BAB 1 PENDAHULUAN. organ, khususnya mata, ginjal, saraf, jantung dan pembuluh darah (America

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dicapai dalam kemajuan di semua bidang riset DM maupun penatalaksanaan

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) adalah salah satu penyakit. degenerative, akibat fungsi dan struktur jaringan ataupun organ

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus, merupakan penyakit kronis yang disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan meningkatnya glukosa darah sebagai akibat dari

BAB I PENDAHULUAN. yang serius dan merupakan penyebab yang penting dari angka kesakitan,

BAB 1 PENDAHULUAN. yang saat ini makin bertambah jumlahnya di Indonesia (FKUI, 2004).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. commit to user

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah. penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah,

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak menular) justru semakin

BAB I PENDAHULUAN. di hampir semua negara tak terkecuali Indonesia. Penyakit ini ditandai oleh

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tubuh dan menyebabkan kebutaan, gagal ginjal, kerusakan saraf, jantung, kaki

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

FREDYANA SETYA ATMAJA J.

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit degeneratif atau penyakit tidak menular akan terus meningkat

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit degeneratif merupakan transisi epidemiologis dari era penyakit

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan insulin yang diproduksi dengan efektif ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. ditandai oleh kadar glukosa darah melebihi normal serta gangguan

BAB I PENDAHULUAN. tipe 2. Diabetes tipe 1, dulu disebut insulin dependent atau juvenile/childhoodonset

BAB I PENDAHULUAN. insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya. Hiperglikemia kronik pada diabetes

BAB 1 : PENDAHULUAN. pergeseran pola penyakit. Faktor infeksi yang lebih dominan sebagai penyebab

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. sebanyak 17 orang dari 25 orang populasi penderita Diabetes Melitus. darah pada penderita DM tipe 2.

BAB I PENDAHULUAN UKDW. insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya. DM merupakan penyakit degeneratif

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. insulin yang tidak efektif. Hal ini ditandai dengan tingginya kadar gula dalam

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes melitus (DM) merupakan suatu penyakit dimana terjadi gangguan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. adanya kenaikan gula darah (hiperglikemia) kronik. Masalah DM, baik aspek

BAB I PENDAHULUAN. insulin, atau kedua-duanya. Diagnosis DM umumnya dikaitkan dengan adanya gejala

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan data International Diabetes Federation (IDF) pada

BAB 1 PENDAHULUAN. tertentu dalam darah. Insulin adalah suatu hormon yang diproduksi pankreas

BAB I PENDAHULUAN. sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya (Perkeni, 2011). Diabetes melitus

BAB I PENDAHULUAN. penyakit kronik yang mengalamipeningkatan prevalensi setiap tahunnya.

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus menurut American Diabetes Association (ADA) 2005 adalah

berkembang akibat peningkatan kemakmuran di Negara bersangkutan akhir-akhir ini banyak disoroti. Peningkatan perkapita dan perkembangan gaya hidup

BAB 1 PENDAHULUAN. produksi glukosa (1). Terdapat dua kategori utama DM yaitu DM. tipe 1 (DMT1) dan DM tipe 2 (DMT2). DMT1 dulunya disebut

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Masa dewasa awal atau muda merupakan salah satu tahap dari siklus

BAB I PENDAHULUAN. hidup yaitu penyakit Diabetes Melitus. Diabetes Melitus (DM) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. yang mendadak dapat mengakibatkan kematian, kecacatan fisik dan mental

HUBUNGAN KADAR GULA DARAH DENGAN KECEMASAN PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RUMAH SAKIT ISLAM SURAKARTA

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui trend penyakit DM tipe 2 di

BAB I PENDAHULUAN. fertilitas gaya hidup dan sosial ekonomi masyarakat diduga sebagai hal yang

BAB I PENDAHULUAN. bahwa, penderita diabetes mellitus di Indonesia pada tahun 2013 yang

BAB I. Pendahuluan. diamputasi, penyakit jantung dan stroke (Kemenkes, 2013). sampai 21,3 juta orang di tahun 2030 (Diabetes Care, 2004).

dan rendah serat yang menyebabkan pola makan yang tidak seimbang.

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang American Diabetes Association (ADA) menyatakan bahwa Diabetes melitus

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh kelainan sekresi insulin, ketidakseimbangan antara suplai dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. makanan, berkurangnya aktivitas fisik dan meningkatnya pencemaran / polusi

BAB I PENDAHULUAN. terbesar di dunia. Menurut data dari International Diabetes Federation (IDF)

BAB I PENDAHULUAN. Menurut American Diabetes Association / ADA (2011) DM adalah suatu

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berbagai masalah lingkungan yang bersifat alamiah maupun buatan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. tidak adanya insulin menjadikan glukosa tertahan di dalam darah dan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. insulin dan kerja dari insulin tidak optimal (WHO, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. Sebanyak 90% penderita diabetes di seluruh dunia merupakan penderita

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Taufik Hidayat, 2013

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Tn. S DENGAN GANGGUAN SISTEM ENDOKRIN DIABETES MELLITUS PADA Ny.T DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PURWOSARI

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat secara global, regional, nasional dan lokal. Salah satu penyakit tidak

BAB I PENDAHULUAN. berkembang adalah peningkatan jumlah kasus diabetes melitus (Meetoo & Allen,

BAB I PENDAHULUAN. hiperglikemi yang berkaitan dengan ketidakseimbangan metabolisme

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus dapat menyerang warga seluruh lapisan umur dan status

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM) merupakan gangguan metabolisme dengan. yang disebabkan oleh berbagai sebab dengan karakteristik adanya

BAB I PENDAHULUAN. manusia di dunia. Menurut Golostein (2008), bahwa 5% dari populasi penduduk

BAB 1 PENDAHULUAN. termasuk Indonesia (Krisnantuni, 2008). Diabetes melitus merupakan

BAB I PENDAHULUAN. DM tipe 1, hal ini disebabkan karena banyaknya faktor resiko terkait dengan DM

I. PENDAHULUAN. usia harapan hidup. Dengan meningkatnya usia harapan hidup, berarti semakin

BAB I PENDAHULUAN. resiko terjadinya komplikasi akibat DM (Agustina, 2010). Menurut World Health Organization (WHO), Diabetes Melitus (DM)

BAB I PENDAHULUAN. membahayakan jiwa dari penderita diabetes. Komplikasi yang didapat

BAB I PENDAHULUAN. kumpulan gejala yang disebabkan oleh peningkatan kadar gula (glukosa)

BAB I PENDAHULUAN. 1,5 juta kasus kematian disebabkan langsung oleh diabetes pada tahun 2012.

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia Indonesia seutuhnya. Visi Indonesia sehat yang diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. darah merupakan penyebab utama kematian di rumah sakit dan menempati

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) adalah sekelompok gangguan metabolik. dari metabolisme karbohidrat dimana glukosa overproduksi dan kurang

I. PENDAHULUAN. masalah utama dalam dunia kesehatan di Indonesia. Menurut American. Diabetes Association (ADA) 2010, diabetes melitus merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, baik secara global, regional, nasional dan lokal (Depkes, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. menular (PTM) yang menjadi masalah kesehatan masyarakat, baik secara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengendalikan jumlah gula, atau glukosa dalam aliran darah. Ini. sudah membahayakan (Setiabudi, 2008)

BAB 1 PENDAHULUAN. komprehensif pada self-management, dukungan dari tim perawatan klinis,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) merupakan salah satu penyakit degeneratif yang

BAB I PENDAHULUAN. dengan prevalensi obesitas nasional berdasarkan data Riskesdas 2007 adalah 19,1%.

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Gagal ginjal kronik (Chronic Kidney Disease) merupakan salah satu penyakit

BAB I PENDAHULUAN. metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus adalah penyakit hiperglikemia yang ditandai


BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Diabetes tipe 2 Pelajari gejalanya

KARAKTERISTIK FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN INSIDENSI DIABETES MELLITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MAYANG DAN LEDOKOMBO

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit metabolisme dari karbohidrat,

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.Latar Belakang Penyakit Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit yang ditandai dengan peningkatan kadar gula darah yang terus menerus dan bervariasi, penyakit metabolik yang dicirikan oleh hiperglikemia yang diakibatkan oleh sekresi insulin aktivitas insulin atau keduanya. Keadaan hiperglikemia kronik pada diabetes berkaitan dengan akibat jangka panjang, disfungsi, kegagalan berbagai macam organ, khususnya mata, ginjal, saraf, jantung dan pembuluh darah (America Diabetes Association, 2004). Berdasarkan data International Diabetes Foundation (2013) Indonesia menempati urutan ke-7 terbesar dalam jumlah penderita diabetes melitus di dunia dengan jumlah 8,5 juta jiwa penderita. Pada tahun 2011, terdapat sekitar 5,6 juta penduduk Indonesia yang mengidap diabetes. Jumlah penderita diabetes melitus di Indonesia terus meningkat dimana saat ini diperkirakan 1 dari 40 penduduk Indonesia menderita diabetes (PAPDI, 2014). Dari berbagai penelitian epidemiologis di Indonesia didapatkan angka kejangkitan penyakit DM sebesar 1,5%-2,3% pada penduduk usia lebih dari 15 tahun. Diperkirakan pada tahun 2030 prevalensi DM di Indonesia meningkat menjadi 21,3 juta. Angka kesakitan dan kematian akibat DM di Indonesia cenderung berfluktuasi setiap tahunnya sejalan dengan perubahan gaya hidup masyarakat yang mengarah pada makanan siap saji dan sarat karbohidrat (Depkes RI, 2009). 1

2 Berdasarkan penelitian yang dilakukan Jelantik dan Haryati (2014) menunjukkan bahwa penyakit DM sebagian besar dapat dijumpai pada perempuan dibandingkan laki-laki. Dari 50 orang responden sebagian besar berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 32 orang (64%) dan berjenis kelamin laki-laki sebanyak 18 orang (36%). Hal ini dapat disebabkan karena pada perempuan memiliki LDL (Low Density Lipoprotein) atau kolesterol jahat tingkat trigliserida yang lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki, dan juga terdapat perbedaan dalam melakukan semua aktivitas dan gaya hidup sehari-hari yang sangat mempengaruhi kejadian suatu penyakit, dan hal tersebut merupakan salah satu faktor risiko terjadinya penyakit diabetes melitus. Jumlah lemak pada laki-laki dewasa rata-rata berkisar antara 15-20 % dari berat badan total, dan pada perempuan sekitar 20-25 %. Jadi peningkatan kadar lipid (lemak darah) pada perempuan lebih tinggi dibandingkan pada laki-laki, sehingga faktor risiko terjadinya diabetes melitus pada perempuan 3-7 kali lebih tinggi dibandingkan pada lak-laki yaitu 2-3 kali, (Soeharto, 2003 dalam Jelantik dan Haryati, 2014). Penelitian Mihardja (2009) menunjukkan bahwa prevalensi penderita DM pada perempuan sebesar 55,2% lebih tinggi dari laki-laki 44,8%. Penelitian tersebut juga memperlihatkan prevalensi penderita DM cenderung meningkat seiring bertambahnya IMT (Indeks Massa Tubuh) baik pada kelompok laki-laki dan perempuan. Penelitian serupa juga dilakukan Trisnawati (2013) memperlihatkan bahwa wanita lebih berisiko mengidap diabetes karena secara fisik wanita memiliki peluang peningkatan indeks massa tubuh yang lebih besar. Sindroma siklus bulanan (premenstrual syndrom), pasca-menopause yang

3 membuat distribusi lemak tubuh menjadi mudah terakumulasi akibat proses hormonal tersebut sehingga wanita berisiko menderita diabetes tipe 2 (Irawan, 2010). Hal ini sesuai juga dengan penelitian Awad, Langi, Pandelaki (2011) yang menunjukkan bahwa dari 138 kasus pasien DM tipe 2,78 pasien (57%) adalah wanita dan 60 pasien (43%) adalah pria. PERKENI (Perkumpulan Dokter Ahli Endokrin Indonesia) menyebutkan bahwa ada 4 pilar dalam pengelolaan DM. Keempat pilar tersebut adalah perencanaan makan atau disebut pula terapi gizi medik; keseimbangan kerja, olahraga, dan istirahat; manajemen stres yang baik dan benar; penggunaan obat kalau perlu insulin. Salah satu dari keempat pilar tersebut adalah istirahat. Tidur merupakan faktor penting dalam mekanisme kerja tubuh. Pada pasien DM, tidur mempunyai efek yang sangat erat terhadap aktivitas pankreas dalam menghasilkan insulin (Ghifaajah, 2012). Pasien DM umumnya juga merasakan ketidaknyamanan akibat dari tanda dan gejala penyakitnya. Gejala klinis tersebut tentu dapat mengganggu tidurnya. Terjadinya gangguan tidur akan berdampak pada meningkatnya frekuensi terbangun, sulit tertidur kembali, ketidakpuasan tidur yang akhirnya mengakibatkan penurunan kualitas tidur (Potter & Perry, 2005). Pada pasien DM tidur memiliki pengaruh yang berkesinambungan terhadap fungsi endokrin. Untuk beberapa hormon seperti hormon pertumbuhan, 50-75% dari sekresi total harian tergantung pada tidur dan berkurang karena penurunan durasi tidur. Penyakit DM merupakan salah satu penyakit kronis yang berkaitan degan aktivitas tidur. Karena pada pasien diabetes mellitus muncul

4 gangguan tidur dikarenakan adanya nocturnal urine (Sharkey, 2003 dalam Ghifaajah, 2012). Tidur yang cukup sangat diperlukan oleh setiap orang agar tubuh dapat berfungsi normal. Pada saat kondisi tubuh istirahat atau tidur, maka tubuh melakukan proses pemulihan atau regenerasi yang sangat bermanfaat mengembalikan stamina tubuh hingga berada pada kondisi optimal (Wicaksono, 2014). Menurut DeLaune dan Ladner (2002) gangguan tidur dapat mempengaruhi fungsi motorik dan kognitif, penurunan produktivitas, perubahan mood, penurunan daya ingat, disorientasi serta adanya keluhan fatique sehingga dapat mempengaruhi kehidupan pasien dalam melakukan aktifitas sehari-hari. Gangguan tidur yang terjadi pada pasien DM tentunya juga dapat mempengaruhi pasien dalam pengelolaan penyakitnya. Salah satu komponen dalam manajemen DM adalah monitoring kadar gula darah yang memerlukan peran serta aktif, kemauan dan kemampuan pasien secara mandiri. Upaya mempertahankan kadar gula darah tetap normal pasien DM dapat menurunkan risiko terjadinya komplikasi (Soegondo et al., 2009). Hampir semua orang pernah mengalami gangguan tidur selama masa kehidupannya. Diperkirakan tiap tahun 20-40% orang dewasa mengalami kesukaran tidur dan 17% diantaranya mengalami masalah serius (Japardi, 2002). Di Indonesia belum diketahui angka pasti penderita gangguan tidur, namun prevalensi pada orang dewasa mencapai 20% (Primanda, 2009). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Syamsumin (2009) dengan judul Faktor-faktor risiko yang Berkaitan dengan Prevalensi Kurang Tidur Kronis pada Mahasiswa di

5 Daerah Istimewa Yogyakarta menyatakan bahwa dari 104 responden terdapat 47 orang (45,19%) yang didiagnosis menderita kurang tidur kronis. Dari angka prevalensi sebesar ini sebanyak 26 orang (25%) adalah laki-laki dan 21 orang lainnya (20,19%) adalah perempuan. Selama pertengahan usia, orang dewasa memulai untuk mengalami peningkatan jumlah waktu untuk tidur, dan peningkatan angka terbangun pada malam hari dan kekurangan jumlah total waktu tidur. Pria menunjukkan perubahan yang besar pada pola tidur dibandingkan wanita. Walaupun demikian wanita melaporkan kejadian yang lebih tinggi terhadap gangguan tidur dibanding pria (Berger, 1992). Lee-Chiong (2009) menyatakan bahwa riwayat perubahan hormon pada wanita akan berpengaruh terhadap tidurnya. Sacara umum, hal buruk tersebut dapat diantisipasi dengan perubahan yang mendadak dan kembali normalnya hormon pada wanita tersebut. Sekitar 70% wanita melaporkan bahwa status tidur mereka dipengaruhi oleh gejala menstruasi seperti pembengkakan, rasa sakit pada payudara, sakit kepala dan kram dengan rata-rata 2,5 hari setiap bulan. Mood, ketidaknyamanan, rasa nyeri dapat mempengaruhi status tidur selama periode ini. Hal ini sesuai juga dengan penelitian yang dilakukan Khasanah dan Hidayati (2012) yang menunjukkan bahwa wanita memiliki kualitas tidur yang buruk disebabkan karena terjadi penurunan pada hormon progesteron dan estrogen yang mempunyai reseptor di hipotalamus, sehingga memiliki andil pada irama sirkardian dan pola tidur secara langsung. Kondisi psikologis, meningkatnya

6 kecemasan, gelisah dan emosi sering tidak terkontrol pada wanita akibat penurunan hormon estrogen yang dapat menyebabkan gangguan tidur. Ghifaajah (2012 dalam Yaggi, Araujo, dan McKinley, 2006) mengatakan bahwa hasil dalam sebuah jurnal penelitian yang dilakukan pada 1.709 laki-laki selama kurang lebih 15 tahun di Massachusets menuliskan bahwa yang melaporkan durasi tidur pendek 5 jam permalam dua kali lebih mungkin untuk mendapat risiko diabetes, sedangkan yang melaporkan durasi tidur panjang > 8 jam permalam lebih dari tiga kali kemungkinan untuk mendapat risiko diabetes. Hal ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Nedeltcheva, Imperial dan Penev (2012) yang mengatakan bahwa kekurangan durasi tidur berhubungan pada rendahnya produksi insulin, C-peptide dan laju sekresi insulin. Karena pada saat tidur, tubuh mengonversi energi dan karbohidrat selama malam hari, yang mana kekurangan tidur pada malam hari akan menghasilkan pelepasan energi yang lebih tinggi sebesar 20-30%, pembuangan glukosa sistemik, dan kebutuhan pada produksi glukosa endogen. Dengan demikian sudah menjadi tugas perawat untuk memberikan informasi pada pasien dengan DM untuk menjaga kuantitas tidurnya yaitu antar 5 sampai 7 jam permalam, untuk menghindari efek dari hormon kortisol yang tidak dinginkan dari kurang tidur (Ghifaajah, 2012). RSUD Dr. Djasamen Saragih adalah rumah sakit negeri kelas B. Rumah sakit ini mampu memberikan pelayanan kedokteran spesialis dan subspesialis terbatas. Rumah sakit ini juga menampung pelayanan rujukan dari rumah sakit kabupaten. Berdasarkan data penelitian sebelumnya terdapat 721 pasien DM mulai tahun 2004-2008, dimana tahun 2004 terdapat 89 pasien, tahun 2005

7 meningkat menjadi 143 pasien, tahun 2006 menurun menjadi 117 pasien, tahun 2007 meningkat menjadi 185 pasien dan tahun 2008 meningkat menjadi 187 pasien. Data ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan pasien DM setiap tahunnya di RSUD Dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar Tidur merupakan kebutuhan dasar yang harus dipenuhi. Jika kebutuhan tersebut mengalami gangguan akan mempengaruhi kemampuan pasien untuk mengelola DM secara mandiri dalam melakukan monitoring kadar glukosa darah. Kurangnya kemampuan pasien dalam melakukan monitoring glukosa darah dapat menyebabkan glukosa tidak terkontrol yang berisiko meningkatkan kadar glukosa darah. Disamping itu juga perempuan yang memiliki kebutuhan tidur yang lebih banyak daripada laki-laki akibat proses fisiologis pada tubuhnya sehingga akan mempengaruhi juga kemampuan dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Berdasarkan uraian tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang perbandingan kualitas tidur pada pasien DM laki-laki dan perempuan di RSUD Dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar. 2.Perumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah bagaimanakah perbandingan kualitas tidur pasien DM laki-laki dan perempuan di RSUD Dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar?

8 3.Pertanyaan Penelitian Pertanyaan dalam penelitian ini adalah : 3.1 Bagaimana kualitas tidur pasien DM laki-laki di RSUD Dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar? 3.2 Bagaimana kualitas tidur pasien DM perempuan di RSUD Dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar? 3.3 Bagaimana perbandingan kualitas tidur pasien DM laki-laki dan perempauan di RSUD Dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar? 4. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk : 4.1 Mengidentifikasi kualitas tidur pada pasien DM laki-laki di RSUD Dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar 4.2 Mengidentifikasi kualitas tidur pada pasien DM perempuan di RSUD Dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar 4.3 Mengidentifikasi perbandingan kualitas tidur pada pasien DM laki-laki dan perempuan di RSUD Dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar 5. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat : 5.1 Pendidikan Keperawatan Hasil penelitian ini dapat menambah kepustakaan tentang perbandingan kualitas tidur pada pasien DM laki-laki dan perempuan sehingga dapat memberikan masukan bagi mahasiswa/i jurusan keperawatan di masa mendatang.

9 5.2 Pelayanan Keperawatan Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi tentang kualitas tidur pada pasien DM laki-laki dan perempuan dan akan dijadikan sebagai pertimbangan dalam pemberian asuhan keperawatan pada pasien DM. 5.3 Penelitian Keperawatan Hasil penelitian ini dapat memberikan masukan bagi penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan perbandingan kualitas tidur pada pasien DM laki-laki dan perempuan, seperti faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas tidur pasien DM. 5.4. Bagi Pasien DM Dapat memeberikan tambahan informasi dan wawasan bagi pasien DM untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas tidurnya guna meminimalkan komplikasi yang dapat terjadi.