUNJANG. Microcontroller adalah sebuah sistem fungsional dalam sebuah chip. Di

BAB II LANDASAN TEORI. DS18B20 dengan menggunkan Mikrokontroller ATMega 8 serta cara

BAB II DASAR TEORI 2.1. Mikrokontroler AVR ATmega32

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III TEORI PENUNJANG. arsitektur Reduced Instruction Set Computer (RISC). Hampir semua instruksi

MICROCONTROLER AVR AT MEGA 8535

BAB III PERENCANAAN SISTEM DAN PEMBUATAN ALAT

BAB III DESKRIPSI MASALAH

BAB IV CARA KERJA DAN PERANCANGAN SISTEM. ketiga juri diarea pertandingan menekan keypad pada alat pencatat score, setelah

MICROCONTROLER AVR AT MEGA 8535

PERANCANGAN PULSE OXIMETRY DENGAN SISTEM ALARM PRIORITAS SEBAGAI VITAL MONITORING TERHADAP PASIEN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Transduser adalah suatu piranti (alat) yang dapat mengubah satu bentuk energi ke

BAB II LANDASAN TEORI

RANCANG BANGUN ALAT PENDETEKSI KADAR ALKOHOL PADA MINUMAN BERALKOHOL MENGGUNAKAN SENSOR MQ-3 BERBASIS ATmega328

Mikrokontroler AVR. Hendawan Soebhakti 2009

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB II DASAR TEORI. Arduino adalah pengendali mikro single-board yang bersifat opensource,

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI ALAT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2.1. Simbol LED [8]

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Sensor MLX 90614[5]

Sistem Minimum Mikrokontroler. TTH2D3 Mikroprosesor

BAB III PERANCANGAN DAN CARA KERJA RANGKAIAN

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI PERANGKAT KERAS DAN PERANGKAT LUNAK SISTEM. Dari diagram sistem dapat diuraikan metode kerja sistem secara global.

BAB III PERANCANGAN SISTEM

Gambar 2.1 Mikrokontroler ATMega 8535 (sumber :Mikrokontroler Belajar AVR Mulai dari Nol)

BAB III PERENCANAAN PERANGKAT KERAS DAN LUNAK

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mikrokontroler ATmega8535 merupakan salah satu jenis mikrokontroler keluarga AVR

BAB II DASAR TEORI. open-source, diturunkan dari Wiring platform, dirancang untuk. memudahkan penggunaan elektronik dalam berbagai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB III METODE PENELITIAN

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA DATA

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. pada sistem pengendali lampu telah dijelaskan pada bab 2. Pada bab ini akan dijelaskan

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. alat monitoring tekanan oksigen pada gas sentral dengan sistem digital yang lebih

Blok sistem mikrokontroler MCS-51 adalah sebagai berikut.

SEBAGAI SENSOR CAHAYA DAN SENSOR SUHU PADA MODEL SISTEM PENGERING OTOMATIS PRODUK PERTANIAN BERBASIS ATMEGA8535

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. [10]. Dengan pengujian hanya terbatas pada remaja dan didapatkan hasil rata-rata

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II DASAR TEORI. mikrokontroler yang berbasis chip ATmega328P. Arduino Uno. memiliki 14 digital pin input / output (atau biasa ditulis I/O, dimana

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 LANDASAN TEORI. Mikrokontroler, sebagai suatu terobosan teknologi mikrokontroler dan

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN PERANGKAT KERAS

BAB II LANDASAN TEORI

RANCANG BANGUN MESIN PENIRIS MINYAK PADA KREPIK DAN ABON DENGAN MENGGUNAKAN INVERTER ( SOFTWARE )

Rancang Bangun Oksimeter Digital Berbasis Mikrokontroler ATMega16

BAB III PERANCANGAN PERANGKAT KERAS MOBILE-ROBOT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Permasalahan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian tugas akhir ini dilaksanakan di Laboratorium Elektronika Dasar

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

R ANCANG BANGUN JAM DIGITAL DE NGAN KE LUAR AN S UAR A S E BAGAI ALAT BANTU TUNA NE TR A MENGGUNAKAN MIKR OKONTR OLLE R

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1PHOTODIODA Dioda foto adalah jenis dioda yang berfungsi mendeteksi cahaya. Berbeda dengan

BAB III PERANCANGAN PERANGKAT KERAS DAN LUNAK. Perangkat keras dari alat ini secara umum terdiri dari rangkaian dibagi

Diode) Blastica PAR LED. Par. tetapi bisa. hingga 3W per. jalan, tataa. High. dan White. Jauh lebih. kuat. Red. White. Blue. Yellow. Green.

MANAJEMEN ENERGI PADA SISTEM PENDINGINAN RUANG KULIAH MELALUI METODE PENCACAHAN KEHADIRAN & SUHU RUANGAN BERBASIS MIKROKONTROLLER AT89S51

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI ALAT

BAB II DASAR TEORI. open-source, diturunkan dari Wiring platform, dirancang untuk. software arduino memiliki bahasa pemrograman C.

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

BAB II TEORI DASAR 2.1 Pendahuluan 2.2 Sensor Clamp Putaran Mesin

BAB III PERANCANGAN ALAT DAN PROGRAM MIKROKONTROLER. program pada software Code Vision AVR dan penanaman listing program pada

BAB III RANCANG BANGUN SISTEM KARAKTERISASI LED. Rancangan sistem karakterisasi LED diperlihatkan pada blok diagram Gambar

BAB III PERANCANGAN. Perancangan tersebut mulai dari: spesifikasi alat, blok diagram sampai dengan

Gambar 2.7. Susunan pin mikrokontroler ATMega8535 Berikut ini adalah tabel penjelasan mengenai pin yang terdapat pada mikrokontroler ATMega8535:

DAFTAR ISI. Daftar Pustaka P a g e

Input ADC Output ADC IN

BAB 2 LANDASAN TEORI. Mikrokontroler AT89S51 hanya memerlukan tambahan 3 kapasitor, 1 resistor dan 1

BAB II LANDASAN TEORI

RANCANG BANGUN SENSOR PARKIR MOBIL PADA GARASI BERBASIS MIKROKONTROLER ARDUINO MEGA 2560

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA. mana sistem berfungsi sesuai dengan rancangan serta mengetahui letak

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

BAB II LANDASAN TEORI. telur,temperature yang diperlukan berkisar antara C. Untuk hasil yang optimal dalam

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III ANALISIS MASALAH DAN RANCANGAN PROGRAM

DISAIN DAN IMPLEMENTASI PENGENDALI LAMPU JARAK JAUH DAN DEKAT PADA KENDARAAN BERMOTOR SECARA OTOMATIS

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. Bab ini akan membahas tentang perancangan sistem yang digunakan dari alat

Rancang Bangun Alat Ukur Kadar Hemoglobin dan Oksigen Dalam Darah dengan Sensor Oximeter Secara Non-Invasive

PEMBUATAN SISTEM PENGEMUDIAN OTOMATIS PADA KENDARAAN BERODA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN OFFLINE

BAB III METODOLOGI PENULISAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. alat pengukur waktu expose. Penelitian ini bertujuan mengukur waktu expose

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGONTROLAN DAN MONITORING KECEPATAN MOTOR DC MENGGUNAKAN RADIO FREKUENSI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pulse Oximetry Pulse Oximetry berfungsi mengamati saturasi oksigen darah. Hal ini dilakukan untuk menjamin kadar oksigen cukup pada pembuluh. Biasanya dipakai pada pasien yang mengalami under anesthesia, neonates (bayi baru lahir yang berusia di bawah 28 hari (Stoll, 2007), pasien yang mengalami kondisi buruk (critically). Alat ini menampilkan frekuensi denyut jantung dan saturasi oksigen, parameter yang menjadi andalan dan sangat berguna untuk mengetahui kondisi pasien saat pemeriksaan. Oksimeter termasuk alat medis non invasive dan portabel. Proses penggunaan probe sensor dengan menjepit bagian ujung jari seperti pada Gambar 2.1 yang dikutip dari asthma.about.com pada tahun 2011. Gambar 2.1 Pulse Oximetry Sensor dibangun dengan menggunakan LED (Light Emitting Diode) berwarna merah dan LED infrared. Perlu diketahui hemoglobin yang mengandung oksigen akan menyerap panjang gelombang cahaya 910 nm dan hemoglobin yang tidak mengikat oksigen menyerap panjang gelombang cahaya 650 nm sehingga hal inilah yang mengapa LED merah dan inframerah digunakan sebagai komponen 5

utama pembangun sensor karena kedua LED ini memiliki panjang gelombang yang sesuai kriteria. 2.2 Prinsip Dasar Pulse Oximetry Sensor pulse oximetry menggunakan cahaya dalam analisis spektral untuk pengukuran saturasi oksigen, yaitu deteksi dan kuantifikasi komponen (hemoglobin) dalam larutan. Saturasi oksigen adalah persentase total hemoglobin yang membawa atau mengandung oksigen. Oksimeter pulsa menggabungkan dua teknologi spektrofotometri dan plethysmography optik (mengukur denyut perubahan volume darah di arteri). Sensor Pulse Oximetry dibangun dari dua LED, yang masing-masing memancarkan panjang gelombang cahaya. Probe umumnya ditempatkan jari atau daun telinga. Sebuah fotodetektor pada sisi lain mengukur intensitas cahaya yang berasal dari transmisi sumber cahaya yang menembus jari. Transmisi cahaya melalui arteri adalah denyutan yang diakibatkan pemompaan darah oleh jantung (Hill et al, 2006) Gambar 2.2 Photodetector Oksimeter Alat oksimeter menggunakan LED merah dan inframerah bersama-sama dengan fotodetektor untuk mengatur arus di dalam rangkaian relatif terintegrasi untuk penyerapan cahaya yang melalui jari. Pengurangan cahaya dapat dilihat seperti gambar 2.3 dan dapat dibagi dalam tiga bagian besar : pengurangan 6

cahaya akibat darah arteri, pengurangan cahaya akibat darah vena, dan pengurangan darah akibat jaringan. Pengurangan cahaya akibat darah vena dapat menyebabkan beberapa sinyal akibat perubahan di dalam aliran darah dan juga perubahan akibat level oksigen darah. Pengurangan cahaya yang disebabkan aliran darah vena dan jaringan menciptakan suatu sinyal yang relatif stabil dan sinyal ini disebut dengan komponen DC. Gambar 2.3 Transmisi Cahaya melalui Jari Tangan Semakin relefan komponen pengurangan cahaya di dalam oksimeter adalah sinyal AC yang ditimbulkan oleh aliran denyut dari darah arteri. Penyerapan lebih dari spektrum cahaya inframerah relatif ke spektrum cahaya merah adalah indikasi dari oksigen saturasi yang tinggi dan absorpsi lebih dari spektrum cahaya merah relatif ke spektrum cahaya inframerah adalah indikasi dari oksigen saturasi yang rendah. Hemoglobin memiliki karakteristik menyerap cahaya. Jumlah cahaya yang diserap bergantung pada tiga hal, yaitu konsentrasi zat, panjang lintasan transmisi cahaya, dan penyerapan cahaya oleh Hb. 7

2.2.1 Konsentrasi Zat Jumlah cahaya yang diserap sebanding dengan konsentrasi Hb dalam pembuluh darah. Seperti pada Gambar 2.4 pembuluh darah di kedua jari memiliki diameter yang sama. Namun, salah satu pembuluh darah memiliki konsentrasi Hb yang rendah (jumlah rendah yaitu konsentrasi Hb di setiap satuan volume darah) dan pembuluh darah lainnya memiliki konsentrasi Hb tinggi. Gambar 2.4 Konsentrasi Zat (Prasanna, 2011) Setiap partikel Hb tunggal menyerap beberapa cahaya, sehingga semakin banyak kandungan Hb per satuan luas maka lebih banyak cahaya yang diserap. 2.2.2 Panjang Lintasan Transmisi Cahaya Berdasarkan Hukum Lambert : Jumlah cahaya yang diserap sebanding dengan panjang jalan yang cahaya telah melakukan perjalanan dalam substansi menyerap. Penyerapan cahaya oleh hemoglobin lebih besar pada arteri yang ukuran luas penampangnya besar daripada arteri yang luas penampangnya kecil. Gambar 2.5 Pengaruh Panjang Lintasan Sinar (Prasanna, 2011) 8

Walaupun jumlah konsentrasi Hb sama, cahaya akan mengenai partikel Hb lebih banyak pada arteri yang luas penampangnya besar. Hal ini dapat menjelaskan adanya perbedaan nilai saturasi antara satu pasien dengan pasien yang lain jika terdapat perbedaan besarnya luas penampang jari. 2.2.3 Penyerapan Cahaya oleh Hemoglobin Terdapat dua jenis Hb berdasarkan kandungan oksigen didalamnya, diantaranya oxyhemoglobin yaitu hemoglobin yang mengikat okigen dan deoxyhemoglobin adalah hemoglobin yang tidak mengandung okigen. Gambar 2.6 Grafik Perbedaan Hemoglobin Menyerap Cahaya (Prasanna, 2011). Dari Gambar 2.6 dapat dianalisis bahwa cahaya LED merah lebih banyak diserap oleh deoxyhemoglobin dan cahaya LED Inframerah lebih banyak diserap oxyhemoglobin. Rasio perbedaan penyerapan cahaya tersebut menjadi acuan untuk menentukan saturasi oksigen. Rasio (R) adalah jumlah perbandingan 9

penyerapan cahaya infrared dan cahaya merah. Nilai rasio dapat dihitung dengan rumus 2.1 [1]. SpO 2 = [ ] [ ] [ ]...2.1 R = / /...2.2 Nilai SpO 2 dapat dihitung dengan memasukkan nilai R pada persamaan linier 2.3 [2]. SpO 2 = 110-25 x R...2.3 2.3 Hemoglobin Hemoglobin adalah oksigen aktif yang membawa eritrosit (sel darah merah). Eritrosit merupakan suatu senyawa dari besi (ujung) dan empat rantai polipeptida. Polipepida merupakan kelompok polimer yang terdiri dari panjang rantai asam amino. Setiap rantai dikaitkan dengan satu atom besi, masing-masing dapat membawa empat molekul oksigen seperti pada Gambar 2.7 Gambar 2.7 Struktur Kimia Hemoglobin 10

Setiap molekul oksigen memiliki dua atom oksigen sehingga setiap molekul hemoglobin dapat membawa delapan atom oksigen. Hematokrit manusia normal sekitar 45 % volume darah. Oksihemoglobin adalah hemoglobin yang membawa oksigen dan hemoglobin terdeoksigenasi merupakan hemoglobin yang tidak membawa oksigen. Jika semua molekul hemoglobin terikat dengan molekul oksigen maka total hemoglobin tubuh dikatakan sepenuhnya jenuh (saturasi 100%). Jumlah hemoglobin tiap individu berbeda-beda yang bisa disebabkan karena faktor kerja fisik akibat berubahnya jumalah eritrosit di dalam kapiler selama peredaran darah atau karena hilangnya plasma darah (Dharma, 2004). Hemoglobin di dalam sel darah merah memungkinkan darah untuk mengangkut 30 sampai 100 kali jumlah oksigen yang dapat ditransport dalam bentuk oksigen terlarut di dalam cairan darah (plasma). Makin tinggi kadar hemoglobin, proses transport oksigen ke jaringan akan makin optimal sehingga mempengaruhi nilai VO 2 maks. VO 2 maks adalah jumlah oksigen maksimal yang dapat dihantarkan dari paru-paru ke otot dalam mililiter atau dalam menit per kilogram berat badan. VO 2 maks merefleksikan keadaan paru, kardiovaskuler, dan hematologik dalam pengantaran oksigen, serta mekanisme oksidatif dari otot yang melakukan aktivitas. Kandungan oksigen dalam darah sangat penting untuk sumber energi saat berktivitas. Semakin banyak oksigen yang dapat diedarkan ke seluruh tubuh, semakin banyak oksigen yang ditransfer ke sel-sel tubuh. Hal ini akan berdampak pada proses kelancaran metabolisme di dalam sel. 11

2.4 Hukum Lambert-Beer Pada tahun 1729 Bouguer dan tahun 1760 Lambert menyatakan bahwa apabila energi elektomagnetik diabsorbsi oleh suatu larutan maka kekuatan energi yang akan ditransmisikan kembali akan menurun secara geometri (secara eksponensial) dengan jarak atau panjang yang ditempuh oleh gelombang tersebut. Deteksi saturasi oksigen hemoglobin oleh spektrofotometri berdasarkan pada hukum Beer-Lambert. Gambar 2.8 Transmisi Cahaya Lambert Beer Dalam analisis konsentrasi suatu zat yang menyerap cahaya dari sumber cahaya yang ditransmisikan perlu mengetahui intensitas dan panjang gelombang cahaya, panjang jalur transmisi, dan absorbansi zat pada panjang gelombang tertentu. Hal ini didasarkan pada rumus: Keterangan : I = Io10...2.4 I I d = intensitas cahaya yang dipancarkan = intensitas cahaya setelah melewati media = koefisien absorbsi objek = tebal dari objek 12

2.5 Driver Sensor dengan Timer Mikrokontroler Fitur timer pada mikrokontroler digunakan untuk menjalankan LED Inframerah dan LED Merah. Timer/counter adalah fasilitas dari ATMega16 yang digunakan untuk perhitungan pewaktuan. Timer/counter 8 bit dapat menghitung maksimal hingga 255 (00-FF) hitungan. Dimana periode setiap hitungan (clock) tergantung dari setting prescaler. Beberapa fasilitas channel dari timer counter antara lain: counter channel tunggal, pengosongan data timer sesuai dengan data pembanding, bebas glitch, tahap yang tepat Pulse Width Modulation (PWM), pembangkit frekuensi, event counter external. Timer/counter didesain sinkron clock timer (clkt0) oleh karena itu ditunjukkan sebagai sinyal enable clock pada Gambar 2.8. Gambar ini termasuk informasi ketika flag interrupt dalam kondisi set. Data timing digunakan sebagai dasar dari operasi timer/counter. Dengan memanfaatkan fitur timer pada mikrokontroler, nyala LED dan LED IR dapat diatur menyala secara bergantian dengan kecepatan yang dapat disesuaikan. Gambar 2.9 Timer pada mikrokontroler Timer digunakan dalam mode normal. TCNT1 akan menghitung naik dan membangkitkan interrupt Timer/Counter 1 ketika nilainyanya berubah dari oxffff ke oxoooo. Pada dasarnya timer hanya menghitung pulsa clock. 13

Frekuensi pulsa clock yang dihitung tersebut bisa sama dengan frekuensi denyut crystal yang digunakan atau dapat diperlambat menggunakan prescaler dengan faktor pencacah 8, 64, 254, atau 1024. 2.6 Rangkaian Amplifier Cascade Op-amp adalah rangkaian yang mampu mendeteksi serta memperkuat sinyal baik DC maupun AC dengan penguatan yang mendekati ideal. Rangkaian ini dibangun atas elemen-elemen transistor, resistor dan kapasitor. Beberapa opamp memerlukan catu daya positif dan negatif. Sinyal tegangan input dapat dikenakan pada terminal inverting dan atau non inverting. Dalam skema ini, digunakan oleh penguat kaskade sebagai penguatan yang cukup sekaligus memisahkan antara sinyal AC dengan sinyal DC menggunakan kopling kapasitor untuk memblok sinyal DC. Sedangkan pada penguat kedua, kopling dengan dioda germanium yang memiliki tegangan ideal 0,3 V pada suhu 25 o C untuk melewatkan sinyal DC. Fungsi kopling disini adalah penghubung sinyal antara dua rangkaian yang berbeda. Penguat kaskade amplifier ini menggunakan jenis penguat non inverting sehingga sinyal keluaran masih dengan input fase sinyal. Gambar 2.10 Rangkaian Amplifier 14

2.7 Mikrokontroler atau mikroprosesor adalah suatu piranti yang digunakan untuk mengolah data-data biner yang didalamnya merupakan gabungan dari rangkaian-rangkaian elektronik yng dikemas dalam bentuk suatu chip (IC). Pada umumnya mikrokontroler tediri dari bagian-bagian sebagai berikut: alamat (address), data, pengendali, memori (RAM atau ROM), dan bagian input-output. AVR merupakan seri mikrokontroler CMOS 8-bit buatan Atmel, berbasis arsitektur RISC (Reduced Instruction Set Computer). Hampir semua instruksi dieksekusi dalam satu siklus clock. AVR mempunyai 32 register general-purpose, timer/counter fleksibel dengan mode compare, interrupt internal dan eksternal, serial UART, programmable Watchdog Timer, dan mode power saving, ADC dan PWM internal. AVR juga mempunyai In-System Programmable Flash on-chip yang mengijinkan memori program untuk diprogram ulang dalam sistem menggunakan hubungan serial SPI. ATMega16 mempunyai throughput mendekati 1 MIPS per MHz membuat disainer sistem untuk mengoptimasi konsumsi daya dengan kecepatan proses. Gambar 2.11 Konfigurasi ATMega16 15

Pada Gambar 2.11 ATMega16 mempunyai empat buah port yang bernama Port.A, Port.B, Port.C, dan Port.D. Setiap port memiliki delapan pin yang memiliki fitur fungsi masing-masing. Keempat port tersebut merupakan jalur bidirectional dengan pilihan internal pull-up. Tiap port mempunyai tiga buah register bit, yaitu DDxn, PORTxn, dan PINxn. Huruf x mewakili nama huruf dari port sedangkan huruf n mewakili nomor bit. Bit DDxn terdapat pada I/O address DDRx, bit PORTxn terdapat pada I/O address PORTx, dan bit PINxn terdapat pada I/O address PINx. 2.8 LCD ( Liquid Crystal Display) LCD adalah display yang menggunakan pemantulan cahaya dari luar sebagai tampilannya. Perbedaan LED dan LCD adalah LED menghasilkan cahaya sedangkan LCD tergantung dari cahaya dari luar, sehingga bila cahaya dari luar semakin terang maka tampilan yang terdapat pada LCD juga akan semakin jelas. Gambar 2.12 LCD 16x2 LCD ini hanya memerlukan daya yang sangat kecil, tegangan yang dibutuhkan juga sangat rendah yaitu +5 VDC. LCD mempunyai 16 pin yang mempunyai fungsi-fungsi sendiri, dengan nomor 1 terletak paling kiri dan pin nomor 16 terletak paling kanan. 16

Tabel 2.1 Konfigurasi Pin LCD No Simbol Level Fungsi 1 V ss - 0 Volt 2 Vcc - 5 + 10% Volt 3 Vee - Penggerak LCD 4 RS H/L H = memasukan data L = memasukkan Ins 5 R/W H/L H = Baca L = Tulis 6 E - Enable Signal 7 DB0 H/L 8 DB1 H/L 9 DB2 H/L 10 DB3 H/L 11 DB4 H/L 12 DB5 H/L 13 DB6 H/L 14 DB7 H/L Data Bus 15 V+BL - Kecerahan LCD 16 V-BL - Kecerahan LCD 2.9 Rangkaian Buzzer Rangkaian buzzer digunakan sebagai driver untuk menjalankan fungsi alarm pada monitoring. Jika indikator nilai kadar darah terpenuhi maka buzzer akan mengeluarkan bunyi sebagai bentuk peringatan jika pasien dalam kondisi dibawah normal. Gambar 2.13 Buzzer 5V 17

Rangkaian buzzer menggunakan transistor BC557 (general purpose), pada dasarnya, buzzer di hubungkan ke tegangan Vcc 5 Volt (dengan batasan arus oleh resistor 47 Ohm), karena adanya transistor, maka buzzer mendapatkan arus. 2.10 Komponen Sensor 2.10.1 Fototransistor Fototransistor merupakan salah satu komponen yang berfungsi sebagai detektor cahaya yang dapat mengubah efek cahaya menjadi sinyal listrik. Gambar 2.14 Simbol dan Grafik Respon Fototransistor Terhadap Panjang Gelombang [lampiran 2 : Datasheet] Seperti pada Gambar 2.14 Fototransistor dapat diterapkan sebagai sensor yang baik, karena memiliki kelebihan dibandingkan dengan komponen lain yaitu mampu untuk mendeteksi sekaligus menguatkannya dengan satu komponen 18

tunggal. Pada umumnya transistor memiliki tiga kaki yaitu emitor, basis dan kolektor. Pada fototransistor, kaki basis tersembunyi berupa lempengan yang peka cahaya. Fototransistor akan bekerja jika arus mengalir dari kolektor menuju emitor apabila kaki basis diberikan arus atau tegangan. Sedikit saja arus atau tegangan yang diberikan ke kaki basis, maka arus yang besar akan mengalir dari kolektor ke emitor. Bahan utama dari fototransistor adalah silikon atau germanium sama seperti pada transistor jenis lainnya. Fototransistor juga memiliki dua tipe seperti transistor yaitu tipe NPN dan tipe PNP. Fototransistor tidak berbeda dengan transistor biasa, hanya saja fototransistor ditempatkan dalam suatu material yang transparan sehingga memungkinkan cahaya mengenai lempeng daerah basis, sedangkan transistor biasa ditempatkan pada bahan logam dan tertutup. 2.10.2 LED Inframerah LED Inframerah adalah dioda yang dapat memancarkan cahaya dengan panjang gelombang lebih panjang dari cahaya yang dapat dilihat, tetapi lebih pendek dari gelombang radio apabila LED Inframerah tersebut dilalui arus. Intensitas cahaya yang dikeluarkan oleh LED Inframerah tergantung arus yang mengalir pada LED Inframerah tersebut. Semakin besar arus yang melaluinya maka intensitas cahaya yang dikeluarkan akan semakin besar, dan semakin kecil arus yang melalui LED Inframerah tersebut maka akan semakin kecil pula intensitas cahaya yang dikeluarkan. 19

2.10.3 LED (Light Emitting Diode) LED (Light Emitting Diode) adalah suatu semikonduktor yang memancarkan cahaya monokromatik yang tidak koheren ketika diberi tegangan maju. Gambar 2.15 LED (Light Emitting Diode) Gejala ini termasuk bentuk elektroluminesensi. Warna yang dihasilkan bergantung pada bahan semikonduktor yang dipakai. Panjang gelombang dari cahaya yang dipancarkan, dan oleh karena itu warnanya, tergantung dari selisih pita energi dari bahan yang membentuk p-n junction. Banyak aplikasi LED yang diterapkan di berbagai macam teknologi. Gambar 2.16 Panjang Gelombang Cahaya Warna 20