BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah) 1. Pengertian Usaha Kecil Menengah dan Mikro

dokumen-dokumen yang mirip
PEMERINTAH KOTA KEDIRI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG

APPENDIX. Menurut Mulyadi (2001, p01) diagramalor dokumen (document flowchart) merupakansimbol-simbol standar yang digunakan oleh analis sistem untuk

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN DANA BERGULIR BAGI KOPERASI, USAHA MIKRO KECIL, DAN MENENGAH

LAMPIRAN. Menurut Whitten dan Bentley (2004,p 344), Data Flow Diagram (DFD) adalah

PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG

PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO

PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN PINJAMAN DANA BERGULIR

WALIKOTA BENGKULU PERATURAN DAERAH KOTA BENGKULU NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN DANA BERGULIR SAMISAKE

LAMPIRAN. Banyak cara untuk menggambarkan bagan alir dokumen (Document Flowchart)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2008:2). Sedangkan pengertian sistem menurut Romney dan Steinbart

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 96 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI PAKPAK BHARAT

BUPATI BLORA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLORA NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PENYERTAAN MODAL DAERAH KABUPATEN BLORA PADA BADAN USAHA MILIK DAERAH

BUPATI BLITAR PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN DANA BERGULIR PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN DANA BERGULIR

BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 36 TAHUN 2012 TENTANG

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 53 TAHUN 2014 TAHUN 2014 TENTANG

Perekonomian Indonesia

Simbol Nama Penjelasan. Data Couple. Control. Couple

BUPATI BARITO UTARA PERATURAN BUPATI BARITO UTARA NOMOR 34 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN DANA BERGULIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA PASURUAN NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 7 TAHUN 2005 PEMERINTAH KOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR : 7 TAHUN 2005 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 07 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEMBATA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2016, No Subsidi Bunga untuk Kredit Usaha Rakyat; c. bahwa sehubungan dengan implementasi Peraturan Menteri Keuangan Nomor 146/PMK.05/2015 tent

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

BUPATI KUTAI KARTANEGARA

PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KOTA BANJARMASIN NOMOR 31 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN DIREKSI LEMBAGA PENGELOLA DANA BERGULIR KOPERASI DAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH NOMOR : 010/PER/LPDB/2011 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK,

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 4 TAHUN 2012 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG

10. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan;

GUBERNUR KEPULAUAN RIAU

- 2 - Republik Indonesia Nomor 4437), sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua

PERATURAN DIREKSI LEMBAGA PENGELOLA DANA BERGULIR KOPERASI DAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH NOMOR: 011/PER/LPDB/2011 TENTANG

BUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR... TAHUN...

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 20 SERI E

LEMBARAN DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2011 NOMOR 13 WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN BARAT,

PENYUSUNAN NERACA AWAL PEMERINTAH PUSAT

Pembaruan Kas. Cash Register

BUPATI SAMBAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN SAMBAS NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 6 TAHUN 2012

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG

PEMERINTAH KOTA PASURUAN

GUBERNUR LAMPUNG PERATURAN GUBERNUR LAMPUNG NOMOR 30 TAHUN 2007

WALIKOTA AMBON PROVINSI MALUKU

WALIKOTA PROBOLINGGO

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 88 TAHUN 2015 TENTANG

PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG PENYERTAAN MODAL

BAB I PENDAHULUAN. 97% tenaga kerja Indonesia, terutama dalam mikro ekonomi yang mencapai

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG,

Buletin Teknis Akuntansi Dana Bergulir DAFTAR ISI

PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP

BAB II KAJIAN PUSTAKA. sehingga dapat tercapai tujuan yang diharapkan secara efektif dan efisien. menurut waktu yang telah ditetapkan.

BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 37 TAHUN 2015 TENTANG

PEMERINTAH PROVINSI MALUKU PERATURAN DAERAH PROVINSI MALUKU NOMOR : 10 TAHUN 2009 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 4 TAHUN : 2009 SERI : E PERATURAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 7 TAHUN 2009

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 74 TAHUN 2015 TENTANG

L E M B A R A N D A E R A H KABUPATEN BALANGAN NOMOR 07 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2009 NOMOR : 18 PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR : 18 TAHUN 2009 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA

PERATURAN DAERAH KOTA KUPANG NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN DANA PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BLITAR SERI C PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 6 TAHUN 2012

BAB 4 TEKNIK BAGAN ALIR

I. PENDAHULUAN. (NSB) termasuk Indonesia sering berorientasi kepada peningkatan pertumbuhan

Grafik Peningkatan Jumlah Nasabah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN DANA BERGULIR BAGI USAHA MIKRO DAN KECIL

BUPATI TRENGGALEK SALINAN PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG

SISTEM INFORMASI AKUNTANSI 1

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGANYAR,

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG PEMBERDAYAAN KOPERASI, USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

LEMBARAN DAERAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 14/ 22 /PBI/2012 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SAMBAS TAHUN 2013 NOMOR 5

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 19 TAHUN 2010 TENTANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perlu kita ketahui tentang perbedaan sistem dengan prosedur. Sistem

1. Simbol simbol yang digunakan dalam Data Flow Diagram. Table 1 Simbol simbol pada Data Flow Diagram. (Sumber: Romney dan Steinbart, 2006, p64)

Menimbang: a. bahwa Koperasi dan Usaha Kecil memiliki peran dan

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PEMBERDAYAAN DAN PENGEMBANGAN USAHA MIKRO

LAMPIRAN XI PERATURAN BUPATI POLEWALI MANDAR NOMOR : 29 TAHUN 2014 TANGGAL : 27 OKTOBER 2014 KEBIJAKAN AKUNTANSI NOMOR 10 AKUNTANSI DANA BERGULIR

BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN KEPUTUSAN BUPATI SINJAI NOMOR... TAHUN... TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pelaku bisnis di Indonesia sebagian besar adalah pelaku usaha mikro, kecil

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 18 TAHUN 2010 TENTANG

BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN KEPUTUSAN BUPATI SINJAI NOMOR... TAHUN... TENTANG

GUBERNUR SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PENYERTAAN MODAL PEMERINTAH DAERAH

Transkripsi:

7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah) 1. Pengertian Usaha Kecil Menengah dan Mikro Definisi UMKM menurut Pasal 1 ayat 3 Undang-Undang Nomor 20 tahun 2008 tentang Usaha Mikro Kecil dan Menengah bahwa yang dimaksud adalah: 1. Usaha Mikro Kriteria kelompok Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini dan memenuhi kriteria, sebagai berikut: a. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 50.000.000 (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha b. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 300.000.000 (tiga ratus juta rupiah) 2. Usaha Kecil Kriteria Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produkrtif yang berdiri sendiri yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau menjadi

8 bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini, selain itu juga harus memiliki kriteria sebagai berikut: a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 50.000.000 (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 300.000.000 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah) 3. Usaha Menengah Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha kecil atau besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan yang memenuhi kriteria usaha menengah, yakni: a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanh dan bangunan tempat usaha; atau

9 b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah). 2. Arti Penting Usaha Mikro Kecil dan Menengah Dalam pembangunan ekonomi di Indonesia, UMKM memiliki peranan penting, karena dengan memberdayakan usaha kecil mikro dan menengah dalam pembangunan nasional yang berlandaskan sistem ekonomi kerakyatan, tidak hanya untuk mengurangi masalah kesenjangan antargolongan pendapatan dan antar pelaku ataupaun penyerapan tenaga kerja. Hal ini ditunjukan bahwa sebagian besar penduduk Indonesia berpendidikan rendah dan hidup dalam kegiatan usaha kecil disektor tradisional. Keberadaan UMKM dalam pembangunan perekonomian nasional sudah diakui sangat besar. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi UMKM terhadap menciptakan lapangan kerja, pemerataan pendapatan, pembangunan ekonomi pedesaan, meningkatkan pendapatan daerah dan yang penting mampu sebagai penggerak peningkatan eskpor manufaktur/nonmigas. Fleksibilitas dan adaptabilitas UMKM dalam memperoleh bahan mentah dan peralatan merupakan proses-proses desentralisasi kegiatan ekonomi guna menunjang terciptanya integritas kegiatan pada sektor ekonomi yang lain. Terbukti pada krisis moneter

10 terjadi di Indonesia UMKM relatif bertahan dari pada usaha skala besar. 3. Tujuan dan Manfaat Usaha Mikro Kecil dan Menengah UMKM memiliki peran yang sangat besar terhadap perekonomian nasional dan perlu di tingkatkan dalam pemberdayaannya. Adapaun tujuan pemberdayaan UMKM yang telah tertuang pada pasal 5 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro Kecil dan Menengah yaitu: 1. Mewujudakan struktur perekonomian nasional yang seimbang, berkembang, dan berkeadilan; 2. Menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan Usaha Mikro Kecil dan Menengah menjadi usaha yang tangguh dan mandiri; dan; 3. Meningkatkan peran Usaha Mikro Kecil dan Menengah dalam pembangunan daerah, penciptaan lapangan kerja, pemerataan pendapatan, pertumbuhan ekonomi, dan pengentasan rakyat dari kemiskinan. Selain itu juga peran UMKM adalah sebagai penyedia barang dan jasa, penyerap tenaga kerja, pemerataan pendapatan, nilai tambah bagi produk daerah, peningkatan taraf hidup. Melihat perannya yang begitu besar maka pembinaan dan pengembangan industri kecil bukan saja penting sebagai jalur ke rah pemerataan

11 hasil-hasil pembangunan tetapi juga unsur pokok dari struktur industri Indonesia (Shofiyana Fajrin, 2015). B. Dana Bergulir 1. Pengertian Dana Bergulir Menurut Peraturan Menteri Keuangan Nomor 99/PMK.05?2008 tentang Pedoman Pengelolaan Dana Bergulir Pada Kementrian Negara/Lembaga Dana Bergulir adalah dana yang dialokasikan oleh kementrian Negara/Lembaga/Satuan Kerja Badang Layanan Umum untuk kegiatan perkuatan modal usaha bagi koperasi, usaha mikro, kecil, menengah, dan usaha lainnya yang berada di bawah pembinaan Kementrian Negara/Lembaga. Menurut Peraturan Kepala Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah Kota Surakarta Nomor 570/505/2011, modal kerja bergulir adalah dana Angsuran pendapatan dan Belanja Daerah Kota Surakarta yang dipinjamkan kepada Koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah lewat Perusahaan Daerah Badan Kredit Kecamatan dan atau Bank Pasar denganketentuan prosedur yang berlaku. Adapun Karakteristik dana bergulir adalah sebagai berikut: a. Dana tersebut merupakan bagian dari keuangan negara/daerah. Dana bergulir dapat bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara/Anggaran pendapatan dan Belanja Daerah (APBN/APBD) dan luar APBN/APBD misalnya dari masyarakat atau hibah luar negeri. Sesuai dengan Undang-

12 Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangna Negara, dana bergulir yang berasal dari luar APBN, diakui sebagai kekayaan negara/daerah jika dana itu diberikan dan/atau diterima atas nama pemerintah/pemerintah daerah. b. Dana tersebut dicantumkan dalam APBN/APBD dan/atau laporan keuangan. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Perbendaharaan menyatakan semua pengeluaran negara/daerah dimasukan dalam APBN/APBD. Oleh sebab itu alokasi anggaran untuk dana bergulir harus dimasukan ke dalam APBN/APBD. Pencantuman alokasi anggaran untuk dana bergulir dapat dicantumkan dalam APBN/APBD awal atau revisi APBN/APBD (APBN-P atau APBD perubahan) c. Dana tersebut harus dikuasai, dimiliki dan/atau dikendalaikan oleh Pengguna Anggaran/Kuasa Penngguna Anggaran (PA/KPA) d. Dana tersebut merupakan dana yang disalurkan kepada masyarakat ditagih kembali dari masyarakat dengan atau tanpa nilai tambah. Selanjutnya dana disalurkan kembali kepada masyarakat/kelompok masyarakat demikian seterusnya. e. Pemerintah dapat menarik kembali dana bergulir. Dana yang digulirkan oleh pemerintah dapat ditagih oleh Kementrian

13 Negara/Lembaga baik untuk dihentikan pergulirannya atau akan digulirkan kembali kepada masyarakat. 2. Peran Dana Bergulir Usaha Mikro Kecil dan Menengah yang sedang berkembang di Indonesia membuat setiap masing-masing individu maupun kelompok berusaha untuk mendirikan sebuah usaha untuk menciptakan lapangan kerja baru untuk warga disekitarnya. Menurut data dari Dinas Koperasi dan UMKM jumlah UMKM yang ada di Kota Surakarta pada tahun 2015 berjuumlah 43.700, dari jumlah tesebut terdiri dari usaha mikro berjumlah 41.431, usaha kecil yang berjumlah 2.187 dan usaha menengah yang berjumlah 82 dari jumlah UMKM tersebut mampu menyerap tenaga kerja UMKM berjumlah 71.998 orang. Dengan begitu pertumbuhan ekonomi di Kota Surakarta menjadi meningkat sehingga setiap orang maupun kelompok masyarakat Kota Surakarta melihat adanya peluang bisnis yang dapat dikembangkan di Kota Surakarta. Setiap orang maupun kelompok masyarakat dalam membangun sebuah UMKM memang dibutuhkan modal yang lebih untuk bisa mengembangkan usaha, agar dapat bersaing dengan UMKM lainnya. Kendala modal terkadang menghalangi pelaku umkm untuk mengembangkan usahanya. Bunga pinjaman yang tinggi dan angsuran perbulanan yang tinggi justru hal ini memberatkan pelaku usaha untuk mendapatkan modal tambahan.

14 Pentingnya peran UMKM di Indonesia membuat pemerintah menerapkan program kredit dana bergulir pada tahun 2000 tetapi untuk surakarta sendiri baru dijalankan pada tahun 2002. Tujuan program kredit dana bergulir menurut Peraturan Daerah 570/505/2011 adalah terwujudnya peningkatan modal kerja bagi Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah untuk perkembangan usaha, dalam bentuk pinjaman bergulir. Terwujudnya 5 (lima) sukses modal kerja bergulir yaitu sukses penyaluran, pemantauan, pengembalian, serta peningkatan dan pengembangan Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah. Tersalurnya dana bantuan bergulir dari pemerintah dalam rangka pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah. 3. Tujuan dan Manfaat Dana Bergulir Berdasakan peraturan daerah Dinas Koperasi dan UMKM Kota Surakarta Nomor 570/505/2011 tentang pedoman pengelolaan dana bergulir bagi koperasi, Usaha Mikro Kecil dan Menengah dan Kelompok Usaha Bersama(KUBE) Kota Surakarta. Tujuan dana bergulir diberikan dengan maksud: a. Memberikan dukungan terhadap suksesnya program pemerintah dalam rangka pemberdayaan ekonomi melalui Koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah;

15 b. Memperkuat permodalan Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah yang belum tersedia pembiayaan secara memadai dari lembaga keuangan; c. Mewujudakan Koerasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah yang tangguh dalam menghadapi pasar bebas. Manfaat dana bergulir ialah: a. Terwujudnya peningkatan modal kerja untuk Usaha Mikro Kecil dan Menengah dalam mengembangkan usaha dalam bentuk pinjaman bergulir b. Terwujudnya 5 (lima) sukses bantuan modal kerja bergulir yaitu sukses penyaluran, pemantau, pengembalian, serta peningkatan dari pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah c. Tersalurnya dana bantuan bergulir dari pemerintah dalam rangka pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah. C. Flowchart Flowchart atau bagan alir adalah sebuah teknik analisis yang digunakan untuk menggambarkan bebrapa aspek sistem informasi secara jela, singkat dan logis (Indah Putri Ristiorini,2015). Flowchart menggunakan simbol standar untuk menngambarkan transaksi pengolahan prosedur yang digunakan perusahaan dan aliran data melalui sistem (Romney dan Steinbart, 2012).

16 Menurut Romney dan Steibart (2012) simbol-simbol flowchart terbagi menjadi dalam empat kategori : 1. Simbol input/output Simbol Input/output mewakili perangkat atau media yang menyediakan masukan ke atau mencatat output dari proses operasional 2. Simbol Pemrosesan Simbol pemrosesan menunjukan jenis perangkat apa yang digunakan untuk memproses data atau menunjukan bila proses dilakukan secara manual. 3. Simbol Penyimpanan Simbol penyimpanan merupakan perangkat yang digunakan untuk menyimpan data. 4. Simbol arus dan lain-lain Simbol arus dan lain-lain mengindikasikan aliran data, dimana flowchart Mulai atau berakhir, dimana keputusan dibuat, kapan harus menambahkan catatan penjelasan ke dalam flowchart. Menurut Krismiaji simbol dari bagan alir ( flowchart ) adalah sebagai berikut ini : No Simbol Pengertian Keterangan 1. Mulai / berakhir ( Terminal ) 2. Dokumen Digunakan untuk memulai, mengakhiri, atau titik henti dalam sebuah proses atau program; juga digunakan untuk menunjukkan pihak eksternal. Sebuah dokumen atau laporan; dokumen dapat dibuat dengan tangan atau dicetak oleh komputer.

17 3. Kegiatan Manual Sebuah kegiatan pemrosesan yang dilaksanakan secara manual. 4. T Arsip 5. Input / Output; Jurnal / Buku Besar Arsip dokumen disimpan dan diambil secara manual. Huruf didalamnya menunjukkan cara pengurutan arsip: N = Urut Nomor; A = Urut Abjad;T = Urut Tanggal. Digunakan untuk menggambarkan berbagai media input dan output dalam sebuah bagan alir program. 6. Disk Bermagnit Data disimpan secara permanen pada disk bermagnit. 7. Penghubung Halaman Berbeda Pada Menghubungkan bagan alir yang berada dihalaman yang berbeda. 8. Pemasukan Data On Line Entri data alat oleh on line seperti terminal CRT dan komputer pribadi. 9. Pemrosesan Komputer 10. Arus Dokumen atau Pemrosesan Sebuah fungsi pemrosesan yang dilaksanakan oleh komputer biasanya menghasilkan perubahan terhadap data atau informasi Arus dokumen atau pemrosesan; arus normal adalah ke kanan atau ke bawah. 11. Keputusan Sebuah tahap pembuatan keputusan 12. Penghubung Dalam Sebuah Halaman Menghubungkan bagan alir yang berada pada halaman yang sama. 13. Dokumen Rangkap Digambarkan dengan menupuk simbol dokumen dan pencetakan nomor dokumen dibagian depan dokumen pada bagian kiri atas.

18 Sedangkan menurut Mulyadi simbol dari bagan alir ( flowchart ) adalah sebagai berikut ini : No Gambar Nama Keterangan 1 Mulai / berakhir ( Terminal ) Menunjukkan awal dan akhir suatu sistem akuntansi 2 Dokumen (Document) 3 Operasi Manual Menunjukkan dokumen sebagai yang digunakan untuk merekam data terjadinya suatu transaksi Merupakan proses yang dikerjakan secara manual 4 Garis Aliran (Flow Line) Menunjukkan arus data antar simbol/proses 5 Decision Menunjukkan pilihan yang akan dikerjakan atau keputusan yang harus dibuat dalam proses pengolahan data 6 Connector (Onpage connector) Digunakan untuk penghubung dalam satu halaman 7 Connector (of page connector) Digunakan untuk penghubung berbeda halaman 8 Off line storage A Digunakan untuk menyimpan data sebagai arsip secara manual dan sementara, jika A berarti disimpan menurut abjad, N berarti disimpan menurut nomor dan jika T berarti disimpan menurut kronologis atau tanggal 9 T Off line storage Digunakan untuk menyimpan data sebagai arsip secara manual