Dewi Masita Umar, NIM: ,**Jusdin Puluhulawa., SH, M.Si***Dr.Udin Hamim, S.Pd.,SH, M.Si, Jurusan Ilmu Hukum dan Kemasyarakatan, Program Studi

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Pemilu merupakan proses pemilihan orang-orang untuk mengisi jabatan-jabatan

DAFTAR PUSTAKA. Masyarakat. Jakarta: CV Multiguna. Utama. Rustan, Surianto. (2009). Mendesain Logo. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

BAB I PENDAHULUAN. negara tersebut ( Dalam prakteknya secara teknis yang

I. PENDAHULUAN. demokrasi, Sekaligus merupakan ciri khas adanya modernisasi politik. Dalam

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perubahan besar pada sistem ketatanegaraan Indonesia. Salah satu perubahan itu

ANALISIS PENYEBAB MASYARAKAT TIDAK MEMILIH DALAM PEMILU. Bismar Arianto 1

I. PENDAHULUAN. aspirasi dan memilih pemimpin dengan diadakannya pemilihan umum.

LAPORAN PENELITIAN ANALISIS PENYEBAB MASYARAKAT TIDAK MENGGUNAKAN HAK PILIHNYA DALAM PEMILIHAN UMUM LEGISLATIF TAHUN 2014 DI KABUPATEN TEGAL Oleh:

MEKANISME DAN MASALAH-MASALAH KRUSIAL YANG DIHADAPI DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAH SECARA LANGSUNG. Oleh : Nurul Huda, SH Mhum

- 3 - Pasal 4. Pasal 6

BAB I PENDAHULUAN. penguatan, partisipasi dan kemandirian rakyat lewat proses-proses yang

BAB I PENDAHULUAN. menyangkut kepentingan rakyat harus didasarkan pada kedaulatan rakyat. Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Caroline Paskarina. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Padjadjaran

BAB I PENDAHULUAN. secara langsung. Oleh karena itu, dalam pengertian modern, demokrasi dapat

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Faktor Penyabab Masyarakat Yang Tidak Menggunakan Hak Pilihnya

2008, No.59 2 c. bahwa dalam penyelenggaraan pemilihan kepala pemerintah daerah sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pem

BAB VII PENUTUP Kesimpulan. kualitas dan kuantitas pemilih dalam menggunakan hak pilihnya. Relawan

PEMILUKADA PASCA REFORMASI DI INDONESIA. Oleh : Muhammad Afied Hambali Dosen Fakultas Hukum Universitas Surakarta. Abstrack

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Negara yang dianggap demokratis selalu mencantumkan kata kedaulatan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2001 TENTANG BANTUAN KEUANGAN KEPADA PARTAI POLITIK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar. Artinya. Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

Pengantar. Purnomo S. Pringgodigdo

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Otonomi daerah yang berlaku di Indonesia memuat perubahan. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.

BAB I PENDAHULUAN. pemilihan umum (Pemilu). Budiardjo (2010: 461) mengungkapkan bahwa dalam

BAB I PENDAHULUAN. memperlakukan rakyat sebagai subjek bukan objek pembangunan, sehingga

MEKANISME PENYELENGGARAAN PEMILIHAN GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR JATENG DAN BUPATI DAN WAKIL BUPATI KUDUS TAHUN 2018

BAB I PENDAHULUAN. dikehendaki. Namun banyak pula yang beranggapan bahwa politik tidak hanya

BUPATI JEPARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

I. PENDAHULUAN. memberikan kebebasan kepada masyarakat untuk menyatakan pendapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Semarak dinamika politik di Indonesia dapat dilihat dari pesta demokrasi

2 Nomor 11 Tahun 2014 tentang Pengawasan Pemilihan Umum; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum (Lembar

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2001 TENTANG PENETAPAN JUMLAH DAN TATA CARA PENGISIAN KEANGGOTAAN

BAB I PENDAHULUAN. Simbol manifestasi negara demokrasi adalah gagasan demokrasi dari

BAB I PENDAHULUAN. Pilgub Jabar telah dilaksanakan pada tanggal 24 Pebruari 2013, yang

UU 4/2000, PERUBAHAN ATAS UNDANG UNDANG NOMOR 3 TAHUN 1999 TENTANG PEMILIHAN UMUM

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2004 TENTANG KAMPANYE PEMILIHAN UMUM OLEH PEJABAT NEGARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2005 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara demokrasi, sehingga pengisian lembaga

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

I. PENDAHULUAN. Politik merupakan proses pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam masyarakat

BAB V PENUTUP. dipilih melalui pemilihan umum. DPR memegang kekuasaan membentuk. undang-undang. Setiap rancangan undang-undang dibahas oleh DPR dan

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan umum (Pemilu) adalah suatu sarana yang berfungsi sebagai

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2003 TENTANG

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA KOMISI PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemuda sebagai generasi penerus bangsa idealnya mempunyai peran

PERANAN MEDIA MASSA TERHADAP KESADARAN POLITIK MASYARAKAT DI DUSUN WIJILAN WIJIMULYO NANGGULAN KULON PROGO DALAM PEMILIHAN UMUM 9 APRIL 2014 ARTIKEL

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH

URGENSI UNDANG-UNDANG PEMILU DAN PEMANTAPAN STABILITAS POLITIK 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sosialisasi yang dilaksanakan di Madrasah Aliyah Sukasari Desa Cibeureum Kecamatan Kertasari Kabupaten Bandung,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Secara umum dapat dikatakan bahwa Partai Politik merupakan sesuatu

BAB II DESKRIPSI LOKASI. demi terciptanya demokrasi Indonesia yang berkualitas berdasarkan Pancasila dan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN. Pemilihan umum sebagai sarana demokrasi dan juga sebagai cerminan. menyampaikan hak nya sebagai warganegara. Pemilihan umum merupakan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2005 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA SUKABUMI

Berdasarkan Pasal 22E ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Pemilu dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia,

BAB I PENDAHULUAN. berbagai cara yang sekiranya bisa menarik masyarakat untuk memilih. calonnya, calon pasangan kepala daerah untuk Wilayah Kabupaten

BAB I. A. Latar Belakang Masalah. mengenai konsep dan perkembangan politik serta bagaimana cara berpolitik

BAB I PENDAHULUAN. mencerminkan dengan agak akurat partisipasi serta aspirasi masyarakat.

BAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Kesimpulan. 1. Persepsi Mahasiswa Penyandang Disabilitas Tentang Aksesibilitas Pemilu

APA DAN BAGAIMANA PEMILU 2004?

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan sebuah negara kesatuan yang memiliki bentuk

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2004 TENTANG KAMPANYE PEMILIHAN UMUM OLEH PEJABAT NEGARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM

yang sangat prinsipiil, karena dalam pelaksanaan hak asasi merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. menyangkut kepentingan rakyat harus didasarkan pada kedaulatan rakyat. Pemilu

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan umum di Indonesia sebagai salah satu upaya mewujudkan negara

- 3 - Pasal 4. Pasal 6

BAB 1 PENDAHULUAN. Kegiatan pemilu merupakan agenda politik yang diadakan oleh negara setiap

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan secara lebih Luber (Langsung, Umum, Bebas dan Rahasia) dan

RANCANGAN PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM TENTANG PEMBENTUKAN DAN TATA KERJA PANITIA PEMILIHAN KECAMATAN, PANITIA PEMUNGUTAN SUARA, DAN KELOMPOK

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. dan juga pada pemilu (Pemilu). Pada umumnya partai politik itu dapat dikatakan

PERAN KOMISI PEMILIHAN UMUM DAERAH (KPUD) DALAM MENINGKATKAN PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT 1 (Studi di Kabupaten Bolaang Monggondow Utara)

I. PENDAHULUAN. Pemilihan umum (pemilu) merupakan instrumen yang digunakan rakyat untuk

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN. Pemilihan Umum (Pemilu) di Negara Indonesia merupakan sarana pelaksanaan

Transkripsi:

Pendidikan Kewarganegaraan, Fakultas Ilmu Sosial Page 1

Golongan Putih ( Golput ) Pada Pemilihan Kepala Daerah di Gorontalo Utara ( Studi Kasus Bagi Warga Pemilih di Kecamatan Atinggola) Oleh Dewi Masita Umar*. Jusdin Puluhulawa., SH, M.Si**Dr.Udin Hamim, S.Pd.,SH, M.Si*** ABSTRAK Penelitian ini mengangkat pemasalahan pokok dalam penelitian ini yaitu, Bagaimanakah perkembangan munculnya golput bagi warga atinggola dalam Pemilihan Kepala daerah di Kabupaten Gorontalo Utara dan Faktor-faktor apakah yang menyebabkan masyarakat atinggola lebih memilih golput dari pada datang ke TPS untuk memberikan suaranya dalam pemilihan kepala daerah di Kabupaten Gorontalo Utara.Jenis penelitian ini adalah jenis pendekatan penelitian Kualitatif. Penelitian Kualitatif sering di sebut metode penelitian Natularistik,Alasan peneliti menggunakan pendekatan kualitatif ini diharapkan mempermudah untuk menjawab permasalahan yang diteliti yang tentunya memerlukan pemahaman secara menyeluruh mengenai objek yang diteliti, untuk menghasilkan kesimpulan penelitian dalam konteks waktu dan situasi yang bersangkutan. Berdasarkan hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa, perkembangan golput dikarenakan kekecewaan terhadap partai politik yang tidak bisa membuat perubahan bagi masyarakat, serta masyarakat Atinggola masih kurang puas dengan pemerintahan dan kedudukan partai politik di Kecamatan Atinggola.Dari wawancara kedua dapat disimpulkan bahwa masyarakat memilih golput sebagian bukan karena sengaja atau ada unsur paksaan, tapi sebagian masyarakat memilih golput dikarenakan alas an tekhnis seperti sakit, Masyarakat adalah lebih mementingkan apa yang nampak dan menghasilkan sesuatu yang pasti dan menguntungkan daripada menggantungkan harapan yang tidak pasti, serta karena alasan administrasi yang belum mereka punya untuk tercatat lagi sebagai pemilih di Desa-desa di Kecamatan Atinggola, kemudian kurangnya sosialisasi yang membuat masyarakat golput, sosialisasi ini yang kurang adalah yang datang dari partai politik. Kata Kunci : Golput dan Pemilihan Kepala Daerah Pendidikan Kewarganegaraan, Fakultas Ilmu Sosial Page 2

Otonomi daerah membawa dampak yang sangat luas terhadap berkembangnya demokrasi di Indonesia, dan membawa harapan besar untuk kesejahtraan rakyat serta kemakmuran daerah dengan pemilihan kepala daerah secara langsung. Rakyat bisa menentukan pilhannya sendiri dibandingkan dengan pemilihan kepala daerah sebelumnya yang dipilih oleh anggota Dewan Perwakilan Rakyat. Hal ini membawa perubahan pandangan masyarakat terhadap pemerintahan, karena calon yang akan memimpin dipilih langsung oleh rakyat. Bagaimanapun ini merupakan konsekuensi logis dari berlakunya Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah. Dengan berlakunya Undang-Undang tersebut rakyat berharap dapat mengetahui dan memahami isi yang terkandung dalam Undang-Undang, sehingga lebih meningkatkan pengetahuan serta wawasan politik masyarakat. Seperti yang tercantum dalam pasal 56 ayat 1 dan 2 yang berbunyi : Kepala daerah dan wakil kepala daerah dipilih dalam satu pasangan calon yang dilaksanakan secara demokratis berdasarkan asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil (1), pasangan calon yang sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diajukan oleh partai politik atau gabungan partai politik (2) Seperti yang yang tercantum dalam undang-undang nomor 12 tahun 2008 pasal 59 ayat 6 yang berbunyi : Partaipolitik atau gabungan partai politik sebagaimana yang dimaksud pada ayat (2) hanya dapat mngusulkan satu pasangan calon dan pasangan calon tersebut tidak dapat diusulkan lagi oleh partai politik atau gabungan partai politik lainnya. Dari penjelasan semua pasal diatas dapat disimpulkan bahwa, pemilihan kepala daerah dilaksanakan secara demokratis tetapi masih kentalnya keterlibatan partai dalam menentukan dan mengendalikan pemilihan kepala daerah, secara Pendidikan Kewarganegaraan, Fakultas Ilmu Sosial Page 3

pemilihan demokratis berdasarkan asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil bahwa pemilihan kepala daerah benar-benar bersifat murni dan konsekuen dimana setiap pasangan calon tersebut diajukan oleh partai politik. Harapan positif dari partai politik adalah optimalisasi fungsi dan peran partai politik itu sendiri dalam membawa masyarakat menuju kearah yang lebih baik dan sejahtera serta demokratis. Dengan demikian bahwa partai politik memegang peranan strategis dan penting demi terlaksananya Pemilihan Kepala Daerah. Pentingnya peran partai politik dalam kedudukan politik, Untuk mendapat kekuasaan dalam suatu pemerintahan yang akan mewarnai kebijakan-kebijakan politik dari partai yang bersangkutan. Pemilihan Kepala Daerah merupakan sarana terpenting dalam tiap Negara Demokrasi, terlebih lagi bagi Negara yang berbentuk Republik seperti Indonesia, Pemilihan Kepala Daerah juga merupakan salah satu sarana pendidikan politik bagi masyarakat yang bersifat langsung dan terbuka. Sehingga diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai Demokrasi. ( Rosidin 2010 : 112).Tetapi kenyataannya dengan adanya keterlibatan partai politik kebebasan masyarakad untuk berdemokrasi yang selayaknya tidak berjalan seperti harapan pemerintah, inilah yang menjadi faktor Pendidikan Kewarganegaraan, Fakultas Ilmu Sosial Page 4

dan alasan mengapa masyarakad lebih memilih GOLPUT dari pada datang ke TPS untuk memberikan suara pada pemilihan kepala daerah. Hasil observasi awal yang dilakukan peneliti ada beberapa faktor yang menyebabkan masyarakat lebih memilih golput dari pada datang ke TPS untuk memberikan suara pada pemilihan kepala daerah.pertama, faktor Tekhnis, Kedua, faktor pekerjaan, Ketiga, faktor administratif, Keempat, sosialisasi, Kelima, faktor politik. (Tauchid Dwijayanto 2011 : Jurnal Ilmu Politik dan Ilmu Pemerintahan).Di Indonesia terdapat dua kelompok golput pertama, adalah kelompok golput awam. Kedua, adalah kelompok golput pilihan. (Tauchid Dwijayanto 2011 : 53). Di Kecamatan Atinggola sendiri memiliki jumlah penduduk 10.923 jiwa terdiri dari perempuan 5.431 dan laki-laki 5.492 jiwa. Jumlah pemilih 7.761 jiwa yakni perempuan 3.846 dan laki-laki 3.915, dan Jumlah masyarakat yang tidak ikut memilih adalah 1.565 jiwa.dari jumlah tersebut diperkirakan angka golput di Kecamatan Atinggola ada 20% dari jumlah pemilih. ( Panwascam Kecamatan Atinggola ). Sekalipun angka golput hanya sekian persen dari jumlah pemilih, namun dengan jumlah itu tidak efektif porsi antara hak dan kewajiban masyarakat sebagai warga negara Indonesia yang baik, dalam perkembangan politik dan masa depan bangsa. Sehingga dikhawatirkan fenomena ini sekalipun pada radius wilayah kecil Pendidikan Kewarganegaraan, Fakultas Ilmu Sosial Page 5

di Kecamatan Atinggola akan berimplikasi pada warga masyarakat lain, dalam arti jika fenomena ini dibiarkan akan menjadi benih-benih kurang produktif bagi perkembangan demokrasi dan perkembangan politik secara universal di tanah air ini. Berdasarkan uraian tersebut maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian yang akan di tuangkan dalam sebuah karya ilmiah dengan judul Golongan Putih ( Golput ) Pada Pemilihan Kepala Daerah di Gorontalo Utara ( Studi Kasus Bagi Warga Pemilih di Kecamatan Atinggola). RUMUSAN MASALAH Pada hakekatnya masalah dalam suatu penelitian merupakan segala bentuk pernyataan yang perlu dicari jawabannya, atau segala bentuk kesulitan yang datang tentunya harus ada kegiatan yang memecahkannya sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai. Adapun rumusan permasalahan yang penulis ajukan adalah: 1. Bagaimanakah perkembangan munculnya golput bagi warga Atinggola dalam Pemilihan Kepala daerah di Kabupaten Gorontalo Utara? 2. Faktor-faktor apakah yang menyebabkan masyarakat atinggola lebih memilih golput dari pada datang ke TPS untuk memberikan suaranya dalam pemilihan kepala daerah di Kabupaten Gorontalo Utara? Pendidikan Kewarganegaraan, Fakultas Ilmu Sosial Page 6

KAJIAN PUSTAKA Teori Tauchid Dwijayanto 2011 : 53 yang mengatakan bahwa di Indonesia terdapat dua kelompok golput :Pertama, adalah kelompok golput awam. Yaitu mereka yang tidak mempergunakan hak pilihnya bukan karena alasan politik, tetapi karena alasan ekonomi, kesibukan dan sebagainya. Kemampuan politik kelompok ini tidak sampai ke tingkat analisis, melainkan hanya sampai tingkat deskriptif saja. Kedua, adalah kelompok golput pilihan.yaitu mereka yang tidak bersedia menggunakan hak pilihnya dalam pemilu benar-benar karena alasan politik. Teori Tauchid Dwijayanto 2011 : 54 yang mengatakan bahwa ada lima faktor yang menyebabkan terjadinya golput, pertama, Faktor Tekhnis, maksudnya adalah adanya kendala yang bersifat teknis yang dialami oleh pemilih sehingga menghalanginya untuk menggunakan hak pilih. Kedua, Faktor pekerjaan adalah pekerjaan sehari-hari pemilih.faktor pekerjaan pemilih ini memiliki kontribusi terhadap jumlah orang yang tidak memilih. Ketiga, Faktor administratif adalah faktor yang berkaitan dengan aspek adminstrasi yang mengakibatkan pemilih tidak bisa menggunakan hak pilihnya. Keempat, Sosialisasi atau menyebarluaskan pelaksanaan pemilu di Indonesia sangat penting dilakukan dalam rangka memenimalisir golput. Kelima, Faktor politik adalah alasan atau penyebab yang Pendidikan Kewarganegaraan, Fakultas Ilmu Sosial Page 7

ditimbulkan oleh aspek politik masyarakat tidak mau memilih. Seperti ketidak percaya dengan partai, tak punya pilihan dari kandidat yang tersedia atau tak percaya bahwa pileg/pilkada akan membawa perubahan dan perbaikan. METODE PENELITIAN Dalam suatu penelitian tentunya kita memerlukan data yang cukup akurat, untuk mendapatkan data tersebut kita harus menggunakan suatu cara. Adapun cara untuk mendapatkan data itulah yang biasa disebut metode. Jadi dalam penggalian data, penggunaan suatu metode memegang peranan yang sangat penting dalam suatu penelitian yang bersifat ilmiah, karena suatu penelitian tergantung pada tepat tidaknya dalam penerapan suatu metode yang digunakan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif yang bermaksud untuk mendeskripsikan data temuan penelitian dalam bentuk kalimatkalimat berupa keterangan atau pernyataan-pernyataan dari informasi sesuai dengan kenyataan yang ada secara materalistik. PEMBAHASAN Perkembangan Munculnya Golput Bagi Warga Atinggola Dalam Pemilihan Kepala Daerah di Kabupaten Gorontalo Utara 1. Golput Awam Pendidikan Kewarganegaraan, Fakultas Ilmu Sosial Page 8

Golput awam, yaitu mereka yang tidak mempergunakan hak pilihnya bukan karena alasan politik, tetapi karena alasan ekonomi, kesibukan dan sebagainya.kemampuan politik kelompok ini tidak sampai ke tingkat analisis, melainkan hanya sampai tingkat deskriptif saja. Kecamatan Atinggola sendiri tergolong dalam golput awam, hal ini dinyatakan oleh semua informan bahwa, Masyarakat Atinggola yang memilih golput sebagian bukan masalah politik tetapi karena masalah ekonomi yang sangat mendesak masyarakat sehingga membuat masyarakat lebih memilih golput daripada dating ke TPS untuk memilih ini semua mereka lakukan demi kehidupan keluarga mereka. 2. Golput Pilihan Golput pilihan, yaitu mereka yang tidak bersedia menggunakan hak pilihnya dalam pemilu benar-benar karena alasan politik.misalnya tidak puas dengan kualitas partai politik yang ada. Sebagian masyarakat Kecamatan Atinggola tergolong dalam golput pilihan ini, karena mereka memilih golput karena alasan politik. Hal ini dinyatakan oleh sebagian informan bahwa sebagian masyarakat Kecamatan Atinggola yang memilih golput itu dikarenakan masalah politik, seperti tidak percaya lagi dengan partai politik, serta masyarakat tidak melihat ada kader terbaik yang mencalonkan Pendidikan Kewarganegaraan, Fakultas Ilmu Sosial Page 9

diri. Ini adalah alas an mengapa sebagian masyarakat Kecamatan Atinggola memilih golput. Faktor Yang Menyebabkan Masyarakat Atinggola Lebih Memilih Golput Dari Pada Datang ke TPS Untuk Memberikan Suaranya Dalam Pemilihan Kepala Daerah di Kabupaten Gorontalo Utara 1) Faktor Tekhnis Faktor Teknis maksudnya adalah adanya kendala yang bersifat teknis yang dialami oleh pemilih sehingga menghalanginya untuk menggunakan hak pilih. Seperti pada saat hari pencoblosan pemilih sedang sakit, pemilih sedang ada kegiatan yang lain serta berbagai hal lainnya yang sifatnya menyangkut pribadi pemilih. Kondisi itulah yang secara teknis membuat pemilih tidak datang ke TPS untuk menggunakan hak pilihnya. Hal ini didukung oleh pernyataan sebagian informan yang mengatakan bahwa Sebagian Masyarakat Atinggola yang golput dikarenakan dalam kondisi sakit yang tidak memungkinkan dia datang ke TPS. 2) Faktor Pekerjaan Faktor pekerjaan adalah pekerjaan sehari-hari pemilih.faktor pekerjaan pemilih ini memiliki kontribusi terhadap jumlah orang yang tidak memilih. Pendidikan Kewarganegaraan, Fakultas Ilmu Sosial Page 10

Faktor ini yang banyak menyebabkan masyarakat Kecamatan Atinggola golput, hal ini dinyatakan oleh semua informan bahwa Masyarakat Atinggola yang golput sebagian besar dikarenakan lagi kerja baik itu kerja yang ada dikampung mereka masing-masing atau mereka yang kerja merantau kerja di luar Kecamatan Atinggola. Ini yang menyebabkan jumlah golput di Kecamatan Atinggoli relative banyak. 3) Faktor Administratif Faktor administratif adalah faktor yang berkaitan dengan aspek adminstrasi yang mengakibatkan pemilih tidak bisa menggunakan hak pilihnya.diantaranya tidak terdata sebagai pemilih, tidak mendapatkan kartu pemilihan tidak memiliki identitas kependudukan (KTP).Hal-hal administratif seperti inilah yang membuat pemilih tidak bisa ikut dalam pemilihan. Pemilih tidak akan bisa menggunakan hak pilih jika tidak terdaftar sebagai pemilih. Kasus pemilu legislatif 2009 adalah buktinya banyaknya masyarakat Indonesia yang tidak bisa ikut dalam pemilu karena tidak terdaftar sebagai pemilih. Jika kondisi yang seperti ini terjadi maka secara otomatis masyarakat akan tergabung kedalam kategori golput. Hal ini dinyatakan oleh sebagian informan bahwa, Sebagian Masyarakat Atinggola yang memeilih golput itu lebih dikarenakan masalah administrasi, seperti pemilih itu belum terdaftar sebagai Pendidikan Kewarganegaraan, Fakultas Ilmu Sosial Page 11

pemilih tetap di Kecamatan Atinggola dikarenakan belum mempunyai KTP. Hal ini yang menambah jumlah golput di Kecamatan Atinggola. 4) Faktor Sosialisasi Sosialisasi atau menyebarluaskan pelaksanaan pemilu di Indonesia sangat penting dilakukan dalam rangka memenimalisir golput.hal ini di sebabkan intensitas pemilu di Indonesia cukup tinggi mulai dari memilih kepala desa, bupati/walikota, gubernur pemilu legislatif dan pemilu presiden hal ini belum dimasukkan pemilihan yang lebih kecil RT/ RW. Kondisi lain yang mendorong sosialisasi sangat penting dalam upaya meningkatkan partisipasi politik masyarakat adalah dalam setiap pemilu terutama pemilu di era reformasi selalu diikuti oleh sebagian peserta pemilu yang berbeda. Hal ini juga didukung oleh pernyataan sebagian informan, bahwa factor sosialisasi menjadi alas an masyarakat menjadi golput, karena ketidaktahuan masyarakat akan jadwal pemilihan pada hari itu, hal ini terjadi disebagian Desa terpencil yang ada di Kecamatan Atinggola yang belum bias dijangkau pemerintah dengan alas an struktur medan yang tidak mendukung pada waktu itu. 5) Faktor Politik Faktor politik adalah alasan atau penyebab yang ditimbulkan oleh aspek politik masyarakat tidak mau memilih. Seperti ketidak percaya dengan partai, tak Pendidikan Kewarganegaraan, Fakultas Ilmu Sosial Page 12

punya pilihan dari kandidat yang tersedia atau tak percaya bahwa pileg/pilkada akan membawa perubahan dan perbaikan. Kondisi inilah yang mendorong masyarakat untuk tidak menggunakan hak pilihnya. Stigma politik itu kotor, jahat, menghalalkan segala cara dan lain sebagainya memperburuk kepercayaan masyarakat terhadap politik sehingga membuat masyarakat enggan untuk menggunakan hak pilih. Stigma ini terbentuk karena tabiat sebagian politisi yang masuk pada kategori politik instan. Politik dimana baru mendekati masyarakat ketika akan ada agenda politik seperti pemilu. Maka kondisi ini meruntuhkan kepercayaan masyarakat pada politisi. Hal ini didukung oleh pernyataan dari sebagian informan bahwa Masyarakat Kecamatan Atinggola yang memilih golput dikarenakan alsan politik karena sebagian masyarakat tidak percaya lagi pada partai politik, serta masyarakat tidak melihat akan adanya kandidat yang cocok untuk dipilih dan memimpin Kabupaten Gorontalo Utara, hal ini menambah daftar golput di Kecamatan Atinggola. PENUTUP Di lokasi penelitian di kecamatan Atinggola ditemukan dua kategori golput berdasarkan alasan dan sebab mereka tidak menggunakan hak suaranya, yang pertama yaitu kategori masyarakatgolput awam, Kedua, Golput Pilihan, Pendidikan Kewarganegaraan, Fakultas Ilmu Sosial Page 13

Selain itu faktor-faktor yang mempengaruhi munculnya Golongan putih (Golput) pada masyarakat di Kecamatan Atinggola Pada Pilkada 2013 sehingga menimbulkan suatu fenomena Golput yaitu meliputi : 1. Faktor Tekhnis 2. Faktor Pekerjaan 3. Faktor Administratif 4. Faktor Sosialisasi 5. Faktor Politik Pendidikan Kewarganegaraan, Fakultas Ilmu Sosial Page 14

DAFTAR PUSTAKA Awaludin, Hamid, 2005, Undang-undang Nomor 6 tahun 2005: Jakarta Kesowo, Bambang, 2004, Undang-undang Nomor 32 tahun 2004: Jakarta Lexi J, Moelong, 2008, Metode Penelitian Kualitatif, PT Remaja Rosdakarya : Bandung Mufti, Muslim, 2012, Teori-teori Politik, Pustaka Setia: Bandung Utang, Rosidin, 2010, Otonomi Daerah dan Desentralisasi, pustaka setia: Bandung Sanit, Arbi (Eds), 1992, Aneka Pandangan Fenomena Politik Golput, Pustaka Sinar Harapan : Jakarta Wahid, Abdurrahman, Halim HD, Dkk, 2009, Mengapa Kami Memilih Golput, Sagon: Jakarta Sumber-sumber lain : Dwijayanto, Tauchid, 2013, Fenomena Golput pada pilgub jateng 2008-2013, Jawa Tengah Pendidikan Kewarganegaraan, Fakultas Ilmu Sosial Page 15