DAYA SAING DALAM MENGHADAP

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dicapai karena setiap negara menginginkan adanya proses perubahan

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tetap terbuka pada persaingan domestik. Daya saing daerah mencakup aspek yang

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA AMANAT MENTERI DALAM NEGERI PADA PERINGATAN HARI OTONOMI DAERAH KE XX TAHUN 2016 TANGGAL 25 APRIL 2016

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk perusahaan dan negara. Pemikiran Michael Porter banyak

MENTERI DALAM NEGERI RI AMANAT MENTERI DALAM NEGERI PADA PERINGATAN HARI OTONOMI DAERAH KE XX TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang

UPAYA PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN PUBLIK DI INDONESIA: EVALUASI TERHADAP IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 25 TAHUN 2009 TENTANG PELAYANAN PUBLIK

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang berkelanjutan merupakan tujuan dari suatu negara

BAB 1 PENDAHULUAN. Kantor Pengelolaan Taman Pintar. Pada BAB 1, penelitian ini menjelaskan

BAB I PENDAHULUAN. dan membangun Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) menjadi tahun 2015 pada

2016 PENGARUH KOMPETENSI PENGUSAHA, INOVASI D AN KUALITAS PROD UK TERHAD AP D AYA SAING USAHA MIKRO KECIL MENENGAH (UMKM) D I KOTA BAND UNG

PTSP; ANTARA KEBIJAKAN MAKRO DAN PRAKTIK-KONDISIONAL LAPANGAN. Laode Ida Ombudsman RI

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era perdagangan bebas saat ini, telah terjadi perubahan secara

BAB I PENDAHULUAN. Pada era otonomi daerah ini pemerintah Kabupaten/Kota di Indonesia

I. PENDAHULUAN. mengembangkan sistem pemerintahan yang baik (Good Governance), yaitu

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Daya Saing Global Indonesia versi World Economic Forum (WEF) 1. Tulus Tambunan Kadin Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. menjadi professional accountant khususnya di era ASEAN Economic

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

PRESS RELEASE. LAPORAN STUDI IMD LM FEB UI Tentang Peringkat Daya Saing Indonesia 2017

BAB I PENDAHULUAN. Praktek rent seeking (mencari rente) merupakan tindakan setiap kelompok

LAMPIRAN I : PERATURAN BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN TENTANG RENCANA AKSI PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

KEDUDUKAN UU ADMINISTRASI PEMERINTAHAN DALAM MENDORONG PELAKSANAAN REFORMASI BIROKRASI

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

RENCANA KERJA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN TAHUN 2011

BAB I PENDAHULUAN. aparatur negara dalam hal ini dititik beratkan kepada aparatur pemerintahan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dan pertumbuhan ekonomi nasional. 1. entitas ekonomi didasarkan atas kenyataan bahwa masing-masing pihak saling

INVESTASI DI INDONESIA

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dengan baik adalah dengan mengukur tingkat investasi yang dimiliki oleh daerah

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh bidang konstruksi pada suatu negara cukup besar. Bidang

Corruption Perception Index 2014

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi Negara di Dunia Periode (%)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Tantangan dan Peluang UKM Jelang MEA 2015

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI DAERAH

I. PENDAHULUAN. pengukuran kinerja pada capacity building yang mengikuti pola reinventing

REFORMASI BIROKRASI DALAM RANGKA PENINGKATAN PELAYANAN PUBLIK

Executive Summary. PKAI Strategi Penanganan Korupsi di Negara-negara Asia Pasifik

KATA PENGANTAR. Terima kasih. Tim Penyusun. Penyusunan Outlook Pembangunan dan Indeks Daya Saing Infrastruktur

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian dilandasi ruh yang merupakan nilai (value) dan

BAB I PENDAHULUAN. yang telah diaudit oleh akuntan publik. Selain itu, kondisi perekonomian domestik

Kursus pelatihan untuk pembuat kebijakan tentang produktivitas dan kondisi kerja UKM RENCANA AKSI STRATEGIS ASEAN UNTUK PENGEMBANGAN UKM

Perbandingan Daya Saing Indonesia Diantara Negara-Negara ASEAN 1

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia Evaluasi kualitas..., Agus Joko Saptono, FE UI, 2010.

EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. ekonomi di setiap negara. Tujuan peningkatan penyerapan tenaga kerja sering

BAB 1 PENDAHULUAN. tingkat suku bunga. Tingginya tingkat suku bunga seolah menjadi bayang-bayang

BAB I PENDAHULUAN. informasi dan inovasi di bidang finansial yang semakin canggih.

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. sudah melaksanakan pelayanan secara efektif, yaitu kualitas pelayanan yang

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA ACARA PEMBUKAAN KONVENSI NASIONAL GUGUS KENDALI MUTU-INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH (GKM-IKM)

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 93 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 19 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PARIWISATA

2017, No Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 8)

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A.

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan bagian integral dari. nasional, sebagai upaya terus menerus ke arah perubahan yang lebih baik guna

BAB I PENDAHULUAN. yang nyata-nyata lebih baik dibandingkan produk saingan. Salah satu jalan

I. PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional,

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Inti dari adanya MEA adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN. jasa, aliran investasi dan modal, dan aliran tenaga kerja terampil.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ARAH KEBIJAKAN PENINGKATAN PELAYANAN PUBLIK MELALUI REFORMASI BIROKRASI PEMDA MELALUI PTSP

BAB 1 PENDAHULUAN. (AEC) merupakan salah satu bentuk realisasi integrasi ekonomi dimana ini

MEMBANGUN TIM EFEKTIF

Survey Bisnis Keluarga 2014 Indonesia

Artikel Prof Mudrajad Kuncoro di Investor Daily: Paket Kebijakan Plus Revolusi Mental Thursday, 19 May :39

BAB I PENDAHULUAN. utama kita masih kalah dibandingkan negara-negara ASEAN lainnya. Terkait

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI. III.1. Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan OPD

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG

I. PENDAHULUAN. sebagai dampak globalisasi memaksa organisasi pemerintah untuk

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH DI PERDESAAN MELALUI PELAYANAN TERPADU SATU PINTU (PTSP)

POLICY BRIEF KAJIAN KESIAPAN SEKTOR PERTANIAN MENGHADAPI PASAR TUNGGAL ASEAN 2015

BAB I PENDAHULUAN. merupakan hal yang penting bagi setiap perusahaan di dalam persaingan bisnis

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA)

Strategi dan Kebijakan Investasi di Indonesia Selasa, 25 Maret 2008

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan pendapatan merupakan salah satu indikator peningkatan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI DAERAH

Menimbang Kembali Gagasan Revisi UU Aparatur Sipil Negara

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI DAERAH

BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR

LAMPIRAN KEPUTUSAN. MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR : 63/KEP/M.PAN/7/2003, TANGGAL : 10 Juli 2003

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI DAERAH

2008, No hukum dan kejelasan kepada warga negara mengenai wilayah negara; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a,

PENDAHULUAN Latar Belakang

Deputi Bidang Reformasi Birokrasi, Akuntabilitas Aparatur dan Pengawasan. Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi

I. PENDAHULUAN. disebut sebagai desentralisasi. Haris dkk (2004: 40) menjelaskan, bahwa

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Peran perbankan yang profesional semakin dibutuhkan guna

BAB I PENDAHULUAN. dalam segala bidang kehidupan, termasuk perubahan di dalam sistem

BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI JEPARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN JEPARA

BUPATI BUTON PROVINSI SULAWESI TENGGARA

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Kebutuhan Pelayanan Publik

Transkripsi:

MENATA BIROKRASI UNTUK MENINGKATKAN DAYA SAING DALAM MENGHADAP MASYARAKATI EKONOMI ASEAN OLEH: INDRA SAFRI

1.1. PENDAHULUAN 1. Globalisasi Ekonomi adalah merupakan suatu keniscahyaan, yang mau tidak, mau senang atau tidak senang harus dihadapi oleh suatu negara. 2. Oleh sebab itu negara-negara kawasan Asean sebelum masuk pada globalisasi (perdagangan bebas dunia) membentuk perdagangan bebas pada tingkat regional yang dikenal dengan Masyarakat Ekonomi Asean. 3. Saat ini kita sudah memasuki Perdagangan Bebas di Kawasan Asia Tenggara yang dimaksud.

3. Walaupun tujuan pembentukan MEA dirancang untuk dapat memberikan manfaat bersama bagi semua negara anggota Asean, namun tetap juga tidak bisa dihindari akan terjadi persaingan antara negara terutama dengan negara di luar Asean. 4. Setiap negara yang bersaing tentunya berkeinginan untuk memenang persaingan tersebut. Dapat dipastikan pemenangnya adalah negara yang memiliki daya saing yang kuat. 5. Daya saing secara garis besarnya diukur berdasarkan kondisi institusi, kebijakan dan faktor-faktor yang menentukan tingkat produktivitas ekonomi suatu negara. (Cahyono: 2014)

6. Daya saing tinggi menuntut pemenuhan prasyarat dasar yang diantaranya meliputi infrastruktur, kualitas kelembagaan birokrasi, stabilitas ekonomi makro, serta pendidikan. 7. Dengan demikian jelas bahwa salah satu faktor yang menentukan daya saing suatu negara adalah kualitas kelembagaan birokrasi. 8. Daya saing Indonesia saat ini berdasarkan data yang dirilis WEF Dalam Global Kompetitif Report 2015-2016 turun menjadi 37, dari 34 pada tahun 2014. Jika dibandingkan dengan negara-negara kawasan asia tenggara Indonesia berada dibawah Singapura (2), Malaysia (18) dan Thailand (32).

9. Lemahnya daya saing tersebut karena ada faktor penghambat dunia usaha yang berdasarkan survey WEF sebagian besar disumbangkan oleh ketidakefesienan birokrasi. 10. Oleh sebab itu untuk meningkatkan kualitas kelembagaan birokrasi tentunya yang harus dilakukan adalah penataan birokrasi. Berpijak dari hal tersebut dikaitkan dengan keadaan Indonesia dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean maka saya menetap judul diskusi ini Penataan Birokrasi Untuk Meningkatkan Daya Saing Dalam Mengahadapi Masyarakat Ekonomi Asean.

Berpijak dari hal tersebut dikaitkan dengan keadaan Indonesia dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean maka saya menetap judul diskusi ini Penataan Birokrasi Untuk Meningkatkan Daya Saing Dalam Mengahadapi Masyarakat Ekonomi Asean.

II. Kondisi Eksisting Birokrasi Indonesia Saat ini. 1. Birokrasi terdiri dari biro yang artinya meja dan krasi yang artinya kekuasaan. Dari pengertian dua kata tersebut dapat disimpulkan bahwa birokrasi adalah kekuasaan yang didasarkan padaperaturan perundang-undangan dan prinsip-prinsip ideal bekerjanya suatu organisasi. 2. Michael G. Roskin, et al. meneyebutkan bahwa sekurang kurangnya ada 4 fungsi birokrasi di dalam suatu pemerintahan modern yaitu Administrasi, Pelayanan, Pengaturan, Penumpul Informasi.

3. Birokrasi yang baik adalah birokrasi yang menjalankan fungsi dan tujuannya dengan baik tanpa penyelewengan. 4. Kondisi birokrasi Indonesia saat ini dicerminkan dengan beberapa fakta antara lain: a. Tingginya tingkat penyalahgunaan wewenang dalam bentuk KKN. Indek Korupsi Indonesia tahun 2014 memperoleh skor 32, mendapat ranking 114 dari 174 negara yang di survey. Ranking Indonesia masih dibawah Filipina, Malaysia, Thailand dan Singapura.

b. Rendahnya Kualitas Pelayanan Publik. Rerdasarkan hasil survei Bank Dunia tahun 2015, menyebutkan untuk penyelesaian perizinan memulai usaha di Indonesia masih butuh waktu rata-rata 52,5 hari, sedangkan Vietnam 34 hari, Thailand 27,5 hari, Timor Leste 10 hari, Malaysia 5,5 hari dan Singapura 2,5 hari. Disamping itu menurut Kemendagri terdapat 3000 Perda yang harus dibatalkan, karena bertentangan dengan peraturan di atasnya dan peraturan ini disinyalir menjadi penghambat investasi.

c. Sulitnya pelaksanaan koordinasi antara instansi. d. Masih banyaknya tumpang tindih kewenangan antar instansi, aturan yang tidak sinergis dan tidak relevan dengan perkembangan aktual, dan masalah-masalah lainya. e. Birokrasi juga dikenal enggan terhadap perubahan, eksklusif, kaku dan terlalu dominan, sehingga hampir seluruh urusan masyarakat membutuhkan sentuhan-sentuhan birokrasi

f. Tingginya biaya yang dibebankan untuk pengurusan hal tertentu baik yang berupa legal cost maupun illegal cost, waktu tunggu yang lama, banyaknya pintu layanan yang harus dilewati dan tidak berperspektif pelanggan.

Menata Birokrasi Untuk Meningkatkan Daya Saing Dalam menghadapi kompetisi global dan regional seperti MEA kondisi kondisi di atas patut menjadi perhatian untuk dibenahi sedini mungkin dalam upaya meningkatkan daya saing. Menata ulang Birokrasi sudah sepantasnya menjadi prioritas untuk selesaikan, karena semakin ketatnya persaingan di arena pasar bebas. Upaya penataan birokrasi ini dapat ditempuh dengan:

1. Menata ulang struktur dan kelembagaan birokrasi, untuk memacu adaptasi birokrasi terhadap perubahan penyelenggaraan pemerintahan dalam rangka untuk mencapai efesiensi dan efektifitas pemerintahan 2. Birokrasi pemerintahan daerah sejatinya memanfaat kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, dalam mengembangan kelembagaan dan pelayanan sebagai bentuk inovasi sektor publik dan dapat mendorong semakin efesiennya birokrasi.

3. Mengembangkan sistem meritrokrasi dalam perekrutan calon pejabat untuk jabatan-jabatan tertentu dengan melakukan seleksi terbuka dan transparan secara menyeluruh. 4. Secara berangsur-angsur birokrasi mulai menggeser perannya dari mengendalikan menjadi mengarahkan dari memberi menjadi memberdayakan. 5. Merubah mind seet dan culture sett aparatur birokrasi,