Analsis Tingkat Pengetahuan Akseptor KB Tentang Alat Kontrasepsi di Puskesmas Sedayu I Tahun 2014

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. jumlah anak dalam keluarga (WHO, 2009). Program KB tidak hanya

BAB 1 PENDAHULUAN. dirasakan mengalami kemunduruan. Setelah program KB digalakkan pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan jumlah penduduk merupakan salah satu masalah besar. berkembang. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan

BAB I PENDAHULUAN. Visi Keluarga Berencana Nasional adalah Keluarga Berkualitas. Keluarga yang

I. PENDAHULUAN. metode kontrasepsi tersebut adalah Intra Uterine Device (IUD), implant, kondom, suntik, metode operatif untuk wanita (MOW), metode

BAB 1 PENDAHULUAN. lebih besar menempatkan ibu pada risiko kematian (akibat kehamilan dan persalinan)

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara ke-5 di dunia dengan jumlah penduduk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ledakan penduduk merupakan masalah yang belum terselesaikan sampai

BAB 1 PENDAHULUAN berjumlah jiwa meningkat menjadi jiwa di tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. keadaan stagnan yang ditandai dengan tidak meningkatnya beberapa indikator

BAB 1 PENDAHULUAN. Juli 2013 mencapai 7,2 miliar jiwa, dan akan naik menjadi 8,1 miliar jiwa pada tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. dihasilkan dalam International Conference of Population Development (ICPD) Cairo

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan pembangunan nasional (Prawirohardjo, 2007). Berdasarkan data

Volume 3 / Nomor 1 / April 2016 ISSN :

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam mencapai target MDGs (Millennium Development Goals), termasuk negara

BAB I PENDAHULUAN. penghambat pengeluaran folicel stimulating hormon dan leitenizing hormon. sehingga proses konsepsi terhambat (Manuaba, 2002).

BAB I PENDAHULUAN. mulai dari penyediaan fasilitas pendidikan, kesehatan, lapangan kerja, dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kontrasepsi (Sulistyawati, 2012). 1) Metode kontrasepsi sederhana. 2) Metode kontrasepsi hormonal

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sejarah penemuan kontrasepsi hormonal berjalan panjang, mulai dari

: LULUK ERDIKA GRESTASARI J

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan pada umur kurang 15 tahun dan kehamilan pada umur remaja. Berencana merupakan upaya untuk mengatur jarak kelahiran anak

Tingkat Pengetahuan Wanita Usia Subur Tentang Alat Kontrasepsi IUD di BPRB Bina Sehat Kasihan Bantul

BAB I PENDAHULUAN. kekuatan sosial ekonomi (Rismawati, 2012). mengatur jarak kelahiran atau mengurangi jumlah kelahiran dengan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional) dengan. variabel yang mempengaruhi fertilitas (Wiknjosastro, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. dalam pelaksanaan hingga saat ini juga masih mengalami hambatan hambatan.

Pengaruh Keinginan Pasangan Usia Subur (Pus) dalam Penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2014 mencapai 231,4 juta

BAB 1 PENDAHULUAN. dan kehamilan. Alat kontrasepsi non hormonal artinya tidak mengandung

BAB I PENDAHULUAN. periode tahun yaitu 1,45%. Maka dari itu, pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. menunggu mendapatkan keturunan dan menunda kehamilan dapat dilakukan

BAB 1 PENDAHULUAN. kualitas pelayanan kesehatan. Kematian ibu masih merupakan masalah besar yang

BAB I PENDAHULUAN. lepas dari berbagai masalah kependudukan. Masalah di bidang. Indonesia sebesar 1,49% per tahun.

BAB I PENDAHULUAN. adalah pengendalian tingkat kelahiran dan usaha penurunan tingkat

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka pertumbuhan penduduk yang tinggi merupakan salah satu masalah

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga Berencana (KB). Progam KB yang baru didalam paradigma ini

BAB I PENDAHULUAN. oleh tiga faktor utama yaitu: kelahiran (fertilitas), kematian (mortalitas), dan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang World Health Statistic 2013 menyatakan bahwa WUS Indonesia

PENGERTIAN KELUARGA BERENCANA

BAB 1 PENDAHULUAN. jiwa. Menurut data Badan Pusat Statistik sosial didapatkan laju pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. besar dan berkualitas serta dikelola dengan baik, akan menjadi aset yang besar dan

GAMBARAN PENGETAHUAN WANITA USIA SUBUR (WUS) TENTANG KONTRASEPSI IUD DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DANUREJAN 1 KOTA YOGYAKARTA

32 Jurnal Kesehatan Samodra Ilmu Vol. 08 No. 01 Januari 2017

32 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes. Volume VII Nomor 1, Januari 2016 ISSN: PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pasangan Usia Subur diharapkan menggunakan metode kontrasepsi untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. satunya yaitu menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kemampuan untuk mengatur fertilitas mempunyai pengaruh yang bermakna

BAB I PENDAHULUAN. bidang kependudukan. Pertumbuhan penduduk yang masih tinggi. disebabkan tingkat kelahiran masih lebih tinggi dibandingkan tingkat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SUAMI DAN PENGETAHUAN IBU DENGAN PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI INTRA UTERINE DEVICE (IUD)

HUBUNGAN INFORMASI DENGAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI METODE OPERASI PRIA (MOP) PADA PRIA PASANGAN USIA SUBUR DI KECAMATAN PAKUALAMAN YOGYAKARTA ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. utama yang dihadapi Indonesia. Dinamika laju pertumbuhan penduduk di

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan penduduk maka semakin besar usaha yang dilakukan untuk. mempertahankan kesejahteraan rakyat. Ancaman terjadinya ledakan

BAB I PENDAHULUAN. miliar jiwa. Cina menempati urutan pertama dengan jumlah populasi 1,357 miliar

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung dari hasil Sensus Penduduk tahun 2010 mencatat jumlah

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pada hakikatnya adalah upaya mewujudkan tujuan nasional

BAB I PENDAHULUAN. kependudukan salah satunya adalah keluarga berencana. Visi program

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk terbanyak

ANALISIS DATA KEPENDUDUKAN DAN KB HASIL SUSENAS

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN SIKAP AKSEPTOR KB TERHADAP KONTRASEPSI METODE OPERASI WANITA (MOW) DI DESA BARON MAGETAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah utama yang dihadapi Indonesia adalah di bidang kependudukan yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga berencana (KB) adalah gerakan untuk membentuk keluarga. alat-alat kontrasepsi atau penanggulangan kelahiran.

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menurut World Population Data Sheet (2013) Indonesia merupakan urutan

BAB I PENDAHULUAN. mulai menerapkan Program Keluarga Berencana Nasional pada tahun 1970

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan Negara yang dilihat dari jumlah penduduknya ada

BAB I PENDAHULUAN. berencana secara komprehensif (Saifuddin, 2006). mencapai kesejahteraan keluarga. Program KB merupakan bagian terpadu

HUBUNGAN PEMBERIAN KONSELING OLEH BIDAN DENGAN PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI IUD TERHADAP AKSEPTOR KB

BAB 1 PENDAHULUAN. Perbandingan karakteristik...,cicik Zehan Farahwati, FKM UI, 2009

BAB 1 PENDAHULUAN. sebab apapun yang berkaitan atau memperberat kehamilan diluar kecelakaan. Angka

BAB 1 PENDAHULUAN. kependudukan yang hingga saat ini belum bisa diatasi. Jumlah penduduk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. cara operasional dan dampaknya terhadap pencegahan kelahiran.tahap

BAB I PENDAHULUAN. memungkinkan wanita untuk merencanakan kehamilan sedemikian rupa sebagai

HUBUNGAN ANTARA PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI SUNTIK DENGAN TEKANAN DARAH PADA AKSEPTOR KB SUNTIK DI PUSKESMAS DELANGGU KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. 2010) dan laju pertumbuhan penduduk antara tahun sebesar 1,49% yang

BAB I PENDAHULUAN. penduduk terbesar. Indonesia masuk dalam peringkat ke empat di dunia

PENGETAHUAN DAN SIKAP SUAMI PASANGAN USIA SUBUR DENGAN KEIKUTSERTAAN MENJADI AKSEPTOR KB PRIA. Darwel, Popi Triningsih (Poltekkes Kemenkes Padang )

BAB I PENDAHULUAN. dan menyelenggarakan program KB nasional. (BKKBN, 2011) dihitung berbagi perbandingan atau rasio (ratio) antara lain : rasio jenis

1. BAB I PENDAHULUAN

Pengetahuan Akseptor tentang KB Suntik 3 Bulan Tidak Berhubungan dengan Ketepatan Waktu Kunjungan Ulang di BPRB Bina Sehat Kasihan, Bantul, Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bagian dari pemeliharaan kesehatan komperhensif bukan lagi hal yang baru.

BAB 1 PENDAHULUAN. petugas membantu dalam memilih dan memutuskan jenis kontrasepsi yang akan

BAB I PENDAHULUAN. (RISKESDAS) tahun 2013 menunjukkan bahwa pada wanita usia tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pemerintah Indonesia telah mencanangkan berbagai progam untuk

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kependudukan di Indonesia merupakan salah satu masalah

PENDAHULUAN INFORMASI ALAT KONTRASEPSI BUKU UNTUK KADER

BAB 1 PENDAHULUAN. berdasarkan sensus penduduk mencapai 237,6 juta jiwa. keluarga kecil yang sehat dan sejahtera yaitu melalui konsep pengaturan jarak

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2013 yaitu sebanyak 248 juta jiwa. akan terjadinya ledakan penduduk (Kemenkes RI, 2013).

BAB 1 PENDAHULUAN. (1969) yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. bahwa angka kematian ibu (AKI) di Indonesia di tahun 2012 mengalami kenaikan

BAB 1 PENDAHULUAN. Sensus Penduduk tahun 2010 sebesar 237,6 juta jiwa dengan laju

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RENDAHNYA PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI MKJP PADA PUS DI PUSKESMAS TEMBILAHAN HULU

BAB 1 PENDAHULUAN. kependudukan. Sejak 2004, program keluarga berencana (KB) dinilai berjalan

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI PADA AKSEPTOR KB WANITA DI TUWEL

Desi Andriani * Kaca Kunci : Pengetahuan, Pendidikan, AKDR. Daftar pustaka : 16 ( )

FAKTOR-FAKTOR PENGHAMBAT AKSEPTOR KB DALAM MENENTUKAN PILIHAN TERHADAP PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI IUD

PENGARUH PENGETAHUAN AKSEPTOR DENGAN PEMILIHAN KONTRASEPSI IMPLANT. Yunik Windarti

BAB I PENDAHULUAN. jiwa dari jumlah penduduk tahun 2000 sebanyak 205,8 juta jiwa.pada

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menekan laju pertumbuhan penduduk

BAB 1 PENDAHULUAN. dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan,

Transkripsi:

ISSN2354-7642 Jurnal Ners dan Kebidanan Indonesia JOURNAL NERS AND MIDWIFERY INDONESIA Analsis Tingkat Pengetahuan Akseptor KB Tentang Alat Kontrasepsi di Puskesmas Sundari Mulyaningsih 1, Susiana Sariyati 2 1, 2 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Alma Ata Yogyakarta Jalan Ringroad Barat Daya No 1 Tamantirto, Kasihan, Bantul Yogyakarta Abstrak Pelayanan KB merupakan upaya untuk mendukung kebijakan program KB nasional. Salah satu indikator program KB yaitu penggunaan KB saat ini dan CPR (Contraceptive Prevalence Rate). CPR adalah persentase penggunaan alat/cara KB oleh pasangan usia subur (PUS) yaitu WUS (umur 15-49 tahun) berstatus menikah atau hidup bersama. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Tingkat Pengetahuan Akseptor KB tentang Alat Kontrasepsi di Puskesmas Sedayu I. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian observasional dengan pendekatan cross sectional. Metode pelaksanaan penelitian ini dengan cara survey. Populasi dalam penelitian ini adalah ibu akseptor KB di kota Yogyakarta. Sampel dalam penelitian ini adalah 33 ibu akseptor KB di Kota Yogyakarta. Hasil penelitian tingkat pengetahuan akseptor KB tentang alat kontrasepsi yang terbanyak adalah kategori kurang yaitu 18 responden (54,5%), karakteristik berdasarkan usia responden mayoritas berumur 21 35 tahun 24 responden (72,7%), tingkat pengetahuan akseptor KB tentang pengertian alat kontrasepsi menunjukkan 23 responden (69,7%) dalam kategori cukup, tingkat pengetahuan akseptor KB tentang jenis alat kontrasepsi menunjukkan masing-masing 12 responden (36,4%) dalam kategori kurang dan cukup, tingkat pengetahuan akseptor KB tentang contoh alat kontrasepsi menunjukkan 21 responden (63,6%) dalam kategori baik, tingkat pengetahuan akseptor KB tentang keuntungan dan kerugian alat kontrasepsi menunjukkan 16 responden (48,5%) dalam kategori kurang. Kata kunci: Alat Kontrasepsi, Pengetahuan Analysis the Level of Knowledge Family Planning Acceptors about Contraception Devices In Sedayu I Community Health Center 2014 Abstract Family planning is an effort to support the national policy of family planning program. One of indicators family planning programs is existing acceptors and Contraceptive Prevalence Rate (CPR). CPR is the percentage of devides used by fertile couple. The purpose of this research is to identify acceptors level of knowledge contraceptive devices at Puskesmas Sedayu I. This observational research used cross sectional approach. A method of the research is survey. The population in this research is acceptors of family planning in Yogyakarta. The sample in this research is 33 family planning acceptors in Yogyakarta. This research found that understanding acceptors about contraceptive devices are low (54,5%), acceptors aged between 21-35 years was the majority (24 respondents or 72,7 %), understanding of description family planning devices was in average level at about (69,7 %), understanding the type of contraception devices was average (36,4%), understanding of example the contracentive devices was great (63,6 %), and understanding of benefi t the contraceptive devices was low (48,5%). Info Artikel: Artikel dikirim pada 13 April 2014 Artikel diterima pada 13 April 2014 Analsis Tingkat Pengetahuan Akseptor KB tentang Alat Kontrasepsidi Puskesmas 71

Pendahuluan Pelayanan KB merupakan upaya untuk mendukung kebijakan program KB nasional. Salah satu indikator program KB yaitu penggunaan KB saat ini dan CPR (Contraceptive Prevalence Rate). CPR adalah persentase penggunaan alat/cara KB oleh pasangan usia subur (PUS) yaitu WUS (umur 15-49 tahun) berstatus menikah atau hidup bersama 1. Menurut Deputi Bidang Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga BKKBN, Dr Sudibyo Alimoeso, MA, ada tiga penyebab tidak berkembangnya penggunaan KB di Indonesia. Pertama, banyaknya kejadian unmeet need ketika wanita ingin sekali ber- KB tapi sayangnya tidak dilayani, banyak wanita yang drop out atau tiba-tiba berhenti mengikuti program KB akibat kurangnya akses layanan kesehatan atau kurang disiplinnya masyarakat saat melakukan kontrol KB yang digunakan. Berdasarkan Riskesdas 2013 dalam Angka, provinsi dengan persentase paling tinggi tidak menggunakan KB karena alasan dilarang agama/ kepercayaan adalah di Kalimantan Barat (2,4%), alasan dilarang suami atau keluarga di Nusa Tenggara Barat (5,9%) dan alasan kurang pengetahuan di Papua (1,9%). DI Yogyakarta adalah provinsi yang paling tinggi dengan alasan takut efek samping (26,0%). Alasan permasalahan akses alat KB paling tinggi di Papua Barat dan Maluku,masing-masing 4,3 persen sedangkan alasan ketidaknyamanan paling tinggi dikeluhkan di Sumatera Utara (21,8%). Kelompok WUS kawin yang tidak pernah menggunakan KB (Tabel 3.12.13 buku Riskesdas 2013 dalam Angka) menunjukkan bahwa Papua adalah provinsi paling tinggi yang beralasan utama masalah agama (9,8%), dilarang suami/keluarga (12,0%) dan kurang pengetahuan (18,5%). DI Yogyakarta adalah provinsi yang paling banyak memberi alasan takut efek samping (24,9%) sedangkan Papua Barat adalah provinsi paling tinggi dengan alasan masalah akses terhadap alat/cara KB (3,5%) serta Maluku paling tinggi menyatakan alasan tidak nyaman (11,4%). Alasan tersebut merupakan informasi yang dapat menjadi masukan bagi perencana program dalam merancang intervensi untuk meningkatkan pelayanan KB di daerah tersebut. Menurut BKKBN Nasional Tahun 2013, jumlah PUS (Pasangan Usia Subur) jika dilihat dari KB baru dan aktif di Indonesia mencapai 46.921.765 PUS. Sedangkan cakupan KB baru dan aktif yaitu peserta KB baru berjumlah 9.388.374 akseptor (20,01%), KB aktif 35.845.289 akseptor (76,39%). Berdasarkan pemakaian kontrasepsinya peserta KB baru diperoleh presentase sebagai berikut, IUD sebanyak 706.102 akseptor (7,52%), MOW sebanyak 131.053 akseptor (1,40%), MOP sebanyak 27.680 akseptor (0,29%), Kondom sebanyak 766.461 akseptor (8,16%), Implant sebanyak 806.532 akseptor (8,59%), suntikan sebanyak 4.406.898 akseptor (46,94%), Pil sebanyak 2.543.648 akseptor (27,09%). Total keseluruhan pengguna alat kontrasepsi di Indonesia sebanyak 9.388.374 akseptor. 1 Secara nasional pada bulan Agustus 2013 sebanyak 688.951 peserta. Apabila dilihat per mix kontrasepsi maka persentasenya adalah sebagai berikut : 46.988 peserta IUD (6,82%), 7.982 peserta MOW (1,16%), 44.453 peserta implant (6,45%), 351.016 peserta suntikan (50,95%), 193.405 peserta pil (28,07%), 1.125 peserta MOP (0,16%) dan 43.982 peserta kondom (6,38%). Mayoritas peserta KB baru bulan Agustus 2013, didominasi oleh peserta KB yang menggunakan Non Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (Non MKJP), yaitu sebesar 85,41% dari seluruh peserta KB baru. Sedangkan peserta KB baru yang menggunakan metode jangka panjang seperti IUD, MOW, MOP dan Implant hanya sebesar 14,59%. Berdasarkan data dari Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) di Indonesia tahun 2011-2012, sasaran peserta KB aktif yang menggunakan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) pada tahun 2011 sebesar 25,1 % tercapai sebesar 24,4% atau hanya 97,2% dari sasaran yang ditetapkan. Sasarn peserta KB aktif mandiri yang ditetapkan sebesar 49,6% telah tercapai sebesar 44,2% atau hanya 89,1% dari sasaran. Sasaran MDGs tahun 2015 bidang Kesehatan Ibu dan reproduksi yaitu Unmet Need (kebutuhan Keluarga Berencana tidak terpenuhi) adalah dari acuan dasar (tahun 1991) sebesar 12,7% sedangkan target MDGs tahun 2015 sebesar 5% data terbaru berdasarkan SDKI 2012 yaitu tercapai 8,5%. Berdasarkan hasil survey BKKPPKB Tahun 2013 Jumlah Pasangan Usia Subur di Propinsi DIY adalah 544.531 dengan peserta KB aktif 444.718 (80,19%) dan KB baru 55.069 (9,93). Jumlah Pasangan Usia Subur di Kabupaten Bantul adalah 152.793. Peserta KB aktif berdasarkan alat kontrasepsi di Kecamatan Sedayu terdapat sejumlah 6477 (83,46%) dan peserta KB baru 743(9,57%). 4 Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Tingkat Pengetahuan Akseptor KB tentang Alat Kontrasepsi di Puskesmas Sedayu I Tahun 2014. Bahan dan Metode Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian observasional dengan pendekatan cross sectional. Metode pelaksanaan penelitian 72 Mulyaningsih & Sariyati, 2014. JNKI, Vol. 2, No. 2, Tahun 2014, 71-75

ini dengan cara survei dengan menggunakan alat bantu kuesioner. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan 15-30 Agustus 2014 di Puskesmas Sedayu I. Populasi dalam penelitian ini adalah ibu akseptor KB di kota Yogyakarta. Sampel dalam penelitian ini adalah 33 ibu akseptor KB di Kota Yogyakarta. Metode pengambilan sampel pada penelitian ini yaitu dengan menggunakan simple Random Sampling. Data yang dapat dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Analisis data menggunakan univariat. 2 Hasil dan Pembahasan Hasil penelitian pengukuran tingkat pengetahuan akseptor KB mengenai pengertian, jenis, contoh, keuntungan dan kerugian alat kontrasepsi di Puskesmas Sedayu I tahun 2014. Tabel 1. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Akseptor KB tentang pengertian alat kontrasepsi di Puskesmas 1 Baik 10 30.3 2 Cukup 23 69.7 3 kurang 0 0 Berdasarkan Tabel 1. di atas menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan akseptor KB tentang alat kontrasepsi di Puskesmas Sedayu I berpengetahuan baik sebanyak 10 orang (30.3%), berpengetahuan cukup sebanyak 23 orang (69.7%) dan berpengetahuan kurang sebanyak 0 orang (0%). Sebagian besar responden memiliki pengetahuan cukup tentang alat kontrasepsi. Menurut Notoatmodjo (2010), pengetahuan merupakan hasil tahu yang terjadi setelah seseorang melakukan pengindraan terhadap sesuatu obyek tertentu. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Tingkat pengetahuan dalam masyarakat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain sosial ekonomi, kultur (budaya, agama), pendidikan, pengalaman, informasi, Tabel 2. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Akseptor KB tentang jenis alat kontrasepsi di Puskesmas 1 Baik 9 27.3 2 Cukup 12 36.4 3 kurang 12 36.4 umur, intelegensi dan lingkungan. Menurut Baziad (2008), kontrasepsi hormonal merupakan salah satu metode kontrasepsi yang paling efektif untuk mencegah terjadinya kehamilan. Kebanyakan jenis hormon yang terkandung dalam kontrasepsi hormonal adalah jenis hormon suntik kecuali yang terkandung dalam depo progestin yang jenis hormonnya adalah depo progesteron. Tabel 2. Menunjukkan bahwa pengetahuan akseptor KB tentang jenis alat kontrasepsi di Puskesmas Sedayu I sebagian besar dalam kategori cukup dan kurang, masing-masing sebanyak 12 orang (36.4%) dan paling sedikit dalam kategori baik adalah berjumlah 9 orang (27.3%). Menurut Hanafi, 2010 ada dua jenis metoda kontrasepsi yaitu metoda cara kontrasepsi sederhana dan cara modern. Cara Metode Kontrasepsi Sederhana. Maksudnya adalah cara mencegah kehamilan dengan alat dan juga bisa tanpa alat. Tanpa alat ini bisa dilakukan dengan cara senggama terputus dan juga sistem kalender. Sedangkan bila menggunakan alat bisa dilakukan dengan kondom, cream atau jelly. 3 Tabel 3. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Akseptor KB tentang contoh alat kontrasepsi di Puskesmas 1 Baik 21 63.6 2 Cukup 0 0 3 kurang 12 36.4 Tabel 3. Menunjukkan bahwa pengetahuan akseptor KB tentang contoh alat kontrasepsi di Puskesmas Sedayu I sebagian besar dalam kategori baik sebanyak 21 orang (63.6%) dan paling sedikit dalam kategori cukup adalah berjumlah 0 orang (0%). Beberapa contoh alat kontrasepsi adalah : 1) Kondom, mempunyai cara kerja dengan menciptakan pembatas fi sik antara organ reproduksi wanita dan sperma pria, sehingga tidak terjadi pembuahan. Kemungkinan gagal dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi ini adalah 2-3%. Penggunaan Kondom dapat dikombinasikan dengan penggunaan Spermisida yang berfungsi untuk membunuh sperma. Bentuk alat kontrasepsi ini bisa berupa jeli, krim, tablet atau busa. Diafragma, adalah alat kontrasepsi yang mempunyai cara kerja, dimasukkan persis untuk menutup mulut rahim dengan tujuan mencegah sperma masuk ke dalam uterus. Anda diharuskan Analsis Tingkat Pengetahuan Akseptor KB tentang Alat Kontrasepsidi Puskesmas 73

menggunakan krim anti jamur atau jeli saat berhubungan badan. Dan Paling lama enam jam setelah berhubungan, Anda harus melepaskannya. Diafragma memiliki tingkat efektivitas yang paling rendah dan tidak efisien. Mungkin karena hal ini, tidak banyak orang yang memilihnya. AKDR/IUD/Spiral, adalah alat kontrasepsi yang berbentuk seperti huruf T, dan dimasukkan ke dalam rahim. IUD dibuat dengan bahan dasar hormon, mampu melepaskan progestin dengan tujuan menghambat ovulasi, dan bisa berfungsi selama 5 tahun mulai dari awal pemasangan. IUD jenis lain adalah dengan metode melepaskan tembaga yang akan menempel pada sperma sehingga dapat menghambat pergerakan sperma. IUD dengan tembaga ini dapat digunakan selama 10 tahun dengan tingkat Efektivitas 98-99%. Susuk/implant, adalah alat kontrasepsi yang dipasang dengan memasukkan jarum kecil ke lapisan bawah kulit di salah satu bagian tubuh Anda (di lengan bagian atas). Selama tiga tahun Jarum tersebut akan mengeluarkan hormon progestin secara perlahan, dengan tujuan mencegah pelepasan telur. Hormon tersebut juga akan menebalkan lendir serviks. Alat kontrasepsi ini mempunyai tingkat efektivitas hingga 99%. Pil Kombinasi, adalah alat kontrasepsi berupa Pil yang mengandung estrogen dan progestin. Kedua hormon tersebut akan mencegah ovulasi dan menebalkan lendir pada mulut rahim sehingga sperma pria tidak bisa berenang mencapai rahim. Pil kombinasi mempunyai tingkat Efektivitas 95-99%. Tabel 4.Distribusi Frekuensi Pengetahuan Akseptor KB tentang Keuntungan dan kerugian alat kontrasepsi di Puskesmas Sedayu ITahun 2014 Baik 4 12.1 Cukup 13 39.4 Kurang 16 48.5 Tabel 4. Menunjukkan bahwa pengetahuan akseptor KB tentang keuntungan dan kerugian alat kontrasepsi di Puskesmas Sedayu I sebagian besar dalam kategori kurang sebanyak 16 orang (48.5%) dan paling sedikit dalam kategori baik adalah berjumlah 4 orang (12.1%). Macam-macam alat kontrasepsi : 1) Kondom Kondommemiliki kelebihan melindungi dari PMS dan tidak memengaruhi hormon.kekurangannya adalah efektivitasnya.sekitar 2-15% wanita masih hamil meskipun pasangannya menggunakan kondom. Selain itu, banyak pria merasakan berkurangnya sensasi seksual dengan pemakaian kondom. 2) Diafragma Diafragma seefektif kondom, namun dapat dicuci dan digunakan lagi selama satu sampai dua tahun.kekurangannya, Anda harus menempatkan diafragma sebelum berhubungan seks (sampai 24 jam sebelumnya) dan mencopotnya setelah enam jam.beberapa wanita mungkin kesulitan menyisipkankannya dan memiliki reaksi alergi (karena terbuat dari lateks). 3) Pil KB Pil KB memberikan kendali di tangan wanita untuk mencegah kehamilan.kekurangan Pil KB adalah tidak melindungi terhadap PMS, harus diambil setiap hari sesuai jadwal (tidak boleh terlewatkan barang sehari pun agar efektif), dan menambah hormon sehingga meningkatkan risiko trombosis, penambahan berat badan, sakit kepala, mual dan efek samping lainnya.pil KB tidak boleh diambil oleh wanita dengan kondisi kesehatan tertentu, seperti diabetes, penyakit liver, dan penyakit jantung. 4) Susuk (Implan) Susuk KB dengan biaya murah dan pemakaian yang tidak merepotkan adalah keunggulan lain susuk KB. Kekurangannya, menyebabkan sakit kepala dan jerawat pada beberapa wanita, tidak melindungi terhadap PMS dan sekitar 20% wanita tidak lagi mendapatkan haid atau haidnya menjadi tidak teratur. 5) Kontrasepsi suntik Keunggulan kontrasepsi suntik adalah keandalannya yang setara dengan pil KB atau susuk dan Anda hanya perlu memikirkan kontrasepsi setiap 3 bulan sekali.kelemahannya, Anda tidak terlindungi terhadap PMS dan mendapatkan hormon.anda juga tidak bisa menghentikannya tiba-tiba karena hormon selama tiga bulan tetap aktif di dalam tubuh.anda mungkin perlu waktu lama untuk subur kembali. 6) AKDR (IUD) Keunggulan AKDR adalah berjangka panjang (minimal lima tahun), mudah mempertahankan (Anda tidak mungkin lupa menggunakannya), lebih murah dibandingkan kontrasepsi lain (lebih mahal pada awalnya, tetapi lebih murah dalam jangka panjang) dan jika Anda ingin hamil, kesuburan Anda dapat dikembalikan dengan cepat setelah Anda 74 Mulyaningsih & Sariyati, 2014. JNKI, Vol. 2, No. 2, Tahun 2014, 71-75

melepaskannya. AKDR progestogen memiliki manfaat tambahan mengurangi perdarahan haid.kekurangan AKDR adalah bila gagal dan wanita menjadi hamil, perangkat ini harus dibuang sesegera mungkin karena meningkatkan risiko keguguran.selain itu, ada risiko kecil infeksi setelah pemasangan AKDR, kehamilan ektopik dan berbagai efek samping seperti menstruasi tidak teratur, vagina kering, sakit kepala, mual dan jerawat. 7) Sterilisasi Keuntungan sterilisasi adalah Anda tidak akan perlu memikirkan kontrasepsi selamanya. Kekurangannya, sifatnya permanen (tidak bisa dibatalkan), tidak memberikan perlindungan terhadap PMS, dan memerlukan operasi mayor.perlu diingat bahwa tidak ada kontrasepsi yang 100% efektif.masih ada 1% kemungkinan kehamilan pasca sterilisasi, bahkan bertahun-tahun setelah operasi dilakukan. Simpulan 1. 2. Tingkat pengetahuan akseptor KB tentang alat kontrasepsi yang terbanyak adalah kategori kurang yaitu 18 responden (54,5%). Karakteristik berdasarkan usia responden mayoritas berumur 21 35 tahun 24 responden (72,7%) 3. Tingkat pengetahuan akseptor KB tentang : a. Tingkat pengetahuan akseptor KB tentang pengertian alat kontrasepsi menunjukkan 23 responden (69,7%) dalam kategori cukup. b. Tingkat pengetahuan akseptor KB tentang jenis alat kontrasepsi menunjukkan masingmasing 12 responden (36,4%) dalam kategori kurang dan cukup. c. Tingkat pengetahuan akseptor KB tentang contoh alat kontrasepsi menunjukkan 21 responden (63,6%) dalam kategori baik. d. Tingkat pengetahuan akseptor KB tentang keuntungan dan kerugian alat kontrasepsi menunjukkan 16 responden (48,5%) dalam kategori kurang. Daftar Pustaka Riskesdas. 2013. http://www.litbang.depkes. go.id/ sites/download/rkd2013/laporan_ Riskesdas2013.PDF BPS. 2013. Profi l Dusun Sedayu 2013. Badan Pusat Statistika Propinsi Di Yogyakarta Hanafi, 2010. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. BKKPPKB, 2013. Data Hasil Kegiatan Program KB Nasional Kabupaten Bantul. Yogyakarta. Analsis Tingkat Pengetahuan Akseptor KB tentang Alat Kontrasepsidi Puskesmas 75